Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGARUH NaCl TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA

Penanggung Jawab :

Yenny Istiqomah ( G1H011003 )

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI (S1) ILMU GIZI
PURWOKERTO
2012
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum


Praktikum ini berjudul “Pengaruh NaCl terhadap Pertumbuhan Mikroba”.

1.2 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada Rabu, 16 Mei 2012 pukul 13.00 WIB
di Laboratorium Ilmu Pangan dan Gizi, Jurusan Ilmu Teknologi Pangan,
Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Sedangkan kegiatan
pengamatannya dilaksanakan pada Kamis, 17 Mei 2012 pukul 13.00 WIB di
Laboratorium Ilmu Pangan dan Gizi, Jurusan Ilmu Teknologi Pangan,
Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Jenderal Soedirman.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum ini antara lain :
1. Mengetahui perbedaan mikroba gram positif dan negatif;
2. Mengetahui pengaruh varian konsentrasi NaCl terhadap pertumbuhan
mikroba gram positif dan negatif;
3. Mengetahui fungsi larutan NaCl sebagai media pertumbuhan mikroba.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat


yang disebut medium. Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-
zat hara (nutrien) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan adanya
medium pertumbuhan, aktivitas mikroba dapat dipelajari dan dengan medium
tumbuh dapat dilakukan isolasi mikroba dengan kultur murni, perbanyakan,
pengujian sifat fisiologis, dan perhitungan jumlah mikroba. Supaya mikroba dapat
tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-
syarat, antara lain : harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan
oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH
yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh, tidak mengandung
zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam
keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh
dengan baik (Sutedjo, 1990).
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikroba
yang masih hidup pada metode agar, sehingga sel mikroba tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata
tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1993).
Metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu :
1. Metode tuang (pour plate)
2. Metode permukaan (surface / spread plate)
Pada prinsipnya dalam metode tuang, sejumlah sampel dari pengenceran
yang dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambah agar cair
steril yang sudah didinginkan (47-50ºC) dan digoyangkan supaya sampelnya
menyebar secara merata. Sedangkan pada pemupukan dengan metode permukaan,
terlebih dahulu dibuat agar cawan kemudian sampel yang telah diencerkan dipipet
pada permukaan agar tersebut. Kemudian diratakan dengan batang gelas
melengkung yang steril. Perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat
jika pengenceran dilakukan secara decimal. Semakin tinggi jumlah mikroba yang
terdapat di dalam sample, semakin tinggi pengenceran yang harus dilakukan
(Fardiaz, 1992).
Proses pengenceran adalah mencampurkan larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume air yang lebih besar.
Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah
panas dilepaskan ( Brady, 1999 ).
Berdasarkan susunan dinding sel bakteri dapat digolongkan menjadi bakteri
Gram-positif dan bakteri Gram-negatif. Gram-positif merupakan sel prokariotik
yang memiliki dinding sel terdiri atas peptidoglikan dan sedikit membran luar,
sedangkan Gram-negatif merupakan sel prokariotik yang memiliki dinding sel
terdiri atas peptidoglikan yang relatif lebih sedikit namun memiliki membran luar
yang terdiri atas lipopolisakarida (LPS), lipoprotein dan kompleks makromolekul
lainnya (Madigan et al., 2003).
Karakteristik bakteri Eschericia coli adalah berbentuk batang pendek,
termasuk bakteri gram negatif yang tidak berspora, biasanya dilengkapi dengan
flagella, seringkali terdapat fimbrae dan hidup tunggal atau berpasangan serta
tumbuh dengan cepat pada lingkungan cair. Kapsul atau mikrokapsul biasanya
ditunjukkan dan jika terjadi tekanan, maka E. coli akan memproduksi 
polisakarida. E. coli adalah bakteri fakultatif anaerob yang memiliki kemampuan
fermentasi dan metabolisme pernafasan. Suhu optimum bakteri tersebut adalah 37
̊ C dan dapat tumbuh pada media biakan yang sederhana  dan pada media sintetik.
Selain itu, diperlukan kondisi absolut untuk fermentasi karbohidrat (Sussman,
1997).
Bacillus cereus merupakan bakteri patogen pangan yang bersifat Gram-
positif. Ciri-ciri morfologi B.cereus yaitu batang (basilus) besar, aerobik dan
membentuk rantai, bergerak, membentuk spora yang terletak di tengah basil yang
tidak bergerak dan tahan panas. Dapat pula bersifat anaerobik. B.cereus memiliki
suhu optimum pertumbuhan berkisar antara 35-40ºC (Granum dan Baird-Parker,
2000).
Garam dapur adalah zat yang berbentuk kristal dan mempunyai rasa asin.
Garam dapur dikenal dengan sebutan NaCl, ini merupakan bahan yang paling
umum dan paling banyak digunakan dalam proses pengawetan ikan.
Pengaruh konsentrasi adalah besarnya konsentrasi suatu zat yang
dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Hasilnya akan terlihat pada
media pertumbuhan bakteri yang tidak ditumbuhi koloni bakteri setelah dilakukan
penanaman bakteri pada media tersebut. Waktu kontak adalah waktu yang
dibutuhkan oleh garam dapur (NaCl) untuk menghambat pertumbuhan bakteri
dalam waktu tertentu. Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel atau
pertambahan jumlah organisme (digilib.unimus.ac.id).
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Alat dan Bahan


A. Alat : 1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet mikro
4. Erlenmeyer
5. Cawan petri steril
6. Bunsen

B. Bahan : 1. Suspensi Escherichia coli


2. Suspensi Bacillus cereus
3. NaCl (1,3,5%)
4. NaCl 0,85%
5. Medium NA
6. Medium NB
7. Alkohol
3.2 Cara Kerja

40 ml media NB
Ditambahkan masing-masing ke dalam erlenmeyer

5 ml larutan NaCl
1,3,5%
Dimasukkan ke tiap dua erlenmeyer

5 ml mikroba

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer


Diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37ºC

Mikroba setelah inkubasi

Dilakukan pengenceran sampai 10‾³

1 ml mikroba

Dimasukkan ke dalam cawan petri steril dengan pipet mikro

Medium NA

Dimasukkan dalam keadaan hangat sekitar 45ºC

Cawan berisi campuran


mikroba + NaCl

Diputar-putar untuk meratakan medium


Diinkubasikan selama 48 jam dalam keadaan terbalik

Perhitungan koloni mikroba


BAB IV

4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data
dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Kadar NaCl
Bakteri Pengenceran Koloni
(%)

Escherichia coli 1 10‾² 6,14x104

10‾² 7,56x104

10‾³ 5,2x105

10‾³ 4,56x105

3 10‾² TBUD

10‾³ 1,68x10³

5 10‾² TBUD

10‾² TBUD

10‾³ TBUD

10‾³ TBUD

Bacillus cereus 1 10‾² 6,36x104

10‾² 3,84x104

10‾³ TBUD

10‾³ 8,52x104

3 10‾² 7,36x104

10‾³ 5,32x105

5 10‾² 7,2x104

10‾² 6x104

10‾³ 2,44x105
10‾³ 2,72x105

Ket. : TBUD (Tidak bisa untuk dihitung)

4.2 Pembahasan
Tabel di atas menunjukkan pada konsentrasi NaCl 1% jumlah koloni
yang dapat dihitung lebih sedikit daripada konsentrasi 3% dan 5%, baik pada
E.coli maupun B.cereus. Hasil ini menunjukkan bahwa pengenceran
berfungsi untuk mengurangi jumlah koloni dalam suatu media, karena jumlah
koloni pada pengenceran 10‾² lebih banyak dibanding pengenceran 10‾³, hal
ini didukung oleh pernyataan (Fardiaz, 1992), yang menyatakan bahwa
perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat jika pengenceran
dilakukan secara decimal. Semakin tinggi jumlah mikroba yang terdapat di
dalam sample, semakin tinggi pengenceran yang harus dilakukan. Begitupun
seharusnya pada pengenceran 10‾³ jumlah koloni bakteri akan berkurang dari
jumlah bakteri pada pengenceran 10‾². Namun adanya kesalahan dalam
praktikum seperti kurangnya ketelitian dalam membuat media dan
kemungkinan suspensi mikroba terkontaminasi oleh udara, lingkungan
sekitar, dan praktikan yang kurang menjaga kebersihan mengakibatkan data
yang diperoleh tidak tepat. Pada pengamatan juga terdapat sampel yang tidak
bisa untuk dihitung (TBUD), hal ini dapat terjadi karena tidak aseptis dalam
pengerjaan dan teknik pengambilan sampel yang yang kurang tepat.
Menurut Pelczar (1986), untuk mendapatkan koloni mikroba dapat
dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya dengan menggunakan
metode cawan tuang maupun cawan sebar. Metode ini dianggap lebih baik,
dan akurat bila dibandingkan dengan menghitung jumlah bakteri secara
langsung menggunakan mikroskop karena metode hitungan cawan hanya
menghitung jumlah bakteri yang hidup dan yang membentuk koloni saja,
sedangkan yang mati tidak ikut terhitung. Selain itu, metode ini lebih mudah
dan praktis. Kelemahannya yakni membutuhkan banyak bahan.
Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini hanya dengan
metode cawan tuang (pour plate). Metode ini mudah dilakukan karena tidak
membutuhkan keterampilan khusus dengan hasil biakan yang cukup baik.
Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber isolat yang telah
diketahui beratnya ke dalam 5 ml garam fisiologis (NaCl 0.85%). Larutan ini
berperan sebagai penyangga pH agar sel bakteri tidak rusak akibat
menurunnya pH lingkungan. Pengenceran dapat dilakukan beberapa kali agar
biakan yang didapatkan tidak terlalu padat atau memenuhi cawan (biakan
terlalu padat akan mengganggu pengamatan). Sekitar 1 ml suspensi dituang
ke dalam cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur
(nutrien agar) steril hangat (40-50oC) kemudian ditutup rapat dan diletakkan
dalam inkubator (37oC) selama 24 jam. Penuangan dilakukan secara aseptik
atau dalam kondisi steril agar tidak terjadi kontaminasi atau tumbuh atau
masuknya organisme yang tidak diinginkan. Media yang dituang hendaknya
tidak terlalu panas, karena selain mengganggu proses penuangan, media
panas masih mengeluarkan uap yang akan menempel pada cawan penutup,
sehingga mengganggu proses pengamatan. Pada metode ini koloni akan
tumbuh di dalam media agar. Kultur diletakkan terbalik, dibungkus dengan
kertas koran dan diikat kuat kemudian diletakkan dalam inkubator.
Menurut Lunggana (2002), larutan fisiologis merupakan garam NaCl
yang mempunyai keseimbangan kepekatan larutan dengan kepekatan cairan
tubuh (isotonik). Sedangkan mekanisme pengawetan NaCl adalah dengan
memecahkan (plasmolisis) membran sel mikroba, karena NaCl mempunyai
tekanan osmotik yang tinggi. Di samping itu, NaCl bersifat hidroskopis
sehingga dapat menyerap air dari bahan yang mengakibatkan a w dari bahan
tersebut menjadi rendah. Selain itu, NaCl dapat mengurangi kelarutan
oksigen, sehingga mikroba aerob dapat dicegah pertumbuhannya.
Fungsi NaCl 0,9% sebagai sumber mineral mikroba karena salah satu
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu sumber mineral dan
ini dapat  diperoleh dari NaCl 0,9% yang dimana juga menjaga sel mikroba
dalam keadaan yang isotonis. Karena jika mikroba dalam keadaan hipotonis
atau hipertonis maka sel mikroba akan pecah. Selain itu, larutan NaCl
merupakan larutan yang steril dimana tidak ditumbuhi atau tidak adanya
mikroba sehingga cocok untuk media.

BAB V

5.1 Kesimpulan
1. Mikroba gram-positif hanya tersusun satu lapis dinding sel yaitu
peptidoglikan yang tebal, sedangkan mikroba gram-negatif tersusun dua
lapis dinding sel yaitu lipopolisakarida dan lipoprotein serta peptidoglikan
yang lebih tipis dari mikroba gram-positif.
2. Semakin tinggi konsentrasi NaCl yang ditambahkan, maka semakin kecil
jumlah mikrobia yang dapat tumbuh. Namun jumlah bakteri yang tumbuh
semakin besar karena dikalikan dengan faktor pengencernya.
3. Fungsi larutan NaCl antara lain sebagai sumber mineral, mengurangi
kelarutan oksigen sehingga mikroba aerob dapat dicegah pertumbuhannya,
sebagai mikroba larutan yang steril dimana tidak ditumbuhi atau tidak
adanya mikroba sehingga cocok untuk media.

5.2 Saran
1. Praktikum selanjutnya supaya dapat diajarkan dengan menggunakan bahan
yang berbeda, sehingga dapat diketahui perbedaan jumlah koloni yang
didapat dari media satu dan media yang lainnya.
2. Penghitungan bakteri dengan metode hitungan cawan dilakukan
menggunakan isolat bakteri yang beragam, sehingga dapat dengan mudah
mengetahui jumlah berbagai macam koloni bakteri.
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa Aksara.

digilib.unimus.ac.id, diakses pada Senin, 28 Mei 2012.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : Gramedia.

Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo


Persada.

Granum, PE., dan TC Baird-Parker. 2000. Bacillus species. Di dalam : Lund BM,
Baird-Parker TC, Gould GW editor. The Microbial Safety and Quality of
Food Vol II. Maryland : Aspen.

Lunggana, I. 2002. Minuman Isontonik Pengganti Energi. Jakarta: Republika        


Online.

Madigan. Michael T et al. 2003. Biology of Microorganism 10 th ed. New York :


Southern Illinois University Carbondale.

Pelczar MJJr, Chan ECS. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi Vol 1. Jakarta : UI-
Press.

Sussman, Max. 1997. Eschericia coli : Mechanisme of Virulence. Cambridge :


United Kingdom at the University Press.

Sutedjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta : Rineka Cipta.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai