Kel.2 - 1a - Pengenalan Manusia
Kel.2 - 1a - Pengenalan Manusia
Disusun Oleh:
Kelompok 2 – Kelas 1A
Andini Dwita M 1918296
Annisa Nur Z. 1918301
Mira Rosanti 1918390
Mita Shopiyanti 1918391
Monica Olivia K. 1918394
Nizwa Aphria H. 1918438
Nur Kamilah F. 1918442
Pivi Triyana D. 1918447
Syayah Dini 1918493
Yani Permata S. 1918502
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah ini. Makalah ini dibuat
guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................3
1.3 Tujuan.........................................................................................................................3
BAB II : ISI...................................................................................................................................4
2.1 Unsur Pembuatan Manusia.........................................................................................4
2.2 Unsur dalam Diri Manusia..........................................................................................7
2.3 Hakikat Manusia.......................................................................................................13
2.4 Tugas Manusia..........................................................................................................19
BAB III : PENUTUP..................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................23
3.2 Saran..........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
- Untuk mengetahui unsur pembuatan manusia
- Untuk mengetahui unsur dalam diri manusia
- Untuk mengetahui hakikat manusia
- Untuk mengetahui tugas manusia
4
BAB II
ISI
• Air
Air menjadi komponen esensial dalam penciptaan manusia, begitu juga makhluk lain yang ada
di dunia. Hal ini seperti dipertegas dalam Alquran surah al-Anbiya [21]: 30.
Sementara, untuk penciptaan manusia, Allah mempersempit unsur air, seperti dijelaskan dalam
Alquran surah 'Abasa [80]: 19, yaitu Allah menciptakan manusia dari air mani .
Dalam kaitannya dengan asal muasal makhluk hidup, ayat di atas menegaskan bahwa semua
makhluk hidup di bumi ini diciptakan dari air sebagai unsur utama dari setiap sel makhluk
hidup. Untuk itu, 50-90 persen berat makhluk hidup disumbang oleh air.
• Tanah
5
Dalam penciptaan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia, beberapa ayat Alquran
menyatakan pentingnya unsur lain selain air, yaitu tanah liat, seperti diterangkan surah al-
Muminun [23]:12.
Ayat ini mengindikasikan bahwa tanah mengandung unsur-unsur yang diperlukan bagi proses
kehidupan. Sifat tanah banyak mengandung atom, metal, maupun metaloid yang sangat
diperlukan sebagai katalis dalam proses reaksi kimia maupun biokimia untuk membentuk
molekul-molekul organik (jasad) yang lebih kompleks.
• Ruh
Dalam penciptaan manusia, ruh atau jiwa adalah yang paling terakhir dipasang ke dalam jasad
manusia. Pemasangan terakhir ruh yang merupakan unsur nonmaterial, selain air dan tanah ini,
dijelaskan dalam Alquran surah as-Sajadah ayat 7-9.
6
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kehidupan manusia dimulai ketika ruh ditiupkan ke dalam
jasad yang sedang dalam penyempurnaannya di rahim. Ketika ruh tersebut masuk, saat itu
manusia dikatakan sudah menjalani kehidupannya.
Ruh merupakan penggerak dan pertanda dari kehidupan seorang hamba, tanpa adanya ruh
maka jasad yang telah terbentuk tidak akan sempurna. Tentang ruh ini Allah Ta`ala berfirman :
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku,
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (QS. Al Isra’ : 85)
Para ahli ilmu mendefinisikan ruh sebagai organ lembut yang berada pada badan. Proses
peniupan ruh oleh malaikat tersebut diiringi dengan proses penentuan rizkinya, ajalnya,
amalnya dan ia celaka atau bahagia. Proses peniupan ruh pada embrio tersebut ketika berumur
120 hari sebagaimana disebutkan pada hadits dari Abi Abdirrahman Abdillah bin Mas’ud RA.
yang sudah tersebut di atas.
7
2.2 UNSUR DALAM DIRI MANUSIA
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Qs. At-
Tiin : 4)
Keempat unsur di atas merupakan materi yang abiotik (tidak hidup). Ia akan hidup jika
diberi energi kehidupan yang bersifat fisik (thaqat al-jismiat). Energi kehidupan ini lazimnya
disebut dengan nyawa, karena nyawa manusia hidup.
Nyawa atau daya hidup pada diri manusia ini telah ada sejak adanya sel-sel seks pria
(sperma) dan wanita (ovum). Sperma dan ovum itu hidup dan kehidupannya mampu menjalin
hubungan sehingga terjadilah benih manusia (embrio). Dengan begitu, maka al-
hayat(hidup) berbeda dengan al-ruh, sebab al-hayat ada sejak adanya sel-sel kelamin,
sedangkan al-ruh ada setelah embrio berusia empat bulan dalam kandungan. Kematian al-hayat
tidak berarti kematian al-ruh, sebab al-ruh selalu hidup sebelum dan sesudah adanya nyawa
manusia. Ruh bersifat subtansi (jauhar), sedang nyawa merupakan sesuatu yang baru datang
(‘aradh).
8
Daya hidup pada diri manusia memiliki batas, yang batas itu disebut dengan ajal.
Apabila batas energi tersebut telah habis, tanpa sebab apapu manusia akan mengalami
kematian (al-mawt). Daya hidup telah menyatu pada semua organ tubuh manusia yang pusat
peredaranny pada jantung. Apabila organ vital manusia rusak atau tidak berfungsi sebagaimana
hukum atau sunnahnya maka daya hidup tersebut belum waktunya habis. Kerusakan organ
tubuh dapat diakibatkan oleh upaya manusia seperti bunuh diri, dibunuh, kecelakaan, kurang
menjaga kesehatan dan terlalu mengekploitasi energi fisik dengan kerja diluar kemampuan
fisiknya.
2.2.1 Ruh
Istilah ruh yang diungkapkan dalam pergaulan sosial sehari-hari sering disamakan dengan
roh atau rohani. Kata rohani sendiri biasanya dilawankan dengan jasmani, sehingga kedua kata
ini merupakan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang memang
mengandung dua unsur tersebut.
Rohani adalah spiritual yang berkaitan dengan rasa batin yang tidak nampak dan tidak bisa
diukur dengan kualitas kebendaan, meskipun kualitas batin itu sendiri dapat saja muncul dari
benda-benda. Sedangkan jasmani adalah aspek fisik-materi yang bersifat kebendaan ia dalam
konteks jasmani. Rohani adalah tubuh atau badan yang kasat mata.
Menurut Imam Al-Ghazali ruh (nyawa) adalah lobang hati yang jasmani, lalu tersebar
dengan perantara urat-urat yang merasuk kebagian-bagian lainnya. Dan perjalanannya ruh pada
9
badan, banjirnya cahaya-cahaya kehidupan, perasaan, penglihatan, pendengaran, penciuman,
dari padanya atas semua anggotanya itu menyerupai banjirnya cahaya lampu yang diputar
disudut-sudut rumah. Sesungguhnya cahaya itu tidak sampai kesuatu bagian rumah melainkan
ia bersinar dengan cahaya itu. Kehidupan itu diumpamakan seperti cahaya yang menyinari
dinding-dinding. Nyawa itu barat lampu, perjalanan ruh atau gerakannya terhadap hati seperti
merapatnya cahaya ke sudut-sudut ruangan.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Isra’ ayat 85
Artinya :
“Katakanlah : Ruh itu termasuk urusan Tuhanku.”
Ruh merupakan perkara dan urusan yang luar biasa, kebanyakan akal dan pemahaman
manusia tidak mampu menangkap hakikatnya.
2.2.2 Hati
Menurut Imam Al-Ghazali hati mempunyai 2 arti umum yaitu :
a. Hati dengan arti daging yang berbentuk buah shanubari yang diletakkan pada sebelah
kiri dada yaitu daging yang khusus dan di dalamnya ada lobang, dan di dalam lobang
itu ada darah yang hitam yang menjadi sumber ruh dan tambangnya. Hati ini ada pada
binatang-binatang dan orang, bahkan orang mati.
b. Hati dengan arti sesuatu yang halus, rabbaniyah (ketuhanan) ruhaniyah (kerohanian).
Dia mempunyai kaitan dengan hati yang jasmani (yang bertubuh ini).
Hati yang halus inilah hakekat manusia. Dialah yang mengetahui yang mengerti yang
mengenal diri manusia. Dialah yang diajak bicara, yang disiksa, yang dicela dan
dituntut.
Hati yang halus itu mempunyai kaitan dengan hati yang jasmani dan akal
kebanyakan makhluk bingung dalam mengetahui segi kaitannya dengan hati yang
10
jasmani itu, seperti menyerupai kaitannya perangai-perangai yang terpuji dengan tubuh,
dan sifat-sifat dengan yang disifati atau kaitannyaorang yang memakai alat dengan
alatnya atau kaitannya orang yang tempat dengan tempatnya.
Psikologi sufi menyatakan bahwa hati itu menyimpan kecerdasan dan kearifan terdalam.
Cita-cita para sufi adalah menumbuhkan kecerdasan hati yang lembut dan penuh kasih sayang.
Dikatakan bahwa jika mata hati terbuka, akan dapat mendengar kebenaran yang tersembunyi
dibalik kata-kata yang diucapkan.
Hati menyimpan percikan atau ruhilahiyah di dalam diri manusia. Karenanya, hati adalah
rumah Tuhan. Bagi para pemilik rumah ini akan selalu mencoba dan mengingat untuk
memperlakukan segala sesuatu, lebih-lebih sesama manusia, dengan kebaikan dan
penghormatan.
2.2.3 Nafsu
Nafsu mempunyai banyak pengertian :
a. Nafsu merupakan nyawa manusia yang wujudnya berupa angin yang keluar-masuk di dalam
tubuh manusia melalui mulut dan kekosongan.
b. Nafsu merupakan gabungan psiko-fisik manusia dan merupakan struktur kepribadian
manusia.
c. Nafsu adalah daya-daya nafsani yang memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan Al-
Ghadhabiyat dan Al-Syaharaniyat.
Al-Ghadab adalah suatu daya yang berpotensi untuk meghindari diri dari segala yang
membahayakan. Ghadab dalam terminologi psikolog-analisa disebut dengan “defense”
(pertahanan, pembelaan dan penjagaan) yaitu tingkah laku yang berusaha membela atau
melidungi ego terhadap kesalahan, kecemasan, dan rasa malu ; perbuatan untuk melindungi diri
sendiri ; dan memanfaatkan dan merasioanalisasikan perbuatannya sendiri.
Al-Syahwat adalah suatu daya yang berpotensi untuk menginduksi diri dari segala yang
menyenangkan. Syahwat dalam terminologi psikologi disebut dengan “appetitte”, yaitu suatu
hasrat (keinginan, birahi, hawa nafsu, motif atau impuls berdasarkan perubahan keadaan
psikologi.
11
Dalam tinjauan tasawuf, nafsu cenderung menghimpun sifat-sifat tercela dalam diri
manusia. Menurut Imam Al-Ghazali, nafsu itu disifati dengan sifat yang bermacam-macam
menurut keadaannya. Jika nafsu itu tenang dibawah perintah maka ia disebut nafsu mutmainah.
Artinya jiwa yang tenang. Al-Qur’an menjelaskan :
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-
Nya. (Qs. Al-Fajr 27-28).
Nafsu mutmainah itu selalu tenang dan mendukung pada kebaikan. Ada pula tingkatan
nafsu dibawah mutmainah yang disebut nafsu lawwamah yaitu nafsu yang ‘mencaci’
pemiliknya jika ia teledor dalam beribadah kepada Tuhannya. Dijelaskan dalam Al-Qur’an :
Artinya : “Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (diri sendiri). (Qs.
Qiyamah:2).
Jadi ketika seseorang telah menuruti budi durjana kemudian menyesal, maka yang
memainkan penyesalan itu adalah nafsu lawwamah. Nafsu ini memprotes kepada pemiliknya
karena telah mematuhi kedurjananan budi.
Kesimpulannya, nafsu itu ada dua yaitu nafsu yang senantiasa mendorong seseorang
menyembah budi durjana dan nafsu yang tenang yang mendorong berbuat kebaikan.
12
yang sangat penting yang dapat melakukan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari
apabila hati baik maka tubuh kita juga baik dan apabila buruk maka buruk pula semuanya.
2.2.4 Akal
Secara etimologi, akal memiliki al-imsak (menahan), al-ribath (ikatan), al-hajs (menahan),
al-nahy(melarang), dan man’u (mencegah). Orang yang berakal (al-‘aqil) adalah orang yang
mampu menahan dan mengikat hawa nafsunya. Jika hawa nafsunya terikat maka jiwa
rasionalitasnya mampu bereksistensi.
Akal merupakan bagian dari fitrah nafsani manusia yang memiliki dua makna :
a. Akal jasmani, yaitu salah satu organ tubuh yang terletak di kepala. Akal ini lazimnya
disebut dengan otak (al-dimagh)
b. Akal ruhani, yaitu cahaya (al-nur) nurani dan daya nafsani yang dipersiapkan dan mampu
memperoleh pengetahuan (al-ma’rifah) dan kognisi (al-mudrikat).
Akal memang mulia kedudukannya bagi manusia. Begitu mulianya, hingga melahirkan
berbagai ungkapan yang bernada sanjungan kepada orang-orang yang bisa menggunakannya
dengan baik. Tidak ketinggalan para budayawan juga menyanjungnyadengan mengatakan,
“Teman sejati seseorang adalah akalnya, sedangkan musuh yang akan mencelakakannya adalah
kebodohan”. Para ahli bahasa juga berkata, “sebaik-baiknya karunia adalah akal dan sejelek-
jeleknya bencana adalah kebodohan.”
Demikian juga dengan akal tersebut, ia bisa membedakan antara kebaikan dan kejelekan.
Akal yang dianugerahkan kepada manusia ini ada dua macam, ghariziy (instinktif) dan
muktasab (diusahakan). Akal instinktif adalah akal yang dimiliki manusia yang
membedakannya dengan binatang, ia tidak berkembang tidak juga berkurang. Sedangkan akal
muktasab adalah kemampuan nalar yang bisa dicapai dengan usaha-usaha tertentu.
Dalam pandangan Ibn Rusyd, akal dibagi menjadi tiga macam. Pertama akal demonstratif
(burhani), yaitu akal yang mampu memahami dalil-dalil atau bukti-bukti yang meyakinkan dan
tepat. Kedua logika (manthiq), akal yang sekedar memahami fakta-fakta argumentatif, tanpa
melalui pembuktian yang jelas dan pasti. Ketiga adalah akal retorik (khitabi), akal yang hanya
13
mampu menangkap hal-hal yang bersifat nasihat dan retorik, tidak dipersiapkan untuk
memahami aturan berpikir secara sistematis.
Akal adalah fitrah insinktif dan cahaya orisinal yang menjadi sarana manusia dalam
memahami realitas. Akal adalah nabi bagi perjalanan hidup manusia, yang akan membimbing
menuju realitas yang haqiqi.
14
Ketika berbicara tentang manusia, Al-Qur’an menggunakan tiga istilah pokok.
Pertama, menggunakan kata yang terdiri atas huruf alif, nun, dan sin, seperti kata insan,
ins, naas, dan unaas. Kedua, menggunakan kata basyar. Ketiga, menggunakan kata Bani
Adam dan dzurriyat Adam.
Menurut M. Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang bermakna
penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata
basyarah yang berarti kulit. Al-Qur’an menggunakan kata basyar sebanyak 36 kali
dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna untuk menunjuk manusia dari
sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Dengan demikian,
kata basyar dalam Al-Qur’an menunjuk pada dimensi material manusia yang suka
makan, minum, tidur, dan jalan-jalan. Dari makna ini lantas lahir makna-makna lain
yang lebih memperkaya definisi manusia. Dari akar kata basyar lahir makna bahwa
proses penciptaan manusia terjadi secara bertahap sehingga mencapai tahap
kedewasaan.[6]
Allah swt. berfirman:
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kamu dari
tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.” (Q.S. ar-
Rum [30]: 20)
Sementara itu, kata insan terambil dari kata ins yang berarti jinak, harmonis, dan
tampak. Musa Asy’arie menambahkan bahwa kata insan berasal dari tiga kata: anasa
yang berarti melihat, meminta izin, dan mengetahui; nasiya yang berarti lupa; dan al-
uns yang berarti jinak. Menurut M. Quraish Shihab, makna jinak, harmonis, dan tampak
lebih tepat daripada pendapat yang mengatakan bahwa kata insan terambil dari kata
nasiya (lupa) dan kata naasa-yanuusu (berguncang). Dalam Al-Qur’an, kata insaan
disebut sebanyak 65 kali. Kata insaan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada
manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Bahkan, lebih jauh Bintusy Syathi’
menegaskan bahwa makna kata insaan inilah yang membawa manusia sampai pada
derajat yang membuatnya pantas menjadi khalifah di muka bumi, menerima beban
takliif dan amanat kekuasaan.
15
Dua kata ini, yakni basyar dan insaan, sudah cukup menggambarkan hakikat
manusia dalam Al-Qur’an. Dari dua kata ini, kami menyimpulkan bahwa definisi
manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, yang diciptakan secara bertahap,
yang terdiri atas dimensi jiwa dan raga, jasmani dan rohani, sehingga
memungkinkannya untuk menjadi wakil Allah di muka bumi (khaliifah Allah fii al-
ardl).
Al-Qur’an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia,
bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa.
Al-Quran justru memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang
dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri
akhirat, meski dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat
melakukan kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan
sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik (positif, haniif).
16
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,”
(QS.Al-bayyina 98:5).
17
Artinya : “Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya,
dan dari pada keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) namanya
kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS: An Nisa 4:1).
Artinya : “Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu disisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: Al Hujurat 49 :13).
18
Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya,
manusia diciptakan oleh Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin di muka bumi.
Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi
kesalahpahaman bahwa manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang
disebutkan oleh Charles Darwin. Islam memandang manusia sebagai bani Adam
untuk menghormati nilai-nilai pengetahuan dan hubungannya dalam masyarakat.
Tidak hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut
sebagai Al insan merujuk pada kemampuannya dalam menguasai ilmu dan
pengetahuan serta kemampuannya untuk berbicara dan melakukan hal lainnya.
Sebagaimana disebutkan dalam surat Al hud berikut ini
19
Artinya : “Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat
itu kami cabut dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima
kasih.” (QS: Al Hud 11:9).
Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia
memiliki raga atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan
makanan, berkembang biak dan lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup
pada umumnya. Sama seperti makhluk lainnya di bumi seperti hewan dan tumbuhan,
hakikat manusia sebagai makhluk biologis dapat berakhir dan mengalami kematian,
bedanya manusia memiliki akal dan pikiran serta perbuatannya harus dapat
dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
Segala hakikat manusia adalah fitrah yang diberikan Allah SWT agar
manusia dapat menjalankan peran dan fungsinya dalam kehidupan. Manusia sendiri
harus dapat memenuhi tugas dan perannya sehingga tidak menghilangkan hakikat
utama penciptaannya.
20
2.4 TUGAS MANUSIA
Dalam perjalanan hidup dan kehidupannya, manusia sebagai makhluk Allah pada dasarnya
mengemban amanah atau tugas-tugas kewajiban dan tanggungjawab yang dibebankan oleh
Allah kepadanya agar dipenuhi, dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya.
Dari beberapa pendapat ahli tafsir tersebut dapat difahami bahwa tugas hidup manusia – yang
merupakan amanah dari Allah – itu pada intinya ada dua macam, yaitu : ’Abdullah
(menyembah atau mengabdi kepada Allah), dan Khalifah Allah, yang keduanya harus
dilakukan dengan penuh tanggung jawab.
Di dalam Al Quran, sedikitnya ada tiga hal utama yang menjadi tugas manusia di dunia, yaitu:
Artinya :
21
juga bisa membuat pertumpahan darah dan tidak bisa menjaga mandat sebagai khalifah
di bumi. Namun Allah menjawab dengan tegas bahwa allah mengetahui apa yang tidak
diketahui oleh malaikat yaitu rencana Allah terhadap penciptaan manusia,kemudihan
Allah menjelaskan bahwa manusia bisa menjadi khalifah di bumi karena manusia akan
diberi akal sehingga manusia dapat memiliki kemampuan dan keterampilan.
Sehingga sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah
Maha besar maka manusia sebagai wakil Nya di muka bumi diberi tangung jawab
pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan ummat manusia, karena alam semesta
memang diciptakan Tuhan untuk manusia.
2. Menyembah Allah
Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan, oleh
karena itu tugasnya hanya menyembah kepada Nya dan berpasrah diri kepada Nya.
Allah tidak menciptakan manusia kecuali untuk mengabdi kepadanya. Mengabdi dalam
bentuk apa? Ibadah dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya seperti
tercantum dalam Al-qur’an. Seperti dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 :
Artinya:
Selain itu, dapat dilihat pada AlQur’an Surah Adz Dzariyyat ayat 56.
22
Artinya:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu. (Adz Dzariyyat:56).
Perintah ataupun tugas yang diberikan oleh Allah kepada manusia dalam beribu-
ribu macam bentuk dimulai dari hal yang paling kecil menuju kepada hal yang paling
besar dengan berdasarkan dan berpegang kepada Al-qur’an dan hadist didalam
menjalankannya.Begitupun sebaliknya dengan larangan-larangannya yang seakan
terimajinasi sangat indah dalam pikiran manusia namun sebenarnya balasan dari itu
adalah neraka yang sangat menyeramkan,sangat disayangkan bagi mereka yang
terjerumus kedalamnya.Na’uudzubillaahi min dzalik
Dalam hadist shohih diungkapkan bahwa jalan menuju surga itu sangatlah susah
sedangkan menuju neraka itu sangatlah mudah.Dua itu adalah pilihan bagi setiap
manusia dari zaman dahulu hingga sekarang,semua memilih dan berharap akan
mendapatkan surga,namun masih banyak sekali orang-orang yang mengingkari dengan
perintah Allah bahkan mereka lebih tertarik dan terbuai untuk mendekati,menjalankan
larangan-larangannya. Sehingga mereka bertolak belakang dari fitrahnya sebagai
manusia hamba Allah yang ditugasi untuk beribadah. Oleh karenanya,mereka tidak
akan merasakan hidup bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
Dalam rangka ikhtiar memakmurkan bumi manusia telah diberi modal dasar
yang telah melekat pada diri manusia di awal penciptaan nya.Yakni beupa akal dan
pikiran.Makadengan ada nya akal dan pikiran maka manusia dapat melakukan
penelitian dan mencari pengetahuan bagaimana mengelola semua amanah yang di
berikan Allah SWT.
23
Memelihara di sini tidak hanya secara fisik saja.Tetapi segala yang ada di alam
harus di pelihara.Termasuk juga dalam memelihara akidah dan akhlak manusia itu
sendiri sebagai sumber daya manusia yang akan memanfaatkan alam.Karena itu meski
dalam konteks memelihara alam,namun secara praktek adalah dengan membina akidah
adan akhlak.Kedua hal ini penting agar tetap terjadi kesamaan dalam tujuan yang
ditetapkan oleh Allah SWT.Keseragaman akhlak dan akidah akan tetap menyatukan
manusia dalam visi yang satu,yakni manusia sebagai khalifah.
24
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Saran yang dapat kami berikan kepada para mahasiswa dan mahasiswi universits syiah
kuala tentang makalah ini adalah semoga dengan para pendengar sekalian membaca
makalah ini dapat menambah sedikit ilmu pengetahuan, tidak hanya mengerti tetapi
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, serta saran yang diberikan kepada para
pendengar mengenai isi makalah ini diharapkan kita sebagai manusia selalu ingat
kedudukan kita di dunia yaitu sebagai kholifah yang patuh, tunduk dan taat kepada
Allah SWT.
25
DAFTAR PUSTAKA
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/10/17/oxyg50313-3-unsur-
penciptaan-manusia
https://islamwiki.blogspot.com/2009/01/manusia-dalam-pandangan-islam.html
http://pasca.uin-malang.ac.id/tugas-manusia-di-bumi/
https://www.beritasatu.com/archive/434231/tugas-utama-manusia
https://sarahsyahdilla.wordpress.com/2012/10/24/tugas-manusia-dalam-agama-islam/
26