PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glibenklamid adalah salah satu obat antidiabetik oral golongan
sulfonilurea generasi kedua yang digunakan untuk pengobatan diabetes
tipe II. Glibenklamid merupakan obat yang termasuk dalam
Biopharmaceutics Classification System (BCS) 2 yang memiliki
kelarutan yang rendah dalam air dan memiliki permeabilitas tinggi
(Sirisha, Sruthi, and Eswariah, 2012). Pada obat yang termasuk dalam
BCS II, bioavailabilitas obat ditentukan dari kelarutan obat tersebut
dalam cairan gastrointestinal (Savjani, Gajjar and Savjani, 2012),
sehingga diperlukan teknik dalam formulasi untuk meningkatkan
kelarutan obat, diantaranya pengecilan ukuran partikel (mikronisasi),
penambahan surfaktan, pembuatan obat dalam bentuk garam,
pembentukan kompleks, atau dengan pembuatan dispersi solid, dan
Liquisolid (Hadisoewignyo, 2012).
Pada penelitian ini dilakukan formulasi tablet liquisolid untuk
meningkatkan kelarutan obat glibenklamid. Liquisolid merupakan salah
satu teknik dalam meningkatkan laju disolusi obat yang memiliki
keuntungan pada pembuatannya yang sederhana dengan biaya produksi
yang relatif murah serta dapat meningkatkan bioavailabilitas obat yang
tergolong BCS II dan BCS IV (Mahapatra et al., 2014). Liquisolid
membutuhkan 2 komponen utama berupa pelarut dan carrier materialr
Syarat pelarut dalam tablet liquisolid yaitu harus inert, memiliki titik
didih yang tinggi, viskositas yang rendah, dan bersifat non
volatile. Contoh pelarut yang biasa digunakan PEG, propilen glikol,
tween, gliserin, dimetil etil asetamida, polisorbat (Syed and Pavani,
2012). Syarat carrier material yaitu harus memiliki daya absorpsi yang
tinggi sehingga dapat menyerap suspensi obat. Contoh carrier material
yaitu starch, cellulose dan laktosa (Kulkarni, Aloorkar, Mane and Gaja,
2010).
Pada penelitian ini digunakan pelarut berupa gliserin, bahan ini
banyak digunakan sebagai bahan tambahan pada suatu formulasi untuk
meningkatkan kelarutan obat yang sukar larut dalam air. Glibenklamid
memiliki kelarutan dalam gliserin yang cukup tinggi dibandingkan
beberapa pelarut lainnya yaitu sebesar 7,17 µg/mL (Singh et al., 2012).
Gliserin diketahui telah berhasil digunakan untuk formulasi likuisolid
dan dapat memperbaiki profil disolusi pada beberapa obat seperti
Spironoloacton (Akbari et al., 2015), indometachin (Saeedi et al., 2011).
Pada penelitian ini juga digunakan amilum kentang sebagai
carrier. Amilum banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam suatu
formulasi sediaan tablet untuk dapat hancur dengan baik dalam medium
disolusi dan memiliki laju disolusi yang tinggi (Javadzadeh, Siahi,
Asnaashari and Nokhodchi, 2007). Amilum kentang juga memiliki
kemampuan disintegrasi serta pelepasan obat yang baik dibandingkan
amilum padi dan amilum jagung (Andrzej, Karol, Magdalena and Ewa,
2014). Amilum diketahui telah berhasil digunakan untuk formulasi
likuisolid dan dapat memperbaiki profil disolusi serta menurunkan
kerapuhan tablet pada beberapa obat seperti Lovastatin (Shyam et al.,
2014) glyburide (Mohiuddin et al., 2014), carbamazepine (Vranikova et
al., 2013)
Formulasi sediaan tablet liquisolid glibenklamid dengan pelarut
gliserin dan amilum kentang sebagai carrier material diharapkan mampu
memberikan pengaruh terhadap sifat fisik dan persentase obat yang
terdisolusi serta mendapatkan proporsi formula optimum sediaan tablet
liquisolid glibenklamid.
B. Rumusan Masalah
a) Tujuan umum
A. Tablet Liquisolid
1. Definisi liquisolid
Liquisolid merupakan suatu teknik pembuatan tablet untuk
meningkatkan laju disolusi obat yang diperkenalkan oleh Spires pada
tahun 2002 (Spireas, 2002). Metode ini telah diketahui dapat
meningkatkan luas permukaan obat dan persen obat terbasahi, liquisolid
pada obat dengan kelarutan yang rendah dalam air diharapkan dapat
meningkatkan pelepasan dan bioavailabilitas obat secara oral (Pavani,
Noman dan Syed, 2013). Formulasi tablet liquisolid dapat diterapkan
pada berbagai macam obat yang sukar larut air atau hampir tidak larut air
dengan dosis obat yang kecil (kurang dari 100 mg) (Sinkar, Gondkar and
Saudagar, 2015).
2. Keuntungan dan Kerugian dari Teknik Liquisolid
Adapun beberapa keuntungan dari teknik liquisolid antara lain
metode pembuatannya sederhana, biaya produksi yang rendah,
meningkatkan pelepasan dan bioavailabilitas obat yang tergolong BCS II
dan BCS IV, memiliki bioavailabilitas yang lebih baik dibandingkan
dengan tablet konvensional, pelepasan obat tidak dipengaruhi makanan
dan pH pada obat oral dengan kelarutan yang rendah dalam air
(Mahapatra et al, 2014). Sedangkan kerugian dari metode ini adalah
memiliki keterbatasan dalam memformulasikan obat dengan dosis besar
(lebih dari 100 mg), dikarenakan pada obat dengan dosis yang besar
dibutuhkan penambahan pelarut, carrier material dan coating material dalam
jumlah yang besar untuk mendapatkan sifat alir dan kompresibilitas baik sehingga
dapat meningkatkan bobot tablet (Syed et al., 2012).
3. Komponen tablet liquisolid
a. Pelarut non volatile
Pelarut non volatile merupakan bahan yang bertindak sebagai surfakatan
untuk membantu kelarutan bahan aktif dalam air. Syarat pelarut dalam liquisolid
bersifat inert, tidak menguap, memiliki titik didih tinggi, dapat melarutkan bahan
aktif dan dapat terdispersi dalam sistem liquisolid. Contoh pelarut non–volatile
yang dapat digunakan dalam formulasi tablet liquisolid antara lain PEG, propilen
glikol, tween, gliserin, dimetil etil asetamida, polisorbat (Syed et al., 2012).
b. Carrier material
Carrier material merupakan bahan yang berfungsi sebagai penyerap
liquid medication dalam formulasi tablet liquisolid. Syarat carrier material yang
dapat digunakan dalam formulasi liquisolid antara lain memiliki pori dan daya
serap yang mencukupi untuk menyerap liquid medication. Contoh carrier yang
dapat digunakan dalam formulasi tablet liquisolid antara lain amilum, beberapa
tingkatan microcrystalline cellulose dan laktosa. (Syed et al., 2012).
c. Coating material
Coating material merupakan bahan yang digunakan untuk melapisi
partikel basah carrier yang telah menyerap liquid medication, sehingga
menghasilkan serbuk yang kering (Priya, Kumari, Ankita, 2013). Syarat coating
material yang baik adalah memiliki diameter partikel berkisar antara 0,01-5 µg
dan daya adsorpsi yang tinggi untuk menghasilkan serbuk yang kering dan
memiliki laju alir yang baik. Coating material yang relatif sering digunakan
dalam formulasi liquisolid adalah colloidal silicon dioxide (Aerosil®, Cab-O-Sil®
M5) (Vraníková and Gajdziok, 2013).
d. Superdisintegran
Superdisintegran merupakan bahan yang digunakan untuk mempercepat
waktu hancurnya tablet dalam medium air, dan dapat terdisintegrasi menjadi
partikel penyusunnya sehingga akan meningkatkan kecepatan disolusi dan
tercapainya bioavailabilitas yang diharapkan. Jenis bahan penghancur seperti pati
dan jenis-jenis lainnya merupakan jenis bahan penghancur yang umumnya
digunakan dan harganya relatif murah. Biasanya digunakan dengan konsentrasi 5-
20% dari berat tablet (Lachman, Ziff and Spiro, 1994). Syarat-syarat bahan
superdisintegran harus menghasilkan kehancuran yang cepat, memenuhi
kompaktibilitas yang baik, ukuran partikel kecil,dan memiliki sifat alir yang baik
(Debjit, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, and Chandira, 2009). Superdisintegran
memiliki daya mengembang yang sangat tinggi dan cepat pada medium air
sehingga mampu mendesak penyusun tablet lainnya ke arah luar secara cepat yang
akan menyebabkan tablet dapat segera hancur (Sulaiman, 2007).
4. Cara pembuatan sediaan tablet liquisolid
Tablet liquisolid dibuat dengan cara menambahkan bahan aktif yang
sukar larut dalam air ke dalam pelarut non-volatile hingga membentuk suspensi
yang kemudian diubah menjadi bentuk serbuk yang mudah mengalir, non-
adherent dan siap untuk dikempa setelah penambahan carrier material dan
Tablet liquisolid dirancang khusus dengan menambahkan
bahan obat ke dalam pelarut hingga terbentuk suspensi obat yang di
serap oleh carrier material sehingga suspensi obat dapat terdispersi
merata pada sediaan serbuknya (Spireas, 2002). Tablet liquisolid
dapat diaplikasikan dengan baik untuk bahan obat dengan dosis
kecil. Peningkatan laju pelepasan obat sebanding dengan fraksi
obat yang berada dalam dispersi molekulernya (Hadisoewignyo,
2012).
Pembuatan tablet liquisolid umumnya menggunakan
superdisintegran dan bahan pelicin. Superdisintegran dapat
membuat tablet menjadi mudah untuk hancur sehingga dapat
membuat tablet menjadi lebih cepat untuk terdisolusi. Bahan
pelicin digunakan untuk memudahkan serbuk untuk mengalir
sehingga dapat dikempa menjadi tablet (Hadisoewignyo, 2012).
B. Monografi bahan
1. Glibenklamid
3. Amilum Kentang
Amilum kentang atau pati kentang memiliki pemerian pemerian
serbuk putih yang tidak berbau dan tidak berasa. Amilum kentang
memiliki berat molekul 0,8-0,9 g/cm3. Amilum kentang mengandung
amilosa sebesar 20-23%. Amilum praktis tidak larut dalam air dingin dan
ethanol dan larut dalam air panas. Amilum kentang memiliki sifat yang
stabil pada suhu ruang dan bersifat inert (Häusler, 2009).
1. Alat
Hardness tester merk Pharmatest®, Volumenometer merk
ERWEKASYM®, disintegran tester merk ATMI®, attrition tester
merk ATMI®, timbangan analitik merk DeltaRange®, MELTTER
AE260, mesin cetak tablet single punch KORSCH, statif, mortir dan
stamper,alat uji disolusi tablet RC-6 D, Spektrofotometer UV
SCHIMADZU, stopwatch, dan alat- alat gelas.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yang memiliki
spesifikasi pharmaceutical grade adalah glibenklamid (PT. IFARS
SOLO), Gliserin (P&G Chemical), Amilum kentang (FAGRON),
Avicel PH-102 (FMC BioPolymer), , HDK Wacker N20 (Wacker
Chemie AG Werk Burghausen), Mg stearat (Nitica, India), SSG
(Gujarat Overseas Inc. India).
Jumlah (mg)
Bahan
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8
Glibenklamid 5 5 5 5 5 5 5 5
Gliserin 5 5 10 15 15 20 25 25
Amilum 307 307 302 297 297 292 287 287
kentang
Aerosil 12 12 12 12 12 12 12 12
Avicel PH-102 200 200 200 200 200 200 200 200
SSG 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5
MG stearat 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Total 550 550 550 550 550 550 550 550
Keterangan : Penentuan perbandingan komposisi pelarut gliserin dan
carrier material amilum kentang pada masing-masing formula dilakukan
dengan menggunakan simplex lattice design dari Design Expert 9.0 dan
didapatkan 8 formula yang disebut “R1 hingga R8”.
1. Pembuatan sediaan tablet liquisolid
A. Kesimpulan
Akbari, J., Saeedi, M., Semnani, K.M., Ghadi, Z.S., Hosseini, S.S.,
2015, Improving the Dissolution Properties of
Spironolactone Using Liquisolid Technique,
Pharmaceutical and Biomedical Research, 1, 59-70.
Saeedi, M., Akbari, J., Semnani, K.M., Farda, R.E., Dara, S.S.R., and Soleymani,
A., 2009, Enhancement of Dissolution Rate of Indomethacin Using Liquisolid
Compacts, 1, 25-34
Vraníková, B., and Gajdziok, J., 2013, Liquid System and Aspects Influencing
Their Research and Development, Acta Pharm., 447-465