BAB 1
PENDAHULUAN
Pembangunan jaringan jalan dan jembatan telah dilakukan secara bertahap baik
melalui Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten. Karena sebagai urat nadi
perekonomian nasional Pembangunan Jaringan Jalan dan Jembatan diharapkan
mampu menghubungkan Jalan Provinsi, menghubungkan antar kabupaten di
Provinsi Sulawesi Tenggara, maupun meningkatkan penanganan non lintas agar
senantiasa dapat berfungsi untuk mendukung kelancaran arus lalulintas barang
dan.
1
LA POR A N PENDA HU LU A N
Karena memiliki nilai ekonomi dan sosial yang strategis, maka prasarana
jembatan yang telah terbangun harus terkelola secara terpatu dan terintegrasi.
Jembatan yang teridentifikasi mengalami kerusakan, level atau ruang bebas
jembatan yang rendah, kapasitas ruas jembatan yang sempit adalah kondisi-
kondisi yang perlu penanganan segera agar fungsi dan kapasitanya dalam
melayani arus lalulintas senantisa lancar dan terjaga. Demikian halnya pada
kondisi jalan yang mengalami perlebaran atau peningkatan jalan, maka jembatan
sebagai bagian dari sistem jaringan jalan perlu direncanakan, direhabilitasi atau
diganti agar dapat menunjang sistim tranportasi yang dikembangkan di masing-
masing daerah.
Sehubungan dengan uraian diatas, maka dalam rangka memperlancar arus lalu
lintas antar wilayah serta peningkatan jembatan sebagai pada ruas jalan yang
dikembangkan maka dilakukan perencanaan pembangunan jembatan pada ruas
jalan propinsi yang masih menggunakan jembatan darurat. Evaluasi awal
diperoleh informasi semua jembatan pada poros jalan Mataiwoi-Abuki-Jembatan
Konawe Hulu masih menggunakan jembatan darurat.
Maksud pekerjaan ini adalah sebagai masukan, azas, kriteria, keluaran dan proses
yang harus dipenuhi dan diperhatikan serta diinterprestasikan ke dalam
pelaksanaan tugas perencanaan jembatan.
2
LA POR A N PENDA HU LU A N
Berdasarkan Peta Jaringan Jalan Provinsi Sultra, lokasi ruas Jalan Mataiwoi-Abuki-
Jembatan Konaweha Hulu yang terletak di Kabupaten Konawe Provinsi Sultra,
merupakan jalan provinsi yang sedang dikembangkan. Untuk lebih jelasnya lokasi
ruas jalan dapat dilihat pada gambar 1.1. Peta Lokasi Pekerjaan.
3
LA PORA N PENDA HU LU A N
Gambar 1.1. Peta Lokasi Ruas Jalan Mataiwoi-Abuki-Jembatan Konaweha Hulu Kab. Konawe
4
LA PORA N PENDA HU LU A N
Lingkup Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Konsultan Perencana sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja, secara garis besar dapat dibagi sebagai berikut :
Pekerjaan Lapangan
Survey Pendahuluan
Survey Topografi
Survey Hidrologi
Penyelidikan Tanah
Analisa dan Perencanaan Teknis
Analisa Hidrologi
Analisa Mekanika Tanah
Perencanaan Struktur Bawah Jembatan
Perencanaan Struktur Atas Jembatan
Penyusunan Gambar Teknis
Perhitungan Perkiraan Kuantitas dan Biaya
Penyusunan Dokumen Lelang
Jasa pelayanan teknik yang akandiberikan oleh Tim Konsultan, dibagi menjadi
beberapa tahapan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja yang telah
ditetapkan.Adapun tahapan-tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan Konsultan
meliputi :
Tahap Persiapan dan Mobilisasi.
Tahap Pengumpulan Data Sekunder dan Survai Pendahuluan.
Tahap Survai Lapangan.
Tahap Analisa dan Perencanaan Teknik.
Tahap Penggambaran.
Tahap Perhitungan Kuantitas dan Perkiraan Biaya.
Tahap Penyusunan Dokumen Tender.
5
LA POR A N PENDA HU LU A N
Laporan Pendahuluan ini secara sistematis disusun dalam bab – bab sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Metodologi
6
LA POR A N PENDA HU LU A N
BAB 2
GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN
Hasil survei intansional terhadap data jembatan yang akan di rencanakan pada ruas
jalan Mataiwoi-Abuki-Jemb. Konawe Hulu adalah sebagai berikut:
DIMENSI TIPE/KONDISI
NO NAMA JEMBATAN PANJANG LEBAR JUMLAH BENTANG BANGUNAN ATAS BANGUNAN BAWAH PONDASI LANTAI
(M) (M) (M) TIPE KONDISI TIPE KONDISI TIPE KONDISI TIPE KONDISI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 S. AWUAJAYA II 5.6 5 1 Sandaran/Realing R. Berat Abutmen Baik Langsung Baik Kayu R. Berat
2 S. AWUAJAYA III 5 5 1 Sandaran/Realing R. Berat Abutmen Baik Langsung Baik Kayu R. Berat
3 S. AWUAJAYA IV 4 5 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen Baik Langsung Baik Kayu Sedang
4 S. AWUAJAYA V 4.5 5 1 Sandaran/Realing R. Berat Abutmen Baik Langsung Baik Kayu R. Berat
5 S. AWUAJAYA VI 6 5 1 Sandaran/Realing R. Berat Abutmen Baik Langsung Baik Kayu R. Berat
6 S. AWUAJAYA VII 7 5 1 Sandaran/Realing R. Berat Abutmen Baik Langsung Baik Kayu R. Berat
7 S. ASINUA II 6.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen Baik Langsung Baik Kayu Sedang
8 S. ASINUA III 5.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen Baik Langsung Baik Kayu Sedang
9 S. ASINUA IV 5.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen Baik Langsung Baik Kayu Sedang
10 S. ASINUA V 5.2 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen Baik Langsung Baik Kayu Sedang
11 S. ASINUA VI 5.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen Baik Langsung Baik Kayu Sedang
12 S. ASINUA VII 7.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Berat Abutmen Baik Langsung Baik Kayu R. Berat
13 S. ASINUA VIII 5.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Berat Abutmen Baik Langsung Baik Kayu R. Berat
14 S. ASINUA IX 7.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Berat Abutmen Baik Langsung Baik Kayu R. Berat
15 S. ASINUA X 6.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen kurang Baik Langsung Baik Kayu Sedang
16 S. ASINUA XI 7.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen buruk Langsung Baik Kayu Sedang
17 S. ASINUA XII 7.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen buruk Langsung Baik Kayu R. Ringan
18 S. ASINUA XIII 7.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen buruk Langsung Baik Kayu R. Ringan
7
LA POR A N PENDA HU LU A N
Koordinat
X = 368489
Y = 9590591
Jemb. S. Awuajaya II
Koordinat
X = 368276
Y = 9590452
Koordinat
X = 367642
Y = 9589805
Koordinat
X = 366970
Y = 9589434 Jemb. S. Awuajaya IV
8
LA POR A N PENDA HU LU A N
Jemb. S. Awuajaya V
Koordinat
X = 366735
Y = 9589300
Jemb. S. Awuajaya VI
Koordinat
X = 366565
Y = 9589264
Koordinat
Jemb. S. Awuajaya VII
X = 366235
Y = 9589045
9
LA POR A N PENDA HU LU A N
Jemb. S. Asinua II
Koordinat
X = 366229
Y = 9588913
Koordinat
X = 366196
Y = 9588662
10
LA POR A N PENDA HU LU A N
Jemb. S. Asinau V
Koordinat
X = 365557
Y = 9587827
Jemb. S. Asinua VI
Koordinat
X = 365131
Y = 9587552
Koordinat
X = 364556 Jemb. S. Asinua VII
Y = 9587160
11
LA POR A N PENDA HU LU A N
Koordinat
X = 364150
Y = 9586875
Jemb. S. Asinua IX
Koordinat
X = 363739
Y = 9586431
Koordinat
X = 363562
Y = 9586218 Jemb. S. Asinua X
12
LA POR A N PENDA HU LU A N
Jemb. S. Asinua XI
Koordinat
X = 362818
Y = 9585345
Koordinat
X = 362136
Y = 9584795
Gambar 2.1. Kondisi jembatan pada ruas jalan Mataiwoi-Abuki-Jemb. Konawe Hulu
13
LA POR A N PENDA HU LU A N
14
LA POR A N PENDA HU LU A N
BAB 3
METODOLOGI DAN RENCANA KERJA
3.1. UMUM
Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka
sebelumnya perlu dibuat suatu pendekatan teknis agar dapat dilaksanakan secara
sistematis dan praktis, sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya, mutu dan waktu
kerja.
Seperti telah dijelaskan didalam Kerangka Acuan Kerja (TOR), maka di dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan menggunakan standar – standar
perencanaan sebagai berikut :
Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan;
Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006 tentang Jalan;
BMS Bridge Design Manual tahun 1992;
Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
07/SE/M/2015 tanggal 23 April 2015 tentang Pedoman Persyaratan umum
Perencanaan Jembatan;
Pd T-11-2003 tentang Perencanaan Timbunan Jalan Pendekat Jembatan;
SNI 03-1725-1989 tentang Tata Cara Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan
Raya yang terakhir disempurnakan oleh RSNI 21725 : 2015;
SNI 3967:2008 tentang Spesifikasi Bantalan Elastomer Tipe Polos dan Tipe
Berlapis untuk Perletakan Jembatan;
SNI 2833:2008 tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan
15
LA POR A N PENDA HU LU A N
16
LA POR A N PENDA HU LU A N
17
LA POR A N PENDA HU LU A N
Pada daerah transisi atau daerah perbatasan antara bukit dengan lembah aliran
sungai biasanya berkelok-kelok, karena terjadinya perubahan kecepatan air dari
tinggi ke rendah, ini mengakibatkan bentuk sungai berkelok-kelok dan sering terjadi
perpindahan alur sungai jika banjir datang. Untuk itu penempatan jembatan sedapat
mungkin tidak pada aliran air yang seperti ini, karena jembatan akan cepat rusak jika
dinding sungai terkikis air banjir, dan jembatan menjadi tidak berfungsi jika aliran air
sungai berpindah akibat banjir tersebut.
Pada dasarnya, penentuan letak jembatan sedapat mungkin tidak pada belokan jika
bagian bawah dari jembatan tersebut terdapat aliran air. Hal tersebut dilakukan agar
tidak terjadi scouring (penggerusan) pada kepala jembatan, namun jika terpaksa
dibuat pada bagian belokan sungai maka harus dibangun bangunan pengaman yang
dapat berupa perbaikan dinding sungai dan perbaikan dasar sungai pada bagian
yang mengalami scouring (penggerusan).
18
LA POR A N PENDA HU LU A N
19
LA POR A N PENDA HU LU A N
dan kendaraan yang akan melewati jembatan. Bila hal ini tidak diberikan,
dikhawatirkan akan berakibat pada rusaknya struktur secara perlahan-lahan
akibat dari tumbukan kendaraan-kendaraan terutama kendaraan berat seperti
truk atau kendaraan berat lainnya.
Energi kejut yang diberikan pada struktur akan meruntuhkan struktur atas,
seperti gelagar dan juga lantai kendaraan. Tentu saja untuk menguranginya
maka diberikan jarak berupa jalan yang datar mulai dari kepala jembatan sejauh
minimum 5 meter ke arah jalan yang di beri struktur pelat injak untuk
pembebanan peralihan dari jalan ke jembatan.
Untuk melindungi agar kendaraan yang lewat jembatan dalam keadaan aman,
baik bagian kendaraan maupun barang bawaannya, maka tinggi bidang
kendaraan ditentukan sebesar minimum 5 m yang diukur dari lantai jembatan
sampai bagian bawah balok pengaku rangka bagian atas (top lateral bracing).
Ruang bebas (clearance) adalah jarak jagaan yang diberikan untuk menghindari
rusaknya struktur atas jembatan karena adanya tumbukan dari benda-benda
hanyutan atau benda yang lewat di bawah jembatan. ruang bebas vertikal
(vertical clearance) diukur dari permukaan air banjir sampai batas paling bawah
struktur atas jembatan. Besarnya vertical clearance bervariasi, tergantung dari
jenis sungai dan benda yang ada di bawah jembatan. Nilai ruang bebas di bawah
jembatan ditentukan sebagai berikut :
C = 0,5 m; untuk jembatan di atas sungai pengairan
C = 1,0 m; untuk sungai alam yang tidak membawa hanyutan
C = 1,5 m; untuk sungai alam yang membawa hanyutan ketika banjir
C = 2,5 m; untuk sungai alam yang tidak diketahui kondisinya
C = 5,1 m; untuk jembatan jalan layang
C >15,0 m; untuk jembatan di atas laut dan di atas sungai yang digunakan
untuk alur pelayaran.
20
LA POR A N PENDA HU LU A N
21
LA POR A N PENDA HU LU A N
Keterangan:
** = mengacu pada persyaratan ideal
* = 2 lajur terbagi, masing-masing n x 3,5 m, dimana n = jumlah lajur/jalur
- = tidak ditentukan
22
LA POR A N PENDA HU LU A N
Pemeliharaan jembatan;
Biaya konstruksi.
2. Pelat lantai
Pelat lantai berfungsi sebagai penahan lapisan perkerasan, pelat lantai kendaraan
diasumsikan sebagai pelat yang ditumpu pada keempat sisinya (oleh gelagar
memanjang dan melintang).
3. Sandaran
Sandaran berfungsi sebagai pagar pengaman bagi para pengguna jembatan. Selain itu
juga berfungsi untuk menambah nilai estetika
Konstruksi sandaran terdiri dari:
a. Tiang sandaran (Rail Post), biasanya terbuat dari beton bertulang untuk jembatan
girder beton, sedangkan untuk jembatan rangka tinag sandaran menyatu dengan
struktur rangka tersebut.
b. Sandaran (Hand Rail), biasanya dari pipa baja, kayu, atau beton bertulang.
4. Trotoar
Fungsi utama trotoar adalah memberikan layanan yang optimal bagi pejalan kaki baik
dari segi keamanan maupun kenyamanan.
23
LA POR A N PENDA HU LU A N
Apabila tidak direncanakan secara khusus, maka dapat digunakan bangunan atas
jembatan standar Bina Marga seperti:
1. Box Culvert (single, double, triple) bentang 1 s.d 10 m;
2. Voided slab, bentang 6 s.d 16 m;
3. Gelagar Beton Bertulang Tipe T, bentang 6 s.d 25 m;
4. Gelagar Beton Pratekan Tipe I dan Box, bentang 16 s.d 40 m;
5. Gelagar Komposit Tipe I dan Box bentang 20 s.d 40 m;
6. Rangka Baja bentang 30 s.d 60 m.
1. Struktur bawah jembatan harus direncanakan untuk menanggung beban struktur atas
melalui komponen tumpuan, yang sudah merupakan kombinasi terbesar dari semua
24
LA POR A N PENDA HU LU A N
beban struktur atas, beserta beban-beban yang bekerja pada struktur bawah yaitu:
tekanan tanah lateral, gaya-gaya akibat aliran air,tekanan air, gerusan, tumbukan serta
beban-beban sementara lainnya yang dapat bekerja pada komponen struktur bawah;
2. Kekuatan struktur bawah harus ditentukan berdasarkan analisis struktur dan cara
perencanaan kekuatan yang ditetapkan di dalam peraturan yang berhubungan dengan
material yang digunakan;
3. Perletakan jembatan harus direncanakan berdasarkan asumsi yang diambil di dalam
modelisasi struktur dengan memperhatikan kekuatan dan kemampuan deformasi
komponen perletakan seperti karet elastomer yang mengacu kepada SNI 03-4816-1998
“Spesifikasi bantalan karet untuk perletakan jembatan”;
4. Deformasi yang potensial terjadi khususnya penurunan harus diperhatikan di dalam
perencanaan struktur bawah. Penurunan harus diantisipasi dan dihitung dengan cara
analisis yang benar berdasarkan data geoteknik yang akurat, dimana pengaruh dari
potensial penurunan diferensial dari struktur bawah, bilaada harus diperhitungkan
dalam perencanaan struktur atas;
5. Jika gerusan dapat mengakibatkan terkikisnya sebagian tanah timbunan di atas atau di
samping suatu bagian struktur bawah jembatan maka pengaruh stabilitas dari massa
tanah harus diperhitungkan secara teliti;
6. Umur layan rencana struktur bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka
panjang material dan kondisi lingkungan khususnya bila berada di bawah air yang
diaplikasikan pada rancangan komponen struktur bawah khususnya selimut beton,
permeabiitas beton atau tebal elemen baja terhadapresiko korosi ataupun potensi
degradasi material.
Bangunan bawah jembatan meliputi:
1. Pangkal Jembatan (Abutment)
Abutment berfungsi untuk menyalurkan beban vertikal dan horizontal dari bangunan
atas ke pondasi dengan fungsi tambahan untuk mengadakan peralihan tumpuan dari
timbunan jalan pendekat ke bangunan atas jembatan. Konstruksi abutment harus mampu
mendukung beban-beban yang bekerja, yang meliputi:
a. Beban mati akibat bangunan atas (gelagar jembatan, pelat lantai jembatan, trotoar,
sandaran, perkerasan, dan air hujan);
b. Beban mati akibat bangunan bawah (berat sendiri abutment, berat tanah timbunan,
dan gaya akibat tekanan tanah);
25
LA POR A N PENDA HU LU A N
c. Beban hidup akibat bangunan atas (beban “T”, beban “D”, dan beban hidup pada
trotoar);
d. Beban sekunder (gaya rem, gaya gempa dan gaya gesekan akibat tumpuan yang
bergerak).
26
LA POR A N PENDA HU LU A N
27
LA POR A N PENDA HU LU A N
c. Menghitung momen, gaya normal dan gaya geser akibat kombinasi dari beban-beban
yang bekerja;
d. Mencari dimensi tulangan dan memeriksa apakah abutment cukup memadai untuk
menahan gaya-gaya tersebut;
e. Meninjau kestabilan terhadap sliding dan bidang runtuh tanah;
f. Meninjau terhadap settlement (penurunan tanah).
28
LA POR A N PENDA HU LU A N
29
LA POR A N PENDA HU LU A N
jangka panjang dari lapisan tanah pendukung atau urugan tanah yang menjadi
tumpuan perkerasan jalan pendekat;
2. Potensi penurunan tanah harus dihitung secara cermat berdasarkan hasil penyelidikan
tanah;
3. Perencanaan jalan pendekat harus mengacu kepada ketentuan yang berlaku.
30
LA POR A N PENDA HU LU A N
Gambar rencana harus ditampilkan dalam format yang sesuai dengan petunjuk dari
pengguna jasa dan/atau instansi yang berkompeten untuk pengesahan dokumen
perencanaan. Gambar rencana harus ditampilkan dalam format A3 untuk dokumen lelang
dan Format A1 untuk keperluan kegiatan pelaksanaan konstruksi di lapangan. Gambar
rencana harus terdiri dari urutan sebagai berikut:
1. Sampul luar dan sampul dalam;
2. Daftar isi;
3. Peta lokasi jembatan yang dilengkapi dengan peta jaringan jalan eksisiting
danpetunjuk arah utara mata angin;
4. Daftar simbol (legenda) dan singkatan;
5. Daftar rangkuman volume pekerjaan;;
6. Potongan memanjang, potongan melintang dan denah jembatan dengan skala 1:100;
7. Gambar detail dengan skala 1:20, yang mencakup pelat lantai kendaraan, struktur atas,
struktur bawah dan pondasi jembatan;
8. Gambar standar.
Penyusunan spesifikasi teknik harus mengacu kepada gambar rencana dan harus
memperhatikan semua aspek pelaksanaan konstruksi serta dapat menjelaskan secara rinci
metode dan urutan pelaksanaan termasuk jenis dan mutu material yang digunakan.
Penyusunan jenis item pekerjaan harus sesuai dengan spesifikasi yang digunakan,
perhitungan volume pekerjaan harus dilakukan secara rinci berdasarkan daftar item
pekerjaan yang dibuat sesuai dengan gambar rencana dan tabel perhitungan harus
mencakup semua jenis pekerjaan.
31
LA POR A N PENDA HU LU A N
1. Dokumen Lelang
Bab I : Instruksi Kepada Peserta Lelang;
Bab II : Bentuk Penawaran, Informasi Kualifikasi dan Perjanjian;
Bab III : Syarat-syarat Kontrak;
Bab IV : Data Kontrak;
Bab V : Bentuk-bentuk jaminan;
Bab VI : Spesifikasi;
Bab VII : Gambar-gambar;
Bab VIII : Daftar Kuantitas.
2. Pelaporan
Jenis – jenis laporan pekerjaan yang akan diserahkan oleh pihak konsultan perencana
sebagaimana yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja adalah sebagai berikut :
Laporan Pendahuluan
Berisikan Latar Belakang, Lokasi Pekerjaan, Metodologi, rencana kerja dan hasil dari
survey pendahuluan
Laporan Antara
Berisi tentang data – data primer hasil survey lapangan, analisa data, serta draft konsep
perencanaan
Laporan Akhir
Merupakan laporan rangkuman semua kegiatan yang dilaksanakan secara garis besar
namun lengkap dan dapat dimengerti.
Gambar Rencana.
Adalah Gambar Teknis Perencanaan yang disusun dalam format kertas A3 dengan skala
yang telah ditetapkan dalam standar Bina Marga.
Dokumen Lelang.
Adalah dokumen lelang untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang meliputi
Instruksi kepada peserta lelang, Bentuk Informasi dan Kualifikasi, Syarat-Syarat
Kontrak, Data Kontrak, Spesifikasi Teknis, Gambar Rencana, Bentuk-Bentuk Jaminan,
Daftar Kuantitas.
CD laporan dan gambar.
Merupakan CD data laporan dan gambar hasil pekerjaan perencanaan yang
dilaksanakan oleh pihak konsultan perencana.
32
LA POR A N PENDA HU LU A N
BAB 4
PROGRAM KERJA
Tugas dan tanggung jawab untuk setiap personil secara umum adalah sebagai
berikut :
Team Leader
Mengkoordinir dan mengendalikan semua personil yang terlibat dalam
pekerjaan ini sehingga dapat dihasilkan pekerjaan sesuai dengan Kerangka
Acuan Kerja yang telah ditetapkan.
Bekerjasama dengan Engineer dan staf teknik lainnya yang membantu
melaksanakan pekerjaan perencanaan ini sehingga hasil yang didapat sesuai
dengan Kerangka Acuan Kerja atau yang diharapkan oleh pemberi kerja.
Bertanggung jawab atas semua hasil perhitungan dan gambar-gambar kepada
pemberi kerja.
Ahli Jembatan
Mengkoordinir dan mengendalikan semua personil yang terlibat dalam
pengumpulan data dari jenis pekerjaan yang ditanganinya.
Memeriksa dan menganalisa data lapangan.
Membuat perhitungan debit banjir sebagai dasar untuk perencanaan
bangunan drainase dan mengestimasi tinggi muka air di sungai sebagai dasar
untuk perencanaan tinggi jembatan.
Membuat perhitungan rencana anggaran biaya jembatan dan dokumen lelang
Mengendalikan dan mengatur semua personil yang mengadakan survai
lapangan.
Bertanggungjawab atas semua hasil pehitungan dan perencanaan kepada
Team Leader dan pemberi kerja.
33
LA POR A N PENDA HU LU A N
Ahli Geoteknik.
Bersama Team Leader menentukan lokasi titik lokasi sondir.
Mengkoordinir semua personil yang terlibat dalam pekerjaan penyelidikan
tanah baik di lapangan maupun di laboratorium serta menyusun rencana
kerjanya.
Melakukan analisa dan evaluasi data geoteknik, termasuk merencanakan dan
merekomendasikan jenis pondasi jalan dan jembatan berikut perhitungannya.
Bertanggung jawab atas semua pengujian dan penyelidikan tanah kepada
Team Leader dan pemberi kerja.
Ahli Geodetik.
Mengendalikan dan mengatur semua personil yang terlibat dalam
pelaksanaan pengukuran dan pemetaan topografi di lapangan.
Memeriksa dan menganalisa data lapangan.
Membuat perhitungan dan gambar-gambar hasil pengukuran topografi
situasi, potongan memanjang dan melintang.
Bertanggung jawab atas hasil perhitungan dan gambar hasil pengukuran
topografi kepada pemberi kerja.
Ahli Struktur.
Mengendalikan dan mengatur semua personil yang mengadakan survai
lapangan.
Memeriksa dan mengevaluasi kondisi jembatan eksisting serta membuat
perhitungan dan analisa teknik pada struktur atas dan bawah jebatan,
Bertanggung jawab atas semua hasil analisa data lapangan dan hasil
perhitungan kepada Team Leader dan pemberi kerja.
Asisten Ahli
Membantu para tenaga ahli dalam melaksanakan tugas perencanaannya
sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.
Membantu menyusun laporan perencanaan yang dibuat oleh bidang
keahliannya.
Membantu tenaga ahli dalam mengkonsultasikan pekerjaan terhadap
pemberi tugas.
34
LA POR A N PENDA HU LU A N
Tim konsultan akan berkedudukan di Kendari dan dibantu oleh Tenaga Pendukung.
Untuk pelayanan konsultasi secara efisien dan optimal, Tim Konsultan akan
menyusun Struktur Organisasi mulai dari Tenaga Ahli maupun Tenaga Pendukung.
Setelah mempelajari kebutuhan dan tugas serta tanggung jawab personil yang
tercantum di dalam Kerangka Acuan Kerja, Tim Konsultan mencoba menyusun
struktur Organisasi seperti terlihat pada Gambar 3.1. Struktur Organisasi Tim
Konsultan.
Team Leader
Ir. Amran Yunus
CAD/CAM Operator
Surveyor
35
LA POR A N PENDA HU LU A N
Konsultan perencana telah mencoba menyusun jadwal rencana untuk pekerjaan jasa
konsultansi ini. Untuk menghindari terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,
maka jadwal kegiatan disusun secara overlap dikarenakan waktu yang disediakan
oleh pengguna jasa relatif sempit. Adapun jadwal rencana kerja yang telah disusun
dapat dilihat pada Gambar 4.2.
A. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli
MIN GGU Orang
NO NAMA PERSONIL
1 2 3 4 5 6 7 8 Keterangan Bulan
Nasional
1 Ir. Muh. Amin Nurdin Team Leader 1,00
2 Syahrir Ganie, ST Bridge Engineer 1,00
3 Ir. Boediono Soedirman, M.Sc Geodetik Engineer 1,00
4 Ir. Bambang Priyambodo Geotechnical Engineer 1,00
5 Mustakdir, ST Structure Engineer 1,00
5,00
Asing
1
2
...n
36
LA POR A N PENDA HU LU A N
37
LA POR A N PENDA HU LU A N
BAB 5
REKOMENDASI
38