Anda di halaman 1dari 5

Name : Ika Nur Annisa

NIM: 201710420311035

Class : PSIK A

1) Jelaskan patofisiologi pertusis?


Jawaban :

Bordetella pertussis menular via droplet di udara yang tersebar


melalui batuk. Gerbang masuk dari organisme adalah infeksi saluran
pernapasan mukosa saluran atas. Setelah terhirup, Bordetella
pertussis kemudian menempel pada sel epitel (sel mukosa superfisial) dan
nasofaring dengan mengeluarkan beberapa macam protein adesin
seperti filamentous hemagglutinin (FHA). Di tempat ini bakteri tersebut
kemudian akan bermultiplikasi dan memproduksi berbagai toksin untuk
merusak sel-sel lokal.
Toksin Pertusis merupakan toksin tipe AB. Toksin ini merupakan
proses utama patogenesis Pertusis. Toksin B berikatan dengan sel epitel
nasofaring kemudian menginjeksikan toksin A ke dalam sel-sel tersebut.
Toksin merupakan sebuah ADP-Ribosyl Transferase yang
menginaktivasikan protein G1, dan sebagai akibatnya meningkatkan
kadar adenylate cyclase dan peningkatan cAMP.
Dari proses tersebut, nampak manifestasi peningkatan produksi
mukus, kerusakan silia, serta infiltrasi sel polimorfonuklear. Kerusakan
silia menyebabkan stasis mukus dalam saluran pernapasan, sementara
mukus merangsang respon batuk. Keduanya menyebabkan iritasi konstan
dari ujung saraf mukosa saluran pernapasan, terbentuknya fokus dominan
eksitasi pada pusat batuk, dan menjadi batuk yang berkepanjangan pada
pasien. Secara keseluruhan, proses perusakan lokal ditambah dengan
hilangnya fungsi protektif sel pernapasan, menghasilkan mikroaspirasi dan
gejala batuk.1,2
INFEKSI BAKTERI MENEMPEL PADA EPITEL
SALURAN PERNAFASAN BAKTERI
MENGELUARKAN ZAT TOXIN RESPON IMUN
TUBUH

2) Sebutkan ciri khas penyakit pertusis?


Jawaban :
Batuk paroksismal diikuti suara whoop saat inspirasi dan sering disertai
muntah
3) Jelaskan penularan penyakit pertusis?
Jawaban:
Penularannya yaitu : melalui droplet saat batuk, bersin maupun saat
berbicara
4) Bagaimana pengobatan dan pencegahannya?
Jawaban :
untuk meringankan gejala dari pertusis itu sendiri dengan diberikan
Antibiotik : eritromisin (12.5 mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) selama 10
hari atau penisilin
Suportif : pengencer batuk, oksigen bila perlu
Simtomatik lainnya

 Beri oksigen pada anak bila pernah terjadi sianosis atau berhenti
napas atau batuk paroksismal berat.
 Gunakan nasal prongs, jangan kateter nasofaringeal atau kateter
nasal, karena akan memicu batuk. Selalu upayakan agar lubang
hidung bersih dari mukus agar tidak menghambat aliran oksigen.
dan Terapi oksigen dilanjutkan sampai gejala yang disebutkan di
atas tidak ada lagi.
 Perawat memeriksa sedikitnya setiap 3 jam, bahwa nasal prongs
berada pada posisi yang benar dan tidak tertutup oleh mukus dan
bahwa semua sambungan aman.
Hal ini tidak akan memperpendek lamanya sakit tetapi akan
menurunkan periode infeksius.
pencegahan pertusis
1) Pemberian imunisasi DPT pada bayi, dan DT pada anak SD
2) Bayi 0-1 th vaksin DPT 3 kali, mulai umur 2 dan selang minimal
1 bulan
3) Diulang umur 6-7 th
Penundaan imunisasi sebaiknya tidak menunggu sampai anak
berusia lebih dari satu tahun

Tethanus
1. Jelaskan pola penularan Tethanus!
Jawaban:
tetanus dimulai dengan masuknya spora bakteri Clostridium Tetani melalui
luka sebagai port d’entree. Luka tusuk, jaringan nekrotik dan luka yang
terinfeksi merupakan luka yang lebih berisiko menimbulkan tetanus. Pada
luka-luka tersebut tercipta kondisi anaerob yang kemudian menjadi
lingkungan optimal bagi proses germinasi (spora berubah menjadi bentuk
vegetatif) dan multiplikasi bakteri Clostridium Tetani. Pada proses tersebut
bakteri Clostridium Tetani akan memproduksi 2 jenis toksin, yakni
tetanospasmin dan tetanolisin3,4
luka yang dalam dengan suasana anaerob :
 Kecelakaan
 Luka tusuk
 Luka operasi
 Karies gigi
 Radang telinga tengah
 Pemotongan tali pusat
2. Sebutkan gejala dan tanda Tethanus !
Jawaban :
 Gejala awal Pada tetanus yaitu :kekakuan otot rahang untuk
mengunyah trismus (pd bayi ‘mecucu’)
 Sulit menelan, gelisah, mudah terkena rangsang
 Kekakuan otot wajah (rhesus sardonicus)
 Kekakuan otot tubuh (punggung, leher dan badan) seperti
busur
 Kekakuan otot perut
 Kejang-kejang

3. Sebutkan pencegahan dan pengobatannya!


Jawaban:
Pengobatan
1. Harus dirawat di RS
2. Kecepatan merujuk sangat berpengaruh terhadap angka
kematian kasus
3. Pengobatan RS umumnya meliputi ;
 Pemberian antibiotik
 Pemberian anti kejang
 Perawatan luka atau penyakit penyebab infeksi
 Pemberian ATS

Pencegahan
1. Immunisasi aktif dengan toxoid; WUS mendapat 5x TT sebelum
hamil (status tetanus toxoid 5 dosis yg memberi perlindungan 25 th)
2. Perawatan luka dengan H2O2
3. Persalinan yang bersih; bersih alat, tempat, dan tangan penolong
persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yeh S, Mink CM. Pertussis infection in infants and children: Clinical


features and diagnosis - UpToDate. wolters kluwer.
https://www.uptodate.com/contents/pertussis-infection-in-infants-and-
children-clinical-features-and-diagnosis. Published 2020. Accessed April
14, 2020.

2. Pertussis | Surveillance Trend Reporting and Case Definition | CDC.


https://www.cdc.gov/pertussis/surv-reporting.html. Accessed April 14,
2020.

3. Hassel B. Tetanus: Pathophysiology, treatment, and the possibility of using


botulinum toxin against tetanus-induced rigidity and spasms. Toxins
(Basel). 2013;5(1):73-83. doi:10.3390/toxins5010073

4. Yamamoto A, Takahashi M. [Clostridium tetani]. Nippon rinsho Japanese


J Clin Med. 2010;68 Suppl 6:220-223. doi:10.5005/jp/books/11041_20

Anda mungkin juga menyukai