Dampak lain yang tampak jelas yakni adanya perubahan pola hidup/gaya hidup,
yang menganggap asing nilai-nilai moral, etika, agama, dan meninggalkan tradisi lama
yang telah berkembang kuat dalam masyarakat. Akan tetapi dalam kenyataannya
kemakmuran materi yang diperoleh ternyata tidak selamanya membawa kesejahteraan
(Hawari, 1999:13).
RUMUSAN MASALAH :
1.2.2. Kontrol diri yang meliputi pengendalian perilaku, cara berfikir, dan
kemampuan mengambil keputusan sebagai variabel dependent.
MANFAAT PENELITIAN :
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menguji secara
empirik ada atau tidaknya pengaruh intensitas mengikuti Mujahadah terhadap
Kontrol Diri dengan indikator sebagaimana dirumuskan dalam permasalahan yang
diteliti. Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dimaksud. maka peneliti
mengambil sampel para Santri di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Sidayu
Batang. Sedangkan manfaat yang ingin diperoleh dari hasil penelitian adalah:
Secara Teori
Secara Praktis
Bila dalam penelitian ini didapatkan hasil positif, maka intensitas mengikuti
Mujahadah Nihadlul Mustaghfirin dapat dijadikan metode untuk meningkatkan
kontrol diri.
HIPOTESIS PENELITIAN :
Berdasarkan landasan teori di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
bahwa ada pengaruh intensitas mengikuti Mujahadah NihadlulMustaghfirin terhadap
kontrol diri Santri. Semakin tinggi intensitas mengikuti Mujahadah Nihadlul
Mustaghfirin seseorang maka akan semakin tinggi tingkat kontrol dirinya.
Begitupun sebaliknya semakin rendah intensitas mengikuti Mujahadah
Nihadlul Mustaghfirin semakin rendah tingkat kontrol dirinya.
METODE PENELITIAN
Definisi Konseptual
bersungguh-sungguh berdo’a dan mendekatkan diri kepada Allah secara berulang-ulang, baik
secara lisan, hati, atau dengan hati dan lisan.
2. Kontrol diri
1. Kedisiplinan
2. Kesungguhan
3. Ketulusan
1. Kontrol perilaku
3. Mengontrol keputusan
LANDASAN TEORITIS :
Kontrol Diri
1. Pengertian Mujahadah
Mujahadah adalah hasrat yang kuat yang melahirkan perjuangan batiniyah yang
terus menyala-nyala. Hasrat adalah api cinta yang terus membara dan mendorong
perjalanan hidupnya menjadi lebih kaya, lebih bahagia, dan bermakna. Pada hasrat itulah
seseorang merasakan hidup semakin cemerlang, karena mereka mempunyai harapan
yang akan diraihnya. Kebahagiaan sejati baginya terletak pada perjalanan atau
usahanya yang gigih, bukan pada pencapaiannya. Bagaikan seorang pendaki gunung,
mereka merasakan kenikmatan, bukan karena mencapai puncaknya tetapi karena jerih
payahnya yang amat sulit untuk mendaki gunung tersebut. Nilai sebuah pencapaian
terletak di beberapa seberapa panjang perjalanan yang ditempuh itu semua terletak pada
“hasrat yang kuat” sebagai kata kuncinya (Tasmara, 2003: 74).