Anda di halaman 1dari 4

STUDY TASK II

` I Putu Eka Putrawan


1904551082
Ilmu Hukum

Pandangan terhadap perbedaaan gender


Sesungguhnya banyak masyarakat yang masih menyamakan gender dengan jenis
kelamin. Gender belum bisa dipahami sebagai suatu bentuk konstruksi sosial yang ada dalam diri
seseorang yang membedakan peran dan fungsi laki – laki dan perempuan dimana hal ini bersifat
buatan. Berbeda halnya dengan jenis kelamin yang bersifat kodrati yang sudah dibawa sejak
lahir. Namun pada kenyataannya masih banyak orang yang terjebak dalam pola pikir bahwa
kedudukan antara laki-laki dan perempuan mesti diperlakukan secara kodrati. Dalam berbagai
aspek kehidupan masih banyak diterapkannya budaya patriarki dalam masyarakat tertentu yang
berpandangan bahwa laki-laki lah yang memiliki kedudukan tertinggi. Perempuan menjadi pihak
yang tersisih dan banyak dirugikan. Walby (via Wiyatmi, 2012: 90) mengemukakan bahwa
patriarkat adalah sebuah sistem dari struktur sosial, praktik yang menempatkan laki-laki pada
posisi dominan, menindas, dan mengeksploitasi perempuan. Budaya patriarki ini masih sangat
jelas terlihat pada kebudayaan masayarakat bali , dimana kedudukan anak laki – laki dianggap
lebih tinggi daripada perempuan.
Keadilan
Keadilan berasal dari kata adil, menurut Kamus Bahasa Indonesia adil adalah tidak
sewenang- wenang, tidak memihak. Adil terutama mengandung arti bahwa suatu keputusan dan
tindakan didasarkan atas norma-norma yang objektif. Keadilan adalah adanya hak yang sama
didapatkan setiap orang baik itu laki – laki maupun perempuan. Demikian pula dengan
Kesetaraan Gender setara atau sama. Samasama punya hak dan kewajiban yang sama tanpa
adanya Diksriminasi dan perbedaan perlakuan antara kedua belah pihak
Ketidakadilan Gender
Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur yang memungkinkan kaum laki-laki
maupun perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Perbedaan gender merupakan penyebab
berbagai ketidakadilan gender, baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum perempuan
(Fakih, 2008: 12).Dapat disimpulkan bahwa ketidakadilan gender adalah adanya
ketidakseimbangaan hubungan antara laki – laki dan perempuan/adanya bentuk perbedaan
perlakuan karena gender antara laki laki dan perempuan sehingga akan menimbulkan
pembatasan peran/fungsi dan pelanggaran terhadap pengakuan hak asasi
Bentuk – Bentuk Ketidakadilan Gender
Ketidakadilan gender menurut Mansour Faqih dibagi dalam 5 bentuk yaitu :
1. Kekerasan (violence) Kekerasan berbasis gender, kekerasan tersebut terjadi akibat dari ketidak
seimbangan posisi tawar (bargaining position) atau kekuasaan antara perempuan dan laki - laki.
Kekerasan terjadi akibat konstruksi peran yang telah mendarah daging pada budaya patriarkal
yang menempatkan perempuan pada posisi lebih rendah.
2. Marginalisasi Peminggiran terhadap kaum perempuan terjadi secara multidimensional yang
disebabkan oleh banyak hal bisa berupa kebijakan pemerintah, tafsiran agama, keyakinan, tradisi
dan kebiasaan, atau pengetahuan. Salah satu bentuk paling nyata dari marginalisasi ini adalah
lemahnya peluang perempuan terhadap sumber-sumber ekonomi. Proses tersebut mengakibatkan
perempuan menjadi kelompok miskin karena peminggiran terjadi secara sistematis dalam
masyarakat.
3. Stereotype Pelabelan atau penandaan yang seringkali bersifat negatif secara umum dan
melahirkan ketidakadilan. Sebagai contoh, perempuan sering digambarkan emosional, lemah,
cengeng, tidak rasional, dan sebagainya. Stereotype tersebut yang kemudian menjadikan
perempuan selama ini ditempatkan pada posisi domestik, kerapkali perempuan di identikan
dengan urusan masak, mencuci, dan seks (dapur, sumur, dan kasur).
4. Subordinasi Penomorduaan (subordinasi) ini pada dasarnya merupakan keyakinan bahwa
jenis kelamin tertentu dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya
(Leli Nurohmah dkk, Kesetaraan Kemajemukan dan Ham, Jakarta: Rahima. Hal ini berakibat
pada kurang diakuinya potensi perempuan sehingga sulit mengakses posisi-posisi strategis dalam
komunitasnya terutama terkait dengan pengambilan kebijakan.
5. Beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (double burden). Adanya anggapan bahwa
perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin serta tidak cocok untuk menjadi kepala keluarga
berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab perempuan.

(Mansour Faqih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h.14)
(Mansour Faqih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h.21)
Istilah Teknis dalam Bahasa Inggris
1. Masculine
Gender masculine atau maskulin adalah gender untuk laki-laki. Misal : he, man, boy,
father, husband, king,dsb
2. Feminine
Gender feminine atau feminin adalah gender untuk perempuan. Misal : she, woman, girl,
mother, dsb
3. Common
Gender common atau umum adalah gender untuk kata benda dalam bahasa inggris
digunakan untuk laku – laki maupun perempuan. Misal :student, doctor, singer,
writer,dsb
Kita bisa membuat kata-kata bergender common ini menjadi maskulin atau feminin
dengan menambahkan kata “male” atau “female” di depan kata bendanya. “Male” untuk
laki-laki, sedangkan “female” untuk perempuan.
4. Neuter
Neuter adalah gender netral. Gender ini digunakan untuk kata benda yang tidak memiliki
jenis kelamin, seperti benda mati atau kata benda abstrak. Mssal : tree, house, book,
agility, dsb
Contoh kasus Ketidakadilan Gender
Adanya ketidakadilan gender dalam perumpuan tionghoa di kota medan. Dalam
pendidikan perempuan Tionghoa tertinggal jauh dibanding dengan laki-laki, hal ini dikarenakan
dalam budaya Tionghoa kedudukan perempuan berada di bawah laki - laki. Mereka tidak
mempunyai hak dalam memperoleh kemajuan. Hal ini ditambah dengan adanya tradisi pingitan
semakin membatasi aktivitas perempuan Tionghoa. Namun, Keadaan berubah setelah dibuka
pendidikan untuk orang Tionghoa termasuk anak perempuan. Pendidikan ini telah membawa
perubahan, yaitu perubahan dalam aktivitas perempuan Tionghoa. Pendidikan telah
menumbuhkan kesadaran tentang adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan,
kesadaran tentang kebebasan dalam melakukan aktivitas dan mengemukakan pendapat dan lain
sebagainya.
Sumber Referensi :
Abidin,Febrianti.dkk.2018. KETIDAKADILAN KESETARAAN GENDER.Diakses tanggal 7
maret 2020 melalui
https://KETIDAKADILANKESETARAANGENDERK.pdf
Artawan, Gde. 2011. “Perempuan dan Resistensi terhadap Hegemoni Patriarki”. Diakses dari
http://balipost.co.id pada 8 Maret 2020.
Ansyah,Rudi.2017.Ketidakadilan gender dalam kehidupan perempuan tionghoa di kota
medan.Jurnal rupa.vol 2(2)
Mansour Fakih, 2013, “Analisis Gender & Transformasi Sosial”, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai