Anda di halaman 1dari 7

Nama : Baiq Anita Zahriana

NIM/Kelas : 20180420322/MKS-E

RESUME BAB 24-35

MANAJEMEN INVESTASI DALAM ISLAM


POLA INVESTASI DALAM EKONOMI ISLAM

Modal merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan distribusi aset masa yang
akan datang. Di samping memberikan kepuasan pribadi dan jasa juga membantu untuk
menambah kekayaan setelah diupayakan. Menurut Thomas, milik individu dan negara yang
digunakan untuk menambah aset selanjutnya disebut dengan modal. Agar jumlah modal serta
aset meningkat, maka setiap masyarakat dianjurkan untuk terus meningkatkan modal, yaitu :

1. Sikap tidak berlebihan terhadap pengeluaran


2. Membatasi uang yang tidak terpakai
3. Menggunakan tabungan secara efisien
4. Memanfaatkan sumber daya dan peran pemerintah

Ada beberapa cara atau upaya yang dianjurkan oleh ajaran Islam dalam melakukan
investasi atau pengembangan modal. Menurut Chapra disebutkan cara-cara sebagai
berikut : (1) Pemilikan tunggal; (2) Kombinasi pemilikan pribadi dan kerjasama; (3)
Perusahaan patungan; dan (4) Syirkah (perseroan).

FUNGSI PERMINTAAN INVESTASI DALAM ISLAM

Bunga tidak mendapatkan tempat di dalam mekanisme investasi Islami. Sebagai


gantinya, maka mekanisme keuangan dan investasi dilakukan dengan mekanisme bagi hasil.
Konsep bagi hasil ini dilaksanakan jika mengandung aspek-aspek berikut:

 Let the investor be the one who demands funds for investment in an enterprise
 Let the capital supplier be the one who supplies funds to the investor for investment in
the interprise
 Both parties agree to share the profit a rising out of the investment according to any
preagreed ratio
 The loss, if any, will be shared by the two parties in exatcly the sama ratio of their
respective in the total investment of the enterprise. (if investor does not invest any of
this own funds, in which case he will be treated as mudharib, then he will not share
any loss).

Bagaimana permintaan investasi (dari investor) dapat ditentukan dengan kerangka kerja
bagi hasil ini? Beberapa penulis berkaitan dengan hal ini menunjukkan bahwa investasi
dengan sistem ini dapat mendorong atau meningkatkan pendapatan. Sebab dengan
pengeliminasian tingkat bunga akan mendorong perusahaan meningkatkan investasi sampa
pada tingkat mana marginal product of investment menjadi sama. Hal ini didasarkan pada
formulasi matematik sebagai berikut:

Seandainya ada fungsi produksi Y = (L, I), dimana L dan I menggambarkan jumlah
tenaga kerja dan investasi, secara berturut-turut. Jika dibatasi profit (keuntungan) dalam
ekonomi berbasis bunga adalah :

P = F (L, I) I – Wl – rI

= F (L, I) – wL – (1+ r) I (1)

Dimana w adalah upah pekerja, r adalah tingkat bunga atas modal, dan P adalah profit.
Kondisi maksimal laba (profit-maximizing) yang dapat menimbulkan marginal productivity
of investment adalah sama dengan (1+r).

dF
= 1+r (2)
dI

Berdasarkan pada formula di atas, maka penerapan formula tersebut dalam ekonomi
Islam, adalah :

P = F (L, I) - I – wL – k [F(L, I) – I – wL]

Atau

P = {1-k} [F(L, I) – I – wI] (3)

Di mana k adalah rasio keuntungan yang dibagi oleh pemilik modal, maka kondisi
maksimisasi laba adalah :

dF
= 1 (4)
dI

kondisi ini menunjukkan bahwa marginal productivity of investment adalah sama.


Bandingkan persamaan (4) dengan (2), hal ini menunjukkan secara langsung bagi investasi
yang dilakukan dengan pola bagi hasil akan lebih besar dibandingkan dengan sistem bunga,
sebab (1 + r > 1,0) dan marginal productivity of investment secara tidak langsung
mengatakan tingkatan investasi yang lebih tinggi.

Jika marginal productivity of investment adalah sama, ini secara tidak langsung bahwa
opportunity cost of capital adalah nol. Ini akan menjadi asumsi yang naif. Menurut
Mohammad Fahim Khan dikatakan bahwa :

“Islam has nothing against having a positive time preference. Besides, there is risk-
bearing invoved in all investments. These two factors may not allow the capital supplier to
supply funds unless he finds it quite likely to realize a certain minimum rate of return . this
capital owner’s reservation rate of return may occur above or below the interest rate r.”
Oleh karena itu, kerangka kerja di atas, bukanlah apriori yang jelas mengenai apakah
permintaan investasi akan menjadi lebih rendah atau lebih tinggi dengan pola bagi hasil.
Dengan demikian, sejauh dengan fungsi permintaan investasi itu masih berkutat pada
persamaan (3) dan (4) maka tidak akan membantu menyelesaikan persoalan investasi kita.
Hal ini berarti, perlu ada fungsi investasi alternatif (yang lain).

Formula yang lain :

Permintaan investasi, penyediaan dana investasi,dan rasio bagi hasil akan ditentukan
secara simultan di sini. Penyediaan modal tidak akan menjadi infinitely elastic pada rasio bagi
hasil yang konstan. Melebihi tingkat investasi tertentu, pemilik/penyandang modal dapat
meningkatkan/menambahkan rasio lagi hasil untuk melebihi menambah supply modal. Ini
dapat menjadi keharusan, oleh Khan ditegaskan:

“...to the fact that the risks of giving higher amounts to a single investor may increase at
an increasing rate, or becauce the entrepreneurial abilities of the investor are fixed and the
marginal productivity of the entrepreneur (in producing profits) may start declining after a
certain level.”

Di pihak lain, permintaan investasi akan tergantung pada rasio bagi hasil dan
produktivitas modal. Investor tidak akan melakukan permintaan dana investasi segera ketika
rasio bagi hasil yang secara tidak langsung menyatakan pembayaran bagian pada keuntungan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi marginal atas modal. Pengurangan rasio
bagi hasil dapat meningkatkan permintaan dana investasi dan sebaliknya.

Petimbangan investor meminta dana untuk investasi dapat terjadi. Dengan Y sebagai hasil
(output/income), sebagai modal, dan L sebagai pekerja, sehingga dapat dituliskan fungsi
produksi sebagai berikut:
Y = F (L, I) (5)

Ketika pekerja dan modal adalah bagian dari pendapatan proyek dan karena itu tidak
mengganggu biaya tetap, fungsi produksi ini juga menggambarkan fungsi pendapatan netto
suatu proyek.

Dengan asumsi bahwa komponen pekerja adalah tetap, sehingga dapat dituliskan fungsi
produksi sebagai berikut:

Y = F(L, I) (6)

Atau

Y= F (I) (7)

Sebagai bentuk fungsi produksi, diasumsikan bahwa fungsi produksi ini merupakan suatu
penurunan marginal productivity of capital (produktivitas marginal modal), yaitu : F’ (I) > 0,
F” (I) < 0.
Di sisi lain, pemodal harap dapat menerima pendapatan tertentu dari modalnya. Oleh
karena itu, pendapatan yang diharapkan (expected return) ini akan secara langsung
berhubungan dengan banyaknya investasi. Dalam bentuk yang paling sederhana, hubungan
ini dapat dapat digambarkan dengan bentuk hubungan linier.

C = rK (8)

Dimana C adalah total return yang diharapkan penyandang dana atas modal yang
dikeluarkan (I) dan r didasarkan pada fungsi utilitasnya sendiri atau pada opportunity cost of
capital (biaya peluang modal).

Dalam kerangka ekonomi berbasis bunga, penyandang dana menuntut r pasti dari
pengguna dana. Dalam kerangka Islam, pemilik dana tidak dapat menuntut r secara pasti,
namun dalam kerangka Islam pemilik modal hanya dapat menentukan nisbah bagi hasil dari
hasil aktual proyek.

Sebut saja pernyataan tersebut dengan sebutan k. Jika pendapatan, yaitu Y tidak pasti dan
terjadi berubah-ubah pada tingkat I, maka rasio bagi hasil akan menjadi suatu fungsi dari
banyaknya modal. Pada tingkat I yang berbeda, perubahan produktivitas modal, maka
penyandang dana perlu menyesuaikan rasio bagi hasil (k) sehingga tingkat return-nya (r)
tetap tidak berubah.

Dengan menggunakan persamaan (6) dan (7) dapat dituliskan sebagai berikut :

C rK
k= = (9)
Y F (I )

persamaan ini menunjukkan rasio bagi hasil akan merubah modal yang akan
diinvestasikan, sebab C adalah penambahan pada constant rate dan Y adalah penambahan
pada declining rate (tingkat penurunan).

Kurva A adalah fungsi produksi yang digambarkan pada persamaan (7). Garis B
menunjukkan total penerimaan yang diharapkan oleh pemilik modal pada jumlah modal yang
berbeda yang disertakan. Garis lurus adalah menunjukkan persamaan (8). Dua hal yang perlu
dijelaskan dari gambar 24.1 adalah :
Pertama, rasio bagi hasil (k) adalah berbeda pada tingkat I yang berbeda. Nilai k dapat
diamati pada tingkat I sebagai rasio nilai yang menghubungkan pada garis B ke rasio yang
menghubungkan nilai pada kurva A. Hal ini dapat dijelaskan bahwa di luar tingkat I tertentu,
rasio bagi hasil mulai meningkat sampai mencapai tingkat sama dengan 1.0. Ini akan terjadi
pada Io.

Kedua, hal ini tidak akan pernah terjadi pada sistem bunga, di mana investor akan meminta
sejumlah modal dari modalnya sendiri. Maksimal laba dari investor akan tergantung pada
modalnya sendiri yang akan memberikannya untuk laba maksimum tertentu. Pada Gambar
24.1 tersebut, pemodal akan meminta sejumlah modal berlawanan dengan jarak antara kurva
A dan garis B, inilah adalah kondisi maksimum.

Oleh karena itu, penyataan yang tegas bahwa dalam pola bagi hasil akan menjadi
suatu permintaan yang tidak terbatas atas modal adalah tidak benar. Alasannya adalah dasar
dapat dijelaskan pada bagian berikut:

Dalam rancangan bagi hasil. Jadwal penyediaan modal tidak membentuk fungsi linier
sebagaimana yang ditunjukkan pada persamaan (8). Hal ini menurut Khan dijelaskan sebagai
berikut :

Since the owner is expected to bear losses up to the full extent of his/her capital, the
capital supplier would not like to give all of the capital demand by the investor would mean
putting it all in one basket. It seems only natural that an investor would like to spread his/her
investment among different enterprises unless a mudharib is willing to offer a higher-than-
(r)return-higher enough to compensate for the risk of putting more capital into one
enterprise.

Jadi, persediaan modal yang lebih tinggi bagi investor yang sama akan berarti
memberikan rasio bagi pendapatan yang lebih tinggi dengan investor yang sama. Dengan
kata lain, kita harus menulis ulang persamaan (8) sebagai berikut :

C = g (I) (10)

Dengan g’ (I) > 0

g” (I) > 0

maksimisasi laba investor tersebut kemudian akan berhadapan dengan fungsi laba
berikut :

P=Y–C

P = F (I) – g (I)

Permintaan modal oleh investor akan berada di K, dimana :

F’ (I) = g’(I)
Hal ini dapat digambarkan dalam Gambar 24.2. Kurva A menunjukkan fungsi produksi
sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh persamaan (7). Kurva B menunjukkan skedul
penyediaan modal dari modal sendiri yang ditunjukkan oleh persamaan (10).

Investor profit-maximizing akan meminta I dimana jarak antara kurva A dan kurva B adalah
menggambarkan laba maksimum, setelah mudharib memberikan porsi bagi hasil atas
modalnya.

Sekali lagi, ini membuktikan bahwa permintaan modal dengan pola mudharabah tidak akan
menjadi yang tidak terbatas ketika F” (I) < 0 dan g” (I) > 0.

Berdasarkan kesimpulan Gambar 24.1 dan 24.2 kita dapat menentukan hubungan antara I
(tingkat permintaan investasi secara efektif) dan k (rasio bagi hasil) sebagaimana tertera pada
Gambar 24.3 berikut :

Antara nol dan tingkat investasi Io untuk proyek ini, keefektifan hubungan antara I dan k
adalah negatif. Diluar Io, porsi kurva itu adalah tidak cocok dari sudut pandang permintaan
untuk investasi, sebab investor tidak memiliki alasan untuk melakukan permintaan investasi
di luar Ko. Oleh karena itu, dengan rentangan dari o ke Io kita dapat mencermati bahwa I = I
(k) dengan I’ < 0.

Anda mungkin juga menyukai