Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH KELUARGA

SUKHINAH

Anggota Kelompok :
- I Kadek Suartana (15)
- I Gede Dutha Artha Agastya (09)
- I Made Bhakti Ramanda Putra (26)
- Wayan Widiartha (36)

SMKN 1 DENPASAR
D. Sistem Pewiwahan dalam Agama Hindu.

Sistem perkawinan Hindu adalah tata-cara perkawinan yang dilakukan oleh


seseorang secara benar menurut hukum Hindu. Seseorang hendaknya dapat
melaksanakan upacara perkawinan sesuai dengan tata-cara upacara perkawinan
Hindu, sehingga yang bersangkutan dapat dinyatakan sah sebagai suami istri.

Menurut penjelasan kitab Manawa Dharmasastra dapat dinyatakan bahwa


sistem atau bentuk perkawinan itu ada 8 jenis, yaitu sebagaimana berikut.

1. Brahma Wiwaha adalah perkawinan yang terjadi karena pemberian anak


wanita kepada seorang pria yang ahli Veda (Brahmana) dan berperilaku baik
dan setelah menghormati yang diundang sendiri oleh wanita.
2. Daiwa Wiwaha adalah perkawinan yang terjadi karena pemberian anak
wanita kepada seorang pendeta yang melaksanakan upacara atau yang telah
berjasa.
3. Arsa Wiwaha adalah perkawinan yang dilakukan sesuai dengan peraturan
setelah pihak wanita menerima seekor atau dua pasang lembu dari pihak
calon mempelai laki-laki.
4. Prajapati Wiwaha adalah perkawinan yang terlaksana karena pemberian
seorang anak kepada seorang pria, setelah berpesan dengan mantra semoga
kamu berdua melaksanakan kewajibanmu bersama dan setelah menunjukkan
penghormatan (kepada pengantin pria).
5. Asura Wiwaha adalah bentuk perkawinan yang terjadi di mana setelah
pengantin pria memberikan mas kawin sesuai kemampuan dan didorong
oleh keinginannya sendiri kepada si wanita dan ayahnya menerima wanita
itu untuk dimiliki.
6. Gandharwa Wiwaha adalah bentuk perkawinan suka sama suka antara
seorang wanita dengan pria.
7. Raksasa Wiwaha adalah bentuk perkawinan dengan menculik gadis secara
kekerasan.
8. Paisaca Wiwaha adalah bentuk perkawinan dengan cara mencuri, memaksa,
dan membuat bingung atau mabuk.

Dari delapan sistem perkawinan di atas ada dua sistem yang dihindari dalam
membangun kehidupan grhastha. Mengapa patut dihindari tentu karena berlawanan
dengan norma-norma agama, norma-norma hukum. Kedua sistem perkawinan
yang dimaksud antara lain: Raksasa wiwaha dan Paisaca wiwaha. 
Menurut tradisi adat di Bali adapun beberapa sistem yaitu :

1. Sistem mapadik atau meminang,  pihak calon serta keluarga memepelai laki
– laki datang ke rumah calon mempelai wanita untuk meminang calon
istrinya. Biasanya kedua calon mempelai sebelumnya telasa saling mengena
da ada kesepakatan untuk hidup berumah tangga. Inilah sistem yang
dianggap paling terhormat.
2. Sistem ngerorod atau rangkat, bentuk perkawinan atas dasar suka sama suka
dengan pasangan dan cukup usia akan tetapi tidak mendapat restu salah satu
orang tua dari mempelai. Sistem ini dikenal dengan sistem kawin lari.
3. Sistem nyentana atau nyeburin, perkawinan atas dasar perubahan status
hukum dimana calon mempelai wanita secara adat berstatus sebagai purusa
dan pria berstatus sebagai pradana. Dalam hubungan ini mempelai laki – laki
tinggal di rumah mempelai wanita.
4. Sistem melegandang, bentuk perkawinan dengan cara paksa yang tidak
didasari atas cinta.

Agar perkawinan dapat berlangsung dengan baik dan dipandang sah menurut
Agama Hindu maka rohaniwan yang muput upcara wiwaha tersebut kepada pihak
wanita diawali dengan upacara sudhawadani sebagai upacara pernyataan bahwa si
wanita rela dan sanggup mengikuti agama pihak suami. 

Adapun pawiwahan yang dilarang, Pawiwahan dapat dicegah atau dilarang


apabila calon mempelai tidak memenuhi persyaratan untuk melangsungkan
pernikahan. Menurut dharmasastra pencegahan dilakukan apabila ada indikasi
perkawinan sapinda.menurut undang – undang no 1 tahun 1974 suatu perkawinan
dapat dibatalkan sesuai dengan ketentuan pasal 24 dan pasal 27 yang isinya
sebagai berikut :

1. Bertentangan dengan hukum agama


2. Calon masih terikat dengan perkawinan atau tidak single
3. Bila clon suami atau istri mempunyai cacat yang disembunyikan, sehingga
salah satu pihak merasa ditipu.
4. Perkawinan yang masih ada hubungan darah.
5. Apabila si istri tidak menganut agama yang sama dengan suami menurut
hukum Hindu.

Anda mungkin juga menyukai