5 Mo 2 Manajemen Mutu Tedy-Kuliah Daring 11 April 2020
5 Mo 2 Manajemen Mutu Tedy-Kuliah Daring 11 April 2020
MANAJEMEN MUTU
A. PENGERTIAN MUTU
Istilah mutu sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dalam
praktek, pengertian mutu dapat beraneka ragam. Mutu biasanya dinilai dari
penampilan, unjuk kerja, atau pemenuhan terhadap persyaratan. Suatu produk
dikatakan bermutu jika eksklusif, harganya mahal, memiliki ketelitian lebih tinggi,
lebih tahan lama, lebih kuat, lebih menarik, atau lebih nyaman dipakai. Pengertian
ini tidak dapat disalahkan namun sangat subyektif. Mutu dari sudut pandang orang
perorang tentu saja berbeda, demikian mutu dari sudut pandang konsumen dan
produsen juga berbeda. Konsumen lebih berorientasi terhadap kesesuaiannya
dengan kebutuhan dan penggunaan, sementara produsen lebih melihat pada
kesesuaiannya dengan standar.
Berbagai definisi tentang mutu telah diperkenalkan oleh para ahli, berikut ini
beberapa diantaranya:
”Quality is fitness for use” (Joseph M. Juran, 1974)
“Quality means conformance to requirements”
(Philip B. Crosby, 1979)
“Quality is the total composite product and service characteristics of
marketing, engineering, manufacture, and maintenance through which the
product and service in use will meet the expectations of customers”
(Feigenbaum, 1983)
“Mutu adalah derajat yang dicapai oleh karakteristik yang inheren dalam
memenuhi persyaratan “(SNI 19-9000:2000)
Tidak ada suatu definisi tentang mutu yang secara universal dapat diterapkan
pada semua jenis organisasi atau perusahaan. Setiap perusahaan perlu
mendefinisikan arti mutu bagi dirinya dalam melayani pelanggan, karyawan, pemilik
saham, pasar, dan masyarakat. Pengertian mutu sedapat mungkin mencerminkan
visi organisasi, misi, dan nilai-nilai yang dianut perusahaan.
1. Dimensi Mutu
Ukuran mutu tidaklah hanya berupa suatu variabel atau suatu atribut saja
melainkan mengandung beberapa dimensi, baik kuantitatif maupun kualitatif.
Dimensi mutu juga tidk sama untuk semua jenis produk. Misalkan,mutu pakaian
ditentukan antara lain oleh kerapihan jahitan dan kenyamanan dipakai. Sementara,
mutu gelas minum lebih ditentukan oleh disain dan ketahanan terhadap benturan.
Barang memiliki karakteristik yang berbeda dengan jasa. Oleh karenanya,
dimensi mutu barang dibedakan dengan dimensi mutu untuk jasa. Secara umum,
mutu barang dapat dilihat dari empat dimensi utama berikut ini.
Kinerja (performance, operation). Dimensi utama yang banyak dipertimbangkan
oleh konsumen ialah kinerja atau operasi dari produk. Misalkan, apakah tinta
ballpoint dapat keluar secara baik, lancar dan tidak luntur. Apakah kekuatan
cahaya suatu lampu sesuai dengan spesifikasi yang dinyatakan dalam labelnya.
Keandalan (reliability, durability). Mencerminkan keandalan suatu produk, yaitu
kepercayaan atas kemampuan atau ketahanannya. Apakah mobil dapat di start
dengan mudah pada pagi hari. Apakah suatu disket komputer dapat menyimpan
data dengan baik selama lima tahun,misalnya untuk pemakaian yang normal.
Kenampakan (appearance, features).Menunjukkan daya tarik suatu produk yang
membedakannya dengan produk lain secara sepintas. Kenampakan sangat
dipengaruhi oleh disain dan atribut lain yang ada dalam produk. Misalnya, radio
mobil yang memiliki remote control, telepon genggam yang juga mempunyai
fungsi kamera.
Kesesuaian (conformance). Kesesuaian berhubungan dengan pemenuhan
terhadap spesifikasi atau standar yang ditentukan. Misalkan, apakah suatu pipa
PVC memiliki diameter sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
bersangkutan. Apakah suatu lampu swa ballast telah memenuhi aspek safety
seperti yang dipersyaratkan.
Disamping keempat dimensi utama tersebut, dimensi lain yang dapat
dipertimbangkan bagi mutu suatu barang ialah:
Pelayanan (serviceability). Dimensi mutu yang berkaitan dengan pelayanan pasca
penjualan. Contoh: Philip menjamin pergantian sukucadang bila terjadi maslah
dalam dua tahun sejak penjualan.
Persepsi mutu (perceived quality). Keyakinan terhadap mutu oleh pelanggan yang
didasarkan atas apa yang dilihat, pengalaman sebelumnya, atau reputasi
perusahaan pembuat,]. Misalnya, Sony dikenal sebagai merk produk audio visual
yang berkualitas tinggi. Rolex dikenal sebagai arloji yang dapat diandalkan.
Dimensi mutu pada barang tidak berlaku sepenuhnya pada jasa. Dalam hal
mutu jasa, lima dimensi berikut menjadi perhatian.
Keandalan, yaitu kemampuan melaksanakan jasa yang dijanjikan secara akurat
dan cepat.
Responsif, yaitu kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa yang
sesuai dengan harapan pelanggan.
Bentuk nyata, yaitu fasilitas fisik, peralatan, dan penampilan personal.
Jaminan, yaitu pengetahuan dan sikap pegawai serta kemampuan mereka untuk
menunjukkan kepercayaan, keyakinan, dan kesopanan.
Empati, yaitu perhatian individual yang diberikan kepada pelanggan.
Perusahaan jasa dapat mengidentifikasi atribut khusus yang dianggap penting
dan tingkat kepentingannya dalam memuaskan pelanggan. Perusahaan dapat
merancang produknya untuk memberikan kepuasan yang lebih besar kepada
pelanggan. Persepsi terhadap mutu jasa tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang
diberikan tetapi juga oleh perlakuan terhadap pelanggan. Ucapan salam, sapaan
pembuka, atau minuman ekstra, misalnya, merupakan salah satu bentuk perhatian
kepada pelanggan.
B. PENTINGNYA MUTU
Kemajuan yang dicapai Jepang dalam industri, sejak perengahan tahun 1970-
an, telah membuka mata dunia khususnya negara industri di Eropa dan Amerika. Hal
ini dikarenakan oleh merebaknya produk Jepang yang menguasai pasar internasional
dalam waktu yang relatif singkat dibanding dengan yang dilakukan oleh negara barat
(Eeropa dan Amerika).
Cepatnya kemajuan industri Jepang di segala bidang, membuat orang tertarik
dan ingin tahu. Teerlebih bila mengingat bahwa sebetulnya Jepang miskin sumber
daya alam, tetapi kenyataannya produk hasil industrinya mampu mengalahkan
pesaing-pesaing dari Eropa dan Amerika, yang sebelumnya menguasai perdagangan
dunia. Banyak negara di dunia termasuk Indonesia mulai mempelajari apa
sebetulnya kunci sukses Jepang dan bagaimana sebenarnya manajemen Jepang
tersebut.
Kesuksesan Jepang tersebut tidak terlepas dari usahanya dalam membangun
negaranya setelah kalah dalam Perang Dunia Kedua. Jepang menyadari bahwa
kelemahannya dalam menghadapi persaingan internasional ialah mutu produk
mereka yang rendah. Untuk itu, Japanese Union of Scientist and Engineerings (JUSE)
mengirim orang-orangnya ke luar negeri terutama ke Eropa dan Amerika untuk
mempelajari teknik produksi dan manajemen dalam rangka meningkatkan mutu
hasil industrinya.aSalah satu hasil usaha itu ialah diundangnya W. Edwards Deming
ke Jepang pada tahun 1950, untuk memperkenalkan konsep tentang company wide
quality control, yang berbeda dengan konsep pengendalian mutu yang waktu itu
umum berlaku.
Deming meyakinkan para pengusaha Jepang pentingnya teknik-teknik statistik
untk pengontrolan proses kerja dan perbaikan mutu produk. Konsep Deming ini
dipakai secara meluas di Jepang, dan bahkan dia akhirnya dikenal sebagai penggerka
industri Jepang dalam mencapai tingkat mutu produk yang melebihi mutu produk
dari negara-negara barat. Sampai empat dekade berikutnya dia masih sebagai
pemacu dalam revolusi industri Jepang. Untuk menghargai jasanya, Jepang
mengeluarkan penghargaan yang disebut sebagai Deming Prize, yaitu penghargaan
nasional bagi perusahaan atau individu yang mencapai prestasi di bidang
pengendalian mutu.
Selanjutnya, JUSE juga mengundang Joseph M. Juran untuk memberikan
arahan kepada para eksekutif atas dan menengah di Jepang khsusnya tentang
Statistics Process Control dan aspek-aspek manajemen mutu seluas-luasnya
termasuk perencanaan, isu-isu keorganisasian, tanggung jawab manajemen
terhadap mutu, seta perlunya merencanakan tujuan dan target penjualan.
Hasil pengembangan mutu di jepang selama masa 1950 sampai pertengahan
1970-an, menjadikan industri Jepang tumbuh dengan pesat dan menguasai pasar
dunia. Produk-produk Jepang, seperti model, peralatan audio dan video, penyejuk
udara, mesin cuci, mainan anak-anak, dan sebagainya, diakui memiliki mutu tinggi.
Sebagai akibatnya, banyak pasar yang sebelumnya dikuasai Amerika Serikat dan
negara-negara Eropa, diambil oleh posisinya oleh perusahaan-perusahaan Jepang.
Mutu yang semula kurang menjadi perhatian bagi negara barat menjadi
sangat berarti. Kata mutu muncul dimana-mana, baik sebagai kata sifat maupun
sebagai kata benda. Orang mengharapkan waktu libur yang terbatas dihabiskan
secara bermutu bersama keluarga mereka, anak-anak harus memperoleh pendidikan
yang bermutu tinggi, dan setiap orang mengharapkan untuk memiliki produk yang
bermutu. Berbagai istilah mutu muncul, seperti pengertian mutu, jaminan mutu,
pengendalian mutu terpadu, dan manajemen mutu terpadu. Istilah mutu juga
dipergunakan dalam dunia olah raga, kesehatan, dan bahakan politik.
Uraian di atas menjelaskan bahwa mutu menjadi berarti. Bagi perusahaan
bisnis, mutu menjadi faktor penting dalam rangka memasuki dan memperoleh
pangsa pasar. Usaha ke arah peningkatan mutu akan memperbaiki keberterimaan
produk dan peningkatan efisiensi. Pada masa kini, keunggulan komparaitf yang
dimiliki oleh negara-negara dengan sumber daya alam dan manusia yang besar
menjadi tidak berarti apabila tidak disertai dengan keunggulan kompetitif,
diantaranya ialah keunggulan atas mutu produk yang dihasilkannya.
Bagi organisasi nirlaba, mutu yang baik diarahkan untuk mencapai kepuasan
pemangku kepentingan/stakeholders, meningkatkan dimensi dan memudahkan
mencapai tujuan organisasi.
1. Permasalahan Mutu
Permasalahan mutu dapat disebabkan oleh berbagai penyebab. Faktor-faktor
berikut ini merupakan contoh penyebab masalah mutu:
bahan baku tidak sesuai/sempurna,
mesin dan alat produksi lain tidak digunakan secara tepat,
desain tidak sesuai harapan pelanggan,
inspeksi dan pengujian tidak tepat,
tempat penyimpanan baang dan pengemasan tidak memadai,
waktu pengiriman tidak tepat,
sistem penendaan tidak jelas,
tenaga ahli/terlatih yang dapat menganalisa penyimpanan kurang,
kesadaran akan mutu rendah,
komunikasi tidak lancar,
bimbingan dan aturan kerja yang tidak jelas.
Sebagian masalah mudah diperbaiki, seperti tidak sesuainya bahan baku atau
penggunaan peralatan kerja yang salah, namun, sebagian lagi sangat sulit diperbaiki,
seperti kurangnya kesadaran mutu. Dengan memperbaiki kekurangan yang terjadi
pada faktor-faktor di atas, masalah mutu dapat diminimalkan. Perbaikan atau
pencegahan yang mungkin terjadi pada faktor penyebab rendahnya mutu akan
membawa perusahaan menuju ke tujuan yang diharapkan.
Secara khusus mutu berpengaruh paa perusahaan dalam hal-hal sebagai
berikut.
a. Cara perusahaan
Mutu produk dari suatu perusahaan atau organisasi akan berpengaruh terhadap
reputasi perusahaan. Setiap perusahaan harus mengusahakan produknya
memenuhi syarat mutu sehingga membawa citra positip bagi perusahaan itu.
Perusahaan yang citranya buruk harus bekerja ekstra keras untuk memperbaiki
citra. Citra tidak bisa diatasi dengan sekedar promosi tetapi harus merubah
persepsi pelanggan.
b. Keuntungan
Produk yang bermutu baik akan disukai pelanggan, sehingga permintaan
meningkat, yang selanjutnya mendorong ke arah peningkatan keuntungan dari
pangsa pasar. Produk yang bermutu baik juga meningkatkan pemenuhan
kesesuaian terhadap persyaratan, sehingga mengurangi pengerjaan ulang
(rework) atau produk yang terbuang (scrape). Dengan demikian biaya menjadi
lebih rendah dan keuntungannya meningkat.
c. Produktivitas
Produktivitas dan mutu saling berkaitan. Produk yang bermutu rendah akan
mempengaruhi produktivitas selama proses pembuatan. Mutu yang rendah bisa
diakibatkan karena suku cadang yang cacat yang memerlukan pekerjaan ulang
atau kesulitan dalam proses yang disebabkan rendahnya kualitas bahan baku.
Dengan demikian, peningkatan dan pemeliharaan mutu dapat memberikan efek
positif bagi produktivitas.
d. Liabilitas
Perusahaan yang produknya gagal atau menyebabkan masalah harus berani
bertanggungjawab terhadap kerusakan atau kecelakaan yang terjadi atas
penggunaan produk tersebut. Dalam undang-undang Republik Indonesia no.8
tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen, diatur bahwa salah satu kewajiban
pelaku usaha ialah memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas
kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa
yang diperdagangkan.
2. Biaya Mutu
Permasalahan mutu produk dalam suatu organisasi akan menyebabkan
timbulnya biaya mutu. Biaya mutu ialah biaya yang nyata atau tidak nyata dan tidak
diperlukan tetapi timbul dalam setiap organisasi yang tidak memiliki sistem mutu
yang efektif. Biaya nyata ialah biaya yang langsung kelihatan/ diketahui, yang timbul
sebagai akibat tidak tercapainya karakteristik mutu yang dipersyaratkan, sedangkan
biaya yang tidak nyata ialah biaya yang timbul dalam organisasi sebagai akibat tidak
tercapainya mutu tetapi tidak langsung diketahui.
Komponen utama biaya mutu dapat dikelompokkan dalam 3 kategori, sebagai
berikut.
Biaya ketidak sesuaian (nonconformities),
Biaya proses yang tidak efisien,
Biaya kehilangan kesempatan.
Biaya ketidak sesuaian merupakan pengeluaran yang disebabkan karena
ketidaksesuaian terhadap persyaratan pelanggan. Ketidaksesuaian dapat berarti juga
karena melebihi persyaratan yang ditentukan. Contoh biaya yang timbul dari
kategori ini ialah produk yang dibuang kaena secara ekonomis tidak layak untuk
memperbaiki, pengerjaan ulang produk agar memenuhi persyaratan, inspeksi atau
pengujian ulang bagi produk hasil perbaikan/pengerjaan ulang, analisis kegagalan
terhadap produk yang tidak memenuhi persyaratan untuk mengetahui
penyebabnya, dan modifikasi proses atau peralatan untuk memperbaiki defisiensi
Biaya proses yang tidak efisien mencakup antara lain biaya yang timbul karena
karakteristik produk yang tidak homogen, kehilangan kapasitas produksi karena
kegagalan proses,kerugian karena perbedaan antara jumlah persediaan nyata dan
yang tercatat, dan operasi yang berlebihan (redundant).
Kehilangan kesempatan merupakan keuntungan tidak dapat diraih karena
pelanggan hilang. Kehilangan kesempatan antara lain dapat disebabkan karena mutu
yang rendah, kehilangan pelanggan potensial karena tidak bisa memenuhi
persyaratan mutu yang diketahui.
Biaya-biaya di atas seringkali tidak langsung dikaitkan dengan isu mutu, namun
mereka memiliki saling ketergantungan dengan faktor lain dalam organisasi. Oleh
karena itu, pengurangan biaya mutu tidak dapat dilakukan oleh bagian produksi saja
tetapi harus melibatkan pihak lain di organisasi, sejak pengadaan bahan baku sampai
ke distribusi barang ke pelanggan. Menciptakan dan membangun sistem mutu yang
efektif dan menyeluruh merupakan cara menghilangkan biaya mutu.
Act Plan
Check Do
2. Kepemimpinan
Pemimpin menetapkan kesatuan tujuan dan arah organisasi. Pemimpin
hendaknya menciptakan dan memelihara lingkungan internal tempat anggotanya
dapat melibatkan diri secara penuh dalam pencapaian sasaran organisasi.
Pimpinan puncak perusahaan harus terlibat langsung dalam menciptakan
suatu lingkungan yang merangsang perubahan,inovasi, keberanian mengambil risiko,
kebanggaan kerja dan perbaikan yang terus menerus untuk kepentingan pelanggan.
Pimpinan puncak perlu menyusun visi perusahaan dengan jelas dan dilengkapi
dengan sasaran dan tujuan yang konsisten dan didukung pula dengan perencanaan
taktis dan strategis. Pimpinan puncak puncak juga perlu menetapkan kebijakan-
kebijakan mutu yang bertujuan bagi organisasi secara menyeluruh.
Semua karyawan harus menjadi bagian yang integral menuju tercapainya
manajemen mutu yang baik. Pimpinan harus mendorong dan mengarahkan semua
karyawan di lapangan untuk membuat keputusan-keputusan sejalan dengan
kebijakan mutu, dan pimpinan harus mengubah cara mereka dan mengarahkan dan
mengawasi pekerjaan dilaksanakan menjadi mengidentifikasi dan menyingkirkan
hambatan-hambatan yang menjadi penghalang bagi karyawan untuk bisa memenuhi
perubahan dan harapan pelanggan. Pimpinan harus mengarahkan perubahan kultur
secara fundamental dalam organisasi dari keadaan manajemen krisis menuju
perbaikan yang berkesinambungan.
3. Pelibatan anggota
Anggota pada semua tingkatan merupakan inti suatu organisasi, dan pelibatan
penuh mereka memungkinkan kemampuannya dipakai untuk manfaat organisasi.
Para karyawan harus dilibatkan pada setiap proses untuk menyusun arah dan
tujuan serta peralatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mutu, sehingga
setiap individu akan terlibat dan punya tanggung jawab untuk mencari perbaikan
yang terus menerus terhadap proses yang berada pada lingkup tugasnya.
Pengerahan total tenaga kerja berarti bahwa setiap individu diberi kewenangan yang
diperlukan untuk membuat keputusan, gagasan dan tindakan pengembangan sesuai
dengan bidang tanggung jawab masing-masing. Karyawan harus diberikan
kepercayaan untuk melatih pengawasan diri.
Ketika pimpinan puncak telah membuat komitmen jangka panjang terhadap
manajemen mutu, rumusan yang paling penting untuk mencapai komitmen mutu di
seluruh bagian organisasi ialah keterlibatan, pengerahan, dan pelatihan karyawan.
Memperbaiki proses kerja bisa berhasil hanya jika semua pihak, dari atas sampai ke
bawah dan juga persilangan antara fungsi, terlibat dalam perubahan itu. Para
karyawan memiliki sumber-sumber pengetahuan dan kreatifitas yang hampir tidak
terbatas yang bisa digunakan bukan hanya dalam memecahkan persoalan, namun
juga untuk terus menerus perbaikan mutu produk yang dihasilkan.
4. Pendekatan proses
Hasil yang dikehendaki tercapai lebih efisien bila kegiatan dan sumberdaya
terkait dikelola sebagai suatu proses.
Pendekatan proses ialah suatu pendekatan untuk perencanaan, pengendalian,
dan peningkatan proses-proses utama dalam perusahaan (trilogi proses mutu)
dengan menekanakan pada keinginan pelanggan daripada keinginan fungsional.
Keefektifan suatu perusahaan difokuskan pada usaha peningkatan proses
pemenuhan kebutuhan pelanggan dan perbaikannya. Prinsip dai fokus dan
keterlibatan pelanggan ialah menghasilkan sesuatu yang berharga dengan
mendefinisikan tujuan proses.
Orientasi proses ini memerlukan perubahan yang cukup signifikan, karena
banyak menajemen yang lebih berorientasi pada produk daripada proses.
Manajemen proses mendorong untuk berpikir dalam kerangka proses daripada
kerangka produk. Segala sesuatu yang dilakukan perusahaan dicapai melalui proses
yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang dapat didefinisikan.
Manajemen proses menggantikan hirarki organisasi vertikal dengan
pandangan horisontal. Suatu fungsi diupayakan memiliki interaksi yang ekstensif
dengan fungsi yang lain, menuju kepada saling pengertian yang sehat dan saling
ketergantungan.
5. Pendekatan sistem
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan proses yang saling terkait
sebagai suatu sistem memberi sumbangan untuk keefektifan dan efisiensi
oraganisasi dalam mencapai sasarannya.
Sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari berbagai bagian/komponen yang
satu sama lain saling berhubungan dan saling tergantung untuk menuju tujuannya.
Pendekatan sistem memandang suatu organisasi secara keseluruhan daripada
bagian-bagian, yang diekspresikan sebagai holistik. Mempertimbangkan organisasi
sebagai jaringan kerja elemen dan hubungan yang kompleks, dan mengakui interaksi
dengan lingkungan dimana organisasi berada.
Sistem dapat dijelaskan melalui ilustrasi sebagai berikut. Sepeda terdiri dari
berbagai bagian komponen seperti rangka, roda, penggerak, pengereman, dan
sebagainya. Jika kita ambil rodanya, maka baik sepeda tanpa roda mauppun radanya
saja tidak berarti kerena tidak dapat berfungsi sebagai kendaraan. Kendaraan adalah
suatu benda yang dapat bergerak dan mengangkut orang yang menaikinya.
Dalam manajemen mutu, semua unit kerja, pemasok, dan pelanggan dilihat
sebagai suatu kesatuan, suatu sistem yang saling tergantung (interdependen). Setiap
unit kerja harus melakukan kerja dengan benar pada saat pertama kali dan setiap
kali. Pada saat seluruh proses didesain untuk menghasilkan tugas secara benar,
sistem itu bisa dikatakan sehat, pelanggan puas dan biaya pemeliharaan sistem
dapat dikurangi sampai tingkat minimum.
6. Perbaikan kesinambungan
Perbaikan berkesinambungan atas kinerja organisasi secara menyeluruh
hendaknya dijadikan sebagai sasaran tetap dari organisasi.
Proses peningkatan berkesinambungan ialah prinsip dasar dimana mutu
menjadi pusatnya. Proses ini merupakan pelengkap dan menghidupkan prinsip
orientasi proses dan prinsip fokus pada pelanggan. Dengan mengingat tidak ada
proses, barang, dan jasa yang sempurna, dan juga tidak ada harapan pelanggan dan
mutu bersaing yang tidak berubah, perubahan positif yang disengaja diperlukan
untuk memelihara dan memenangkan pelanggan yang ada atau untuk tetap tinggal
dalam persaingan yang ekonomis.
Organisasi hendaknya menjadikan peningkatan kinerja secara
berkesinambungan dan menyeluruh sebagai sasaran tetap dari organisasi. Kesetiaan
untuk melakukan perbaikan terus menerus menunjukkan adanya komitmen yang
kuat dan konsisten pada mutu. Peningkatan terus menerus tergantung kepada
inovasi dan perubahan kecil, inovasi dicirikan sebagai perubahan yang sangat besar,
yang dihasilkan dari teknologi baru, pola berpikir baru dan sering kali
merupakanpengembangan. Perusahaan harus menyadari pentingnya inovasi dalam
mengembangkan proses, barang dan jasa-jasa yang baru. Harus disadari pula bahwa
perubahan kecil menuju perbaikan sangat penting untuk memelihara dan
membangun standar kinerja baru yang dicapai lewat inovasi.
Untuk menjaga agar proses perbaikan dilaksanakan secara berkesnambungan,
harus dikumpulkan data statistik untuk dianalisa atas dasar proses yang sedang
berjalan, dengan emberi prhatian terhadap proses kerja yang bervariasi. Alasan yang
ada dibalik semua variasi itu harus pula diperhatikan, sebaba setiap variasi yang
berbeda akan memerlukan strategi yang berbeda pula. Metode kontrol statistik
digunakan untuk mengurangi perbaikan hasil kerja, mengurangi limbah dan waktu
proses, serta untuk mengukur sejauh mana perusahan telah berhasil memuaskan
pelanggan.
Diagram afinitas
Diagram afinitas dipergunakan untuk mengembangkan ide yang terkait dengan
suatu isu/kasus, kemudia mengelompokkan ide-ide tersebut secara hirarki
membentuk suatu diagram. Pembuatan diagram ini melibatkan beberapa orang.
Diagram afinitas berbentuk pernyataan isu, sub-isu, dan pendapat terkait, yang
selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar untuk diskusi atau brainstorming.
Diagram pohon
Berguna untuk mengidentifikasi tahapan yang diperlukan dalam memecahkan
suatu masalah. Bentuk diagram pohon mirip dengan struktur produk dalam
perencanaan kebutuhan material (MRP) dengan mengganti komponen produk
dengan komponen tahapan penyelesaian isu/masalah. Penyelesaian masalah
dilakukan dari level paling bawah secara bertahap menuju ke level atas (masalah
pokok).
Grid prioritas
Digunakan untuk membuat keputusan yang memiliki berbagai kriteria atau
alternatif pilihan. Misalkan, dalam memilih suatu teknologi terdapat berbagai
pertimbangan, seperti biaya, kecepatan, pemeliharaan, dan lain-lain. Prioritasisasi
dilakukan dengan memberikan bobot pada setiap kriteria dan mencari alternatif
dengan nilai tertimbang yang terbesar,mirip dengan metode faktor rating pada
pemilihan lokasi.
Diagram matriks
Diagram matriks merupakan suatu alat brainstorminga yang dapat digunakan
untuk menunjukkan hubungan antara berbagai ide atau isu. Diagram matriks
relatif mudah dibuat dan umumnya dibuat dalam dua dimensi. Namun, diagram
matriks dapat juga dibuat dalam tiga atau empat dimensi.
3. Six Sigma
Six-sigma (6 σ ) dikembangkan oleh Motorola sebagai hasil dari pengalaman
manufakturnya. Program six-sigma bertujuan untuk mengurangi variabilits dalam
karekateristik utama mutu produk pada tingkat yang sangat rendah.
Produk tinggi dengan jumlah komponen yang sangat banyak memiliki
kemungkinan adanya kegagalan atau cacat. Gambar 13.3 menunjukkan distribusi
probabilitas normal sebagai model untuk karakteristik mutu dengan batas spesifikasi
+ 3 deviasi standar di sekitar rata-rata. Dalam situasi ini, kemungkinan menghasilkan
produk dalam batas spesifikasi itu ialah 0,9973 atau sejumlah 2700 bagian per sejuta
(parts per million, ppm) kesempatan.Ini dikenal dengan istilah three-sigma quality
performance.
Meskipun ini terlihat wajar, tetapi untuk suatu produk yang berteknologi
tinggi seperti otomatif atau pesawat terbang yang emiliki ratusan ribu atau babhkan
jutaan komponen, angka ini tidak dapat diterima. Motorola mengembangkan konsep
six-sigma untuk mengurangi variabilitas dalam proses sehingga batas spesifikasi
menjadi + 6 sigma dari rata-rata, sehingga seperti terlihat pada gambar 13.3 hanya
terdapat cacat sebesar 0,002 ppm.
4. Lima S
Lima S (5S) dikenal sebagai alat yang berguna bagi perusahaan yang baru
mulai menerapkan peningkatan mutu atau proses just in time. Tujuan kegiatan 5S
ialah meningkatkan produktifitas kerja di lingkungan perusahaan melalui pendekatan
sumber daya manusia dari pimpinan puncak sampai pekerja lapangan dengan
menanamkan sikap disiplin kerja yang baik, sehingga dapat tercapai suatu
penghematan atau efisiensi. Fokus utama 5S ialah menciptakan suatu budaya
pengurangan atau minimisasi limbah. Istilah 5S diambil dari huruf pertama lima kata
bahasa Jepang yaitu, seiri, seiton, seiso, seiketsu, dan shitsuke.
Seiri berarti menyingkirkan dan membuang segala sesuatu yang tidak
diperlukan. Semua barang atau bahan harus dipilah sesuai dengan jenis dan
fungsinya dan barang yang tidak diperlukan tidak boleh berada di area kerja.
Misalkan, membuang file yang sudah bertahun-tahun tidak dipakai, membersihkan
gudang dari barang-barang bekas. Dengan itu, barang-barang yang membingungkan
disingkirkan dan bisa diperoleh space baru. Penerapan dari seiiri ini akan
memudahkan pekerja dalam menemukan barang yang diperlukan, gerak kerja lebih
leluasa sehingga meningkatkan kenyamanan dan keselamatan kerja, menghemat
waktu, dan meningkatkan produktivitas.
Seiton berarti kerapihan tempat kerja. Semua barang ditempatkan pada
tempat yang sesuai dengan peruntukannya dan diberi tanda/label. Hasil dari
penerapan seiton ialah tempat kerja yang tertata rapi, mempersingkat waktu
persiapan pekerjaan, mengurangi kemungkinan salah pengambilan bahan/barang,
meningkatkan produktivitas secara umum dengan menghilangkan pemborosan
waktu dalam mencari barang ataupun saat akan melakukan sesuatu.
Seiso diartikan sebagai bersih. Membersihkan semua fasilitas dan lingkungan
kerja dari kotoran seerta membuang sampah pada tempatnya. Tempat kerja yang
bermutu ialah tempat kerja yang bersih. Ciri keberhasilan penerapan seiso ialah
lingkungan kerja yang nyaman dan aman, kesehatan yang terjaga, meningkatnya
produktivitas, dan meningkatnya efisiensi waktu dan biaya akibat rendahnya
kerusakan peralatan.
Seiketsu berarti standardisasi. Standar perlu ditetapkan untuk tempat kerja,
misalnya standar warna cat untuk jalur listrik atau lubang udara, dan standar operasi
untuk semua mesin. Prosedur juga standardisasi. Keuntungan yang dapat diraih dari
penerapan seiketsu ialoah rendahnya kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan,
proses produksi yang lebih terkontrol, rendahnya ketergantungan pada seorang
pekerja, dan terbentuknya suatu sistem kerja yang lebih efektif.
Shitsuke disiplin yang diperlukan untuk memelihara perubahan yang telah
dibuat oleh 4S sebelumnya. Dalam shitsuke ini diperlukan adanya pelatihan bagi
karyawan, komunikasi antara pimpinan dan bawahan, keteladanan dari pimpinan,
serta usaha untuk memelihara terciptanya perbaikan berkesinambungan.
Kegiatan 5S di lingkungan perusahaan merupakan bagian dari manajemen
mutu untuk meningkatkan produktivitas kerja perusahaan yang tidak memerlukan
biaya besar. Pelaksanaan metode ini dengan baik disertai dengan komitmen yang
kuat dari sumber daya perusahaan akan menciptakan suatu budaya kerja yang baik,
bersih, dan efisien.
G. PENGHARGAAN MUTU
Banyak penghargaan mutu diberikan kepada individual atau organisasi yang
bertujuan untuk mendorong penerapan manajemen mutu. Bagian ini membahas
tentang penghargaan mutu yang paling populer di tingkat internasional, yaitu:
Deming Prize, Malcolm Baldrige National Qualiity Award, European Quality Award,
dan ISO 9000.
1. Deming Prize
Penghargaan Deming untuk mutu dimulai tahun 1951, diselenggarakan oleh
JUSE, dalam rangka memperingati jasa Deming untuk Jepang. Pada awalnya
penghargaan ini dibiayai oleh pendapatan dari buku Deming, statistical process
control, yang dihasilkan dari pengajarannya di Jepang.
Deming Prize diberikan kepada individual dan perusahaan yang emiliki
kontribusi di bidang pengendalian mutu. Proses pengujian dan pemberian
penghargaan dilaksanakan di bawah arahan JUSE Deming Award Committee.
Meskipun awalnya Deming Prize hanya diberikan kepada orang atau organisasi
Jepang, tapi sejak tahun 1984 terbuka untuk individu atau organisasi non-Jepang.
Deming Prize dibagi dalam 4 kategori:
Deming Prize for Individual Person, diberikan kepada individual yang
menunjukkan pencapaian yang sangat baik dalam teori atau aplikasi statistical
quality control, atau individual yang memberikan kontribusi istimewa dalam
menyebarluaskan statistical quality control.
Deming Aplication Prize for Division, diberikan kepada perusahaan (termasuk
institusi publik) atau divisi yang mencapai peningaktan kinerja yang luar biasa
melalui penerapan company wide quality control berdasarkan atas statistical
quality control.
Deming Application Prize for Small Business, diberikan kepada usaha berskala
kecil atau menengah yang mencapai peningkatan kinerja luar biasa melalui
penerapan company wide quality control berdasarkan atas statistical quality
control.
Quality control Award, diberikan kepada perusahaan yang telah menunjukkan
komitmen yang terus menerus terhadap total quality control paling tidak lima
tahun setelah memperoleh Deming Prize.
Kategori yang dinilai dalam Deming Prize mencakup: (1) kebijakan, (2)
organisasi dan operasi, (3) pencarian dan penggunaan informasi, (4) analisis, (5)
perencanaan ke depan, (6) pendidikan dan pelatihan, (7) jaminan mutu, (8) dampak
mutu, (9) standardisasi, dan (10) pengendalian.
4. ISO 9000
Berbeda dengan penghargaan yang lain, tujuan ISO 9000 bukan memberikan
kerangka untuk peningkatan dan perubahan organisasi, meskipun hal itu dapat
terjadi melalui penerapan ISO 9000. Fokus ISO 9000 ialah agar perusahaan dapat
mendokumentasikan system mutunya dalam suatu seri manual untuk memfasilitasi
perdagangan melalui pemenuhan kesesuaian pemasok.
Proses ISO 9000 berbeda dengan penghargaan yang lain. Tidak ada suatu
lembaga yang memiliki kewenangan mutlak mengeluarkan penghargaan ISO 9000.
BAhkan kantor pusat ISO, yang berada di Jeneva, yang mengeluarkan standar ISO
9000, tidak berhak mengeluarkan sertifikasi ISO 9000. Penghargaan ISO 9000
dinyatakan dalam suatu sertifikat yang dikeluarkan oleh suatu lembaga sertifikasi
system mutu (LSSM) yang telah diakreditasi oleh lembaga akreditasi nasional.
Di Indonesia, lembaga akreditasi nasional yang mempunyai kewenangan
memberikan akreditasi kepada LSSM ialah Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang
beranggotakan stakeholder standardisasi. KAN telah melakukan saling pengakuan
(multi lateral arrangement) dengan Negara-negara yang tergabung dalam PAC
(Pacific Accreditation Cooperation) dan IAF (international Accreditation Forum),
keduanya pada tahun 2000, sehingga sertifikasi yang dikeluarkan oleh LSSM yang
diakreditasi KAN akan diakui oleh lembaga akreditasi nasional di Negara
penandatangan MLA kedua organisasi tersebut, dan sebaliknya.
Dibandingkan jenis penghargaan yang lain ISO 9000 memiliki lebih banyak
pengaruh signifikan dan sisi jumlah perusahaan yang menerapkan.
Mata Kuliah : Manajemen Operasi II /BF
Nama Dosen : Tedy Herdiana
Pertemuan ke- : 5
Hari/Tanggal : Sabtu/11 April 2020
Tugas : Mandiri
E-mail : herdiana_teddy@yahoo.com
Toko dibuka pukul 07.00 pagi oleh karyawan full time. Karyawan ini selesai bekerja pada
pukul 15.00, selanjutnya digantikan oleh karyawan full time, yang menutup toko pada
pukul 18.00 sore.
Saat pakaian kotornya diterima dari konsumen, disiapkan 5 lembar faktur pesanan yang
menunjukkan nama konsumen, nomor telepon, tanggal selesai, dan permintaan khusus.
Satu lembar diberikan kepada konsumen untuk bukti pengambilan, dan toko
menyimpan satu lembar (untuk menunjukkan bahwa mereka bertanggung jawab atas
cucian itu). Pakaian kotor dan lembar faktur yang tersisa disimpan di tas cuci nilai untuk
dikirim ke pabrik pencucian.
Pencucian.
Tumpukan kemudian diangkut dan dimasukkan ke mesin cuci satu per satu untuk
memungkinkan pemeriksaan. Yang pertama diperikasa adalah benda-benda yang
tersangkut dipakaian, atau noda yang membutuhkan perhatian khusus. Misalnya, bila
ada tinta pulpen yang tertinggal di kantong kemeja, maka seluruh pakaian dalam
tumpukan tersebut akan rusak. Setelah dikeluarkan dari mesin cuci, pakaian digantung
dan dipindahkan ke departemen penyetrikaan.
Penyetrikaan.
Ada 4 jenis setrika: untuk sutra, untuk celana, dan sisanya untuk yang umum. Pada hari
biasa, 3 setrika dioperasikan, yang mana saja ketiga setrika itu tergantung permintaan
total dan pengaduan produk yang ada pada hari itu. Setelah disetrika, pakaian dipindah
ke departemen pemilahan.
Pemilahan.
Pakaian yang telah bersih tadi dikelompokkan ke dalam pesanan konsumen,
dimasukkan ke dalam tas, lalu diletakkan dalam antrean pengiriman ke took yang
bersangkutan. Pada saat ini, 2 dan 3 faktur pesanan yang tersisa disematkan ke
pesanan, dan satu lembar lagi disimpan pabrik pencucian untuk menunjukkan bahwa
pesanan telah dipenuhi. Pada saat konsumen mengambil pakaiannya hanya satu lembar
yang akan diberikan padanya.
Pada saat ini, kebanyakan karyawan diberikan pelatihan silang agar mereka bisa
fleksibel. Tabel di bawah ini menunjukkan karyawan produksi dan mereka dilatih untuk
posisi apa saja. Hurup P menunjukkan bahwa tugas tersebut merupakan ftugas
utamanya atau yang paling sering dilakukan. Tanda menunjukkan bahwa karyawan juga
diberikan pelatihan untuk tugas itu.
Penyetrikaan
Karyawan Pencucian Umum Sutra Celana
David P V V
Tasha V V P
Lena V P V
Marry V PV
Betty (part-time) V V V
Mike (part-time) V V V
Misalnya, satu hari David dapat mencuci; hari berikutnya dia bisa mencuci lalu
menyetrika. Masalah yang timbul dalam menentukan siapa yang menggores celana Ibu
JJane, tetapi pemilik PT MM percaya bahwa fleksibilitas penjadwalan ini mempunyai
nilai dan harus dipertahankan.
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Rancanglah program mutu. Pertimbangkan hal-hal di bawah ini:
a. Dimana perlu dilakukan inspeksi?
b. Bagaimana mencapai accountability?
c. Faktor-faktor apa (variable, atribut, pertimbangan lain) yang perlu dicek?
d. Apakah Pengendalian Proses secara Statistik tepat untuk diterapkan? Pada
tahap mana?
2. Apa yang menjadi biaya dalam menerapkan rencana Anda? Berikan Anggaran Biaya
mencakup anggaran peralatan, perlengkapan dan jam kerja (dibagi menurut jenis
tenaga kerja).