Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 1

TUGAS CT – SCAN DASAR

Disusun Oleh:
Ichlasul Amal Muhammad 151710383024
Diska Afriza Muzakki Putri 151710383038
Hamdi Purnomo 151710383040
Satria Imandhani 151710383045

D IV TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2019
BACK PROJECTION (BP)

CT membuat citra dua dimensi potongan penampang lintang dari berbagai


arah. Pembentukan citra dilakukan secara digital, tiap irisan dibagi menjadi
banyak elemen atenuasi dengan atenuasi linear  (x, y).

Setelah didapatkan proyeksi dari berbagai arah, langkah berikutnya adalah


melakukan rekontruksi dengan proyeksi balik, sehingga citra yang diharapkan
diperoleh. Rekontruksi disini dilakukan dengan algoritma tertentu dengan
menggunakan program komputer.

Gambar 1. Proyeksi oleh berkas parallel pada sudut tertentu untuk menghasilkan citra
tampang lintang

Metode rekonstruksi ini pertama kali digunakan oleh Oldendorf (1961)


dalam tomografi transmisi radiografi dan dilanjutkan oleh Kuhl (1963) dan
Edward (1968) untuk merekonstruksi tomografi emisi. Keunggulan metode ini
adalah relative mudah secara konseptual dan mudah diimplementasikan dalam
program computer. Namun hasil rekonstruksi yang diperoleh masih kasar,
akurasinya masih sangat terbatas dan hasil citra rekonstruksinya yang masih
kabur. Secara umum kelemahan itu karena efek bintang pada tiap titik
rekonstruksi.

Back Projection adalah metode rekonstruksi proyeksi tertua dan paling


sederhana. Metode ini disamakan seperti menggambar denah rumah dengan
melihat ke jendela dari luar rumah. Meskipun kita hanya dapat melihat ke dalam
rumah dari luar, dengan mengelilingi rumah dan melihat ke setiap jendela, kita
dapat menggambar rancangan rumah yang masuk akal. Tentu saja, semakin
banyak jendela, semakin mudah untuk membangun representasi yang akurat.
Meskipun tidak lagi digunakan dalam bentuk paling mendasar, metode ini
terus berfungsi sebagai dasar mendasar dari beberapa prosedur yang lebih efektif
yang saat ini digunakan dalam rekonstruksi citra. Pada setiap titik di sepanjang
proyeksi yang direkam, nilai absorbansi adalah penjumlahan dari semua
kontribusi absorbansi di sepanjang jalur.

Dalam kasus ini, nilai-nilai sepanjang proyeksi "diproyeksikan kembali"


ke dalam kotak piksel ukuran bidang tampilan gambar (FOV). Dengan
menggunakan nilai sudut proyeksi dan jarak sepanjang proyeksi yang diketahui.
Seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini, titik hitam yang direkam
sepanjang proyeksi tunggal itu akan muncul sebagai strip hitam melalui kisi-kisi
piksel.

Proses ini diulang untuk setiap proyeksi yang diperoleh. Metode ini
kadang-kadang disebut sebagai metode penjumlahan. Seperti ditunjukkan pada
Gambar diatas, titik hitam pada objek sekarang akan diidentifikasi oleh
perpotongan strip hitam dari semua proyeksi. Setelah banyak proyeksi,
penampilan titik hitam tunggal pada objek akan menjadi bentuk simetris bundar,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar dibawah ini.
Prosedur back projection merekonstruksi gambar di mana setiap titik
dalam gambar "aktual" kabur, dan profil 2-D ini disebut sebagai point-spread-
function (PSF) untuk proses rekonstruksi. Idealnya, setiap titik dalam gambar
aktual akan direkonstruksi hanya ke satu titik dalam gambar yang direkonstruksi
(tidak ada penyebaran di antara piksel tetangga). PSF mencirikan kesalahan
mendasar dalam proses rekonstruksi yang mencegah produksi gambar objek yang
sepenuhnya sempurna. Gambar buram dapat dianggap sebagai gambar aktual
yang digabungkan dengan karakteristik PSF dari proses rekonstruksi.

Hasil yang diperoleh pada rekonstruksi ini bukanlah nilai sebenarnya, tetapi
hanya merupakan nilai perkiraan relative dari koefisien atenuasi linier. Secara
analitik dinotasikan sebagai (x.y).

π
μ( x , y )=∫ pφ ( x r ,φ j )dφ
0 (1.2a)
secara diskrit persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai:
M
μ( x , y )=∑ p( x r ,φ j ) Δφ
j=1 (1.2b)

dengan M adalah banyaknya jumlah proyeksi,


φ j adalah sudut proyeksi ke-j

π
Δφ=
dan M adalah perubahan sudut rotasi. Factor xr akan memilih ray-sum
yang memberi konstribusi pada titik (x,y) yang dilewati. Karena itu nilai

μ( x, y ) adalah jumlah dari seluruh ray-sum yang melewati titik tersebut. Hal
inilah yang menjadi alasan mengapa proyeksi balik langsung juga dikenal sebagai
metode penjumlahan.
DAFTAR PUSTAKA

Suryaningsih, Fitri. Dkk. 2015. Pengujian Hasil Rekontruksi Citra Radiografi


digital Menggunakan Program LabVIEW. Pusat Rekayasa Nuklir (PRFN) –
BATAN. Vol 09 No. 01.

Sutapa, Gusti Ngurah., dan Choirul Anam. 2011. Uji Kecepatan Rekontruksi
Citra pada CT – Scan Metode Back-Projection (BP) dan Metode Filtered
Back-Projection (FBP) dengan Pemfilteran pada Domain spasial. Vol. 14
No. 2, hal. 33 – 40.

William W. OrrisonJr., dan John A. Sanders, 1995. Functional Brain Imaging, .


hal, 97-144.

Anda mungkin juga menyukai