Anda di halaman 1dari 38

LA PORA N PENDA HU LU A N

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan jaringan jalan dan jembatan telah dilakukan secara bertahap baik
melalui Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten. Karena sebagai urat nadi
perekonomian nasional Pembangunan Jaringan Jalan dan Jembatan diharapkan
mampu menghubungkan Jalan Provinsi, menghubungkan antar kabupaten di
Provinsi Sulawesi Tenggara, maupun meningkatkan penanganan non lintas agar
senantiasa dapat berfungsi untuk mendukung kelancaran arus lalulintas barang
dan.

Dalam pendekatan kebijakan pemerintah khususnya penanganan infrastruktur,


Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Provinsi Sulawesi Tenggara
melaksanakan Pembangunan Jembatan secara bertahap. Mengingat masih
banyaknya ruas jalan di Provinsi Sulawesi Tenggara yang belum ada jembatan
terutama jalan yang menghubungkan daerah dengan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi yang sangat strategis. Hal ini pula dilaksanakan untuk mendukung misi
Pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur wilayah secara terpadu,
mengembangkan infrastruktur perekonomian yang mampu menciptakan pusat-
pusat pertumbuhan dan simpul-simpul perekonomian. Sehingga pada Tahun
Anggaran 2017 Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara melaui Dinas Sumber
Daya Air dan Bina Marga melaksanakan kegiatan Perencanaan Jembatan.

Jembatan merupakan infrastruktur fisik mempunyai arti penting dalam


menghubungkan ruas jalan yang terputus atau terisolir antar daerah,
menghubungkan lokasi antar desa, antara desa dengan kota atau antara kota
dengan propinsi. Jembatan juga berperan yang strategis dalam pergerakan barang
dan jasa dan menunjuang pembangunan dalam berbagai sektor, terutama sektor
ekonomi baik pembanguan ekonomi lokal, regional maupun nasional. Selain itu,

1
LA POR A N PENDA HU LU A N

jembatan juga berfungsi dalam menunjang kelangsungan perkembangan kegiatan


sosial dan ekonomi dari suatu wilayah.

Karena memiliki nilai ekonomi dan sosial yang strategis, maka prasarana
jembatan yang telah terbangun harus terkelola secara terpatu dan terintegrasi.
Jembatan yang teridentifikasi mengalami kerusakan, level atau ruang bebas
jembatan yang rendah, kapasitas ruas jembatan yang sempit adalah kondisi-
kondisi yang perlu penanganan segera agar fungsi dan kapasitanya dalam
melayani arus lalulintas senantisa lancar dan terjaga. Demikian halnya pada
kondisi jalan yang mengalami perlebaran atau peningkatan jalan, maka jembatan
sebagai bagian dari sistem jaringan jalan perlu direncanakan, direhabilitasi atau
diganti agar dapat menunjang sistim tranportasi yang dikembangkan di masing-
masing daerah.

Sehubungan dengan uraian diatas, maka dalam rangka memperlancar arus lalu
lintas antar wilayah serta peningkatan jembatan sebagai pada ruas jalan yang
dikembangkan maka dilakukan perencanaan pembangunan jembatan pada ruas
jalan propinsi yang masih menggunakan jembatan darurat. Evaluasi awal
diperoleh informasi semua jembatan pada poros jalan Mataiwoi-Abuki-Jembatan
Konawe Hulu masih menggunakan jembatan darurat.

Dari pekerjaan perencanaan pembangunan jembatan ini, maka diharapkan dapat


diperoleh desain jembatan yang sesuai dengan dimensi badan jalan yang telah ada
serta desain jembatan baru sebagai ganti dari jembatan darurat yang selama ini
digunakan.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud pekerjaan ini adalah sebagai masukan, azas, kriteria, keluaran dan proses
yang harus dipenuhi dan diperhatikan serta diinterprestasikan ke dalam
pelaksanaan tugas perencanaan jembatan.

Tujuan melaksanakan perencanaan teknis jembatan yaitu untuk menghasilkan


Dokumen Perencanaan Teknis jembatan (gambar rencana, EE dan Spesifikasi) dan
Dokumen Tender untuk pekerjaan Fisik.

2
LA POR A N PENDA HU LU A N

1.3. LOKASI PEKERJAAN

Berdasarkan Peta Jaringan Jalan Provinsi Sultra, lokasi ruas Jalan Mataiwoi-Abuki-
Jembatan Konaweha Hulu yang terletak di Kabupaten Konawe Provinsi Sultra,
merupakan jalan provinsi yang sedang dikembangkan. Untuk lebih jelasnya lokasi
ruas jalan dapat dilihat pada gambar 1.1. Peta Lokasi Pekerjaan.

3
LA PORA N PENDA HU LU A N

Gambar 1.1. Peta Lokasi Ruas Jalan Mataiwoi-Abuki-Jembatan Konaweha Hulu Kab. Konawe

4
LA PORA N PENDA HU LU A N

1.4. LINGKUP DAN TAHAPAN PEKERJAAN

Lingkup Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Konsultan Perencana sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja, secara garis besar dapat dibagi sebagai berikut :
Pekerjaan Lapangan
 Survey Pendahuluan
 Survey Topografi
 Survey Hidrologi
 Penyelidikan Tanah
Analisa dan Perencanaan Teknis
 Analisa Hidrologi
 Analisa Mekanika Tanah
 Perencanaan Struktur Bawah Jembatan
 Perencanaan Struktur Atas Jembatan
 Penyusunan Gambar Teknis
 Perhitungan Perkiraan Kuantitas dan Biaya
 Penyusunan Dokumen Lelang

Jasa pelayanan teknik yang akandiberikan oleh Tim Konsultan, dibagi menjadi
beberapa tahapan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja yang telah
ditetapkan.Adapun tahapan-tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan Konsultan
meliputi :
 Tahap Persiapan dan Mobilisasi.
 Tahap Pengumpulan Data Sekunder dan Survai Pendahuluan.
 Tahap Survai Lapangan.
 Tahap Analisa dan Perencanaan Teknik.
 Tahap Penggambaran.
 Tahap Perhitungan Kuantitas dan Perkiraan Biaya.
 Tahap Penyusunan Dokumen Tender.

5
LA POR A N PENDA HU LU A N

1.5. SISTEMATIKA LAPORAN PENDAHLUAN

Laporan Pendahuluan ini secara sistematis disusun dalam bab – bab sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Menguraikan secara umum latar belakang pekerjaan, Maksud dan


Tujuan Pekerjaan, Lingkup Pekerjaan serta Lokasi Pekerjaan.

Bab II : Metodologi

Berisi Metodologi yang akan dilaksanakan oleh Tim Konsultan baik


dalam pekerjaan Survey Lapangan maupun Analisa dan Perencanaan
Teknis.

Bab III : Rencana Kerja

Berisikan susunan personil, tugas dan tanggung jawab personil,


jadwal mobilisasi personil serta rencana kerja tim Konsultan
Perencana

Bab IV : Survai Pendahuluan

Berisikan hasil – hasil dari survai pendahuluan yang telah


dilaksanakan oleh konsultan perencana.

Bab V : Pra Rencana dan Rekomendasi

Berisikan pra rencana serta rekomendasi yang dapat diberikan untuk


pelaksanaan survai teknis selanjutnya, berdasarkan hasil dari survey
pendahuluan.

6
LA POR A N PENDA HU LU A N

BAB 2
GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN

2.1. RUAS JALAN MATAIWOI-ABUKI –JEMB. KONAWE HULU

Hasil survei intansional terhadap data jembatan yang akan di rencanakan pada ruas
jalan Mataiwoi-Abuki-Jemb. Konawe Hulu adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1.Data jembatan di ruas jalan Mataiwoi-Abuki-Jemb. Konawe Hulu

DIMENSI TIPE/KONDISI
NO NAMA JEMBATAN PANJANG LEBAR JUMLAH BENTANG BANGUNAN ATAS BANGUNAN BAWAH PONDASI LANTAI
(M) (M) (M) TIPE KONDISI TIPE KONDISI TIPE KONDISI TIPE KONDISI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 S. AWUAJAYA II 5.6 5 1 Sandaran/Realing R. Berat Abutmen Baik Langsung Baik Kayu R. Berat
2 S. AWUAJAYA III 5 5 1 Sandaran/Realing R. Berat Abutmen Baik Langsung Baik Kayu R. Berat
3 S. AWUAJAYA IV 4 5 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen Baik Langsung Baik Kayu Sedang
4 S. AWUAJAYA V 4.5 5 1 Sandaran/Realing R. Berat Abutmen Baik Langsung Baik Kayu R. Berat
5 S. AWUAJAYA VI 6 5 1 Sandaran/Realing R. Berat Abutmen Baik Langsung Baik Kayu R. Berat
6 S. AWUAJAYA VII 7 5 1 Sandaran/Realing R. Berat Abutmen Baik Langsung Baik Kayu R. Berat
7 S. ASINUA II 6.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen Baik Langsung Baik Kayu Sedang
8 S. ASINUA III 5.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen Baik Langsung Baik Kayu Sedang
9 S. ASINUA IV 5.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen Baik Langsung Baik Kayu Sedang
10 S. ASINUA V 5.2 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen Baik Langsung Baik Kayu Sedang
11 S. ASINUA VI 5.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen Baik Langsung Baik Kayu Sedang
12 S. ASINUA VII 7.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Berat Abutmen Baik Langsung Baik Kayu R. Berat
13 S. ASINUA VIII 5.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Berat Abutmen Baik Langsung Baik Kayu R. Berat
14 S. ASINUA IX 7.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Berat Abutmen Baik Langsung Baik Kayu R. Berat
15 S. ASINUA X 6.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen kurang Baik Langsung Baik Kayu Sedang
16 S. ASINUA XI 7.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen buruk Langsung Baik Kayu Sedang
17 S. ASINUA XII 7.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen buruk Langsung Baik Kayu R. Ringan
18 S. ASINUA XIII 7.0 5.0 1 Sandaran/Realing R. Ringan Abutmen buruk Langsung Baik Kayu R. Ringan

Hasil survei pendahuluan terhadap seluruh jembatan menunjukkan bahwa data


yang ada pada Tabel 2.1 di atas, perlu disesuikan dengan kondisi lapangan seperti
yang terlihat pada hasil survei lapangan pada gambar berikut:

7
LA POR A N PENDA HU LU A N

Koordinat
X = 368489
Y = 9590591

Jemb. S. Awuajaya II

Koordinat
X = 368276
Y = 9590452

Jemb. S. Awuajaya III

Koordinat
X = 367642
Y = 9589805

Koordinat
X = 366970
Y = 9589434 Jemb. S. Awuajaya IV

8
LA POR A N PENDA HU LU A N

Jemb. S. Awuajaya V

Koordinat
X = 366735
Y = 9589300

Jemb. S. Awuajaya VI

Koordinat
X = 366565
Y = 9589264

Koordinat
Jemb. S. Awuajaya VII
X = 366235
Y = 9589045

9
LA POR A N PENDA HU LU A N

Jemb. S. Asinua II

Koordinat
X = 366229
Y = 9588913

Jemb. S. Asinua III

Koordinat
X = 366196
Y = 9588662

Koordinat Jemb. S. Asinua IV


X = 366190
Y = 9588471

10
LA POR A N PENDA HU LU A N

Jemb. S. Asinau V

Koordinat
X = 365557
Y = 9587827

Jemb. S. Asinua VI

Koordinat
X = 365131
Y = 9587552

Koordinat
X = 364556 Jemb. S. Asinua VII
Y = 9587160

11
LA POR A N PENDA HU LU A N

Jemb. S. Asinua VIII

Koordinat
X = 364150
Y = 9586875

Jemb. S. Asinua IX

Koordinat
X = 363739
Y = 9586431

Koordinat
X = 363562
Y = 9586218 Jemb. S. Asinua X

12
LA POR A N PENDA HU LU A N

Jemb. S. Asinua XI

Koordinat
X = 362818
Y = 9585345

Jemb. S. Asinua XII

Koordinat
X = 362136
Y = 9584795

Jemb. S. Asinua XIII

Gambar 2.1. Kondisi jembatan pada ruas jalan Mataiwoi-Abuki-Jemb. Konawe Hulu

Hasil survei pendahuluan pada jembatan di ruas jalan Mataiwoi-Abuki-Jemb.


Konawe Hulu, dengan mengukur dimensi dan tinggi bebas diberikan pada tabel
berikut:

13
LA POR A N PENDA HU LU A N

Tabel 2.2.Hasil pemeriksaan awal jembatan di ruas jalan Mataiwoi-Abuki-Jemb. Konawe


Hulu
DATA BASE DATA LAPANGAN TINGGI
NO NAMA JEMBATAN PANJANG LEBAR PANJANG LEBAR BEBAS
(M) (M) (M) (M) (M)
1 2 3 4 5 6 7
1 S. AWUAJAYA II 5.6 5 5.6 5.0  
2 S. AWUAJAYA III 5 5 5.0 5.0  
3 S. AWUAJAYA IV 4 5 4.0 5.0  
4 S. AWUAJAYA V 4.5 5 4.5 5.0  
5 S. AWUAJAYA VI 6 5 6.0 5.0  
6 S. AWUAJAYA VII 7 5 7.0 5.0  
7 S. ASINUA II 6.0 5.0 6.0 5.0 3
8 S. ASINUA III 4.0 5.0 5.0 5.0 3.65
9 S. ASINUA IV 5.0 5.0 5.0 5.0 2.7
10 S. ASINUA V 5.2 5.0 5.2 5.0 2.5
11 S. ASINUA VI 5.0 5.0 5.0 5.0 1.2
12 S. ASINUA VII 5.5 5.0 7.0 5.0 2.5
13 S. ASINUA VIII 4.8 5.0 5.0 5.0 2.8
14 S. ASINUA IX 6.8 5.0 7.0 5.0 3.2
15 S. ASINUA X 6.0 5.0 6.0 5.0 2.2
16 S. ASINUA XI 5.0 5.0 7.0 5.0 3.3
17 S. ASINUA XII 5.0 5.0 7.0 5.0 1.7
18 S. ASINUA XIII 5.0 5.0 7.0 5.0 2.2

14
LA POR A N PENDA HU LU A N

BAB 3
METODOLOGI DAN RENCANA KERJA

3.1. UMUM

Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka
sebelumnya perlu dibuat suatu pendekatan teknis agar dapat dilaksanakan secara
sistematis dan praktis, sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya, mutu dan waktu
kerja.

Seperti telah dijelaskan didalam Kerangka Acuan Kerja (TOR), maka di dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan menggunakan standar – standar
perencanaan sebagai berikut :
 Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan;
 Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006 tentang Jalan;
 BMS Bridge Design Manual tahun 1992;
 Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
07/SE/M/2015 tanggal 23 April 2015 tentang Pedoman Persyaratan umum
Perencanaan Jembatan;
 Pd T-11-2003 tentang Perencanaan Timbunan Jalan Pendekat Jembatan;
 SNI 03-1725-1989 tentang Tata Cara Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan
Raya yang terakhir disempurnakan oleh RSNI 21725 : 2015;
 SNI 3967:2008 tentang Spesifikasi Bantalan Elastomer Tipe Polos dan Tipe
Berlapis untuk Perletakan Jembatan;
 SNI 2833:2008 tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan

15
LA POR A N PENDA HU LU A N

3.2. TAHAPAN PERENCANAAN

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan merancang tahapan pelaksanaan


perencanaan sebagai berikut :
A. Persiapan dan Mobilisasi
Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai
pengumpulan data. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal yang penting yang
harus segera dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan waktu dan
pekerjaan. Tahap persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
 Studi pustaka terhadap materi desain untuk menentukan garis besarnya;
 Menentukan kebutuhan data;
 Survey pada instansi-instansi yang dapat dijadikan narasumber data;
 Pengadaan persyaratan administrasi untuk perencanaan data;
 Perencanaan jadwal pembuatan desain
 Mobilisasi personil dan alat
B. Survai Lapangan
1) Survai Pendahuluan
Pekerjaan yang dilakukan dalam survey pendahuluah adalah sebagai berikut:
 Melakukan pengecekan data yang telah ada dengan kondisi lapangan;
 Mengumpulkan data yang mungkin dapat digunakan langsung untuk
perencanaan dan mencatat keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi rencana survey
detail;
 Mempersiapkan rencana kerja tim survey detail;
 Mengetahui hal-hal lain yang mungkin akan terjadi selama pelaksanaan
survey detail, sehingga dapat mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik.
 Penyusunan laporan pendahuluan
2) Survai Geodesi/Topografi
Pekerjaan pengukuran, meliputi:
 Pengukuran titik kontrol horizontal;
 Pengukuran titik vertikal;
 Pengukuran situasi;
 Pengukuran penampang memanjang;

16
LA POR A N PENDA HU LU A N

 Pengukuran penampang melintang;


 Pengukuran khusus jembatan;
 Pemasangan patok-patok;
 Perhitungan dan penggambaran peta
3) Survai Penyelidikan Tanah (Geoteknik)
 Mengadakan penyelidikan tanah dan material di lokasi jembatan dengan
menetapkan lokasi titik-titik sondir yang diperlukan;
 Melakukan penyelidikan kondisi permukaan air;
 Menyelidiki lokasi sumber material;
 Pekerjaan sondir sesuai kebutuhan;
 Menentukan index dan structural properties tanah di laboratorium;
 Analisa hasil survey
4) Survei Hidrologi
 Karakteristik daerah aliran (Catchment Area);
 Karakteristik sungai;
 Analisa hidrologi;
 Elevasi tinggi muka air banjir;
 Analisa drainase;
 Analisa hasil survey
C. Penentuan Lokasi dan Tata Letak Jembatan
Lokasi jembatan sedapat mungkin menghindarkan tikungan di atas jembatan
dan oprit. Tata letak jembatan dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan:
1) Teknik (aliran sungai, keadaan tanah)
 Aliran air dan alur sungai yang stabil (tidak berpindah-pindah)
 Tidak pada belokan sungai
 Tegak lurus terhadap sungai
2) Sosial (tingkat kebutuhan lalu lintas)
3) Estetiak (keindahan)
Untuk kebutuhan estetika pada daerah tertentu/pariwisata dapat berupa bentuk
parapet dan railing maupun lebar jembatan dapat dibuat khusus atas
persetujuan pengguna jasa

17
LA POR A N PENDA HU LU A N

Pada daerah transisi atau daerah perbatasan antara bukit dengan lembah aliran
sungai biasanya berkelok-kelok, karena terjadinya perubahan kecepatan air dari
tinggi ke rendah, ini mengakibatkan bentuk sungai berkelok-kelok dan sering terjadi
perpindahan alur sungai jika banjir datang. Untuk itu penempatan jembatan sedapat
mungkin tidak pada aliran air yang seperti ini, karena jembatan akan cepat rusak jika
dinding sungai terkikis air banjir, dan jembatan menjadi tidak berfungsi jika aliran air
sungai berpindah akibat banjir tersebut.

Pada dasarnya, penentuan letak jembatan sedapat mungkin tidak pada belokan jika
bagian bawah dari jembatan tersebut terdapat aliran air. Hal tersebut dilakukan agar
tidak terjadi scouring (penggerusan) pada kepala jembatan, namun jika terpaksa
dibuat pada bagian belokan sungai maka harus dibangun bangunan pengaman yang
dapat berupa perbaikan dinding sungai dan perbaikan dasar sungai pada bagian
yang mengalami scouring (penggerusan).

Penempatan jembatan diusahakan tegak lurus terhadap sungai, untuk mendapatkan


bentang yang terpendek dengan posisi kepala jembatan dan pilar yang sejajar
terhadap aliran air. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gerusan pada
pilar, yang akan mempengaruhi kinerja pilar jembatan. Bila scouring telah terjadi
dikhawatirkan pilar yang seharusnya menopang struktur atas jembatan akan rusak
sehingga secara otomatis akan merusak struktur jembatan secara keseluruhan

Agar pembuatan jembatan lebih ekonomis, diusahakan mencari bentang yang


terpendek diantara beberapa penampang sungai

Karakteristik lokasi jembatan yang ideal adalah sebagi berikut:


 Secara geologis lokasi pondasi untuk kepala jembatan dan pilar harus baik.
Dibawah pengaruh pembebanan, permukaan tanah yang mendukung harus
bebas dari faktor geseran (slip) dan gelinding (slide). Pada kedalaman yang tidak
terlalu besar dari dasar sungai terdapat lapisan batu atau lapisan keras lainnya
yang tidak erosive, dan aman terhadap gerusan air sungai yang akan terjadi
 Batasan sungai pada lokasi jembatan harus jelas, jembatan diusahakan
melintasi sungai secara tegak lurus;
 Bagian punggung atau pinggir harus cukup kuat, permanen dan cukup tinggi
terhadap permukaan air banjir;

18
LA POR A N PENDA HU LU A N

 Untuk mendapatkan suatu harga fondasi yang rendah, usahakan


mengerjakan fondasi tidak di dalam air, sebab pekerjaan fondasi dalam air mahal
dan sulit.

D. Perencanaan Geometerik dan Alinyemen Jembatan


Dalam perencanaan geometri dan alinyemen jembatan, hal yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
 Kendala alinyemen horisontal dan vertikal;
 Kendala geoteknik;
 Profil topografi;
 Kendala di bawah lintasan atau sungai/laut;
 Tinggi permukaan air;
 Kebutuhan ruang bebas.
Kemiringan melintang lantai jembatan adalah 2%. Kemiringan memanjang
jembatan adalah tanjakan atau turunan pada saat melalui jembatan.
Perbandingan kemiringan dari tanjakan serta turunan tersebut disyaratkan
sebagai berikut:
 Perbandingan 1 : 30 untuk kecepatan kendaraan > 90 km/jam
 Perbandingan 1 : 20 untuk kecepatan kendaraan 60 s.d 90 km/jam
 Perbandingan 1 : 10 untuk kecepatan kendaraan < 60 km/jam

Jembatan pada ruas jalan nasional dengan kemiringan memanjang jembatan


maksimum adalah 1 : 20 atau 5%. Ketentuan tersebut di atas menyatakan bahwa
semakin besar kecepatan kendaraan, maka semakin landai pula tanjakan atau
turunan yang diberikan pada jembatan. Hal ini memang diberikan dengan
tujuan agar pada saat kendaraan akan masuk ke badan Jembatan kendaraan
tersebut tidak ”jumping”, yang secara otomatis akan memberikan beban kejut
tumbukan vertikal pada struktur jembatan. Struktur jembatan tidak
diperhitungkan terhadap beban tumbukan akibat jumping kendaraan. Jembatan
hanya diperhitungkan menahan beban kejut kendaraan yang melaju.
Pemberian syarat bidang datar dari permukaan jalan yang menghubungkan
antara jalan dengan jembatan dilakukan untuk meredam energi akibat tumbukan

19
LA POR A N PENDA HU LU A N

dan kendaraan yang akan melewati jembatan. Bila hal ini tidak diberikan,
dikhawatirkan akan berakibat pada rusaknya struktur secara perlahan-lahan
akibat dari tumbukan kendaraan-kendaraan terutama kendaraan berat seperti
truk atau kendaraan berat lainnya.
Energi kejut yang diberikan pada struktur akan meruntuhkan struktur atas,
seperti gelagar dan juga lantai kendaraan. Tentu saja untuk menguranginya
maka diberikan jarak berupa jalan yang datar mulai dari kepala jembatan sejauh
minimum 5 meter ke arah jalan yang di beri struktur pelat injak untuk
pembebanan peralihan dari jalan ke jembatan.
Untuk melindungi agar kendaraan yang lewat jembatan dalam keadaan aman,
baik bagian kendaraan maupun barang bawaannya, maka tinggi bidang
kendaraan ditentukan sebesar minimum 5 m yang diukur dari lantai jembatan
sampai bagian bawah balok pengaku rangka bagian atas (top lateral bracing).
Ruang bebas (clearance) adalah jarak jagaan yang diberikan untuk menghindari
rusaknya struktur atas jembatan karena adanya tumbukan dari benda-benda
hanyutan atau benda yang lewat di bawah jembatan. ruang bebas vertikal
(vertical clearance) diukur dari permukaan air banjir sampai batas paling bawah
struktur atas jembatan. Besarnya vertical clearance bervariasi, tergantung dari
jenis sungai dan benda yang ada di bawah jembatan. Nilai ruang bebas di bawah
jembatan ditentukan sebagai berikut :
 C = 0,5 m; untuk jembatan di atas sungai pengairan
 C = 1,0 m; untuk sungai alam yang tidak membawa hanyutan
 C = 1,5 m; untuk sungai alam yang membawa hanyutan ketika banjir
 C = 2,5 m; untuk sungai alam yang tidak diketahui kondisinya
 C = 5,1 m; untuk jembatan jalan layang
 C >15,0 m; untuk jembatan di atas laut dan di atas sungai yang digunakan
untuk alur pelayaran.

E. Perencanaan Bentang dan Lebar Jembatan


Ada 2 cara dalam menentukan bentang (L) dalam pembangunan jembatan, yaitu
untuk sungai yang merupakan limpasan banjir. Hal tersebut dilakukan karena
berdasar pada apakah alur sungai itu akan membawa hanyutan-hanyutan
berupa material dari banjir dari suatu kawasan, atau sungai tersebut hanyalah

20
LA POR A N PENDA HU LU A N

digunakan sebagai aliran sungai biasa yang tidak membawa hanyutan-hanyutan


besar dari banjir. Material-material yang dibawa pada saat banjir sangat
beraneka ragam, baik jenis maupun ukurannya. Oleh sebab itu pada sungai yang
dijadikan limpasan banjir penentuan bentang akan sedikit lebih panjang
dibandingkan dengan sungai yang bukan limpasan banjir.
a+ b
L=
2
untuk kondisi:
 Bukan sungai limpasan banjir
 Air banjir tidak membawa hanyutan
L=b
untuk kondisi:
 Sungai limpasan banjir
 Air banjir membawa hanyutan
Dimana :
L = bentang jembatan
a = lebar dasar sungai
b = lebar permukaan air banjir
Lebar jembatan ditentukan berdasarkan kebutuhan kendaraan yang lewat setiap
jam, semakin banyak kendaraan yang lewat maka diperlukan lebar jembatan
yang lebih besar. Penentuan lebar dan jumlah lajur ditunjukan pada Tabel 2.1.

21
LA POR A N PENDA HU LU A N

Tabel 3.1.Penentuan Lebar dan Jumlah Lajur

Keterangan:
** = mengacu pada persyaratan ideal
* = 2 lajur terbagi, masing-masing n x 3,5 m, dimana n = jumlah lajur/jalur
- = tidak ditentukan

Untuk memberikan keamanan dan kenyaman bagi pemakai jembatan, maka


lebar lantai jembatan ditentukan sebagai berikut:
 Lebar jembatan minimum jalan nasional kelas A adalah (1 + 7 + 1) meter;
 Lebar jembatan minimum jalan nasional kelas B adalah (0,5 + 6 + 0,5) meter;
 Tidak boleh lebih kecil dari lebar jalan;
 Memenuhi standar lebar lajur lalu lintas sebesar (n x (2,75 m ~ 3,50 m)),
dimana n = jumlah lajur lalu lintas.

F. Pemilihan Bentuk Struktur Jembatan


Dalam pemilihan bentuk struktur jembatan, hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
 Kendala geometri;
 Kendala material dan ketersediaannya;
 Kecepatan pelaksanaan;
 Kesulitan perencanaan dan pelaksanaan;

22
LA POR A N PENDA HU LU A N

 Pemeliharaan jembatan;
 Biaya konstruksi.

G. Perencanaan Bangunan Atas


Bangunan atas merupakan bagian atas dari sutau jembatan yang berfungsi untuk
menampung beban-beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas, orang atau
kendaraan atau lainnya, yang kemudian menyalurkannya ke bangunan bawah.

Bagian-bagian dari bangunan atas jembatan adalah sebagai berikut:


1. Gelagar
Gelagar merupakan bagian utama dari bangunan atas yang berfungsi untuk menerima
beban-beban yang bekerja diatasnya dan menyalurkannya ke bangunan bawah.

2. Pelat lantai
Pelat lantai berfungsi sebagai penahan lapisan perkerasan, pelat lantai kendaraan
diasumsikan sebagai pelat yang ditumpu pada keempat sisinya (oleh gelagar
memanjang dan melintang).

3. Sandaran
Sandaran berfungsi sebagai pagar pengaman bagi para pengguna jembatan. Selain itu
juga berfungsi untuk menambah nilai estetika
Konstruksi sandaran terdiri dari:

a. Tiang sandaran (Rail Post), biasanya terbuat dari beton bertulang untuk jembatan
girder beton, sedangkan untuk jembatan rangka tinag sandaran menyatu dengan
struktur rangka tersebut.
b. Sandaran (Hand Rail), biasanya dari pipa baja, kayu, atau beton bertulang.
4. Trotoar
Fungsi utama trotoar adalah memberikan layanan yang optimal bagi pejalan kaki baik
dari segi keamanan maupun kenyamanan.

Perencanaan struktur atas jembatan harus direncanakan sesuai dengan aturan-aturan


yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92 atau
peraturan lain yang relevan yeng disetujui oleh Pemberi Tugas. Prinsip-prinsip dasar untuk
perencanaan struktur jembatan adalah Limit States atau Rencana Keadaan Batas, dengan

23
LA POR A N PENDA HU LU A N

memperhatikan beberapa faktor berikut ini:


1. Pembebanan pada struktur atas jembatan harus dihitung berdasarkan kombinasi dari
semua jenis beban yang secara fisik akan bekerja pada komponen struktur jembatan;
2. Kekuatan struktur atas jembatan harus direncanakan berdasarkan analisis struktur dan
cara perhitungan gaya-gaya dalam yang ditetapkan di dalam standar/peraturan yang
disebut diatas dan khususnya berhubungan dengan material yang dipilih;
3. Deformability, lawan lendut dan lendutan dari struktur atas jembatan harus dihitung
dengan cermat, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang agar tidak
melampaui nilai batas yang diijinkan oleh standar/peraturan yang digunakan;
4. Umur layan jembatan harus direncanakan berdasakan perilaku jangka panjang
material dan kondisi lingkungan di lokasi jembatan yang diaplikasikan pada rencana
komponen struktur jembatan khususnya selimut beton, permeabilitas beton, atau tebal
elemen baja, terhadap resiko korosi ataupun potensi degradasi meterial.

Apabila tidak direncanakan secara khusus, maka dapat digunakan bangunan atas
jembatan standar Bina Marga seperti:
1. Box Culvert (single, double, triple) bentang 1 s.d 10 m;
2. Voided slab, bentang 6 s.d 16 m;
3. Gelagar Beton Bertulang Tipe T, bentang 6 s.d 25 m;
4. Gelagar Beton Pratekan Tipe I dan Box, bentang 16 s.d 40 m;
5. Gelagar Komposit Tipe I dan Box bentang 20 s.d 40 m;
6. Rangka Baja bentang 30 s.d 60 m.

H. Perencanaan Bangunan Bawah


Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap aspek kekuatan
dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan tekanan tanah vertikal
ataupun horisontal dan harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan dalam Peraturan
Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:

1. Struktur bawah jembatan harus direncanakan untuk menanggung beban struktur atas
melalui komponen tumpuan, yang sudah merupakan kombinasi terbesar dari semua

24
LA POR A N PENDA HU LU A N

beban struktur atas, beserta beban-beban yang bekerja pada struktur bawah yaitu:
tekanan tanah lateral, gaya-gaya akibat aliran air,tekanan air, gerusan, tumbukan serta
beban-beban sementara lainnya yang dapat bekerja pada komponen struktur bawah;
2. Kekuatan struktur bawah harus ditentukan berdasarkan analisis struktur dan cara
perencanaan kekuatan yang ditetapkan di dalam peraturan yang berhubungan dengan
material yang digunakan;
3. Perletakan jembatan harus direncanakan berdasarkan asumsi yang diambil di dalam
modelisasi struktur dengan memperhatikan kekuatan dan kemampuan deformasi
komponen perletakan seperti karet elastomer yang mengacu kepada SNI 03-4816-1998
“Spesifikasi bantalan karet untuk perletakan jembatan”;
4. Deformasi yang potensial terjadi khususnya penurunan harus diperhatikan di dalam
perencanaan struktur bawah. Penurunan harus diantisipasi dan dihitung dengan cara
analisis yang benar berdasarkan data geoteknik yang akurat, dimana pengaruh dari
potensial penurunan diferensial dari struktur bawah, bilaada harus diperhitungkan
dalam perencanaan struktur atas;
5. Jika gerusan dapat mengakibatkan terkikisnya sebagian tanah timbunan di atas atau di
samping suatu bagian struktur bawah jembatan maka pengaruh stabilitas dari massa
tanah harus diperhitungkan secara teliti;
6. Umur layan rencana struktur bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka
panjang material dan kondisi lingkungan khususnya bila berada di bawah air yang
diaplikasikan pada rancangan komponen struktur bawah khususnya selimut beton,
permeabiitas beton atau tebal elemen baja terhadapresiko korosi ataupun potensi
degradasi material.
Bangunan bawah jembatan meliputi:
1. Pangkal Jembatan (Abutment)
Abutment berfungsi untuk menyalurkan beban vertikal dan horizontal dari bangunan
atas ke pondasi dengan fungsi tambahan untuk mengadakan peralihan tumpuan dari
timbunan jalan pendekat ke bangunan atas jembatan. Konstruksi abutment harus mampu
mendukung beban-beban yang bekerja, yang meliputi:
a. Beban mati akibat bangunan atas (gelagar jembatan, pelat lantai jembatan, trotoar,
sandaran, perkerasan, dan air hujan);
b. Beban mati akibat bangunan bawah (berat sendiri abutment, berat tanah timbunan,
dan gaya akibat tekanan tanah);

25
LA POR A N PENDA HU LU A N

c. Beban hidup akibat bangunan atas (beban “T”, beban “D”, dan beban hidup pada
trotoar);
d. Beban sekunder (gaya rem, gaya gempa dan gaya gesekan akibat tumpuan yang
bergerak).

Gambar 3.1. Gaya-Gaya yang Bekerja pada Abutment


Keterangan:
Rl = beban hidup akibat bangunan atas
Rd = beban mati akibat bangunan atas
Hs = gaya horizontal akibat beban sekunder
q = beban hidup tambahan
Pa = gaya tekanan tanah
Wc = beban mati akibat berat sendiri abutment
Ws = beban mati akibat berat tanah timbunan
F = gaya angkat
q1, q2 = reaksi pada tanah dasar
Abutment dapat diasumsikan sebagai dinding penahan tanah, yang berfungsi
menyalurkan gaya vertikal dan horisontal dari bangunan atas ke pondasi dengan fungsi
tambahan untuk mengadakan peralihan tumpuan dari oprit ke bangunan atas jembatan,
terdapat tiga jenis:

26
LA POR A N PENDA HU LU A N

a. Abutment tembok penahan


Timbunan jalan tertahan dalam batas-batas pangkal dengan tembok penahan yang
didukung oleh pondasi
b. Abutment kolom spill-through
Timbunan diijinkan berada dan melalui portal pangkal yang sepenuhnya tertanam
dalam timbunan. Portal dapat terdiri dari balok kepala dan tembok kepala yang
didukung oleh rangkaian kolom-kolom pada pondasi atau secara sederhana terdiri
dari balok kepala yang didukung langsung oleh tiang-tiang.
c. Abutment tanah bertulang
Ini adalah sistem paten yang memperkuat timbunan agar menjadi bagian abutment.
Tipe-tipe abutment ditunjukan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2.Tipe-tipe Abutmen

Dalam hal ini perhitungan abutment meliputi:


a. Menentukan bentuk dan dimensi rencana penampang abutment, mutu beton serta
tulangan yang diperlukan;
b. Menentukan pembebanan ynag terjadi pada abutment;

27
LA POR A N PENDA HU LU A N

c. Menghitung momen, gaya normal dan gaya geser akibat kombinasi dari beban-beban
yang bekerja;
d. Mencari dimensi tulangan dan memeriksa apakah abutment cukup memadai untuk
menahan gaya-gaya tersebut;
e. Meninjau kestabilan terhadap sliding dan bidang runtuh tanah;
f. Meninjau terhadap settlement (penurunan tanah).

I. Perencanaan Pondasi Jembatan


Struktur pondasi jembatan harus direncanakan secara benar terhadap aspek kekuatan
dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan beban struktur bawah dan
harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan
(Bridge Design Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Analisis dapat dilakukan terpisah atau terintegrasi dengan analisis struktur jembatan.
Penggunaan paket software komersil, harus dilakukan validasi terlebih dahulu dengan
menggunakan contoh dari text book dan dicek secara manual untuk mendapatkan
keyakinan;
2. Pondasi jembatan pada umumnya dapat dipilih dari jenis:
a. Pondasi Dangkal/Pondasi Telapak
Pondasi telapak digunakan jika lapisan tanah keras (lapisan tanah yang
dianggap baik dalam mendukung beban) terletak tidak jauh (dangkal) dari muka
tanah. Dalam perencanaan jembatan pada sungai yang masih aktif, pondasi
telapak tidak dianjurkan mengingat untuk menjaga kemungkinan terjadinya
pergeseran akibat gerusan.
b. Pondasi Caisson/Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran digunakan untuk kedalaman tanah keras antara 2 s.d 5 m.
Pondasi sumuran dibuat dengan cara menggali tanah berbentuk lingkaran
berdiameter > 80 cm, penggalian secara manual dan mudah untuk dilaksanakan.
Kemudian lubang galian diisi dengan beton siklop (1 pc : 2 ps : 3 kr) atau beton
bertulang jika dianggap perlu. Pada ujung pondasi sumuran untuk menerima
dan meneruskan beban ke pondasi secara merata.
c. Pondasi Bore Pile/Pondasi Tiang Bor
Pondasi tiang bor merupakan jenis pondasi tiang yang dicor ditempat, yang
sebelumnya dilakukan pengeboran dan penggalian. Sangat cocok digunakan

28
LA POR A N PENDA HU LU A N

pada tempat-tempat yang padat oleh bangunan-bangunan, karena tidak terlalu


bising dan getarannya tidak menimbulkan dampak negatif terhadap bangunan
di sekelilingnya.
d. Pondasi tiang pancang (jenis end bearing atau friction)
Pondasi tiang pancang umumnya digunakan jika lapisan tanah keras berada jauh
dari dasar sungai dan kedalamannya > 8 m.
e. Pondasi jenis lain yang dianggap sesuai.
3. Penentuan jenis dan kedalaman pondasi dilakukan berdasarkan kondisi lapisan tanah
dan kebutuhan daya dukung untuk struktur bawah serta batasan penurunan pondasi.
Secara umum kondisi dan kendala lapangan yang harus dipertimbangkan adalah
sebagai berikut:
a. Pembebanan dari struktur jembatan;
b. Daya dukung pondasi yang dibutuhkan;
c. Daya dukung dan sifat kompresibilitas tanah atau batuan;
d. Penurunan yang diijinkan dari struktur atas/bawah jembatan;
e. Tersedianya alat berat dan material pondasi;
f. Stabilitas tanah yang mendukung pondasi;
g. Kedalaman permukaan air tanah;
h. Perilaku aliran air tanah;
i. Perilaku aliran air sungai serta potensi gerusan dan sedimentasi;
j. Potensi penggalian atau pengerukan di kemudian hari yang berdekatan dengan
pondasi;
4. Khususnya untuk penggunaan pondasi tiang, penentuan jenis dan panjang tiang harus
dilakukan berdasarkan kondisi lapangan di lokasi rencana jembatan, khususnya
kondisi planimetri serta berdasarkan atas evaluasi yang cermat dari berbagai informasi
karakteristik tanah yang tersedia, perhitungan kapasitas statik vertikal dan lateral,
dan/atau berdasarkan riiwayat/pengalaman sebelumnya.
J. Perencanaan Jalan Pendekat
Dalam perencanaan jalan pendekat, hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
1. Perencanaan jalan pendekat jembatan termasuk komponen pelat injak harus
memperhatikan kesinambungan ukuran dan ketinggian jembatan. Apabila jalan
pendekat dibuat dari tanah urugan maka harus diperhatikan potensi penurunan

29
LA POR A N PENDA HU LU A N

jangka panjang dari lapisan tanah pendukung atau urugan tanah yang menjadi
tumpuan perkerasan jalan pendekat;
2. Potensi penurunan tanah harus dihitung secara cermat berdasarkan hasil penyelidikan
tanah;
3. Perencanaan jalan pendekat harus mengacu kepada ketentuan yang berlaku.

K. Perencanaan Bangunan Pelengkap dan Pengaman


Dalam perencanaan bangunan pelengkap dan pengaman, hal yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan komponen bangunan pelengkap dan pengaman dalam pekerjaan
perencanaan jembatan harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan di dalam
acuan:
a. Undang-undang RI No.14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
b. Pedoman marka jalan, Pd T-12-2004-B.
2. Perencanaan komponen pelengkap dan pengaman jembatan meliputi:
a. Rambu dan marka pada jembatan;
b. Pagar pengaman jembatan;
c. Lampu penerangan pada jembatan;
d. Struktur pengaman pada pilar jembatan terutama untuk menghindari tumbukan
langsung dengan pilar jembatan (seperti fender pengaman atau sejenisnya).

30
LA POR A N PENDA HU LU A N

3.3. TAHAP PEKERJAAN KANTOR


a. Penggambaran

Gambar rencana harus ditampilkan dalam format yang sesuai dengan petunjuk dari
pengguna jasa dan/atau instansi yang berkompeten untuk pengesahan dokumen
perencanaan. Gambar rencana harus ditampilkan dalam format A3 untuk dokumen lelang
dan Format A1 untuk keperluan kegiatan pelaksanaan konstruksi di lapangan. Gambar
rencana harus terdiri dari urutan sebagai berikut:
1. Sampul luar dan sampul dalam;
2. Daftar isi;
3. Peta lokasi jembatan yang dilengkapi dengan peta jaringan jalan eksisiting
danpetunjuk arah utara mata angin;
4. Daftar simbol (legenda) dan singkatan;
5. Daftar rangkuman volume pekerjaan;;
6. Potongan memanjang, potongan melintang dan denah jembatan dengan skala 1:100;
7. Gambar detail dengan skala 1:20, yang mencakup pelat lantai kendaraan, struktur atas,
struktur bawah dan pondasi jembatan;
8. Gambar standar.

b. Penyusunan Spesifikasi Teknik

Penyusunan spesifikasi teknik harus mengacu kepada gambar rencana dan harus
memperhatikan semua aspek pelaksanaan konstruksi serta dapat menjelaskan secara rinci
metode dan urutan pelaksanaan termasuk jenis dan mutu material yang digunakan.

c. Perhitungan Volume Pekerjaan dan Rencana Anggaran Biaya

Penyusunan jenis item pekerjaan harus sesuai dengan spesifikasi yang digunakan,
perhitungan volume pekerjaan harus dilakukan secara rinci berdasarkan daftar item
pekerjaan yang dibuat sesuai dengan gambar rencana dan tabel perhitungan harus
mencakup semua jenis pekerjaan.

d. Pelaporan dan Penyiapan Dokumen Lelang

31
LA POR A N PENDA HU LU A N

1. Dokumen Lelang
Bab I : Instruksi Kepada Peserta Lelang;
Bab II : Bentuk Penawaran, Informasi Kualifikasi dan Perjanjian;
Bab III : Syarat-syarat Kontrak;
Bab IV : Data Kontrak;
Bab V : Bentuk-bentuk jaminan;
Bab VI : Spesifikasi;
Bab VII : Gambar-gambar;
Bab VIII : Daftar Kuantitas.
2. Pelaporan
Jenis – jenis laporan pekerjaan yang akan diserahkan oleh pihak konsultan perencana
sebagaimana yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja adalah sebagai berikut :
 Laporan Pendahuluan
Berisikan Latar Belakang, Lokasi Pekerjaan, Metodologi, rencana kerja dan hasil dari
survey pendahuluan
 Laporan Antara
Berisi tentang data – data primer hasil survey lapangan, analisa data, serta draft konsep
perencanaan
 Laporan Akhir
Merupakan laporan rangkuman semua kegiatan yang dilaksanakan secara garis besar
namun lengkap dan dapat dimengerti.
 Gambar Rencana.
Adalah Gambar Teknis Perencanaan yang disusun dalam format kertas A3 dengan skala
yang telah ditetapkan dalam standar Bina Marga.
 Dokumen Lelang.
Adalah dokumen lelang untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang meliputi
Instruksi kepada peserta lelang, Bentuk Informasi dan Kualifikasi, Syarat-Syarat
Kontrak, Data Kontrak, Spesifikasi Teknis, Gambar Rencana, Bentuk-Bentuk Jaminan,
Daftar Kuantitas.
 CD laporan dan gambar.
Merupakan CD data laporan dan gambar hasil pekerjaan perencanaan yang
dilaksanakan oleh pihak konsultan perencana.

32
LA POR A N PENDA HU LU A N

BAB 4
PROGRAM KERJA

4.1. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERSONIL

Tugas dan tanggung jawab untuk setiap personil secara umum adalah sebagai
berikut :

 Team Leader
 Mengkoordinir dan mengendalikan semua personil yang terlibat dalam
pekerjaan ini sehingga dapat dihasilkan pekerjaan sesuai dengan Kerangka
Acuan Kerja yang telah ditetapkan.
 Bekerjasama dengan Engineer dan staf teknik lainnya yang membantu
melaksanakan pekerjaan perencanaan ini sehingga hasil yang didapat sesuai
dengan Kerangka Acuan Kerja atau yang diharapkan oleh pemberi kerja.
 Bertanggung jawab atas semua hasil perhitungan dan gambar-gambar kepada
pemberi kerja.

 Ahli Jembatan
 Mengkoordinir dan mengendalikan semua personil yang terlibat dalam
pengumpulan data dari jenis pekerjaan yang ditanganinya.
 Memeriksa dan menganalisa data lapangan.
 Membuat perhitungan debit banjir sebagai dasar untuk perencanaan
bangunan drainase dan mengestimasi tinggi muka air di sungai sebagai dasar
untuk perencanaan tinggi jembatan.
 Membuat perhitungan rencana anggaran biaya jembatan dan dokumen lelang
 Mengendalikan dan mengatur semua personil yang mengadakan survai
lapangan.
 Bertanggungjawab atas semua hasil pehitungan dan perencanaan kepada
Team Leader dan pemberi kerja.

33
LA POR A N PENDA HU LU A N

 Ahli Geoteknik.
 Bersama Team Leader menentukan lokasi titik lokasi sondir.
 Mengkoordinir semua personil yang terlibat dalam pekerjaan penyelidikan
tanah baik di lapangan maupun di laboratorium serta menyusun rencana
kerjanya.
 Melakukan analisa dan evaluasi data geoteknik, termasuk merencanakan dan
merekomendasikan jenis pondasi jalan dan jembatan berikut perhitungannya.
 Bertanggung jawab atas semua pengujian dan penyelidikan tanah kepada
Team Leader dan pemberi kerja.

 Ahli Geodetik.
 Mengendalikan dan mengatur semua personil yang terlibat dalam
pelaksanaan pengukuran dan pemetaan topografi di lapangan.
 Memeriksa dan menganalisa data lapangan.
 Membuat perhitungan dan gambar-gambar hasil pengukuran topografi
situasi, potongan memanjang dan melintang.
 Bertanggung jawab atas hasil perhitungan dan gambar hasil pengukuran
topografi kepada pemberi kerja.

 Ahli Struktur.
 Mengendalikan dan mengatur semua personil yang mengadakan survai
lapangan.
 Memeriksa dan mengevaluasi kondisi jembatan eksisting serta membuat
perhitungan dan analisa teknik pada struktur atas dan bawah jebatan,
 Bertanggung jawab atas semua hasil analisa data lapangan dan hasil
perhitungan kepada Team Leader dan pemberi kerja.

 Asisten Ahli
 Membantu para tenaga ahli dalam melaksanakan tugas perencanaannya
sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.
 Membantu menyusun laporan perencanaan yang dibuat oleh bidang
keahliannya.
 Membantu tenaga ahli dalam mengkonsultasikan pekerjaan terhadap
pemberi tugas.

34
LA POR A N PENDA HU LU A N

4.2. STRUKTUR ORGANISASI TIM PERENCANA

Tim konsultan akan berkedudukan di Kendari dan dibantu oleh Tenaga Pendukung.
Untuk pelayanan konsultasi secara efisien dan optimal, Tim Konsultan akan
menyusun Struktur Organisasi mulai dari Tenaga Ahli maupun Tenaga Pendukung.
Setelah mempelajari kebutuhan dan tugas serta tanggung jawab personil yang
tercantum di dalam Kerangka Acuan Kerja, Tim Konsultan mencoba menyusun
struktur Organisasi seperti terlihat pada Gambar 3.1. Struktur Organisasi Tim
Konsultan.

Team Leader
Ir. Amran Yunus

Highway Engineer Asisten Highway Engineer


Andy Ardi Sasmito, ST Arfan Efendi, ST

Bridge Engineer Asisten Bridge Engineer


Riski Juniaty Husain, ST Muhammad Zulkarnain Thalib, ST

CAD/CAM Operator

Surveyor

Sekretaris Administrator Tenaga Buruh/Lokasi

Gambar 4.2. Struktur Organisasi Konsultan Perencana

35
LA POR A N PENDA HU LU A N

4.3. PROGRAM KERJA

Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, konsultan perencana akan menyusun


program kerja yang meliputi :
 Jadwal Rencana Pekerjaan secara detail dengan harapan pekerjaan nantinya
dapat selesai tepat waktu tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas hasil
perencanaan.
 Jadwal Penugasan Personil secara detail dengan harapan agar tiap-tiap personil
dapat menggunakan waktunya secara efektif dan efisien sehingga tugas dan
tanggung jawab yang diterimanya dapat diselesaikan dengan baik.

4.4. JADWAL RENCANA KERJA

Konsultan perencana telah mencoba menyusun jadwal rencana untuk pekerjaan jasa
konsultansi ini. Untuk menghindari terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,
maka jadwal kegiatan disusun secara overlap dikarenakan waktu yang disediakan
oleh pengguna jasa relatif sempit. Adapun jadwal rencana kerja yang telah disusun
dapat dilihat pada Gambar 4.2.
A. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli
MIN GGU Orang
NO NAMA PERSONIL
1 2 3 4 5 6 7 8 Keterangan Bulan
Nasional
1 Ir. Muh. Amin Nurdin Team Leader 1,00
2 Syahrir Ganie, ST Bridge Engineer 1,00
3 Ir. Boediono Soedirman, M.Sc Geodetik Engineer 1,00
4 Ir. Bambang Priyambodo Geotechnical Engineer 1,00
5 Mustakdir, ST Structure Engineer 1,00
5,00
Asing
1
2
...n

Masukan Penuh Waktu Masukan Paruh Waktu

36
LA POR A N PENDA HU LU A N

B. Jadwal Penugasan Tenaga Asisten Ahli


MIN GGU Orang
NO NAMA PERSONIL
1 2 3 4 5 6 7 8 Keterangan Bulan
Nasional
1 Arifin Bachtiar, ST Ass. Bridge Engineer 1,00
2 Muhammad Sainuddin, ST Ass. Geodetic Engineer 1,00
3 Edy Mangkere, ST Ass. Geotechnical Engineer 1,00
4 Abdul Sawal Hainuddin, A.Md Surveyor 1,00
4,00
Asing
1
2
...n

Masukan Penuh Waktu Masukan Paruh Waktu

C. Jadwal Penugasan Tenaga Pendukung


MIN GGU Orang
NO NAMA PERSONIL
1 2 3 4 5 6 7 8 Keterangan Bulan
Nasional
1 Suarni, A.Md.Komp Operator Komputer 1,00
2 Jumardin Driver 1,00
Buruh Lokal
3 Buruh Highway Engineer 1,00
4 Buruh Geodetic Engineer 1,00
5 Buruh Geotechnical Engineer 1,00
5,00
Asing
1
2
...n

Masukan Penuh Waktu Masukan Paruh Waktu

Gambar 4.3. Jadwal Rencana Kerja

37
LA POR A N PENDA HU LU A N

BAB 5
REKOMENDASI

Setelah melaksanakan survai pendahuluan, terdapat beberapa rekomendai sebagai


berikut :
 Pada jembatan di ruas Jalan Mataiwoi-Abuki-Jembatan Konaweha Hulu,
diperlukan pembuatan jembatan permanen.
 Kondisi struktur jembatan S. Awuajaya VII sudah mulai terlihat kerusakan
struktur bangunan bawah. Diperlukan penanganan yang lebih awal untuk
mengganti jembatan yang mengalami kerusakan struktur.
 Jembatan di ruas Jalan Mataiwoi-Abuki-Jembatan Konaweha Hulu yang disurvei,
panjang betang berkisar 5 - 7 m, sehingga lebih direkomendasikan penggunaan
boxculvert.

38

Anda mungkin juga menyukai