Anda di halaman 1dari 7

Home » PPh » Penyusutan dan Amortisasi (plus Contoh Penghitungan)

Penyusutan dan Amortisasi (plus Contoh


Penghitungan)
PPh

Penyusutan dan Amortisasi dalam Pajak Penghasilan


Penyusutan Fiskal
Penyusutan fiskal berbeda dengan penyusutan komersial yang dilaporkan di laporan laba rugi.
Perbedaan tersebut terkait metode penyusutan, masa manfaat harta, dan saat mulai dilakukan
penyusutan. Selain itu, penyusutan untuk tujuan fiskal tidak mengenal nilai sisa. Metode
penyusutan fiskal, harta berwujud dibedakan menjadi dua, yaitu bangunan dan bukan bangunan.
Harta berupa bangunan disusutkan dengan metode garis lurus, sedangkan harta bukan bangunan
dengan dua alternatif metode penyusutan, yaitu metode garis lurus atau metode saldo menurun
ganda.
Contoh Penghitungannya
Metode Garis Lurus
PT MANTAB mulai membangun sebuah kantor pada tanggal 14 April 2014 dengan biaya
Rp3.000.000.000,-. Kantor tersebut selesai dibangun pada tanggal 14 Maret 2015. Kantor
tersebut mulai digunakan pada tanggal 1 Mei 2015.
Maka kantor tersebut mulai disusutkan pada bulan Maret 2015, bulan dimana selesai proses
pengerjaan. Besarnya beban penyusutan fiskal tahun pajak 2015 adalah
Rp3.000.000.000,- x 5% x 10/12 = Rp125.000.000,-

Dengan persetujuan Dirjen Pajak, penyusutan dapat dimulai pada bulan digunakan, yaitu bulan
Mei 2015. Sehingga besarnya beban penyusutan fiskal tahun pajak 2015 menjadi
Rp3.000.000.000 X 5% x 8/12 = Rp100.000.000,-
Metode Saldo Menurun Ganda
PT MANTAB pada tanggal 14 April 2014 membeli 10 unit laptop dengan harga Rp50.000.000,-
Laptop tersebut mulai digunakan pada tanggal 1 Mei 2014. Laptop disusutkan dengan metode
saldo menurun ganda, dan masa manfaatnya termasuk kelompok I.
Besarnya beban penyusutan fiskal adalah sebagai berikut:
Nilai Buku Jumlah Beban Akumulasi
Tahun Tarif
Awal Bulan Penyusutan Penyusutan
2014 50.000.000 50% 9 18.750.000 18.750.000
2015 30.000.000 50% 12 15.625.000 34.375.000
2016 15.000.000 50% 12 7.812.500 42.187.500
2017 7.500.000 50% 12 3.906.250 46.093.750
2018 3.750.000 50% 3 3.906.250 50.000.000

Pada akhir tahun jika terdapat nilai sisa, jumlah tersebut dibebankan sekaligus. Sehingga beban
penyusutan tahun 2018 adalah Rp4.166.666,67
Dengan persetujuan Dirjen Pajak, laptop tersebut dapat mulai disusutkan pada bulan Mei 2014
pada bulan laptop tersebut digunakan sehingga besarnya beban penyusutan fiskal menjadi
sebagai berikut:
9]>

Jumla
Tahu Nilai Buku Tari Beban Akumulasi
h
n Awal f Penyusutan Penyusutan
Bulan
50.000.00 50 16.666.666,6 16.666.666,6
2014 8
0 % 7 7
30.000.00 50 16.666.666,6 33.333.333,3
2015 12
0 % 7 3
15.000.00 50 41.666.666,6
2016 12 8.333.333,33
0 % 7
50 45.833.333,3
2017 7.500.000 12 4.166.666,67
% 3
50 50.000.000,0
2018 3.750.000 4 4.166.666,67
% 0

Amortisasi
Amortisasi dilakukan atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran
lainnya. Yang dimaksud dengan pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna
bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan muhibah (goodwill) yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan. Sedangkan pengeluaran untuk memperoleh hak guna bangunan, hak guna usaha,
hak pakai yang pertama kali tidak boleh disusutkan.
Contoh Penghitungannya
PT MANTAB memperoleh hak penambangan gas bumi, yang mempunyai potensi
10.000.000.000 barel, dengan biaya sebesar Rp30.000.000.000,-. Pada tahun 2014 jumlah
produksi mencapai 500.000.000 barel yang berarti 20% dari potensi yang tersedia
Metode amortisasi yang digunakan adalah metode satuan produksi. Besarnya beban amortisasi
tahun 2014 adalah sebagai berikut:
20% x Rp30.000.000.000,- = Rp6.000.000.000,-
Penyusutan dan Amortisasi
DASAR HUKUM
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang – undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1994 tentang Peubahan Atas Undang
– undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan
Undang – undang Nomor 7 tahun 1991.
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan Atas Undang –
undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

DEFINISI
Menurut Undang – undang Pajak Penghasilan :
Penyusutan ( depresiasi ) merupakan konsep alokasi harga perolehan harta tetap berwujud.
Amortisasi merupakan konsep alokasi harga perolehan harta tetap tidak berwujud dan harga
perolehan harta sumber alam.

PENYUSUTAN
Untuk menghitung besarnya penyusutan harta tetap berwujud dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
Harta berwujud yang bukan berupa bangunan.
1. Kelompok 1
Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 4 tahun.
2. Kelompok 2
Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 8 tahun.
3. Kelompok 3
Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 16 tahun
4. Kelompok 4
Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 20 tahun.

Harta berwujud yang berupa bangunan.


1. Permanen
Masa manfaatnya 20 tahun.
2. Tidak permanen
Bangunan yang bersifat sementara.
Terbuat dari bahan yang tidak tahan lama.
Atau bangunan yang dapat dipindah – pindahkan.
Masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun.

METODE & TARIF PENYUSUTAN


Metode yang dipergunakan antara lain :
Metode garis lurus ( straight line method ).
Wajib Pajak ( WP ) hanya diperkenankan menggunakan metode ini untuk melakukan penyusutan
untuk semua kelompok harta tetap berwujud.
Metode saldo menurun ( declining balance method ).
Wajib Pajak ( WP ) hanya diperkenankan menggunakan metode ini untuk melakukan penyusutan
untuk kelompok harta berwujud bukan bangunan saja.

Tabel pengelompokkan harta berwujud, metode, serta tarif penyusutannya

         TARIF
       KELOMPOK     MASA 
PEYUSUTAN/DEPRESIASI
   HARTA
  MANFAAT    GARIS LURUS  SALDO MENURUN
BERWUJUD
   01.     Bukan Bangunan      
      Kelompok 1      4 Tahun          25%        50%
     Kelompok 2      8 Tahun         12,50%        25%
     Kelompok 3     16 Tahun          6,25%       12,50%
     Kelompok 4     20 Tahun            5%        10%
   02.     Bangunan      
    Permanen     20 Tahun             5% –
   Tidak Permanen     10 Tahun            10% –

SAAT DIMULAINYA PENYUSUTAN


Saat penyusutan dapat dimulai pada :
Bulan dilakukannya pengeluaran.
Untuk harta yang masih dalam pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan pengerjaan harta
tersebut selesai.
Dengan ijin dari Direktur Jendral Pajak, penyusutan dapat dimulai bulan harta berwujud mulai
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta
tersebut mulai menghasilkan.
Contoh :
PT. Nusantara mengeluarkan dana sebesar 150 juta untuk pembangunan sebuah gedung.
Pembangunan dimulai sejak 10 Agustus 2001. Gedung tersebut selesai dibangun dan langsung
digunakan pd bulan Mei 2002. Penyusutan atas bangunan tersebut dimulai sejak bulan Mei 2002.
Maka penyusutannya adalah 7/12 x 5% x 150.000.000,- = Rp. 4.375.000,-
PT. Sarimadu yang bergerak dalam bidang perkebunan teh membeli traktor pada bulan Maret
2000. Perkebunan tersebut mulai memanen hasilnya pada bulan Juni 2002. Dengan persetujuan
Dirjen Pajak, penyusutan traktor dapat dilakukan mulai bulan Juli 2002.
PT. Agri Jaya pd bulan Juli 2001 membeli sebuah alat pertanian yang mempunyai masa
manfaat 4 tahun seharga Rp. 1 Juta. Penghitungan penyusutan atas harta tersebut adalah sbb :
Metode garis lurus
Penyusutan tahun 2001 adalah 6/12 x 25% x 1 Juta = Rp. 125.000,-
Penyusutan tahun 2002 adalah 25 % x 1 Juta = Rp. 250.000,-
Penyusutan tahun 2003 adalah 25 % x 1 Juta = Rp. 250.000,-
Penyusutan tahun 2004 adalah 25 % x 1 Juta = Rp. 250.000,-
Metode saldo menurun
Penyusutan tahun 2001 adalah 6/12 x 50% x 1 Juta = Rp. 250.000,-
Penyusutan tahun 2002 adalah 50 % x ( Rp. 1 Juta – Rp. 250.000,- )
                                                 50 % x Rp. 750.000,- = Rp. 375.000,-
Penyusutan tahun 2003 adalah 50 % x ( Rp. 750.000 – Rp. 375.000 )
                                                 50 % x Rp. 375.000,- = Rp. 187.500,-
Penyusutan tahun 2004 adalah karena tahun 2004 merupakan akhir masa manfaat, maka pada
tahun 2004 seluruh sisa nilai buku disusutkan sekaligus sehingga penyusutan tahun 2004 adalah
Rp. 375.000 – Rp. 187.500 = Rp. 187.500,-

AMORTISASI
Untuk menghitung besarnya amortisasi harta tak berwujud dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Kelompok 1
Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 4 tahun.
2. Kelompok 2
Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 8 tahun.
3. Kelompok 3
Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 16 tahun
4. Kelompok 4
Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 20 tahun.

METODE & TARIF AMORTISASI


Metode yang dipergunakan antara lain :
Metode garis lurus ( straight line method ).
Metode saldo menurun ( declining balance method ).
Wajib Pajak ( WP ) diperkenankan untukk memilih salah satu metode untuk melakukan
amortisasi.

Tabel pengelompokkan harta tak berwujud, metode, serta tarif amortisasinya :

  KELOMPOK
       MASA                    TARIF AMORTISASI
HARTA
        BERWUJUD    MANFAAT       GARIS LURUS   SALDO MENURUN
        KELOMPOK 1       4 TAHUN               25%           50%
        KELOMPOK 2       8 TAHUN             12,50%          25%
        KELOMPOK 3     16 TAHUN             6,25%         12,50%
        KELOMPOK 4     20 TAHUN               5%          10%

Kelompok, metode dan tarif amortisasi seperti disebutkan diatas berlaku juga untuk :
1. Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan. Pengeluaran
inidapat juga disebabkan pada tahun terjadinya pengeluaran.
2. Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial, misalnya biaya studi kelayakan dan
biaya produksi percobaan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Pengeluaran ini
dikapitalisasikan kemudian diamortisasikan sesuai tabel diatas. Satu hal yang harus diperhatikan
adalah bahwa biaya operasional yang bersifat rutin, seperti biaya rekening listrik dan telepon,
gaji pegawai, dan biaya kantor lainnya, tidak boleh dikapitalisasi tetapi dibebankan sekaligus
pada tahun pengeluaran.
Contoh :
PT. Asti Jaya pada tanggal 4 November 2001 mengeluarkan uang sebanyak Rp. 100 Juta
untuk memperoleh hak lisensi dari Phoenixcycle Ltd selama 4 tahun untuk memproduksi sepeda
Phoenix. Penghitungan amortisasi atas hak lisensi tersebut adalah sbb :
Metode garis lurus
Amortisasi tahun 2001 adalah 25 % x Rp. 100 Juta = Rp. 25 Juta
Amortisasi tahun 2002 adalah 25 % x Rp. 100 Juta = Rp. 25 Juta
Amortisasi tahun 2003 adalah 25 % x Rp. 100 Juta = Rp. 25 Juta
Amortisasi tahun 2004 adalah 25 % x Rp. 100 Juta = Rp. 25 Juta
Metode saldo menurun.
Amortisasi tahun 2001 adalah 50 % x Rp. 100 Juta = Rp. 50 Juta
Amortisasi tahun 2002 adalah 50 % x (`Rp. 100 Juta – Rp. 50 Juta ) 50 % x Rp. 50 Juta = Rp. 25
Juta
Amortisasi tahun 2003 adalah 50 % x ( Rp. 50 Juta – Rp. 25 Juta ) 50 % x Rp. 25 Juta = Rp. 12,5
Juta
Amortisasi tahun 2004 adalah karena tahun 2004 merupakan akhir masa manfaat, maka pada
tahun 2004 seluruh sisa nilai buku diamortisasikan sekaligus sehingga tahun 2004 adalah Rp. 25
Juta – Rp. 12,5 Juta = Rp. 12,5 Juta

AMORTISASI BERDASARKAN METODE SATUAN PRODUKSI


Hak / pengeluaran di bidang penambangan minyak dan gas bumi
Amortisasi dengan metode ini hanya diterapkan pada amortisasi atas pengeluaran untuk
memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun di
bidang pertambangan minyak dan gas bumi.
Dalam hal ini, metode ini dilakukan dengan menerapkan persentase tarif amortisasi yang
besarnya setiap tahun sama dengan persentase`perbandingan antara realisasi penambangan
minyak dan gas bumi pada tahun yang bersangkutan dengan tafsiran jumlah seluruh kandungan
minyak dan gas bumi dilokasi tersebut yang dapat diproduksi.
Hak penambangan selain minyak dan gas bumi, hak pengusahaan hutan, hak pengusahaan
sumber dan hasil alam lainnya.
Amortisasi dengan metode ini setinggi – tingginya 20 % setahun dan diterapkan pada amortisasi
atas :
Pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain minyak dan gas bumi.
Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan hutan.
Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan sumber dan hasil alam lainnya, yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
Contoh :
Pada tahun 2001 PT. Dira Oil mengeluarkan uangnya sebesar Rp. 1.000.000.000,- untuk me
mperoleh hak penambangan minyak bumi. Kandungan minyak bumi ditaksir 5.000.000 barel.
Produksi minyak bumi tahun 2002 mencapai 1.500.000 barel. Besarnya amortisasi untuk tahun
2002 adalah :
Tarif amortisasi = ( realisasi penambangan : taksiran kandungan ) x 100 %
= ( 1.500.000 : 5.000.000 ) x 100 % = 30 %
Amortisasi 2002 = 30 % x Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 300.000.000,-
Seandainya jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan, sehingga masih
terdapat sisa pengeluaran yang belum diamortisasikan, maka atas sias tersebut boleh dibebankan
sekaligus dalam tahun pajak yang bersangkutan.
PT. Dira Wood pada tahun 2002 mengeluarkan uang sebesar Rp. 1.000.000.000,- untuk
memperoleh hak pengusahaan hutan. Potensi hak pengusahaan hutan adalah 20.000.000 ton.
Jumlah produksi pada tahun 2002 adalah sebesar 8.000.000 ton.
Jumlah yang diamortisasikan dengan persentase satuan produksi yang direalisasikan dalam tahun
2002 adalah sebesar : = ( 8.000.000 : 20.000.000 ) ton x Rp. 1.000.000.000,-
= 40 % x Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 400.000.000,-
Jumlah yang boleh diamortisasi maksimum adalah 20 % dari pengeluaran, maka amortisasi yang
diperkenankan hanyalah sebesar = 20 % x Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 200.000.000,-

RANGKUMAN
Penyusutan merupakan alokasi harga perolehan aktiva.
Metode penyusutan yang diperkenankan oleh pajak adalah (1) Metode Garis Lurus dan (2)
Metode Saldo Menurun.
Pengelompokkan aktiva dibagi menjadi dua kelompok utama adalah (1) Aktiva bukan bangunan
dan (2) Aktiva bangunan.
Aktiva bukan bangunan dibagi lagi menjadi 4 kelompok menurut umur ekonomis adalah (1)
kelompok umur 4 tahun, (2) 8 tahun, (3) 16 tahun, (4) 20 tahun.
Aktiva bangunan ( permanen ) dibagi menjadi 2 kelompok menurut umur ekonomis adalah (1)
kelompok umur 20 tahun, (2) 10 tahun.
Amortisasi merupakan penyusutan yang diberlakukan untuk aktiva tidak berwujud.
Metode amortisasi yang diperkenankan menurut pajak adalah (1) Garis lurus, (2) Saldo
menurun.
Pengelompokkan aktiva tidak berwujud dibagi menjadi 4 kelompok menurut umur ekonomis
adalah (1) kelompok umur 4 tahun, (2) 8 tahun, (3) 16 tahun, (4) 20 tahun.

DAFTAR REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai