Dengan persetujuan Dirjen Pajak, penyusutan dapat dimulai pada bulan digunakan, yaitu bulan
Mei 2015. Sehingga besarnya beban penyusutan fiskal tahun pajak 2015 menjadi
Rp3.000.000.000 X 5% x 8/12 = Rp100.000.000,-
Metode Saldo Menurun Ganda
PT MANTAB pada tanggal 14 April 2014 membeli 10 unit laptop dengan harga Rp50.000.000,-
Laptop tersebut mulai digunakan pada tanggal 1 Mei 2014. Laptop disusutkan dengan metode
saldo menurun ganda, dan masa manfaatnya termasuk kelompok I.
Besarnya beban penyusutan fiskal adalah sebagai berikut:
Nilai Buku Jumlah Beban Akumulasi
Tahun Tarif
Awal Bulan Penyusutan Penyusutan
2014 50.000.000 50% 9 18.750.000 18.750.000
2015 30.000.000 50% 12 15.625.000 34.375.000
2016 15.000.000 50% 12 7.812.500 42.187.500
2017 7.500.000 50% 12 3.906.250 46.093.750
2018 3.750.000 50% 3 3.906.250 50.000.000
Pada akhir tahun jika terdapat nilai sisa, jumlah tersebut dibebankan sekaligus. Sehingga beban
penyusutan tahun 2018 adalah Rp4.166.666,67
Dengan persetujuan Dirjen Pajak, laptop tersebut dapat mulai disusutkan pada bulan Mei 2014
pada bulan laptop tersebut digunakan sehingga besarnya beban penyusutan fiskal menjadi
sebagai berikut:
9]>
Jumla
Tahu Nilai Buku Tari Beban Akumulasi
h
n Awal f Penyusutan Penyusutan
Bulan
50.000.00 50 16.666.666,6 16.666.666,6
2014 8
0 % 7 7
30.000.00 50 16.666.666,6 33.333.333,3
2015 12
0 % 7 3
15.000.00 50 41.666.666,6
2016 12 8.333.333,33
0 % 7
50 45.833.333,3
2017 7.500.000 12 4.166.666,67
% 3
50 50.000.000,0
2018 3.750.000 4 4.166.666,67
% 0
Amortisasi
Amortisasi dilakukan atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran
lainnya. Yang dimaksud dengan pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna
bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan muhibah (goodwill) yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan. Sedangkan pengeluaran untuk memperoleh hak guna bangunan, hak guna usaha,
hak pakai yang pertama kali tidak boleh disusutkan.
Contoh Penghitungannya
PT MANTAB memperoleh hak penambangan gas bumi, yang mempunyai potensi
10.000.000.000 barel, dengan biaya sebesar Rp30.000.000.000,-. Pada tahun 2014 jumlah
produksi mencapai 500.000.000 barel yang berarti 20% dari potensi yang tersedia
Metode amortisasi yang digunakan adalah metode satuan produksi. Besarnya beban amortisasi
tahun 2014 adalah sebagai berikut:
20% x Rp30.000.000.000,- = Rp6.000.000.000,-
Penyusutan dan Amortisasi
DASAR HUKUM
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang – undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1994 tentang Peubahan Atas Undang
– undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan
Undang – undang Nomor 7 tahun 1991.
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan Atas Undang –
undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
DEFINISI
Menurut Undang – undang Pajak Penghasilan :
Penyusutan ( depresiasi ) merupakan konsep alokasi harga perolehan harta tetap berwujud.
Amortisasi merupakan konsep alokasi harga perolehan harta tetap tidak berwujud dan harga
perolehan harta sumber alam.
PENYUSUTAN
Untuk menghitung besarnya penyusutan harta tetap berwujud dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
Harta berwujud yang bukan berupa bangunan.
1. Kelompok 1
Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 4 tahun.
2. Kelompok 2
Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 8 tahun.
3. Kelompok 3
Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 16 tahun
4. Kelompok 4
Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai masa manfaat 20 tahun.
TARIF
KELOMPOK MASA
PEYUSUTAN/DEPRESIASI
HARTA
MANFAAT GARIS LURUS SALDO MENURUN
BERWUJUD
01. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 Tahun 12,50% 25%
Kelompok 3 16 Tahun 6,25% 12,50%
Kelompok 4 20 Tahun 5% 10%
02. Bangunan
Permanen 20 Tahun 5% –
Tidak Permanen 10 Tahun 10% –
AMORTISASI
Untuk menghitung besarnya amortisasi harta tak berwujud dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Kelompok 1
Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 4 tahun.
2. Kelompok 2
Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 8 tahun.
3. Kelompok 3
Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 16 tahun
4. Kelompok 4
Kelompok harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat 20 tahun.
KELOMPOK
MASA TARIF AMORTISASI
HARTA
BERWUJUD MANFAAT GARIS LURUS SALDO MENURUN
KELOMPOK 1 4 TAHUN 25% 50%
KELOMPOK 2 8 TAHUN 12,50% 25%
KELOMPOK 3 16 TAHUN 6,25% 12,50%
KELOMPOK 4 20 TAHUN 5% 10%
Kelompok, metode dan tarif amortisasi seperti disebutkan diatas berlaku juga untuk :
1. Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan. Pengeluaran
inidapat juga disebabkan pada tahun terjadinya pengeluaran.
2. Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial, misalnya biaya studi kelayakan dan
biaya produksi percobaan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Pengeluaran ini
dikapitalisasikan kemudian diamortisasikan sesuai tabel diatas. Satu hal yang harus diperhatikan
adalah bahwa biaya operasional yang bersifat rutin, seperti biaya rekening listrik dan telepon,
gaji pegawai, dan biaya kantor lainnya, tidak boleh dikapitalisasi tetapi dibebankan sekaligus
pada tahun pengeluaran.
Contoh :
PT. Asti Jaya pada tanggal 4 November 2001 mengeluarkan uang sebanyak Rp. 100 Juta
untuk memperoleh hak lisensi dari Phoenixcycle Ltd selama 4 tahun untuk memproduksi sepeda
Phoenix. Penghitungan amortisasi atas hak lisensi tersebut adalah sbb :
Metode garis lurus
Amortisasi tahun 2001 adalah 25 % x Rp. 100 Juta = Rp. 25 Juta
Amortisasi tahun 2002 adalah 25 % x Rp. 100 Juta = Rp. 25 Juta
Amortisasi tahun 2003 adalah 25 % x Rp. 100 Juta = Rp. 25 Juta
Amortisasi tahun 2004 adalah 25 % x Rp. 100 Juta = Rp. 25 Juta
Metode saldo menurun.
Amortisasi tahun 2001 adalah 50 % x Rp. 100 Juta = Rp. 50 Juta
Amortisasi tahun 2002 adalah 50 % x (`Rp. 100 Juta – Rp. 50 Juta ) 50 % x Rp. 50 Juta = Rp. 25
Juta
Amortisasi tahun 2003 adalah 50 % x ( Rp. 50 Juta – Rp. 25 Juta ) 50 % x Rp. 25 Juta = Rp. 12,5
Juta
Amortisasi tahun 2004 adalah karena tahun 2004 merupakan akhir masa manfaat, maka pada
tahun 2004 seluruh sisa nilai buku diamortisasikan sekaligus sehingga tahun 2004 adalah Rp. 25
Juta – Rp. 12,5 Juta = Rp. 12,5 Juta
RANGKUMAN
Penyusutan merupakan alokasi harga perolehan aktiva.
Metode penyusutan yang diperkenankan oleh pajak adalah (1) Metode Garis Lurus dan (2)
Metode Saldo Menurun.
Pengelompokkan aktiva dibagi menjadi dua kelompok utama adalah (1) Aktiva bukan bangunan
dan (2) Aktiva bangunan.
Aktiva bukan bangunan dibagi lagi menjadi 4 kelompok menurut umur ekonomis adalah (1)
kelompok umur 4 tahun, (2) 8 tahun, (3) 16 tahun, (4) 20 tahun.
Aktiva bangunan ( permanen ) dibagi menjadi 2 kelompok menurut umur ekonomis adalah (1)
kelompok umur 20 tahun, (2) 10 tahun.
Amortisasi merupakan penyusutan yang diberlakukan untuk aktiva tidak berwujud.
Metode amortisasi yang diperkenankan menurut pajak adalah (1) Garis lurus, (2) Saldo
menurun.
Pengelompokkan aktiva tidak berwujud dibagi menjadi 4 kelompok menurut umur ekonomis
adalah (1) kelompok umur 4 tahun, (2) 8 tahun, (3) 16 tahun, (4) 20 tahun.
DAFTAR REFERENSI