Tugas Manajemen Biaya Stratejik
Tugas Manajemen Biaya Stratejik
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………......1
A. Latar Belakang……………….……………………………………………....1
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………………….3
C. Theory of Constraints………………………………………………………16
A. Kesimpulan ……………………………………...……………………….... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dengan pesatnya perkembangan pemanfaatan komputer Dengan
pesatnya perkembangan pemanfaatan komputer berkembangnya dalam
tahap desain, engineering, dan produksi maka jarak waktu yang
diperlukan dari ide rancangan sampai dengan produksi menjadi sangat
pendek. Kondisi ini memungkinkan perusahaan-perusahaan kelas dunia
memilih startegi inovasi sebagai senjata untuk memenangkan perebutan
pasar dunia. Staregi ini menjadikan daur hidup produk menjadi pendek.
Oleh karena itu, manajemen yang bersaing dikelas dunia tidak
cukup hanya memperoleh informasi biaya periodik yang dihasilkan oleh
sistem akuntansi tradisional, namun jauh lebih penting dari itu,
manajemen memerlukan informasi product life cycle costs yang
memungkinkan manajemen melakukan strategic cost analysis pada saat
mempertimbangkan peluncuran produk baru, penghentian produksi
produk yang ada, dan product profitability analysis .
Semakin pendeknya daur hidup produk semakin memerlukan
perancangan yang matang keseluruhan pendapatan dan biaya yang
diproyeksikan selama daur hidup produk, agar investasi yang dilakukan
oleh perusahaan untuk desain dan pengembangan produk dan untuk
mesin dan ekuipmen yang bersangkutan dengan produk dapat tertutup
dari kas masuk bersih selama daur hidup yang diperkirakan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Target Costing
Tujuan dari target costing adalah pengurangan biaya produk dalam tahap
RD&E dan bukan pada proses produksi. Kunci target costing adalah pada
desain produk yang dapat memuaskan konsumen.
Melalui target costing produk yang dihasilkan akan dapat memperoleh laba yang
diharapkan karena biaya yang diharapkan ditentukan berdasarkan harga yang
kompetitif. Sebagai dampaknya maka penggunaan target costing harus sering
mengadopsi ukuran-ukuran penurunan biaya yang ketat atau melakukan desain ulang
produk atau desain proses produksi sehingga harga produk dapat kompetitif namun
tetap dapat menghasilkan laba. Sehingga target costing merupakan biaya yang
sseharusnya dikeluarkan untuk membuat suatu produk. Adapun rumus dari target
costing adalah:
3
dalam perusahaan akan meningkatkan efisiensi yang akan berdampak
pada keuntungan maksimal. Melalui strategi ini maka target costing dapat
membuat perusahaan menjadi kompetitif. Strategi ini sangat cocok bagi
perusahaan yang berada dalam industri dimana harga sangat
mempengaruhi keputusan konsumen.
Karekteristik keempat yaitu target cost dibagi menjadi target cost untuk
fungsi-fungsi, perakitan, bagian, supplier dan desainer. Dalam
karakteristik ini ada dua metode alokasi yaitu alokasi berorientasi fungsi
dan alokasi berorientasi komponen. Karakteristik kelima yaitu
implementasi target cost membutuhkan kerjasama lintas
departemen/fungsi. Perusahaan yang menggunakan target costing harus
merangsang kerjasama multidisiplin dari individu-individu yang berbeda
untuk bekerja sama. Kerjasama multidisipliner sangat penting, karena
pengurangan biaya yang berhasil harus menyeimbangkan semua
pengembangan produk baru tujuan seperti biaya, kualitas dan masalah
fungsionalitas.
4
harus selalu memperkirakan produksi terus menerus sehingga
memerlukan informasi biaya yang rinci. Karakteristik ke tujuh yaitu target
costing melibatkan perbadingan drifting cost dari produk masa depat
dengan target cost dalam tahap berbeda di pengembangan produk baru.
Dalam setiap bisnis mengikuti urutan proses yang formal, dalam hal ini
biaya selalu diestimasi dalam tahap tertentu dalam proses. Drifting cost
adalah biaya yang diestimasi berdasarkan produk yang sedang berjalan.
Karakteristik terakhir yaitu target cost tidak dapat ditingkatkan.
Karakteristik ini diterapkan dengan disiplin oleh perusahaan di Jepang.
Tiga hal yang menyebabkan target cost tidak bisa ditingkatkan yaitu
kapanpun biaya meningkat selama proses pengembangan produk baru
maka harus ada penurunan biaya di tahap yang lain dengan penjumlahan
total yang sama. Kedua, mengeluarkan produk dengan biaya diatas target
tidak diperbolehkan, hanya produk yang mampu mendatangkan
keuntungan yang dilempar ke pasar. Ketiga, proses produksi dikelola
dengan teliti untuk memastikan bahwa target cost tercapai.
Dalam proses target costing cost analysis dan rekayasa nilai (value
engineering) sangat penting dalam melakukan pengurangan biaya.
Melalui cost analysis perusahaan melakukan beberapa aktivitas yaitu
pertama, mengembangkan daftar komponen dan mengidentifikasi fungsi
produk. Melalui aktivitas ini maka dapat diidentifikasi komponen dan fungsi
mana dari produk yang dibutuhkan untuk memuaskan pelanggan dan
biaya apa saja yang muncul akibat komponen dan fungsi produk tersebut.
Kedua merinci biaya fungsional. Setiap komponen dan bagian dari produk
memiliki fungsi spesifik. Melalui aktivitas ini dapat diestimasi biaya yang
dikeluarkan. Ketiga, menentukan urutan relatif (ranking) dari kebutuhan
pelanggan. Pada tahapan ini dapat dibuat survey konsumen mengenai
bagian mana yang paling dibutuhkan/diminati pelanggan. Keempat,
menghubungkan bentuk dengan fungsinya. Karena setiap komponen
memiliki fungsi dari produk dan merupakan parameter desain kunci, pada
tahap ini menghubungkan ranking pelanggan yang menyatakan
komponen mana yang sesuai dengan permintaan pelanggan. Quality
Function Deployment Matrix biasanya digunakan pada tahap ini. Dalam
matrix ini terdapat informasi susunan secara sistematis tentang bentuk,
fungsi, dan evaluasi yang berkenaan dengan persaingan. Matrix ini
merupakan alat yang sangat berguna untuk target costing karena
menonjolkan hubungan antara kompetisi yang terjadi, keperluan
konsumen, dan parameter desain. Kelima, mengembangkan ranking
fungsional secara relatif. Fungsi dari sebuah produk sangat penting bagi
konsumen sehingga dalam proses ini perusahaan membagi persentase
kontribusi dari setiap komponen untuk kebutuhan konsumen. Terdapat
dua aktivitas dalam value engineering yaitu mengindentifikasi komponen
untuk mengurangi biaya dan menghasilkan ide pengurangan biaya.
5
Value engineering (rekayasa nilai) digunakan dalam target costing untuk
menganalisis fungsi-fungsi produk berdasarkan preferensi konsumen
pada biaya yang tertendah tanpa mengurangi kualitas, keamanan,
kemampuan didaur ulang, kegunaan, kemampuan, keawetan, dan
keandalan produk. Value engineering memiliki dua aktivitas yaitu
mengidentifikasi komponen-komponen untuk pengurangan biaya dan
menghasilkan ide-ide untuk pengurangan biaya.
6
1. Kurangnya pemahaman konsep target costing. Karena target
costing pertama kali ditemukan di Jepang, maka ketika dibawa
keluar Jepang tidak semua pengguna memahami dengan baik
konsep target osting. Akibatnya banyak senior manajemen yang
menolak ide ini.
2. Implementasi yang kurang dalam konsep teamwork. Pengurangan
biaya yang dilakukan dalam sebuah unit kerja seringkali tidak
dilakukan di unit kerja yang lain. Sebagai contoh ketika departemen
produksi berhasil mengelola biaya sehingga berhasil melakukan
pengurangan biaya, namun departemen lain misalya administrasi,
pemasaran, dan distribusi malah memboroskan biaya. Sehingga
perusahaan yang akan mengadopsi target costing harus
mengadaptasi tingkat kerjasama tim, kepercayaan, dan kerjasama
agar target costing dapat sukses.
3. Penyebab karyawan terlalu lelah. Karyawan di banyak perusahaan
Jepang yang menerapkan target costing mengalami kelelahan yang
luar biasa karena adanya tekanan untuk memenuhi target biaya.
4. Waktu pengembangan yang terlalu lama. Walaupun biaya target
terpenuhi namun waktu pengembangan akan meningkat karena
adanya pengulangan dalam siklus value engineer untuk
menurunkan biaya, sehingga produk dapat terlambat sampai ke
pasar
7
Cooper dan Slagmulder (1999) meneliti praktek penerapan target costing
di beberapa perusahaan besar di Jepang yaitu Isuzu Motor, Olympus
Optical Company Ltd., Komatsu Ltd., Nissan Motor Corporation, Sony
Corporation, dan Topeon Corporation. Perusahaan kamera Olympus
dalam menetapkan harga jualnya ternyata tidak hanya menggunakan
harga pesaing namun mereka juga menggunakan produk lain untuk
melakukan set up harga misalnya produk CD maupun barang elektronik
lainnya. Berbeda dengan Topcon yang menggunakan harga berdasarkan
produk milik competitor. Nissan dalam menentukan target profit di masa
depan mempertimbangkan informasi mengenai pelanggan bauran produk
(Cooper, 1994 dalam Evaraeret, 2006). Perusahaan-perusahaan ini
berhasil menerapkan target costing berdasarkan ciri khas perusahaan
mereka masing-masing. Mereka menemukan bahwa keefektifan Target
costing adalah pada disiplin.
8
ITT automotive menggunakan target costing untuk mempertahankan profit
dan meningkatkan market share selama masa kompetisi yang tinggi
dalam dunia otomotif. Walaupun prosesnya sulit dan sumberdaya yang
ahal dibutuhkan untuk memiliki target costing yang efekti, namun ITT
automotive menemukan bahwa investasi sangat penting untuk mencapai
tujuan perusahaan. Target costing memiliki filosofi bottom-up dan orientasi
tim. Target costing adalah metode yang terstruktur dalam menetapkan
dan mencapai tujuan. Supaya target costing berhasil, maka penetapan tim
lintas fungsional tidak cukup. Yang lebih penting yaitu komitmen top
manajemen dalam proses target costing. Senior manajer harus
mengalokasikan sumberdaya yang dibutuhkan dan harus
memberdayakan tim yang terdiri dari lintas fungsional dalam mengambil
keputusan (Smelgze dan Rolf, 1996).
9
langsung dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi,
serta berakhir dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang
diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang. 1[2]
Life Cycle Costing
Life cycle costing memberikan perspektif jangka panjang karena
mempertimbangkan semua biaya selama umur produk atau jasa.
Total biaya selama siklus hidup dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Biaya hulu, terdiri dari riset dan pengembangan, desain yang membuat
prototype, pengujian, teknis, dan pengembangan kualitas.
2. Biaya produksi, terdiri dari pembelian, biaya produksi langsung, biaya
produksi tidak langsung.
3. Biaya hilir, terdiri dari pemasaran dan distribusi pengemasan,
pengangkutan, contoh, promosi, advertensi, dan pelayanan serta garansi
keluhan, pelayanan, pertanggungjawaban produk, dukungan kepada
pelanggan.
1. Biaya Hulu
a. Desain
Karena manajer mempertimbangkan biaya hulu dan hilir,
pengambilan keputusan pada tahap desain merupakan sesuatu yang
penting. Meskipun biaya yang terjadi pada tahap desain mungkin hanya
merupakan presentase yang kecil dari total selama biaya siklus hidup,
keputusan pada tahap desain membuat perudahaan berkomitmen pada
rencana produksi, pemasaran dan layanan yang ada.
Oleh karena itu, biaya desain mempengaruhi sebagian besar lainnya
yang dikeluarkan selama siklus produk tersebut.
Faktor – faktor penentu keberhasilan pada tahap desain adalah sbb :
Mempercepat waktu peluncuran ke pasar
Menurunkan biaya layanan/perbaikan yang diharapkan
10
Mempermudah produksi
Merencanakan dan mendesain proses
Ada empat metode desain yang umum sebagai berikut :
Rekayasa Teknik Dasar
Merupakan teknik dimana desainer produk bekerja secara terpisah dari
fungsi pemasaran dan produksi untuk mengembangkandesain dengan
rencana dan spesifikasi khusus.
Pembuatan Prototipe
Merupakan mode dimana model – model fungsional dikembangkan
dan di uji coba oleh para teknisi dan pemakaian yang dipilih untuk
percobaan.
Templating
Merupakan mtode desain produk yang ada pada saat ini ditambahkan
atau dikurangi agar sesuai dengan spesifikasi produk baru yang
diharapkan.
Rekayasa Simultan
Merupakan perkembangan penting baru yang merupakan pengganti
pendekatan rekayasa dasar, sebaliknya rekayasa simultan merupakan
pendekatan yang terintegrasi, dimana proses desain/teknis dilakukan
selama siklus hidu biaya oleh tim –tim lintas fungsi. 2[3]
b. Pengujian
Proses dan materi pengujian yang dipilih biasanya dilakukan dengan
menerapkan dengan teknik-tenik ekperimental secara formal dan
sekaligus dijadikan landasan untuk tahap perencanaan berikutnya yang
lebih mendetail, yang nantinya akan diuji. Pada tahap pelaksanaan masih
akan dilakukan pengujian lebih lanjut, sampai dihasilkan produk yang
benar-benar optimal hingga dapat dianggap selesai. 3[4]
c. Pengembangan Kualitas
11
Dalam zaman quality assurance, konsep kualitas mengalami
perluasan, dari konsep yang sempit, hanya terbatas pada tahap produksi,
ke tahap desain dan koordinasi dengan departemen jasa (seperti
perencanaan dan pengendalian produksi, pergudangan).
Dalam zaman ini pula diperkenalkan konsep total quality control
(TQC) oleh armand Feigenbaum pada tahun 1956. Menurut Feigenbaum,
kualitas produk tidak hanya ditentukan oleh pekerjaan manufaktur, namun
lebih luas dari itu, keterlibatan pemasok, desain dan pengembangan
produk, dan kerja tim antar fungsi.4[5]
2. Biaya Produksi
12
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung, contohnya seprti biaya reparasi
dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik.
Biaya Produksi Langsung
Biaya langsung, berkaitan dengan obyek biaya tertentu dan dapat
ditelusuri ke obyek biaya tersebut dengan cara yang layak secara
ekonomi (efektif-biaya).
contoh; biaya kaleng atau botol untuk produk teh botol.
Biaya Produksi Tak Langsung
berkaitan dengan obyek biaya tertentu namun tidak dapat ditelusuri ke
obyek biaya tersebut dengan cara yang layak secara ekonomi (efektif-
biaya).
Contoh; biaya gaji supervisor
3. Biaya Hilir
Biaya pemasaran
Biaya Pemasaran adalah meliputi semua dalam melaksanakan
kegiatan pemasaran atau kegiatan untuk menjual barang dan jasa
perusahaan kepada para pembeli sampai dengan pengumpulan piutang
menjadi kas. Sesuai dengan fungsi pemasaran, biaya pemasaran
digolongkan menjadi :
1). Biaya untuk menimbulkan pesanan, contohnya seperti biaya promosi
dll.
2). Biaya untuk melayani pesanan, diantaranya :
- Biaya fungsi penggudangan dan penyimpanan produk selesai
- Biaya fungsi pengepakan dan pengiriman
- Biaya fungsi pemberian kredit dan penagihan piutang
- Biaya fungsi administrasi penjualan.5[7]
- Biaya Promosi
13
Biaya promosi merupakan sejumlah dana yang dikucurkan
perusahaan ke dalam promosi untuk meningkatkan penjualan. 6[8] Biaya
Promosi dapat dikategorikan sebagai biaya langsung apabila terkait
langsung dengan suatu produk atau proyek. Tetapi apabila Biaya Promosi
ini bersifat umum untuk seluruh kegiatan perusahaan, ia dapat
dikategorikan sebagai biaya operasi.
14
Laporan: Analisis Produk Baru Proyek No.001
Estimasi siklus hidup produk: 2 tahun
Proyeksi potensi penjualan: 1000 unit (siklus hidup), harga Rp
2/unit
Target operating profit margin 20%
Proyeksi laporan laba-rugi siklus hidup
Penjualan (1000 unit @ Rp 2) 2.000
Biaya Input:
Bahan 500
Upah 400
Biaya overhead pabrik 300
Biaya mutu 100
Biaya pemasaran 250
Biaya administrasi 150
Laba siklus hidup (laba operasi) 300
Konsep Dasar
TOC memfokuskan pada tiga ukuran kinerja organisasi : throughput,
persediaan dan beban operasi tujuan manajemen dinyatakan dengan
meningkatkan throughput, meminimalkan persediaan, dan menurunkan
biaya operasi
1. Throughput adalah tingkat di mana suatu organisasi menghasilkan
uang melalui penjualan.
2. Persediaan adalah seluruh uang yang dikeluarkan organisasi dalam
mengubah bahan baku menjadi throughput
3. Beban operasi adalah seluruh uang yang dikeluarkan organisasi untuk
mengubah persedian menjadi throughput
15
Berdasarkan ketiga ukuran ini, tujuan manajemen dapat dinyatakan
sebagai meningkatkan throughput, meminimalkan persediaan dan
menurunkan beban operasi.
Langkah-langkah TOC :
I. Mengidentifikasi Kendala-Kendala Perusahaan
Jenis-jenis kendala :
a. Kendala Eksternal faktor-faktor yang membatasi perusahaan
yang berasal dari sumber-sumber di luar perusahaan, misal :
permintaan pasar
b. Kendala Internal faktor-faktor yang membatasi perusahaan yang
berasal dari dalam perusahaan sendiri, misal : kapasitas produksi,
jam mesin dll
c. Kendala Longgar (loose constraint) kendala dimana sumber
daya yang terbatas tidak digunakan sepenuhnya oleh bauran
produk
d. Kendala yang Mengikat (binding constraint) kandala dimana
sumber daya yang tersedia dimanfaatkan sepunuhnya.
16
memilih bauran optimal dengan memperhatikan kendala-kendala yang
dihadapi perusahaan.
Misalnya :
ABC Company memproduksi dua jenis komponen mesin X dan Y
dengan Margin Contribusi masing-masing $300 untuk X dan $600 untuk
Y. Hari kerja seminggu 5 hari.
Disin dapat dikatakan : lebih baik ABC Company memproduksi dan
menjual komponen Y karena memilik MC/unit terbesar. Tetapi solusi ini
belum tentu baik.
17
Tali / Rope Tindakan yang diambil untuk mengikat tingkat dimana
bahan baku dikirim ke pabrik (awal proses) pada tingkat produksi sumber
daya yang memiliki kendala.
Patokan dari proses yang memiliki kendala dilanjutkan ke
hulu untuk mensinkronkan kebutuhan bahan baku yang
digunakan sesuai dengan produksi bauran produk optimal
mengeliminasi bahan baku yang tidak dibutuhkan.
Contoh di atas :
ABC Company memiliki tiga proses yang berurutan :
PENGGERINDAAN PENGEBORAN PEMOLESAN
18
Tambahan ½ shift dapat dijalankan jika departemen lain bisa
menjalankan.
Misal :
Penggerindaan memiliki kapasitas 80 jam/minggu
X = 1 jam 30 x 1 jam = 30 jam
Y = 1 jam 50 x 1 jam = 50 jam total 80 jam BISA
Pemolesan memiliki kapasitas 160 jam/minggu
X = 2 jam 30 x 2 jam = 60 jam
Y = 1 jam 50 x 1 jam = 50 jam total 110 jam BISA
Dari contoh III diatas, kendala sumber daya pengeboran akan diangkat
sampai ke suatu titik dimana kendala tidak lagi mengikat.
Misalnya kendala pengeboran dapat dinaikkan menjadi 240 jam
pengeboran.
X3 30 unit x 1 jam = 30 jam 240 – 30 = 210 jam : 3 jam = 70 unit
Y3 70 unit
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
19
Target costing merupakan alat strategic dalam manajemen biaya yang
berperan dalam mengurangi biaya yang terjadi. Inovasi target costing
yaitu dilakukan pada saat proses RD&E. Kebanyakan perusahaan
melakukan efisiensi produk pada saat proses produksi. Melalui reduksi
biaya dalam RD&E diharapkan akan menurunkan biaya produksi dan post
produksi. Kunci dari target costing adalah disiplin melakukan pengurangan
biaya, desain yang sesuai dengan keinginan konsumen. Walaupun target
costing adalah alat yang sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk
memenangkan persaingan namun beberapa kelemahan target costing
juga harus dipahami oleh perusahaan.
20
Pengukuran TOC dengan menggunakan penilaian terhadap Throughput,
Inventory dan biaya oprasional.
Terdapat lima langkah dalam analisis TOC yaitu ;
1) mengidentifikasi kendala mengikat
2) menetukan pemanfaatan kendala mengikat yang paling efisien
3) mengelola aliran dalam kendala mengikat
4) meningkatkan kapasitas pada sumber daya yang terbatas
5) merancang ulang proses pemanufakturan untuk fleksibilitas dan
throughput yang semakin cepat.
B. SARAN
21
adalah dengan menggunakan Theory Of Constraint Dengan metode
tersebut, perusahaan dapat mengatur jumlah Buffer (WIP) pada stasiun
kerja yang memiliki kapasitas yang terbatas (constraint).Dengan adanya
jumlah buffer (WIP) yang sesuai dengan perbandingan waktu proses,
maka jumlah output yang dihasilkan menjadi lebih banyak. Hal ini
dikarenakan oleh produk setengah jadi dapat ditampung terlebih dahulu
didalam buffer (WIP) sebelum diproses, sehingga stasiun kerja yang
memiliki kapasitas terbatas (constraint) mampu bekerjasecara maksimal
dan tidak menganggur (idle).
DAFTAR PUSTAKA
http://www.materiakuntansi.com/pengertian-target-costing-dalam-
akuntansi-manajemen/
22
hiftindonesia.com/theory-constraints-pemahaman-dan-perbedaannya-
dengan-lean/
http://e-journal.uajy.ac.id/1558/3/2EA16104.pdf
https://inspirasi-dttg.blogspot.com/2017/12
23