Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat melaksanakan profesi sehari-hari dokter gigi melakukan perawatan
yang memerlukan ketelitian di area perawatan yang relatif kecil, yaitu daerah
mulut, sehingga sering dijumpai dokter gigi yang melakukan pekerjaannya
dengan posisi janggal dalam waktu relatif lama. Terkadang dokter gigi juga
hanya memperhatikan kenyamanan bagi diri mereka sendiri dalam merawat
pasiennya. Dokter gigi menganggap bahwa mereka yang harus bergerak
menghampiri pasien, daripada mengatur posisi duduk pasien di atas kursi gigi.
Hal tersebut tentu saja dapat menimbulkan resiko pada kesehatan kerja bagi
tubuh dalam aspek ergonomi (Windi dan Samad, 2015).
Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu ergos dan nomos. Ergos
memiliki arti kerja dan nomos memiliki arti hukum, jadi pengertian ergonomi
secara garis besar adalah studi tentang manusia untuk menciptakan sistem
kerja yang lebih sehat, aman, dan nyaman (Cahyanto, 2009). Pada dasarnya
semua jenis pekerjaan mempunyai tatacara atau aturan kerja masing-masing
agar terhindar dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja. Dalam membuat
aturan kerja tersebut ergonomi meperhatikan banyak aspek seperti kajian
anatomi, fisiologi, teknologi, psikologis, social budaya dan lainnya yang bisa
berdampak pada gangguan kenyamanan kerja, kelelahan, kelainan otot dan
kerangka serta penyakit jabatan.
Berbagai peralatan kedokteran gigi yang dijual di pasaran pada saat ini,
hampir semuanya telat mempehatikan aspek ergonomis ketika didesain oleh
pabrik pembuatnya. Namun kelebihan ini akan berkurang nilainya apabila
pada saat penempatan peralatan tidak berdasarkan prinsip tata letak yang
benar. Desain tata letak adalah proses alokasi ruanagan, penataan ruangan dan
peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal
mungkin, seluruh ruangan termanfaatkan dan menciptakan rasa nyaman
kepada operator yang bekerja serta pasien yang menerima pelayanan. Desain

1
tata letak berperan penting dalam efektifitas dan efisiensi operasi tempat
praktek dokter gigi, oleh karena ituperlu direncanakan secara matang sebelum
tempat praktek dibangun. Konsep four handed dentistry telah diadopsi oleh
para pembuatan dental unit, sehingga saat ini seluruh dental unit yang dibuat
selalu dilengkapi dengan sisi dental assistant di sebelah kiri pasien, oleh
karena itu konsep four handed dentistry menjadi desain dalam tata letak
penempatan alat kedokteran gigi.
Keselamatan pasien merupakan hak pasien. Pasien berhak memperoleh
keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit.
Keselamatan pasien merupakan komponen penting dari mutu layanan
kesehatan. Joint Comission International (JCI) (2011) membuat kebijakan
atau prosedur yang dikembangkan yang mendukung secara terus menerus
pengurangan infeksi terkait dengan perawatan kesehatan. Kebijakan tersebut
terdiri dari mengidentifikasi pasien dengan benar, peningkatan komunikasi
yang efektif, peningkatan keamanan obat-obatan yang perlu diwaspadai,
memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar, pengurangan resiko infeksi akibat
perawatan kesehatan, dan mengurangi resiko pada pasien akibat jatuh.
Tercapainya keselamatan pasien juga didukung oleh beberapa komponen yang
dapat menentukan keberhasilan keselamatan pasien. Menurut Cahyono (2008)
ada beberapa faktor yang dapat menentukan keberhasilan program
keselamatan pasien, meliputi : lingkungan eksternal, kepemimpinan, budaya
organisasi, praktik manajemen, struktur dan sistem, tugas dan keterampilan
individu terkait keselamatan, dan lingkungan kerja.
1.2 Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui definisi ergonomi, four handed
dentistry, dan keselamatan pasien.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui tujuan ergonomi dan four handed
dentistry.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui konsep ergonomi.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui ruang lingkup ergonomi.

2
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui prinsip ergonomi dan four handed
dentistry.
6. Agar mahasiswa dapat mengetahui faktor resiko ergonomi.
7. Agar mahasiswa dapat mengetahui aplikasi ergonomi pada kedokteran
gigi.
8. Agar mahasiswa dapat mengetahui zona kerja four handed dentistry.
9. Agar mahasiswa dapat mengetahui standar keselamatan pasien.
10. Agar mahasiswa dapat mengetahui sasaran keselamatan pasien.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi ergonomi, four handed dentistry,
dan keselamatan pasien.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan ergonomi dan four handed dentistry.
3. Mahasiswa dapat mengetahui konsep ergonomi.
4. Mahasiswa dapat mengetahui ruang lingkup ergonomi.
5. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip ergonomi dan four handed dentistry.
6. Mahasiswa dapat mengetahui faktor resiko ergonomi.
7. Mahasiswa dapat mengetahui aplikasi ergonomi pada kedokteran gigi.
8. Mahasiswa dapat mengetahui zona kerja four handed dentistry.
9. Mahasiswa dapat mengetahui standar keselamatan pasien.
10. Mahasiswa dapat mengetahui sasaran keselamatan pasien.
1.4 Rumusan Masalah
Apakah terdapat dampak bila tidak menerapkan ergonomi?
1.5 Hipotesis
Ya, terdapat dampak bila tidak menerapkan ergonomi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi
2.1.1 Definisi
Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani, ergon yang artinya kerja
dan nomos yang artinya peraturan atau hukum, sehingga secara harfiah
dapat diartikan sebagai peraturan tentang bagaimana melakukan kerja,
termasuk sikap kerja. Seirama dengan perkembangan kesehatan kerja ini
maka hal-hal yang mengatur antara manusia sebagai tenaga kerja dan
peralatan kerja atau mesin juga berkembang menjadi ilmu tersendiri
(Notoatmodjo, 2010).
Menurut Permenkes No. 48 tahun 2016 tentang standar
keselamatan dan kesehatan kerja di perkantoran, ergonomi adalah ilmu
yang mempelajari interaksi kompleks antara aspek pekerjaan yang
meliputi peralatan kerja, tata cara kerja, proses atau sistem kerja dan
lingkungan kerja dengan kondisi fisik, fisiologis dan psikis manusia
karyawan untuk menyesuaikan aspek pekerjaan dengan kondisi
karyawan dapat bekerja dengan aman, nyaman, efisien dan lebih efektif.
2.1.2 Tujuan
Tujuan penerapan perilaku ergonomi yang baik adalah untuk
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di suatu instansi, organisasi
ataupun tempat-tempat manusia melakukan aktivitasnya. Menurut
Santoso (2004), ada empat tujuan utama ergonomi, yaitu
memaksimalkan efisiensi karyawan, memperbaiki kesehatan dan
keselamatan kerja, menganjurkan agar bekerja aman, nyaman dan
bersemangat, dan memaksimalkan bentuk kerja yang menyakinkan.
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ergonomi,
antara lain sebagai berikut :

4
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik
dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasaan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan social melalui peningkatan kualitas
kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna
dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia
produktif maupun setelah produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek teknis,
ekonomis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi
(Tarwaka, 2008).
2.1.3 Konsep
Konsep ergonomi adalah bekerja secara seimbang. Performansi
atau tampilan seseorang sangat tergantung kepada rasio dari besarnya
tuntutan tugas dengan besarnya kemampuan yang bersangkutan, dimana
bila rasio tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan seseorang atau
kapasitas kerjanya, maka akan terjadi penampilan akhir berupa
ketidaknyamanan, overstress, kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit,
penyakit, dan tidak produktif, sebaliknya bila tuntutan tugas lebih rendah
daripada kemampuan seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan
terjadi penampilan akhir berupa understress, kebosanan, kejemuan,
kelesuan, sakit, dan tidak produktif. Penampilan yang optimal terjadi
apabila adanya keseimbangan dinamis antara tuntutan tugas dengan
kemampuan yang dimiliki (Manuaba, 2000).
2.1.4 Ruang lingkup
Ruang lingkup ergonomi tidak hanya sebatas bagaimana cara
mengatur posisi kerja yang baik, namun juga mencakup teknik,
antropometri, dan desain. Pusat Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Departemen Kesehatan RI (2008), menyatakan bahwa ruang lingkup
ergonomi mencakup beberarapa aspek keilmuan yaitu :

5
1. Teknik, yaitu cara-cara melakukan pekerjaan dengan baik sehingga
dapat mengurangi resiko cedera akibat ergonomic yang tidak baik.
2. Fisik, yaitu dimana penampilan seseorang mencerminkan
keseimbangan antara kemampuan tubuhnya dengan tuntutan tugas.
Apabila tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan tubuh maka
akan terjadi ketidaknyamanan, kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa
sakit, penyakit, serta menurunnya produktivitas. Sebaliknya, apabila
tuntutan tugas lebih kecil dari kemampuan tubuh, akan terjadi
understress, seperti kejenuhan, kebosanan, kelesuhan, kurang
produktif dan sakit.
3. Anatomi, yaitu berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian.
4. Antropometri, yaitu suatu kumpulan data numerik yang berhubungan
dengan karakteristik fisik tubuh manusia yang meliputi ukuran,
bentuk dan kekuatan yang nantinya berfungsi untuk mendesain
tempat kerja seseorang.
5. Fisiologi, yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi dan kerja tubuh,
seperti temperature tubuh, oksigen yang didapat saat bekerja,
aktivitas otot dan lain-lain.
6. Desain, yaitu berupa perancangan tempat kerja yang sesuai dengan
pekerja supaya dapat bekerja secara layak, aman dan nyaman.
2.1.5 Prinsip
Prinsip dasar ergonomi adalah menyesuaikan manusia dengan
pekerjaannya, manusia bukan hanya harus mendapatkan pekerjaan. Akan
tetapi, pekerjaan yang diperoleh dapat memelihara harkat dan harga
dirinya sebagai manusia sehingga bersifat manusiawi yang didalamnya
terkandung pengertian adanya keselamatan, keamanan, dan kenyamanan.
Peralatan kerja harus sesuai dengan pemakai, lingkungan kerjanya harus
mendukung fungsi tubuh yang sedang bekerja. Hal itulah yang dituju
dalam pelaksanaan ergonomi di tempat kerja.
Prinsip ergonomi ada 12 prinsip, yaitu sebagai berikut :

6
1. Bekerja dalam posisi atau postur normal.
2. Mengurangi beban berlebihan.
3. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan.
4. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh.
5. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan.
6. Minimalisasi gerakan statis.
7. Minimalisasi titik beban.
8. Mencakup jarak ruang.
9. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
10. Melakukan gerakan, olahraga, dan peregangan saat bekerja.
11. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti.
12. Mengurangi stress (Suma’mur, 2011).
2.1.6 Faktor Resiko
Faktor resiko dalam ergonomi meliputi pengulangan gerakan yang
terus menerus, kekuatan, stress mekanis, postur tubuh, getaran,
temperature, dan tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar. Gerkan
serupa yang berulang terus menerus, dalam jangka waktu tertentu, dapat
menyebabkan ketegangan yang berlebih pada otot. Kelebihan
penggunaan kelompok otot tertentu, dapat mendorong kearah kelelahan
otot.
Resiko terjadinya kelelahan otot juga dapat disebabkan oleh
penggunaan kekuatan yang berlebihan. Kekuatan yang diperlukan oleh
suatu aktivitas, kadang-kadang dapat berlebihan, sehingga menyebabkan
kelelahan otot. Stress mekanis digambarkan sebagai suatu keadaan
cedera yang hebat akibat benda tajam, peralatan, atau instrument ketika
memegang, menyeimbangkan, dan memanipulasi. Hal ini sering terjadi
ketika bekerja dengan lengan bawah, atau pergelangan tangan
berlawanan terhadap tepi suatu meja.
Postur tubuh adalah posisi bagian tubuh, yang berhubungan dengan
suatu bagian tubuh lain, yang dihubungkan dengan sudut yang saling
berhubungan. Terdapat suatu zona pergerakan netral, untuk tiap gerakan

7
yang menghubungkan satu dengan yang lainnya. Resiko cedera akan
meningkat kapan saja, pada setiap orang saat bekerja, apabila melakukan
pekerjaan diluar zona netral mereka, sehingga posisi tubuh tidak
seimbang.
Getaran dari suatu alat kedokteran gigi pada umumnya relatif kecil,
namun mungkin dapat menjadi faktor resiko, apabila diluar daerah kerja,
praktisi melakukan kegiatan lain yang berhubungan dengan alat, yang
mempunyai getaran yang tinggi. Temperatur ruangan juga
mempengaruhi faktor resiko, dengan temperature yang sangat rendah
akan menyebabkan terjadinya nerve end impairment. Tekanan yang
berasal dari luar, menggambarkan suatu keadaan diluar yang dapat
mempengaruhi pekerjaan, antara lain variasi pekejaan, kendali
pekerjaan, beban kerja, tekanan waktu, dan batasan-batasan keuangan,
dapat menjadi factor resiko timbulnya kelelahan.
2.1.7 Aplikasi Ergonomi pada Kedokteran Gigi
1. Posisi kerja
Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri. Berdiri
dengan posisi yang benar, dengan tulang punggung yang lurus dan
berat badan terbagi rata pada kedua kaki. Pada posisi berdiri dengan
pekerjaan ringan, tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm dibawah
siku. Agar tinggi optimum ini dapat diterapkan, maka perlu diukur
tinggi siku yaitu jarak vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan
lengan bawah mendatar dan lengan atas vertikal. Posisi berdiri
dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu
secara seimbang pada dua kaki dan sebaiknya berdiri tidak lebih dari
6 jam.
Posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat badan
dan posisi stabil selama bekerja. Beberapa persyaratan posisi
duduk/bekerja dengan duduk adalah :
a. Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.
b. Tidak menimbulkan gangguan psikologis.

8
c. Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan.
Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau
berdiri secara bergantian. Semua sikap tubuh yang tidak dialami
harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan,
hendaknya diusahakan agar beban statik diperkecil. Tempat duduk
harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani, melainkan
dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang tidak dipakai
untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh
(paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegh terjadinya gangguan
sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha, mencegah keluhan
kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas.
2. Proses kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan
posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya.
Salah satu faktor pembatas kinerja tenaga kerja adalah tiadanya
keserasian ukuran, bentuk sarana dan prasarana kerja terhadap tenaga
kerja. Guna mengatasi keadaan tersebut diperlukan data
anthropometri tenaga kerja sebagai acuan dasar desain sarana dan
prasarana kerja sehingga para pekerja dapat menjangkau perlatan
kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran
anthropometrinya. Anthropometri sebagai salah satu dispilin ilmu
yang digunakan dalam ergonomi memegang peranan utama dalam
rancang bangun sarana dan prasarana kerja.
Hal-hal yang berkaitan dengan anthropometri :
a. Sikap tubuh yang baik
Sikap tubuh yang baik dalam melakukan suatu aktivitas
diantaranya tidak membungkuk, tidak jongkok, tidak memutar
tubuh, tinggi tempat kerja antara tinggi pusat dan tinggi siku,
tidak meraih objek atau benda yang melebihi tinggi bahu, dan
letak objek sesuai dengan jangkauan lapangan pandang mata (30-
60O dari masing-masing mata).

9
b. Gerakan kerja otot
Gerakan kerja otot meliputi kerja otot yang dinamis dan statis.
Kerja otot yang dinamis merupakan pergantian antara kontraksi
dan relaksasi otot secara ritmis. Yang perlu diperhatikan pada
gerakan kerja otot dinamis adalah frekuensi pernapasan, denyut
jantung dan tekanan darah meningkat, sedangkan aliran darah
dan oksigen ke otot yang aktif meningkat dan ke otot yang inaktif
berkurang. Adapun kerja otot statis adalah kerja otot dimana
kontraksi otot terjadi untuk waktu yang lama, biasanya untuk
mempertahankan posisi tubuh tertentu. Pada kerja otot statis
biasanya konsumsi energy lebih rendah, frekuensi jantung lebih
rendah, sehingga waktu istirahat yang diperlukan lebih pendek.
c. Beban kerja
Untuk mengangkat dan memindahkan objek harus diperhatikan
beberapa hal seperti berat badan maksimum,
pengaangkatan/pemindahan barang secara berulang, dan gerakan-
gerakan yang berulang. Diperlukan pengembangan otot matisasi
pada bidang pekerjaan dengan gerakan yang berulang sehingga
dapat mencegah cedera atau penyakit neuromaskuler.
3. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas
kerja. Sedangkan symbol yang berlaku secara internasional lebih
banyak digunakan daripada kata-kata.
a. Penataan area kerja dan peralatan kerja harus dapat memberikan
ruang gerak yang cukup bagi pemiliknya agar pekerja merasa
leluasa bergerak.
b. Semua peralatan yang paling lama atau paling sering kontak
dengan mata ditempatkan pada bagian tengah area kerja.
c. Semua peralatan yang paling sering dipegang ditempatkan pada
area jangkauan tangan yang optimal.

10
d. Pencahayaan yang terlalu terang atau menyilaukan mata harus
dihindari.
e. Area kerja harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas
kerja. Segala jenis peralatan yang ada dalam area kerja harus
benar-benar berhubungan dengan pekerjaan. Dan semua
peralatan tersebut harus diatur dan ditata dengan baik.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yaitu dengan
kepala, bahu, tangan, punggung, dsbnya. Beban yang terlalu berat
dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan.
5. Kapasitas dan kemampuan
6. Jalur kerja dan pergerakan
7. Waktu bekerja
Untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
2.2 Four Handed Dentistry
2.2.1 Definisi
Four handed dentistry (rawatan empat tangan) adalah dokter gigi
dan asistennya bekerja bersama sebagai suatu tim perawatan (Harty,
2013).
2.2.2 Tujuan
1. Untuk mempercepat proses dan mengurangi kelelahan baik itu untuk
pasien dan tenaga kesehatan gigi.
2. Untuk memperpendek waktu perawatan gigi yang diberikan kepada
pasien dan meningkatkan kualiatas pekerjaan.
2.2.3 Prinsip
1. Dokter gigi diharapkan melatih asisten sehingga tidak perlu
melakukan pergerakan yang tidak efisien. Misalnya mengambil
forcep atau alat pencabutan gigi di daerah yang jauh dari
jangkauannya.

11
2. Asisten yang membantu dokter gigi harus mempunyai pengetahuan
dan keterampilan dalam menangani peralatan. Terlatih untuk
mengikuti setiap prosedur perawatan yang dilakukan dokter gigi.
3. Asisten harus lebih sering menangani peralatan, misalnya saliva
ejector, suction pump, handpiece, dan bor, sehingga dokter gigi tidak
perlu melakukannya sendiri. Idealnya penanganan peralatan yang
dilakukan asisten adalah 80-90% dari waktu kerja, sehingga dokter
gigi hanya berkonsentrasi pada perawatan pasien.
4. Letak perawatan yang harus ditangani asisten lebih banyak berada
pada sisi asisten untuk memudahkan pemindahan alat ke dokter gigi.
Posisi alat harus berada di depan asisten dan jangan di samping
asisten, agar tidak perlu melakukan pergerakan tubuh memutar.
5. Asisten juga harus berada di daerah yang bebas agar mudah
memindahkan alat tanpa melewati dada pasien. Alat yang
dipindahkan sebaiknya melewati batas dagu pasien.
6. Bidang perawatan (operaty-field) dibentuk sedemikian rupa sehingga
terdapat ruang bebas, baik bagi pasien, asisten dan dokter gigi.
Kondisi ini menyebabkan pasien tidak merasa terkurung oleh dokter
gigi maupun asisten. Biasanya ruangan dibagi atas empat daerah
aktivasitas, yaitu daerah operator, daerah asisten, daerah untuk
memindahkan alat, dan daerah statik (Andayasari, 2012).
2.2.4 Zona Kerja
Dalam konsep four handed dentistry dikenal clock concept yang
membagi zona kerja menjadi static zone, assisten’s zone, transfer zone,
dan operator’s zone. Zona-zona ini menjadi pedoman dalam penempatan
alat kedokteran gigi. Dalam konsep four handed dentistry, konsep
pembagian zona kerja di sekitar dental unit yang disebut clock concept,
bila kepala pasien sebagai pusat dan jam 12 terletak lurus dengan kepala
pasien, maka arah jam 11 sampai jam 2 disebut dengan zona static (static
zone), jam 2 sampai jam 4 adalah daerah kerja dari asisten dokter
(asisten’s zone), arah jam 4 sampai jam 8 disebut zona pertukaran alat

12
(transfer zone), dan kemudian jam 8 sampai jam 11 disebut dengan
operator’s zone yaitu sebagai tempat pergerakan dokter gigi. Static zone
adalah daerah tanpa pergerakan dokter gigi dan perawat gigi dan pada
zona ini tdak boleh terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan
meja instrumen bergerak yang berisi instrumen tangan dan peralatan
yang dapat membuat takut pasien. Asistan’s zone adalah zona tempat
perawat gigi bekerja, pada dental unit disisi ini dilengkapi dengan
semprotan air/angina dan penghisap ludah, serta light cure unit pada
dental unit yang lengkap. Transfer zone adalah daerah tempat alat dan
bahan yang dipertukarkan antara tangan dokter gigi dengan tangan
perawat gigi, sedangkan operator’s zone sebagai tempat dokter gigi
bekerja (Nusanti, 2000).
2.3 Keselamatan Pasien
2.3.1 Definisi
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan
pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Permenkes, 2017).
2.3.2 Standar
Standar keselamatan pasien wajib diterapkan fasilitas pelayanan
kesehatan dan penilainnya dilakukan dengan menggunakan instrument
akreditasi. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri tujuh standar
yaitu:
1. Hak pasien.
2. Mendidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.

13
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien (Tutiany, 2017).
2.3.3 Sasaran
1. Sasaran I adalah ketepatan identifikasi pasien.
2. Sasaran II adalah peningkatan komunikasi yang efektif.
3. Sasaran III adalah peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai.
4. Sasaran IV adalah kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien operasi.
5. Sasaran V adalah pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan.
6. Sasaran VI adalah pengurangan risiko pasien jatuh (Arruum, 2017).

14
BAB III

PETA KONSEP

Ergonomi

Four Handed Dentistry

Sikap kerja dokter gigi

Dengan duduk Dengan berdiri

Bekerja secara seimbang Bekerja secara tidak seimbang

Performa kerja dapat dicapai Stress, kelelahan, ketidaknyamanan,


secara optimal cidera, dan celaka

Berdampak pada keselamatan pasien

15
BAB IV

PEMBAHASAN

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi kompleks antara aspek


pekerjaan yang meliputi peralatan kerja, tata cara kerja, proses atau sistem kerja
dan lingkungan kerja dengan kondisi fisik, fisiologis dan psikis manusia karyawan
untuk menyesuaikan aspek pekerjaan dengan kondisi karyawan dapat bekerja
dengan aman, nyaman, efisien dan lebih efektif. Konsep ergonomi sendiri adalah
bekerja secara seimbang. Bekerja dengan tuntutan tugas yang melebihi
kemampuan kerja akan menyebabkan stress, kelelahan, ketidaknyamanan, cidera,
celaka, begitu juga sebaliknya. Keseimbangan ergonomi diharapkan dapat
menciptakan suasana bekerja yang seimbang, antara tugas dan kemampuan tugas,
sehingga performa kerja dapat dicapai secara optimal.

Four handed dentistry merupakan perawatan gigi yang dilakukan dengan 4


tangan secara bersamaan, 2 tangan operator dan 2 tangan asisten. Dalam konsep
four handed dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja di sekitar dental unit
yang disebut clock concept. Zona kerja diidentifikasi menggunakan wajah pasien
sebagai wajah/muka jam dengan kepala pasien dijadikan pusat dan jam 12 terletak
tepat di belakang kepala pasien. Zona kerja tersebut dibagi menjadi 4, yaitu
operator’s zone, assistant’s zone, transfer zone dan static zone.

Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaan
antara lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain. Sikap
kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi dalam sistem kerja yang ada. Jika
kondisi sistem kerja yang salah akan menyebabkan kecelakaan kerja, karena
pekerja melakukan pekerjaan yang tidak aman. Sikap kerja yang salah, canggung
dan diluar kebiasaan akan menambah resiko cidera.

Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan

16
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani, ergon yang artinya kerja dan
nomos yang artinya peraturan atau hukum, sehingga secara harfiah dapat
diartikan sebagai peraturan tentang bagaimana melakukan kerja, termasuk
sikap kerja. Seirama dengan perkembangan kesehatan kerja ini maka hal-hal
yang mengatur antara manusia sebagai tenaga kerja dan peralatan kerja atau
mesin juga berkembang menjadi ilmu tersendiri.
Four handed dentistry merupakan perawatan gigi yang dilakukan dengan
4 tangan secara bersamaan, 2 tangan operator dan 2 tangan asisten. Dalam
konsep four handed dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja di sekitar
dental unit yang disebut clock concept. Zona kerja diidentifikasi menggunakan
wajah pasien sebagai wajah/muka jam dengan kepala pasien dijadikan pusat
dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien. Zona kerja tersebut dibagi
menjadi 4, yaitu operator’s zone, assistant’s zone, transfer zone dan static
zone.
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien
lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
5.2 Saran
Dengan adanya ergonomi khususnya untuk bidang kedokteran gigi,
faktor resiko seperti terjadinya kelelahan otot, stress, ketidaknyamanan,
cidera, dan kecelakaan kerja dapat dihindari.

18
DAFTAR PUSTAKA

Andayasari, Lelly dan Anorital. 2012. Gangguan Muskuloskeletal pada Praktik


Dokter Gigi dan Upaya Pencegahannya. Media Litbag Kesehatan. Vol. 22
(2) : 70-77.

Arruum, Diah, Salbiah, Manik, Murniati. 2015. Pengetahuan Tenaga Kesehatan


dalam Sasaran Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Sumatera Utara. Idea
Nursing Journal. Vol. 6 (2) : 1-6.

Cahyanto, Arief. 2009. Aspek Ergonomi di Bidang Kedokteran Gigi. Bandung :


Departemen Ilmu dan Teknologi Material Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran.

Cahyono, B., 2008, Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktik


Kedokteran, Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Depkes RI Pusat Kesehatan Kerja. 2008. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator


Kesehatan Kerja. Jakarta : Depkes RI.

Harty, F. J. dan Ogston, R., 2013, Kamus Kedokteran Gigi, Jakarta : EGC.

Joint Commission International (JCI). 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit :


Enam sasaran Keselamatan Pasien. Edisi ke-4. Jakarta.

Manuaba. 2000. Hubungan Beban Kerja dan Kapasitas Kerja. Jakarta : Rineka
Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nusanti, D., 2000, Dental Surgeon Assistant, Dental Horison, Vol. 2 (7) : 31-33.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 Tentang


Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang


Keselamatan Pasien.

19
Santoso, G., 2004, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Surabaya :
Prestasi Pustaka.

Suma’mur. 2011. Hiegine Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Sagung


seto.

Tarwaka. 2008. Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta:


Harapan Press.

Tutiany, Lindawati, Krisanti, Paula. 2017. Bahan Ajar Keperawatan : Manajemen


Keselamatan Pasien. PPSDM KEMENKES RI.

Windi dan Samad, Rasmidar. 2015. Penerapan Postur Tubuh yang Ergonomis
Oleh Mahasiswa Tahap Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin Selama Prosedur Perawatan. Dentofasial. Vol. 14 (1) : 32-37.

20

Anda mungkin juga menyukai