0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
44 tayangan2 halaman
1. Dokumen ini membahas kesulitan 'weaning' pada dua kasus flail chest akibat fraktur sternum yang tidak teridentifikasi.
2. Pada kasus pertama, fraktur sternum tidak terdeteksi karena fokus pada cedera lain dan ketidakcocokan diagnostik. Pada kasus kedua, CT scan mengungkap fraktur sternum sebagai penyebab flail chest.
3. Kesimpulan dokumen ini menekankan perlunya diagnostik lateral dan USG untuk
1. Dokumen ini membahas kesulitan 'weaning' pada dua kasus flail chest akibat fraktur sternum yang tidak teridentifikasi.
2. Pada kasus pertama, fraktur sternum tidak terdeteksi karena fokus pada cedera lain dan ketidakcocokan diagnostik. Pada kasus kedua, CT scan mengungkap fraktur sternum sebagai penyebab flail chest.
3. Kesimpulan dokumen ini menekankan perlunya diagnostik lateral dan USG untuk
1. Dokumen ini membahas kesulitan 'weaning' pada dua kasus flail chest akibat fraktur sternum yang tidak teridentifikasi.
2. Pada kasus pertama, fraktur sternum tidak terdeteksi karena fokus pada cedera lain dan ketidakcocokan diagnostik. Pada kasus kedua, CT scan mengungkap fraktur sternum sebagai penyebab flail chest.
3. Kesimpulan dokumen ini menekankan perlunya diagnostik lateral dan USG untuk
NIM : 19193011 Departemen : Gawat Darurat Judul Penelitian Kesulitan “Weaning” Pada Kasus Flail Chest Akibat Fraktur Sternum Yang Tidak Teridentifikasi (Weaning Difficulty In A Flail Chest Case Because Of Unidentified Sternal Fracture) Nama Jurnal Jurnal Anestesiologi Indonesia Volume & Halaman Volume X, Nomor 1 Penulis Pesta PM Edwar , Prananda Surya Airlangga, Agustina Salinding, Bambang Pujo Semedi, Teguh Sylvaranto, Eddy Rahardjo Tahun Jurnal Tahun 2018 Latar Belakang Trauma toraks menyebabkan 20% dari semua kematian akibat trauma baik trauma toraks ringan maupun berat,mencapai 18,72%. Kondisi klinis tertinggi lain adalah fraktur kosta tunggal maupun multipel (33,3%), kontusio paru (15,5%) dan pneumotoraks (10%). Fraktur kosta terberat adalah flail chest, 60,8% membutuhkan bantuan ventilasi mekanik, signifikan pada pasien dengan ISS yang lebih tinggi dibanding pasien flail chest tanpa ventilasi mekanik.3 Mortalitas bisa terjadi pada pasien yang mengalami komplikasi sepsis, pada pasien yang disertai perdarahan intrakranial. Oleh karena itu, prognosa pasien dapat dilihat dari kecepatan penyapihan ventilasi mekanik. Pada pasien flail chest, penyebab lama penyapihan karena ketidak stabilan dinding dada. Tujuan Penelitian Untuk Mengetahui Kesulitan “Weaning” Pada Kasus Flail Chest Akibat Fraktur Sternum Yang Tidak Teridentifikasi Permasalahan Terdapat 2 kasus yang dilaporkan dengan trauma toraks. Kasus pertama adalah Tn A, 24thn, mengalami kecelakaan motor dengan fraktur kosta anterior kanan 3 dan 4 disertai kontusio pulmonum kanan, multitrauma dengan ISS 50, trauma kepala, trauma abdomen dan trauma ekstremitas, Setelah dilakukan stabilisasi hemodinamik selama 3 hari, pasien sulit disapih dari ventilasi mekanik. Setelah tidak ditemukan lagi sumber perdarahan dan hemodinamik stabil pasien segera disiapkan operasi darurat dalam perawatan setelah operasi dada pasien menunjukkan gerakan paradoksal dengan upaya 2
penyapihan napas spontan gagal. Kasus ke dua Tn S, 28 tahun
mengalami kecelakaan motor tunggal dengan trauma toraks dengan ISS 17, secara klinis tampak flail chest dan foto toraks antero- posterior yang normal. Setelah dilanjutkan CT scan toraks ditemukan fraktur sternum yang menyebabkan pernafasan tidak adekuat. Metode kualitatif Pembahasan Dalam praktur sternum dapat diidentifikasi bila pasien mengalami trauma toraks anterior yang berat dan dapat menimbulkan manifestasi flail chest sehingga dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Pada kasus pertama, fraktur dada menjadi jebakan dalam diagnostik, pasien datang dengan hemodinamik tidak stabil karena perdarahan internal, fraktur tulang panjang, dan cedera otak. Sehingga saat dilakukan CT scan kepala dan abdomen, bagian toraks menjadi terkesampingkan dan tidak di lakukan foto toraks lateral hanya di lakukan Foto toraks AP yang hanya menggambarkan fraktur kosta 4 dan 5 sehingga fraktur sternum tidak teridentifikasi. Pada kasus kedua, foto toraks AP yang normal membuat kecurigaan apa yang menjadi penyebab flail chest, dilanjutkan dengan pemeriksaan CT scan toraks yang dapat mengidentifikasi fraktur sternum. Namun pemeriksaan foto torax lateral lebih superior dalam mendeteksi adanya fraktur sternum dan pemeriksaan USG juga mampu mendeteksi fraktur sternum dengan sangat mudah dilakukan. Kesimpulan Perhatian khusus untuk mengidentifikasi fraktur sternum dapat dilakukan Pemeriksaan diagnostik foto toraks lateral. Bila pasien tidak memungkinkan untuk di posisikan lateral dapat dilakukan pemeriksaan diagnostik USG. Dengan diagnostik dini yang diikuti fiksasi eksternal dini akan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada pasien fraktur sternum