Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glibenklamid adalah salah satu obat antidiabetik oral golongan
sulfonilurea generasi kedua yang digunakan untuk pengobatan diabetes
tipe II. Glibenklamid merupakan obat yang termasuk dalam
Biopharmaceutics Classification System (BCS) 2 yang memiliki
kelarutan yang rendah dalam air dan memiliki permeabilitas tinggi
(Sirisha, Sruthi, and Eswariah, 2012). Pada obat yang termasuk dalam
BCS II, bioavailabilitas obat ditentukan dari kelarutan obat tersebut
dalam cairan gastrointestinal (Savjani, Gajjar and Savjani, 2012),
sehingga diperlukan teknik dalam formulasi untuk meningkatkan
kelarutan obat, diantaranya pengecilan ukuran partikel (mikronisasi),
penambahan surfaktan, pembuatan obat dalam bentuk garam,
pembentukan kompleks, atau dengan pembuatan dispersi solid, dan
Liquisolid (Hadisoewignyo, 2012).
Pada penelitian ini dilakukan formulasi tablet liquisolid untuk
meningkatkan kelarutan obat glibenklamid. Liquisolid merupakan salah
satu teknik dalam meningkatkan laju disolusi obat yang memiliki
keuntungan pada pembuatannya yang sederhana dengan biaya produksi
yang relatif murah serta dapat meningkatkan bioavailabilitas obat yang
tergolong BCS II dan BCS IV (Mahapatra et al., 2014). Liquisolid
membutuhkan 2 komponen utama berupa pelarut dan carrier materialr
Syarat pelarut dalam tablet liquisolid yaitu harus inert, memiliki titik
didih yang tinggi, viskositas yang rendah, dan bersifat non
volatile. Contoh pelarut yang biasa digunakan PEG, propilen glikol,
tween, gliserin, dimetil etil asetamida, polisorbat (Syed and Pavani,
2012). Syarat carrier material yaitu harus memiliki daya absorpsi yang
tinggi sehingga dapat menyerap suspensi obat. Contoh carrier material
yaitu starch, cellulose dan laktosa (Kulkarni, Aloorkar, Mane and Gaja,
2010).
Pada penelitian ini digunakan pelarut berupa gliserin, bahan ini
banyak digunakan sebagai bahan tambahan pada suatu formulasi untuk
meningkatkan kelarutan obat yang sukar larut dalam air. Glibenklamid
memiliki kelarutan dalam gliserin yang cukup tinggi dibandingkan
beberapa pelarut lainnya yaitu sebesar 7,17 µg/mL (Singh et al., 2012).
Gliserin diketahui telah berhasil digunakan untuk formulasi likuisolid
dan dapat memperbaiki profil disolusi pada beberapa obat seperti
Spironoloacton (Akbari et al., 2015), indometachin (Saeedi et al., 2011).
Pada penelitian ini juga digunakan amilum kentang sebagai
carrier. Amilum banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam suatu
formulasi sediaan tablet untuk dapat hancur dengan baik dalam medium
disolusi dan memiliki laju disolusi yang tinggi (Javadzadeh, Siahi,
Asnaashari and Nokhodchi, 2007). Amilum kentang juga memiliki
kemampuan disintegrasi serta pelepasan obat yang baik dibandingkan
amilum padi dan amilum jagung (Andrzej, Karol, Magdalena and Ewa,
2014). Amilum diketahui telah berhasil digunakan untuk formulasi
likuisolid dan dapat memperbaiki profil disolusi serta menurunkan
kerapuhan tablet pada beberapa obat seperti Lovastatin (Shyam et al.,
2014) glyburide (Mohiuddin et al., 2014), carbamazepine (Vranikova et
al., 2013)
Formulasi sediaan tablet liquisolid glibenklamid dengan pelarut
gliserin dan amilum kentang sebagai carrier material diharapkan mampu
memberikan pengaruh terhadap sifat fisik dan persentase obat yang
terdisolusi serta mendapatkan proporsi formula optimum sediaan tablet
liquisolid glibenklamid.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan


sebelumnya, timbul beberapa masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pelarut gliserin dan amilum kentang sebagai
carrier material terhadap sifat fisik dan profil disolusi tablet
liquisolid glibenklamid?
2. Berapa proporsi optimum campuran pelarut gliserin dan amilum
kentang sebagai carrier material dalam tablet liquisolid
glibenklamid?
C. Tujuan Penelitian

a) Tujuan umum

Mengetahui pengaruh pelarut gliserin dan amilum kentang sebagai


carrier material terhadap sifat fisik dan profil disolusi tablet
liquisolid glibenklamid.
b) Tujuan khusus

Mengetahui proporsi campuran pelarut gliserin dan amilum kentang


sebagai carrier material terhadap sifat fisik dan profil disolusi tablet
liquisolid glibenklamid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tablet Liquisolid

1. Definisi liquisolid
Liquisolid merupakan suatu teknik pembuatan tablet untuk
meningkatkan laju disolusi obat yang diperkenalkan oleh Spires pada
tahun 2002 (Spireas, 2002). Metode ini telah diketahui dapat
meningkatkan luas permukaan obat dan persen obat terbasahi, liquisolid
pada obat dengan kelarutan yang rendah dalam air diharapkan dapat
meningkatkan pelepasan dan bioavailabilitas obat secara oral (Pavani,
Noman dan Syed, 2013). Formulasi tablet liquisolid dapat diterapkan
pada berbagai macam obat yang sukar larut air atau hampir tidak larut air
dengan dosis obat yang kecil (kurang dari 100 mg) (Sinkar, Gondkar and
Saudagar, 2015).
2. Keuntungan dan Kerugian dari Teknik Liquisolid
Adapun beberapa keuntungan dari teknik liquisolid antara lain
metode pembuatannya sederhana, biaya produksi yang rendah,
meningkatkan pelepasan dan bioavailabilitas obat yang tergolong BCS II
dan BCS IV, memiliki bioavailabilitas yang lebih baik dibandingkan
dengan tablet konvensional, pelepasan obat tidak dipengaruhi makanan
dan pH pada obat oral dengan kelarutan yang rendah dalam air
(Mahapatra et al, 2014). Sedangkan kerugian dari metode ini adalah
memiliki keterbatasan dalam memformulasikan obat dengan dosis besar
(lebih dari 100 mg), dikarenakan pada obat dengan dosis yang besar
dibutuhkan penambahan pelarut, carrier material dan coating material dalam
jumlah yang besar untuk mendapatkan sifat alir dan kompresibilitas baik sehingga
dapat meningkatkan bobot tablet (Syed et al., 2012).
3. Komponen tablet liquisolid
a. Pelarut non volatile
Pelarut non volatile merupakan bahan yang bertindak sebagai surfakatan
untuk membantu kelarutan bahan aktif dalam air. Syarat pelarut dalam liquisolid
bersifat inert, tidak menguap, memiliki titik didih tinggi, dapat melarutkan bahan
aktif dan dapat terdispersi dalam sistem liquisolid. Contoh pelarut non–volatile
yang dapat digunakan dalam formulasi tablet liquisolid antara lain PEG, propilen
glikol, tween, gliserin, dimetil etil asetamida, polisorbat (Syed et al., 2012).
b. Carrier material
Carrier material merupakan bahan yang berfungsi sebagai penyerap
liquid medication dalam formulasi tablet liquisolid. Syarat carrier material yang
dapat digunakan dalam formulasi liquisolid antara lain memiliki pori dan daya
serap yang mencukupi untuk menyerap liquid medication. Contoh carrier yang
dapat digunakan dalam formulasi tablet liquisolid antara lain amilum, beberapa
tingkatan microcrystalline cellulose dan laktosa. (Syed et al., 2012).
c. Coating material
Coating material merupakan bahan yang digunakan untuk melapisi
partikel basah carrier yang telah menyerap liquid medication, sehingga
menghasilkan serbuk yang kering (Priya, Kumari, Ankita, 2013). Syarat coating
material yang baik adalah memiliki diameter partikel berkisar antara 0,01-5 µg
dan daya adsorpsi yang tinggi untuk menghasilkan serbuk yang kering dan
memiliki laju alir yang baik. Coating material yang relatif sering digunakan
dalam formulasi liquisolid adalah colloidal silicon dioxide (Aerosil®, Cab-O-Sil®
M5) (Vraníková and Gajdziok, 2013).
d. Superdisintegran
Superdisintegran merupakan bahan yang digunakan untuk mempercepat
waktu hancurnya tablet dalam medium air, dan dapat terdisintegrasi menjadi
partikel penyusunnya sehingga akan meningkatkan kecepatan disolusi dan
tercapainya bioavailabilitas yang diharapkan. Jenis bahan penghancur seperti pati
dan jenis-jenis lainnya merupakan jenis bahan penghancur yang umumnya
digunakan dan harganya relatif murah. Biasanya digunakan dengan konsentrasi 5-
20% dari berat tablet (Lachman, Ziff and Spiro, 1994). Syarat-syarat bahan
superdisintegran harus menghasilkan kehancuran yang cepat, memenuhi
kompaktibilitas yang baik, ukuran partikel kecil,dan memiliki sifat alir yang baik
(Debjit, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, and Chandira, 2009). Superdisintegran
memiliki daya mengembang yang sangat tinggi dan cepat pada medium air
sehingga mampu mendesak penyusun tablet lainnya ke arah luar secara cepat yang
akan menyebabkan tablet dapat segera hancur (Sulaiman, 2007).
4. Cara pembuatan sediaan tablet liquisolid
Tablet liquisolid dibuat dengan cara menambahkan bahan aktif yang
sukar larut dalam air ke dalam pelarut non-volatile hingga membentuk suspensi
yang kemudian diubah menjadi bentuk serbuk yang mudah mengalir, non-
adherent dan siap untuk dikempa setelah penambahan carrier material dan
Tablet liquisolid dirancang khusus dengan menambahkan
bahan obat ke dalam pelarut hingga terbentuk suspensi obat yang di
serap oleh carrier material sehingga suspensi obat dapat terdispersi
merata pada sediaan serbuknya (Spireas, 2002). Tablet liquisolid
dapat diaplikasikan dengan baik untuk bahan obat dengan dosis
kecil. Peningkatan laju pelepasan obat sebanding dengan fraksi
obat yang berada dalam dispersi molekulernya (Hadisoewignyo,
2012).
Pembuatan tablet liquisolid umumnya menggunakan
superdisintegran dan bahan pelicin. Superdisintegran dapat
membuat tablet menjadi mudah untuk hancur sehingga dapat
membuat tablet menjadi lebih cepat untuk terdisolusi. Bahan
pelicin digunakan untuk memudahkan serbuk untuk mengalir
sehingga dapat dikempa menjadi tablet (Hadisoewignyo, 2012).
B. Monografi bahan

1. Glibenklamid

Glibenklamid merupakan serbuk hablur putih atau hampir


putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau. Glibenklamid
mempunyai berat molekul sebesar
494.00 dengan Titik leleh 169,50C (Abdul, Swathimutyam,
Padmanabha, Nalini, and Prakash, 2011). Glibenklamid (Gliburide)
merupakan antidiabetik oral golongan sulfonilurea generasi kedua
yang digunakan untuk pengobatan diabetes tipe II memiliki durasi
aksi obat selama 24 jam (Sweetman, 2009).

Gambar 2. Struktur Kimia Glibenklamid (Abdul et al., 2011).


Glibenklamid bekerja dengan menurunkan kadar glukosa
dalam darah dengan merangsang sel β Langerhans pankreas untuk
memproduksi insulin. Kanal Ca terbuka dan ion Ca2+ akan masuk
sel β, merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi
sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptida-C.
Dosis yang dianjurkan untuk DM tipe 2 adalah 2,5-5 mg setiap
hari. Pada penggunaan dosis yang besar dapat menyebabkan
hipoglikemia. Glibenklamid lebih efektif diminum 30 menit
sebelum makan agar mencapai kadar optimal di plasma. Obat ini
cepat diserap dalam saluran pencernaan, cukup diberikan satu kali
sehari (Suherman, 2007).
Glibenklamid tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam
metilen klorida, sukar larut dalam etanol dan metanol (Sweetman,
2009). Glibenklamid termasuk salah satu obat yang masuk dalam
golongan 2 dari Sistem Klasifikasi Biofarmasetika (BCS) yang
memiliki kelarutan yang rendah dalam air dan memiliki
permeabilitas yang tinggi (Sirisha et al., 2012). Glibenklamid
memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 229,5 nm
dalam metanol (Sudharshan and Bonde, 2009). Glibenklamid
dalam medium disolusi buffer phosphate pH 8.5 memiliki panjang
gelombang 204.5 nm (Gianotto, Arantes, Larra-Filho, Filho, and
Fregonezi-Nery, 2007).
2. Gliserin
Gliserin memiliki pemerian cairan jernih yang tidak
berwarna dan tidak berbau. surfaktan atau emulgator non-ionik.
Gliserin larut dalam air, methanol, ethanol (95%), sedikit larut
dalam aseton, praktis tidak larut dalam kloroform. Gliserin
memiliki titik leleh 17,8 0C, bobot jenis 1,262 g/cm3
Gliserin merupakan pelarut non-volatile yang digunakan dalam
pembuatan tablet liquisolid (Kulkarni et al., 2010). Gliserin memiliki
sifat yang stabil pada suhu ruang, tidak toksik dan tidak mengiritasi
(Alvarez-Nunez and Medina, 2004).

Gambar 3. Struktur kimia gliserin (Alvarez-Nunez and Medina, 2004).

3. Amilum Kentang
Amilum kentang atau pati kentang memiliki pemerian pemerian
serbuk putih yang tidak berbau dan tidak berasa. Amilum kentang
memiliki berat molekul 0,8-0,9 g/cm3. Amilum kentang mengandung
amilosa sebesar 20-23%. Amilum praktis tidak larut dalam air dingin dan
ethanol dan larut dalam air panas. Amilum kentang memiliki sifat yang
stabil pada suhu ruang dan bersifat inert (Häusler, 2009).

Gambar 4. Struktur kimia amilum kentang (Häusler, 2009).

Mekanisme aksi amilum adalah dengan aksi kapiler, deformasi


dan pengembangan ketika kontak dengan air dengan suhu 37 oC, sehingga
dapat memutuskan ikatan hidrogen yang terbentuk pada saat
pengempaan. Pada proses pengempaan amilum akan terdistribusi pada
seluruh bagian tablet sehingga dapat
membentuk jembatan hidrofil sehingga apabila tablet kontak dengan
air, air akan segerap diserap dengan cepat oleh tablet melalui jembatan
hidrofil (Sulaiman, 2007).
Amilum baik digunakan sebagai pengisi dan penghancur
dalam tablet karena memiliki daya kompak, dapat menyerap air dan
dapat terdisintegrasi dengan baik saat pelepasan obat dalam medium air
(Siregar, 2008). Amilum kentang dapat digunakan sebagai carrier
sebagai peningkat bioavailabilitas obat dengan kelarutan yang rendah
(Häusler, 2009).
4. HDK Wacker N20 (Aerosil)
Aerosil merupakan silikon dioksida murni yang diketahui
dalam jumlah kecil dapat menyerap air yang cukup besar. Aerosil
berbentuk serbuk keputih- putihan, ringan, tidak berbau, dan tidak
berasa yang memiliki berat molekul sebesar 60,08 dan praktis tidak
larut dalam pelarut organik, air, dan asam, kecuali asam hidrofluorat.
Larut dalam larutan hangat hidroksida alkali. Aerosil dapat berfungsi
sebagai glidant pada konsentrasi 0,1-0,5% (Hapgood, 2009).
5. Avicel PH 102
Avicel merupakan salah satu merek dagang dari selulosa
mikrokristal berupa serbuk putih, tidak berbau dan tidak berasa dan
banyak digunakan sebagai bahan tambahan pada tablet cetak langsung,
karena bahan ini dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat, dan
sekaligus penghancur tablet. Avicel dapat larut dalam 5% b/v larutan
NaOH, praktis tidak larut dalam air, larutan asam, dan sebagian pelarut
organik. Avicel digunakan sebagai pengikat (binder) pada konsentrasi
20-90 % (Guy, 2009). Avicel memiliki kompresibilitas dan sifat alir
yang baik dan dapat meningkatkan waktu hancur (Sulaiman, 2007).
Avicel PH- 102 merupakan pengikat kering yang cukup efektif dalam
pencampuran kering (Siregar, 2008). Avicel PH-102 memiliki ukuran
partikel 100 μm, kadar airnya 3- 5%, dan bobot jenis 0,28 – 0,33 g/mL
(Guy, 2009). Avicel juga dapat meningkatkan laju alir dan mengurangi
variasi dari berat tablet (Ohwoavworhua, Adelakun and Okhamafe,
2009).
6. Sodium Starch Glycolate (SSG)
Sodium Starch Glycolate (SSG) Pemeriannya berupa serbuk
putih, tidak berbau, tidak berasa, dan mudah mengalir dan sangat
higroskopis. SSG memiliki nama lain yaitu explotab®carboxymethyl
starch, sodium salt, primojel®. Larut sebagian dalam etanol 95% dan
praktis tidak larut dalam air. Sodium Starch Glycolate merupakan contoh
superdisintegran yang dapat mengembang cepat ketika kontak dengan
medium air dan sering digunakan pada formulasi tablet liquisolid. SSG
umum digunakan sebagai penghancur pada konsentrasi 2 hingga 8%
(Young, 2009).
7. Magnesium Stearat

Magnesium stearat digunakan sebagai lubricant untuk


mengurangi gesekan ketika sediaan padat dikeluarkan dari proses
pengempaan. Magnesium stearat memiliki pemerian serbuk putih, tidak
berbau, tidak berasa, dan mudah mengalir. Magnesium stearat dapat larut
sebagian dalam etanol 95% dan praktis tidak larut dalam air. Magnesium
stearat umum digunakan sebagai pelicin untuk menghindari terjadinya
capping tablet pada konsentrasi 0,25 – 5%. Magnesium stearat bersifat
hidrofobik dan penggunaan magnesium stearat melebihi batas
dapat menurunkan kekerasan, kecepatan disintegrasi, kecepatan disolusi
serta dapat meningkatkan kerapuhan tablet (Allen and Luner, 2009).
BAB III METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat
Hardness tester merk Pharmatest®, Volumenometer merk
ERWEKASYM®, disintegran tester merk ATMI®, attrition tester
merk ATMI®, timbangan analitik merk DeltaRange®, MELTTER
AE260, mesin cetak tablet single punch KORSCH, statif, mortir dan
stamper,alat uji disolusi tablet RC-6 D, Spektrofotometer UV
SCHIMADZU, stopwatch, dan alat- alat gelas.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yang memiliki
spesifikasi pharmaceutical grade adalah glibenklamid (PT. IFARS
SOLO), Gliserin (P&G Chemical), Amilum kentang (FAGRON),
Avicel PH-102 (FMC BioPolymer), , HDK Wacker N20 (Wacker
Chemie AG Werk Burghausen), Mg stearat (Nitica, India), SSG
(Gujarat Overseas Inc. India).

B. Tata Cara Penelitian


Formula penelitian dibuat dengan perbandingan gliserin : amilum
kentang R1 (0%:100%), R2 (0%:100%), R3 (25%:75%), R4
(50%:50%), R5
(50%:50%), R6 (75%:25%), R7 (100%,0%), dan R8 (100%,0%) yang ditunjukan

pada tabel IV.

Tabel IV. Formula tablet liquisolid glibenklamid

Jumlah (mg)
Bahan
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8
Glibenklamid 5 5 5 5 5 5 5 5
Gliserin 5 5 10 15 15 20 25 25
Amilum 307 307 302 297 297 292 287 287
kentang
Aerosil 12 12 12 12 12 12 12 12
Avicel PH-102 200 200 200 200 200 200 200 200
SSG 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5
MG stearat 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Total 550 550 550 550 550 550 550 550
Keterangan : Penentuan perbandingan komposisi pelarut gliserin dan
carrier material amilum kentang pada masing-masing formula dilakukan
dengan menggunakan simplex lattice design dari Design Expert 9.0 dan
didapatkan 8 formula yang disebut “R1 hingga R8”.
1. Pembuatan sediaan tablet liquisolid

Semua bahan ditimbang sesuai formula. Glibenklamid dan pelarut


gliserin dimasukkan dalam mortir dan diaduk hingga rata sehingga
membentuk suspensi. Suspensi tersebut kemudian diserap dengan dengan
amilum kentang dan diaduk dalam mortir selama 5 menit. Campuran
ditambahkan aerosil sebagai coating dan diaduk kembali selama 5 menit.
Campuran dimasukkan kedalam cube mixer dan diaduk selama 15 menit
dalam cube mixer dengan kecepatan 50 rpm. Massa serbuk kering
dikeluarkan dari cube mixer kemudian diayak dengan pengayak mesh
nomer 16. Massa serbuk yang telah diayak kemudian dimasukkan ke
dalam cube mixer dan ditambahkan Avicel PH-102, SSG dan Mg stearat
yang sudah ditimbang. Massa sebuk lalu dicampur homogen selama 15
menit di dalam
cube mixer. Selanjutnya diuji sifat alir serbuk dan uji homogenitas
serbuk. Serbuk yang telah diuji, kemudian dikempa menjadi tablet.
Tablet yang sudah dikempa dilakukan pengujian meliputi sifat
fisik dan uji disolusi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Gliserin sebagai pelarut berpengaruh signifikan meningkatkan


persentase kerapuhan, persentase obat yang terdisolusi serta
menurunkan kekerasan dan waktu hancur tablet.
2. Campuran bahan pelarut gliserin dan amilum kentang sebagai
carrier material menghasilkan formula optimum dengan
perbandingan konsentrasi gliserin : Amilum kentang (100% :
0%) metode Simplex Lattice Design dengan proporsi jumlah
bahan (25 : 287) mg.
B. Saran

1. Perlu dilakukan validasi formula optimum dalam banyak titik


agar dapat menggambarkan secara jelas sifat fisik dan disolusi
tablet pada formula optimum.
2. Perlu dilakukan validasi metode pada uji penetapan kadar dan disolusi.

3. Perlu dilakukan penurunan bobot tablet sehingga bahan


eksipien yang digunakan tidak terlalu banyak karena dosis
yang digunakan kecil.
4. Perlu dilakukan pengembangan dalam formula agar dapat
memberikan pelepasan obat hingga 100%.
DAFTAR PUSTAKA
Sirisha, V.N.L., Sruthi, B., and Eswaraiah, M.C., 2012, Preparation and In-
Vitro Evaluation of Liquid Solid Compacts of Glibenclamide, International
journal researh journal of pharmacy, 3, 1-4

Savjani, K.T., Gajjar, A.K., and Savjani, J.K., 2012, Drug


Solubility: Importance and Enhancement Techniques,
International Scholarly Research Network, 1-10.
Hadisoewignyo, L., 2012, Likuisolid: Teknik Pembuatan Tablet untuk Bahan Obat
Tidak Larut Air, Medicinus, 25, 32-37.
Mahapatra et al., 2014, Liquisolid Technique: A novel approach in
pharmaceutical formulation development, Journal of Chemical and Pharmaceutical
Research, 6, 529-543

Syed, I.A., Pavani, E., 2012, The Liquisolid Technique: Based


Drug Delivery System, International Journal of
Pharmaceutical Sciences and Drug Research, 88-96.
Kulkarni, A.S., Aloorkar, N.H., Mane, M.S., and Gaja, J.B., 2010,
Liquisolid Systems : A Review, International Journal of Pharmaceutical
Sciences and Nanotechnology, 3, 795-802.

Akbari, J., Saeedi, M., Semnani, K.M., Ghadi, Z.S., Hosseini, S.S.,
2015, Improving the Dissolution Properties of
Spironolactone Using Liquisolid Technique,
Pharmaceutical and Biomedical Research, 1, 59-70.
Saeedi, M., Akbari, J., Semnani, K.M., Farda, R.E., Dara, S.S.R., and Soleymani,
A., 2009, Enhancement of Dissolution Rate of Indomethacin Using Liquisolid
Compacts, 1, 25-34
Vraníková, B., and Gajdziok, J., 2013, Liquid System and Aspects Influencing
Their Research and Development, Acta Pharm., 447-465

Sulaiman, T.N.S., 2007, Teknologi Formulasi Sediaan Tablet,


Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta, pp.80, 96,103,108-
110.
Sweetman, S.C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference,
36thed., The Pharmaceutical Press, London, p.64.
Gianotto, E.A.S., Arantes, R.P., Lara-Filho, M.J., Filho A.C.S.C.,
and Fregonezi- Nery, M.M, 2007, Dissolution Test for
Glibenclamide Tablet, Quim.Nova, 30, 1218-1221.

Anda mungkin juga menyukai