Anda di halaman 1dari 14

PEMANFAATAN LIMBAH TULANG IKAN LELE MENJADI FISH

BONE CLARIAS SUPLEMENT SEBAGAI ALTERNATIF


PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS
Studi Kasus di Farm Fish Boster PT. Indosco Dwi Jaya Sakti Sidoarjo,
Jawa Timur
Nur ‘Azizah Charir, Arif Suhendar, Zakiyyatun Nafiisah
Universitas Brawijaya
Jalan Veteran, Malang, 65145
azizahcharir@gmail.com

INTISARI
Farm Fish Boster PT. Indosco Dwi Jaya Sakti merupakan salah satu perusahaan budidaya dan
penghasil produk olahan ikan lele. Namun, dalam pengolahan produk ikan lele tersebut
menghasilkan limbah berupa tulang ikan lele. Limbah tersebut jika tidak dimanfaatkan dengan
baik lama kelamaan akan menjadi sampah dan mencemari lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi kandungan gizi limbah tulang ikan lele yang akan dimanfaatkan menjadi Fish
Bone Clarias Suplement sebagai alternatif pencegahan osteoporosis. Metode penelitian ini
menggunakan metode studi kasus. Pengumpulan data terdiri atas data primer dan data sekunder.
Data penelitian dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan ukuran kapsul
yang digunakan dalam pembuatan FBCS sebesar 0 dengan berat serbuk tulang ikan sebesar 500
mg perkapsul. Kandungan kalsium FBCS persatuan kapsul dapat diketahui berdasarkan jenis ikan
lele yaitu tulang ikan lele non dumbo sebesar 3,675 mg dan tulang ikan lele dumbo sebesar 39,995
mg. Apabila mengkonsumsi kapsul FBCS dari tulang ikan lele non dumbo pada usia 19-50 dan
diatas 50 tahun berturut-turut membantu pemenuhan asupan kalsium perhari sebesar 2,4 % dan
3,8%. Sedangkan FBCS dari tulang ikan lele dumbo dikonsumsi pada usia 19-50 dan diatas 50
tahun berturut-turut membantu pemenuhan asupan kalsium perhari sebesar 19,99% dan 21,33%.
Kata Kunci: FBCS, Kalsium, Osteoporosis, Tulang Ikan Lele

ABSTRACT
Farm Fish boster PT. Indosco Dwijaya Sakti is one of catfish cultivation and the catfish products
company. But, in the process of catfish production, it had produced waste of fish bone. If it’s not
utilized properly, it will become garbage and pollute the environment. This research was aimed to
identify catfish bones nutrient that will be used as FBCS (Fish Bone Clarias Supplement) as an
alternative to the prevention of an osteoporosis. This research method used case study. The data
and information were collected in the form of primary data and secondary data. Data were
analyzed by using descriptive qualitative as a research design. The analysis showed that the size
of capsule used in the manufacture of FBCS was 0 with the weight of fish bone powder was 500
mg/capsule. Calsium in the FBCS can be known based on the type of catfish that was non dumbo
catfish bones of 3,675 mg and dumbo catfish bones of 39.995 mg. The age of 19-50 and above 50
years old respectively, if consumes FBCS of dumbo catfish bones, it can help them to complete
their daily calcium need 19.99% and 21.33%. While FBCS of non dumbo catfish bone just 2,4%
and 3,8%.

Keywords: FBCS, Calsium, Osteoporosis, Catfish Bone


1. PENDAHULUAN
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki kandungan gizi yang
tinggi. Saat ini ikan lele cukup diminati oleh masyarakat dan produksinya terus meningkat,
mengingat cara budidaya yang mudah dilakukan baik melalui budidaya ikan lele ekstensif,
semi intensif dan intensif. Oleh karena itu, berbagai macam olahan produk dari ikan lele
telah banyak dikenal oleh masyarakat.
Farm Fish Boster salah satu cabang perusahaan PT. Indosco Dwi Jaya Sakti yang
terletak di Kabupaten Sidoarjo merupakan perusahaan yang menerapkan konsep budidaya
ikan lele super intensif dengan sistem boster. Budidaya ikan lele pada perusahaan tersebut
terdiri dari tahap pembenihan, indukan sampai pembesaran. Adapun jenis ikan lele yang
dibudidayakan yaitu ikan lele dumbo, sangkuriang, shukoi dan masamo. Hasil panen selain
dijual dalam bentuk ikan segar juga langsung diolah menjadi berbagai macam produk
olahan ikan lele. Seperti, fillet, siomay, nugget, rambak kulit, keripik sirip, bakso, bakso
tahu, otak-otak ikan lele, dan masih banyak produk lainnya. Proses pengolahan ikan lele
yang digunakan hanya daging, sirip dan kulitnya. Sedangkan tulang ikan dijadikan limbah,
sehingga belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Tulang ikan sisa hasil pengolahan
tersebut sering dibuang ke sungai sekitar perusahaan. Apabila limbah itu tidak
dimanfaatkan lama kelamaan akan menjadi sampah dan mencemari lingkungan.
Tulang ikan merupakan limbah yang memiliki kandungan kalsium yang sangat
tinggi. Tulang ikan mengandung sel-sel hidup dan matrik intraseluler dalam bentuk garam
mineral. Garam mineral tersebut terdiri dari kalsium fosfat sebanyak 80% dan sisa
sebagian terdiri dari kalsium karbonat dan magnesium fosfat 200 cm3 dari tulang yang
[1]
mengandung 1000 mg . Adapun pemanfaatan tulang ikan ini dapat dilakukan melalui
proses pengolahan tulang ikan menjadi tepung[2] . Secara komposisi proksimat dengan
menguji kandungan gizi pada tepung tulang ikan lele didapatkan kadar Air 11.34 %, Abu
59.49 %, protein 23.86 %, lemak 0.96 %, karbohidrat 4.35 % dan kalsium 17.47 %.
Tingginya kandungan kalsium tulang ikan lele menunjukkan bahwa tulang ikan
berpotensi sebagai alternatif untuk mencegah penyakit akibat kekurangan kalsium.
Adanya kekurangan kalsium dapat menyebabkan penyakit osteoporosis.
White Paper yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi)
pada tahun 2007 yaitu osteoporosis pada wanita yang berusia diatas 50 tahun mencapai
32,3% dan pada pria usia diatas 50 tahun mencapai 28,8%. Secara keseluruhan percepatan
penyakit osteoporosis pada wanita 80% lebih cepat dibandingkan dengan pria. WHO
memperkirakan pada pertengahan abad mendatang jumlah patah tulang pada panggul
karena osteoporosis akan meningkat tiga kali lipat dari 1,7 juta pada tahun 1990 menjadi
6,3 juta kasus pada tahun 2050 kelak. Data dari International Osteoporosis Foundation
(IOF) menyebutkan bahwa seluruh dunia, satu dari tiga wanita dan satu dari delapan pria
yang berusia di atas 50 tahun memiliki resiko mengalami patah tulang akibat osteoporosis
dalam hidup mereka[3].
Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, angka insiden patah tulang
paha atas tercatat sekitar 200/100.000 kasus pada wanita dan pria diatas usia 40 tahun
diakibatkan Osteoporosis. WHO menunjukkan bahwa 50% patah tulang paha atas ini akan
menimbulkan kecacatan seumur hidup dan menyebabkan angka kematian mencapai 30%
pada tahun pertama akibat komplikasi imobilisasi. Data ini belum termasuk patah tulang
belakang dan lengan bawah serta yang tidak memperoleh perawatan medis di Rumah
Sakit. Penting disadari osteoporosis dapat menimbulkan beban, tidak hanya bagi penderita
juga bagi keluarga. Oleh karena itu, pencegahan sejak dini perlu menjadi perhatian. Wakil
Ketua Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) dr. Siti Annisa Nuhonni, SpKFR(K),
menjelaskan Kalsium yang dibutuhkan oleh tubuh adalah 1000mg untuk usia 19-50 tahun,
dan 1200mg untuk usia diatas 50 tahun[4].
Berdasarkan uraian di atas tentang kandungan gizi pada tulang ikan lele, maka
perlu alternatif asupan kalsium dalam mencegah osteoporosis sejak dini dengan
memanfaatkan limbah tulang ikan lele menjadi suplemen kapsul bernama Fish Bone
Clarias Suplement atau FBCS. Suplemen ini dapat dikonsumsi oleh usia remaja, dewasa
hingga tua dengan dosis yang berbeda-beda. Hal ini diharapkan penderita osteoporosis di
Indonesia dapat diminimalisir. Adanya suplemen ini secara tidak langsung juga
berdampak pada lingkungan yang bersih bebas dari pemcemaran limbah tulang ikan.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Kandungan Gizi dan Manfaat Tulang Ikan Lele
Ikan merupakan salah satu sumber protein yang tinggi, bukan hanya dagingnya
namun tulang ikan juga merupakan sumber kalsium yang baik. Tulang ikan mengandung
sel-sel hidup dan matrik intraseluler dalam bentuk garam mineral. Garam mineral tersebut
terdiri dari kalsium fosfat sebanyak 80% dan sisa sebagian besar terdiri dari kalsium
karbonat dan magnesium fosfat 100 cm3dari tulang yang mengandung 10.000 mg kalsium.
Tulang juga digunakan untuk menampung mineral lainnya[1]. Salah satu jenis tulang ikan
yang memiliki kandungan gizi yang tinggi adalah tulang ikan lele. Hal tersebut
memungkinkan tulang ikan berpotensi sebagai alternatif bahan makanan yang kaya
kalsium. Tulang ikan lele dapat diolah menjadi tepung tulang ikan lele, tepung tulang ikan
lele tersebut mengandung kalsium dan fosfor yang cukup tinggi sehingga berpotensi untuk
mencukupi asupan kalsium.
Kandungan gizi tulang ikan lele dalam 100 gram tepung tulang ikan yaitu 735 mg
kalsium, 9,2 gram protein, 44 mg lemak, phospor 345 mg, zat besi 78 mg, 24,5 gram abu,
karbohidrat 0,1 mg. Tulang ikan lele dumbo memiliki kandungan kalsium tertinggi, yakni
mencapai 7.999 mg dalam 100 gram[4].
Osteoporosis
Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis atau tulang rapuh merupakan penyakit yang memiliki ciri massa
tulang yang rendah dan adanya kemunduran struktur jaringan tulang. Hal tersebut
menyebabkan kerentanan pada tulang dan peningkatan risiko fraktur pada pinggul, tulang
belakang, dan pergelangan tangan. Aktivitas fisik sangat mempengaruhi pembentukan
masa tulang. Aktivitas tersebut seperti berjalan kaki, berenang, naik sepedah dan aktivitas
olahraga memberikan pengaruh melindungi tulang dan menurunkan demineralisasi tulang
karena pertambahan umur. Jika aktivitas fisik manusia tidak tinggi (rendah atau cukup)
memiliki resiko 4,58 kali untuk mengalami osteoporosis dibandingkan manusia yang
memiliki aktivitas fisik tinggi[3].
Faktor Penyebab Osteoporosis
Faktor penyebab osteoporosis dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor
eksternal [6].
Faktor Internal
a. Faktor Demografi
1) Usia
Usia adalah salah satu faktor osteoporosis yang tidak dapat direkayasa, pada usia
lanjut daya serap kalsium akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Indonesia
pada kurun waktu antara tahun 1990-2050 akan mempunyai kenaikan jumlah lanjut usia
(lansia) diatas 50 tahun. Tahun 2015 kelak akan mencapai kurang lebih 24 juta orang kira-
kira 10% dari jumlah total penduduk Indonesia yang ada. Tahun 2020 jumlah lansia akan
meningkat lagi menjadi 29 juta orang atau menjadi 11,4% dari total penduduk[6].
2) Jenis Kelamin
Diperkirakan selama hidup, wanita akan kehilangan massa tulang 30%-50%
sedangkan pria hanya 20%-30%. Pada osteoporosis primer, perbandingan antara wanita
dan pria 5:1. Pria memiliki prevalensi yang lebih tinggi untuk terjadinya osteoporosis
sekunder, yaitu sekitar40-60% akibat dari hipogonadisme, konsumsi alkohol atau
pemakaian kortikosteroid yang berlebihan[6].
b. Faktor Status Kesehatan
1) Riwayat Keluarga
Jika memiliki riwayat keluarga yang menderita osteoporosis diperkirakan 60-80%
salah satu anggota keluarganya akan mudah mengalami patah tulang belakang, maka anak
wanita akan lebih mudah untuk mengalami penurunan massa tulang lebih cepat dan lebih
berisiko[6].
2) Fraktur
Orang yang pernah patah tulang belakang risiko mengalami tulang pergelangan
tangan sebanyak 1-2 kali, tulang belakang 4-19 kali dan tulang panggul 2-3 kali. Orang
yang pernah mengalami patah tulang pergelangan tangan akan berisiko mengalami patah
tulang pergelangan tangan 3-4 kali, patah tulang belakang 2-7 kali dan patah tulang
panggul 1-2 kali. Orang yang pernah patah tulang panggul akan berisiko mengalami patah
tulang belakang 2-3 kali dan patah tulang panggul 1-2 kali[6].
3) Indeks Massa Tubuh
IMT dikelompokkan berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2005, kekurangan berat badan tingkat berat (IMT<17 kg/m2), kekurangan berat
badan tingkat ringan (IMT 17-18,4 kg/m2), normal (IMT18,4-24,9 kg/m2), kelebihan berat
badan tingkat ringan (IMT 25-27 kg/m2) dan kelebihan berat badan tingkat berat (IMT >
27 kg/m2). Studi osteoporosis Mediteranian akan fraktur pinggul di Eropa menyatakan
bahwa rendahnya berat badan dan rendahnya indeks massa tubuh menjadi faktor risiko
akan terjadinya fraktur[6].
4) Menopause
Menopause merupakan akhir dari masa reproduktif karena telah berhentinya masa
haid, biasanya terjadi usia 50-51 tahun. Pada wanita yang merokok akan mengalami
menopause 1 tahun lebih cepat dari wanita yang bukan perokok. Menurunnya hormon
estrogen saat menopause berkontribusi pada peningkatan absorpsi kalsium dan
metabolisme tulang yang berperan dalam percepatan hilangnya otot-otot tulang rangka
wanita menopause[6].
5) Densitas Tulang
Densitas massa tulang juga berhubungan dengan risiko terjadinya fraktur. Setiap
penurunan 1 SD, berhubungan dengan risiko peningkatan fraktur sebesar 1,5-3,0 kali.
Faktor usia juga menjadi pertimbangan dalam menentukan besarnya risiko menurut
densitas tulang[6].
6) kortikosteroid
Kortikosteroid yang digunakan dalam jangka panjang dapat menyebabkan
terjadinya osteoporosis sekunder dan fraktur osteoporotic. Kortikostreroid dapat
menginduksi terjadinya osteoporosis bila dikonsumsi lebih dari 7,5 mg per hari selama
lebih dari 3 bulan[6].
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Gaya Hidup
1) Merokok
Tembakau dapat meracuni tulang dan juga menurunkan kadar estrogen.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu sebelumnya yang dilakukan di Padang Pariaman
dari 38 responden yang memiliki riwayat sebagai perokok, sebagian besarnya (86,8%)
berada pada tingkat risiko tinggi[6].
2) Konsumsi Alkohol
Kebiasaan mengkonsumsi alkohol jangka panjang bisa menurunkan massa tulang.
Minuman yang mengandung alkohol, kafein dan soda berpotensi mengurangi penyerapan
kalsium ke dalam tubuh. Alkohol dapat secara langsung meracuni jaringan tulang atau
mengurangi massa tulang karena adanya nutrisi yang buruk[6].
3) Aktivitas Fisik
Orang yang tidak bergerak lama, tidak ada rangsangan gravitasi bumi atau tekanan
mekanik lain, akan membuat banyak mineral tulang hilang dan menyebabkan tulang
menjadi keropos. Namun, olahraga yang berlebih (marathon, atlit) pada usia muda,
terutama anak perempuan yang telah haid akan menyebabkan haidnya terhenti karena
kekurangan estrogen sehingga penyerapan kalsium berkurang[6].
b. Faktor Metabolik
Pada orang yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis lebih mudah
mengalami osteoporosis. Insulin merangsang pengambilan asam amino ke sel tulang
sehingga meningkatkan pembentukan kolagen. Kontrol gula yang buruk juga akan
memperberat metabolisme vitamin D pada penyakit tiroid atau gondok. Kadar hormon
tiroid tinggi atau berlebihan sehingga menyebabkan penurunan massa tulang, begitu pula
pada hipoteroid yang diberi pengobatan hormone tiroksin. Beberapa penyakit seperti
penyakit hati kronis, gagal ginjal kronis serta beberapa kanker tertentu dikaitkan dengan
timbulnya kerapuhan tulang misalnya kanker sumsum tulang[6].
Asupan Kalsium dalam Pencegahan Osteoporosis
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu frekuensi asupan kalsium kurang yaitu
sebesar 77.8% dan asupan kalsium yang cukup sebesar 22.2%. Asupan kalsium yang
kurang 6 kali berisiko memiliki massa tulang tidak normal dibandingkan asupan kalsium
yang cukup. Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan mineral tulang dan penting untuk
pengaturan proses fisiologik dan biokimia. Selain itu, kalsium diperlukan untuk
memaksimalkan puncak massa tulang dan mempertahankan densitas tulang yang
normal[3].
[3]
merekomendasikan asupan kalsium sebesar 1.200-1.500 gram/hari berdasarkan
pada jumlah kalsium yang hilang melalui keringat sebanyak 200-250 gram/hari pada orang
dewsa, jumlah yang diabsorpsi 30%-40%, dan jumlah kalsium yang masuk kedalam tulang
selama perkembangan tulang 140-500 mg/hari. Pada akhirnya jumlah asupan yang
dianjurkan harus meninjau banyaknya mineral tulang yang hilang pada usia lanjut, sejalan
dengan berkurangnya absorpsi dari hasil pencernaan kalsium oleh tubuh.

Suplemen Kapsul
Pengertian
Kapsul merupakan bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau lebih dan
bahan inert lainnya dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang umumnya
dibuat dari gelatin lunak atau keras. Terdapat dua tipe kapsul yaitu kapsul lunak dan kapsul
keras. Kapsul lunak terdiri dari cangkang padat lentur yang mengandung serbuk, cairan
non-aqueous, larutan, emulsi, suspensi atau pasta. Sedangkan kapsul keras merupakan
kapsul yang memiliki dua cangkang yaitu badan dan tutup, keduanya berbentuk silinder
dan dapat ditutup pada ujungnya. Bahan obat di dalam kapsul keras berupa serbuk dan
partikulat padat seperti granul dan pelet[7].
Ukuran kapsul kering berdasarkan taksiran kapasitas bahan obat (mg) yaitu nomer
kapsul 000 kandungannya 950 mg, nomer 00 = 650 mg, nomer 0 = 450 mg, nomer 1 = 300
mg, nomer 2 = 250 mg, nomer 3 = 200 mg, nomer 4 = 150 mg dan nomer 5 = 100 mg.
Sedangkan ukuran kapsul lunak berdasarkan taksiran kapasitas bahan obat (ml) yaitu
bentuk bulat kandungan bahan 0,05 – 6 ml, oval 0,05 – 6,6 ml, oblong 0,15 – 25, tube 0,15
– 30 dan miscellar 0,3 – 5 ml[7].
Metode Rule of Seven
Metode Rule of Seven merupakan metode pemilihan ukuran kapsul. Metode ini
[7]
mudah diterapkan pada penentuan ukuran kapsul keras. menyatakan bahwa langkah-
langkah yang digunakan pada metode ini diantaranya,
a. Menghitung rumus metode Rule of Seven
b. Melakukan pembulatan angka desimal.
c. Mengurangi angka 7 dengan hasil pembulatan angka.
d. Ukuran cangkang kapsul terpilih
Rumus Metode Rule of Seven
X = ............................... 1

Dimana:
A adalah berat serbuk
B adalah berat kapsul

Metode Pengisian Kapsul


Metode pengisian kapsul dibedakan menjadi 3 tahap yaitu[8]:
a. Metode pengisian kapsul padat berupa serbuk, terdapat dua cara yang dapat digunakan
yaitu
1. Tanpa alat, dengan metode Blocking adn dividing yaitu dengan pembuatan serbuk
terbai dan dilanjutkan dengan pengisisan serbuk ke dalam kapsul dengan bantual
spatel atau sudip. Sedangkan metode punching dapat dilakukan dengan cara
meletakkan serbuk di atas kertas dibentuk datar dengan tinggi ¼ inchi. Kemudian
dilakukan pengisian serbuk ke dalam kapsul dengan menekan ujung yang terbuka.
2. Alat Mesin, pengisian bahan obat dapat dilakukan dengan menggunakan alat mesin
yang lebih efektif dn efisien, sehingga tidak memerlukan jumlah tenaga manusia
yang banyak.
b. Metode pengisin kapsul beruba cairan
Bahan obat berupa cairan dapat diteteskan ke dalam induk kapsul sambil dihitung
tetesan pada bobot yang diminta. Kemudian kapsul ditutup dengan rapat.

3. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik
wawancara dan observasi langsung ke lokasi Farm Fish Boster PT. Indosco Dwi Jaya Sakti
Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur mengenai limbah yang dihasilkan oleh perusahaan
tersebut.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh melalui survei langsung ke objek penelitian. Sedangkan data
sekunder melalui studi kepustakaan yaitu membaca literatur-literatur tentang ikan lele,
kandungan gizi limbah tulang ikan lele, osteoporosis, pemanfaatan limbah tulang lele yang
mampu mencegah terjadinya osteoporosis sejak dini.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan suatu metode penelitian
dengan meneliti suatu status kelompok manusia atau objek yang ditujukan untuk membuat
deskriptif dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta serta sifat-sifat terhadap fenomena yang terjadi.
Tujuannya untuk memberikan gambaran dan penjelasan mengenai realilasi pemanfaatan
limbah tulang ikan lele yang dihasilkan oleh perusahaan budidaya dan pengolahan ikan
lele Farm fish Boster PT. Dwi Jaya Sakti Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.
Teknis analisa data yng digunakan adalah analisa kualitatif dengan menggunakan
kata-kata yang disusun ke dalam teks yang diperluas. Metode teknis analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses Pembuatan Tepung Tulang Ikan Lele
Cara pembuatan tepung ikan:
1. Tahap pertama adalah mengumpulkan tulang ikan sisa produksi industri dan masukan
kedalam satu wadah panci berukuran besar atau sedang.
2. Lakukan perebusan selama 15 menit. Hal ini di lakukan untuk memudahkan
membersihkan tulang ikan dan dagingnya.
3. Bersihkan daging ikan yang tersisa dengan menggunkan sikat.
4. Lakukan pencucian sehingga daging ikan betul betul tidak ada yang lengket,
5. Lakukan perebusan tulang ikan pada suhu 120 °C selama 1 jam
Keringkan tulang ikan.
6. Tulang ikan di oven pada suhu 50- 70°C selama 30 menit
7. Tulang ikan yang telah kering di giling dan diayak.
8. Panaskan di sinar matahari atau di ocen 50°C selama 2 jam, 60°C 1,5 jam, 70°C =2
jam.

Pencucian Tulang Ikan

Perebusan Selama 15

Pembersihan Daging

Pencucian Pemasakan

Pengeringan I

Penggilingan

Pengayakan

Pengeringan II

Tepung Ikan

Gambar 1. Alur Pembuatan Tepung Tulang Ikan Lele

Proses Pembuatan FBCS (Fish Bone Clarias Suplement)


Cara pembuatan FBCS (Fish Bone Clarias Suplement) yaitu dengan berbahan
dasar 100% dari tepung tulang ikan lele. Serbuk hasil penepungan ikan lele dimasukkan
ke dalam kapsul. Jenis kapsul yang digunakan pada supelemen ini berupa kapsul keras.
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan FBCS (Fish Bone Clarias
Suplement) yaitu:
- Tepung tulang ikan lele (Tulang ikan lele biasa atau dumbo)
- Kapsul
Berikut alur pembuatan suplemen kapsul FBCS (Fish Bone Clarias Suplement)
dengan kapasitas serbuk 500 mg per kapsul dengan berat per kapsul sebesar 75 mg. Contoh
perhitungan penentuan cangkang kapsul metode Rule of Seven:

X = = = 6,6 = 7
Ukuran cangkang kapsul = 7 – 7= 0, jadi didapatkan ukuran cangkang kapsul adalah 0
dengan kapasitas 500 mg serbuk tulang ikan lele per kapsul.

Gambar 2. Alur pembuatann FBCS (Fish Bone Clarias Suplement)

Kandungan Kalsium FBCS (Fish Bone (Clarias Suplement)


Kandungan kalsium FBCS (Fish Bone Clarias Suplement) persatuan kapsul dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Kandungan kalsium FBCS (Fish Bone Clarias Suplement)
No. Jenis Tulang Ikan Lele Kandungan Kalsium (mg)
1. Tulang ikan lele 3,675
2. Tulang ikan lele dumbo 39,995
Berdasarkan tabel tesebut dapat disimpulkan bahwa perbandingan kandungan
kalsium antara tepung tulang ikan lele non dumbu dengan tepung tulang ikan lele dumbo
adalah sebesr 1:11, sehingga kandungan kalsium pada tepung tulang ikan lele dumbo
sangat tinggi. Asupan kalsium perhari yang dibutuhkan sebesar 1.200 mg/hari -1.500
mg/hari. Sedangkan jika dilihat berdasarkan usia, pada usia 19 – 50 tahun kebutuhan
kalsium sebesar 1.000 mg dan usia 50 tahun keatas kebutuhan kalsium sebesar 1.500 mg.
Apabila mengkonsumsi kapsul FBCS dengan jumlah 5 – 8 kapsul perhari dapat mencukupi
25% asupan kalsium. Hal ini dapat membantu asupan kalsium dalam pencegahan
osteoporosis, dimana asupan kalsium dengan mengkonsumsi susu, sayuran belum
terpenuhi.

5. KESIMPULAN
Limbah tulang ikan lele di Farm Fish Boster Centre PT. Indosco Dwi Jaya Sakti
Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur yang melimpah dapat dimanfaatkan menjadi suplemen
yang berguna untuk kesehatan. Suplemen tersebut dinamakan Fish Bone Clarias
Suplement berfungsi untuk membantu mencegah terjadinya osteoporosis, karena tulang
ikan lele memiliki kandungan kalsium yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kalsium
dalam tubuh.
Proses pembuatan suplemen tersebut meliputi beberapa tahap, yaitu tahap
pencucian tulang ikan; perebusan selama 15 menit; pembersihan daging ikan; pencucian
pemasakan (120cc); pengeringan I; penggilingan; pengayakan; pengeringan II; dan tepung
tulang ikan lele. Setelah melakukan proses penepungan, kemudian tepung tulang ikan lele
siap diproses menjadi suplemen dengan memasukkan tepung tulang ikan lele yang telah
ditimbang sesuai ukuran yaitu seberat 500 mg per kapsul. Proses berikutnya, yaitu
mengemas kapsul ke dalam botol-botol dan kemudian dimasukkan ke dalam kardus.
Tulang ikan lele yang diolah menjadi suplemen dibedakan menjadi dua jenis yaitu
tulang ikan lele non dumbo dan tulang ikan lele dumbo. Kedua jenis tulang ikan lele
tersebut memiliki kandungan kalsium yang berbeda, tulang ikan lele non dumbo memiliki
kandungan kalsium sebesar 3,675 mg sedangkan tulang ikan lele dumbo 39, 995 mg
kalsium. Apabila mengonsumsi 5-8 kapsul per hari, dapat membantu mencukupi
kebutuhan sebesar 25% asupan kalsium, karena hanya mengkonsumsi susu dan sayur saja
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kalsium dalam tubuh.
6. UCAPAN TERIMA KASIH
1. Orang tua kami yang senantiasa mendukung dan mendo’akan untuk kelancaran serta
kemudahan dalam penyelesaian penulisan ini.
2. Bapak Dedi Selaku manager Farm Fish Boster PT. Indosco Dwi Jaya Sakti di
Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.
3. Para karyawan Farm Fish Boster PT. Indosco Dwi Jaya Sakti di Kabupaten Sidoarjo
Jawa Timur
4. Ibu Dr. Ir. Dwi Setijawati, M.Kes selaku dosen fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
yang telah memberikan inspirasi untuk meneliti dan mengkaji mengenai limbah tulang
ikan lele.
5. Ibu DR. Uun Yanuhar, S.Pi., M.Si selaku dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya yang telah membantu dalam penulisan nama latin dan nama
asing dalam proses penulisan hasil penelitian.
6. Teman-teman yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian penulisan ini.

7. DAFTAR PUSTAKA
[1] Sa’adah, Umi. 2013. Daya Terima dan Komposisi Proksimat Tepung Tulang Ikan
Lele yang Mengalami Proses Perendaman dalam Larutan Jeruk Nipis. Sekola Skripsi.
Naskah Publikasi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
[2] Mahmudah, Siti. 2013. Pengaruh Substitusi Tepung Tulang Ikan Lele (Clarias
Batrachus) Terhadap Kadar Kalsium, Kekerasan, dan Daya Terima Biskuit. Jurnal
Publikasi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
[3] Dani, Nurul Rama, dkk. 2015. Hubungan Aktivitas Fisik, Asupan Kalsium, Fosfor
Serta Kebiasaan Minum Susu dengan Massa Tulang Peserta Senam di Jakarta Barat
Tahun 2015. Sekolah Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul.
[4] Kemenkes RI. 2012. Perilaku Cerdik Mencegah Osteoporosis.
Http:///www.depkes.go.id/article/print/2093/perilaku-cerdik-mencegah-
osteoporodid.html. Diakses Pada Tanggal 11 Maret 2016 Pukul 20.53 WIB.
[5] Permitasari, Witdiah. 2013. Pengaruh Penambahan Tepung Tulang Ikan Lele (Clarias
batrachus) Pada Pembuatan Mie Basah Terhadap Kadar Kalsium, Elastisitas dan
Daya Terima. Sekolah Skripsi. Naskah Publikasi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
[6] Pratiwi, Rosi. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan ftabeldengan Kejadian
Osteoporosis di Puskesmas Pondok Betung Tahun 2014. Sekolah Skripsi. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
[7] Situmeang, J. 2015. Chapter II. (http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/
Chapter%2011.pdf). Diakes Pada Tanggal 21 Maret 2016 Pukul 22.25 WIB.
[8] Himawati, Ekarina R. 2012. Dasar-dasar Penyiapan Obat Meliputi Pemilihan Produk
Obat dan Compounding dalam Rangka Filling Prescription. Artikel Tidak
Diterbitkan. Diakses Pada Tanggal 16 Maret 2016 Pukul 19.01 WIB.

HASIL DISKUSI
- Penanya : Veni Luvita (P2 Metrologi LIPI)

Pertanyaan :
1. Apakah usia lele berpengaruh ke kadar kalsium?
2. Apakah coatingnya jelly / fiber?
3. Apakah sudah melakukan uji klinis?
Jawaban :
1. Ya, berpengaruh. Fase lele yang dalam pertumbuhan dan pembesaran tidak
layak konsumsi.
2. Kapsul keras. Berbahan dasar gelatin. Untuk kapsul tidak membuat sendiri.
3. Belum diuji klinis.

- Penanya : Arfan (P2 Metrologi LIPI)

Pertanyaan :
1. Apakah maksud dari ukuran cangkang 0? Apakah ini menunjukkan dimensi atau
bagaimana?
2. Pada komposisi tertulis abu. Ini maksudnya bagaimana?
3. Apakah sudah layak konsumsi?
Jawaban :
1. 0 adalah ukuran volume kapsul.
2. Abu adalah nama lain dari serbuknya
3. Ya, layak konsumsi.

Anda mungkin juga menyukai