BAB II
KAJIAN PUSTAKA
dimiliki seseorang misalnya kekayaan dalam bentuk tabungan, saham atau surat
menjadi uang kas, tabungan atau surat berharga akan menentukan tingginya
susunan komponen kekayaan dalam dua bentuk, yakni uang kas dan surat
dalam bentuk uang kas adalah kemudahan dalam melakukan transaksi, sebab uang
kas merupakan alat pembayaran yang paling likuid. Likuid diukur dengan
tanpa adanya kerugian nilai. Tetapi kekayaan dalam bentuk uang kas tidak dapat
permintaan akan uang kas, membedakan antara motif transaksi, berjaga-jaga serta
spekulasi.
Keynes menyatakan, bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini
keinginan akan uang kas untuk transaksi. Seseorang atau masyarakat yang tingkat
transaksi terhadap pendapatan dapat dijelaskan pada Gambar 2.1 sebagai berikut,
sebanyak M0. Dan pada saat pendapatan naik menjadi Y1, permintaan uang untuk
transaksi sebanyak M1. Dari sini jelas bahwa Keynes mengikuti jejak kaum klasik
untuk berjaga-jaga. Hal ini digambarkan dalam kurva pada Gambar 2.2 sebagai
berikut.
28
Dari Gambar 2.2 tampak bahwa saat pendapatan sebesar Y0, permintaan
uang untuk berjaga-jaga sebanyak M0. Ketika pendapatan naik menjadi Y1,
permintaan uang untuk berjaga-jaga juga naik sebanyak M1. Namun Keynes
berbeda dengan kaum klasik dalam hal penekanan pada motif spekulasi dan
Keynes juga menyadari bahwa masyarakat menghendaki jumlah uang kas yang
kekayaannya dalam bentuk yang paling lancar (uang kas). Uang kas yang
disimpan ini memenuhi fungsi uang sebagai alat penimbun kekayaan (store of
value). Dalam istilah yang lebih modern sering disebut permintaan uang untuk
oleh tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin rendah keinginan
masyarakat akan uang kas untuk tujuan atau motif spekulasi. Alasannya, pertama
apabila tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang kas (opportunity cost
of holding money) makin besar atau tinggi, sehingga keinginan masyarakat akan
uang kas akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya. Kedua hipotesa Keynes
Pada saat suku bunga sebesar r0, permintaan uang untuk berspekulasi
sebanyak M0. Dan ketika suku bunga bertambah atau meningkat menjadi r1,
r (Suku Bunga)
L2
rL L2
L2
0
Gambar 2.4 Liquidity Trap Keynes
Sumber : Nopirin (2010).
permintaan uang kas pada tingkat bunga rL. Liquidity trap menggambarkan bahwa
pada tingkat bunga yang begitu rendah, elastisitas permintaan uang kas menjadi
tak terhingga besarnya. Masyarakat tidak akan memegang surat berharga pada
tingkat bunga ini (rL) karena mereka memperkirakan bahwa keuntungan dari
memegang surat berharga pada tingkat rL lebih rendah dari pada kerugian yang
timbul akibat kenaikan tingkat bunga di masa yang akan datang. Masyarakat
memperkirakan bahwa dikemudian hari tingkat bunga akan naik, sebab tingkat
Implikasi dari adanya hipotesa liquidity trap ini bahwa tingkat bunga rL
tidak bisa turun lagi, padahal mungkin rL ini dirasa terlalu tinggi untuk menunjang
output dan kesempatan kerja akan tetap berada di bawah kesempatan kerja penuh.
Lebih lanjut kebijakan moneter yang berupa penambahan jumlah uang beredar
31
tidak dapat menurunkan tingkat bunga rL. Sehingga dengan demikian investasi
tidak bertambah, akibatnya output tetap tidak berubah. Hal tersebut dapat
produktifitas.
kenaikan jumlah uang beredar. Dalam teorinya mengenai pasar uang, jumlah uang
beredar atau penawaran uang dianggap langsung terjadi di pasar uang. Sekali lagi,
bahkan sampai zaman keynes pun, teori penawaran uang masih belum
berkembang dan masih dalam bentuk sederhana. Teori penawaran uang modern
uang adalah jumlah uang yang tersedia dalam suatu perekonomian. Penawaran
uang secara umum disebut sebagai jumlah uang yang beredar yang diartikan
sebagai semua uang kartal dan uang giral yang ada di tangan masyarakat bukan
bank, atau jumlah uang kartal dan uang giral di luar sistem moneter yang dimiliki
sektor swasta domestik. Menurut Iswardono yang tercantum dalam Ening (2011),
jumlah uang beredar dianggap bisa ditentukan secara langsung oleh penguasa
moneter tanpa mempersoalkan hubungannya dengan uang inti, yang terdiri dari
uang kartal ditambah dengan cadangan yang dimiliki oleh perbankan secara
umum.
32
Uang kartal adalah uang tunai yang dikeluarkan oleh pemerintah atau
menggunakannya. Uang kertas atau uang logam Bank Sentral yang disimpan di
dalam lemari besi bank tidak termasuk uang kartal. Jadi yang disebut uang kartal
hanya uang yang dikeluarkan Bank Sentral yang berada diluar Bank Umum dan
Bank Sentral. Jumlah uang kartal ini besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh
variabel lain kecuali oleh kebijakan pemerintah. Sedangkan uang giral adalah
uang yang diciptakan oleh Bank Umum karena memberi kredit kepada nasabah.
Kredit yang diberikan dalam bentuk giro setiap saat dapat diambil dan digunakan
halnya uang kartal, maka giro dapat diartikan sebagai uang yang dalam hal ini
Perubahan jumlah uang beredar secara garis besar dipengaruhi oleh uang
inti dan pelipat uang. Besarnya uang inti sangat tergantung pada tindakan-
tindakan yang ditentukan oleh pemerintah khususnya Bank Sentral. Pelipat uang
di lain pihak disamping dipengaruhi oleh perilaku Bank Sentral, juga ditentukan
oleh perilaku agen-agen ekonomi lainnya seperti Bank Umum dan masyarakat
domestik. Sesuai dengan cakupan uang beredar yang beragam maka yang
uang yang berada ditangan masyarakat. Pengertian jumlah uang beredar dibagi
dua yaitu jumlah uang beredar dalam arti sempit dan dalam arti luas. Jumlah uang
beredar dalam arti sempit (Narrow money atau M1) adalah jumlah uang beredar
yang terdiri dari uang kartal dan uang giral. Pengertian jumlah uang beredar dalam
33
arti sempit dinyatakan sebagai M1 yang merupakan jumlah seluruh uang kartal
yang dipegang anggota masyarakat (the nonpublic) dan (demand deposit) yang
dimiliki oleh perseorangan pada lembaga perbankan yang dapat ditulis dalam
(M1 = K + D)...............................................(2.1)
didasarkan atas anggapan bahwa, sebenarnya bukan hanya uang tunai dan saldo
giro saja yang bisa digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Uang
milik masyarakat yang disimpan di bank dalam bentuk deposito berjangka atau
tabungan juga memiliki ciri yang mendekati uang tunai. Kedua simpanan ini bisa
diubah tanpa banyak kesulitan menjadi uang tunai untuk pembayaran transaksi
sehingga sering disebut dengan istilah quasi money atau near money, yaitu sesuatu
yang mendekati ciri dari uang. Menurut pengertian yang kedua ini uang yang
(M2 = K + D + T) ...........................................(2.2)
dimana T adalah saldo deposito berjangka dan tabungan milik masyarakat pada
perbankan. Konsep uang yang beredar ini disebut uang beredar dalam arti luas
Keterangan
Kedua konsep tersebut mana yang lebih baik tergantung dari tujuan analisa
aspek keadaan yang ingin digambarkan. Dalam keadaan normal biasanya narrow
money dan broad money berkembang sejalan satu sama lain, sehingga salah satu
masing negara. Secara garis besar dapat disebutkan beberapa faktor yang
masyarakat, suku bunga dan kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh otoritas
kontraktif bertujuan untuk mengurangi penawaran uang yang dilakukan pada saat
inflasi. Oleh karena itu, kurva penawaran uang merupakan kurva inelastis
sempurna yang berbentuk garis tegak lurus. Perubahan dalam penawaran uang
kanan menunjukkan penawaran uang yang bertambah untuk lebih jelasnya kurva
penawaran uang. Sebaliknya, pergerakan kurva penawaran uang dari MS0 ke MS1
perekonomian. Jika tingkat bunga terlalu tinggi, dunia usaha akan lesu dan
Inflasi yang tinggi mengakibatkan daya beli masyarakat menjadi rendah dan
Setiap bank diharuskan memiliki cadangan uang yang cukup untuk menjaga
dana nasabah agar tetap aman. Bank Indonesia menetapkan tingkat cadangan
untuk menurunkan jumlah uang rupiah yang beredar, sehingga sesuai dengan
pada kenaikan tingkat bunga yang bertujuan untuk mengangkat nilai uang
Sekitar abad ke-20 Sir Jhon Richard Hicks memberikan kontribusi yang
besar di bidang ekonomi, terutama terkait dengan model IS-LM yang bertolak dari
keseimbangan antara tiga komuditas yaitu uang, konsumsi dan investasi. Kurva IS
pasar barang dan jasa. Sedangkan kurva LM singkatan dari Liquidity Preference-
Money yang merupakan representasi keseimbangan dari pasar uang. Pasar barang
dan jasa serta pasar uang dihubungkan oleh variabel tingkat bunga, karena tingkat
pengeluaran oleh equilibrium dalam pasar barangdan pasar uang. Pada pasar
barang diwakili oleh equilibrium antara investasi dan tabungan (IS) dan pasar
pengeluaran meningkat makaakan lebih banyak uang yang ditabung, yang artinya
arahnya melandai keatas karena suku bunga dan pengeluaran memiliki relasi
positif di pasar uang. Kurva IS menunjukan kombinasi suku bunga dan tingkat
38
pendapatan yang konsisten dengan keseimbangan dalam pasar untuk barang dan
jasa. Dapat dilihat pada Gambar 2.6 perubahan-perubahan dalam kebijakan fiskal
memiliki kemiringan yang negatif karena tingkat suku bunga yang tinggi
(Suku Bunga)
IS₁
IS₀
IS₂ ₀
(Investasi)
0
Gambar 2.6 Kurva IS (Pasar Barang)
Sumber : Detri Karya (2016).
uang dalam keadaan seimbang. Hubungan antara tingkat bunga dan pendapatan
yang muncul di pasar uang dinyatakan dengan kurva LM. Teori preferensi
paling likuid yaitu uang. Jika M menyatakan penawaran uang dan P menyatakan
39
tingkat harga, maka M/P adalah penawaran dari keseimbangan uang riil. Teori
uang M adalah variabel kebijakan eksogen yang dipilih oleh Bank Sentral.
Tingkat harga P juga merupakan variable eksogen dalam model ini. Asumsi ini
menunjukan bahwa penawaran uang riil adalah tetap dan biasanya tidak
tingkat bunga adalah sebuah determinan dari berapa banyak uang yang ingin
dipegang ileh masyarakat. Alasannya adalah bahwa tingkat bunga adalah biaya
permintaan saldo riil bisa sama dengan tingkat penawaran tetap, pendapatan harus
keseimbangan uang riil dan semakin tinggi bunga keseimbangan, oleh karena itu
dalaam keseimbangan riil menggeser kurva LM ke atas. Pada Gambar 2.7 dapat
dari keseimbangan uang riil mengeser kurva LM ke kiri, dan sebaliknya kenaikan
kekanan.
40
(Suku Bunga)
LM₂
LM₀
LM₁
(Jumlah Uang)
0
Gambar 2.7 Kurva LM (Pasar Uang)
Sumber : Detri Karya (2016).
kurva imajiner yang menunjukan hubungan dari pendapatan dan suku bunga yang
terjadi pada saat keseimbangan di pasar barang. Hal ini ditandai dengan suku
bunga keseimbangan yang dihasilkan dari permintaan akan dana yang berupa
investasi (I) sama dengan penawaran dana yang berupa saving (S) untuk kegiatan
riil, dari terminologi S dan I inilah maka kurva ini dinamai dengan kurva IS.
(atau lebih tepatnya tingkat output keseimbangan) dan suku bunga, yang terjadi
pada saat keseimbangan di pasar uang. Hal ini ditandai dengan suku bunga
Preference) sama dengan penawaran uang yang dikontrol spenuhnya oleh Bank
Sentral (Money supply). Dari terminologi L dan M inilah maka kurva ini dinamai
Keseimbangan pasar uang dan pasar barang dapat dijelaskan secara grafis
(Suku Bunga i)
LM₀
i₀
i₁
IS₀
(Pendapatan Y)
0 Y₁ Y₀ Y₂
LM0 dan IS0 adalah keseimbangan pasar uang dan pasar barang. Pada suku bunga
i1 terjadi keseimbangan antara jumlah uang beredar dan permintaan uang pada
penawaran barang terjadi pada tingkat pendapatan Y2. Pada tingkat suku bunga i0,
pasar uang dan pasar barang berada dalam keseimbangan pada tingkat pendapatan
Y0. Suku bunga ini ditentukan oleh titik perpotongan antara kurva IS dan LM.
Central), untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang pada
kebijakan moneter terutama untuk stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan
bidang moneter yang mampu mengurangi jumlah uang beredar. Kebijakan yang
dilakukan antara lain menurunkan jumlah uang primer, menaikan cadangan wajib
dan tingkat suku bunga, sehingga pertumbuhan ekonomi dan sasaran ekonomi
makro yang lainnya juga dapat tercapai (Sudirman, 2011). Berikut pada Gambar
2.8 akan dijelaskan mengenai efek kebijakan moneter terhadap kurva IS-LM.
(Suku Bunga i)
LM₀
LM1
∆M(1/K)
i₀
IS₀
(Pendapatan Y)
0 Y0 Y1 Y₂
motif transaksi, spekulasi, berjaga-jaga dan jumlah uang beredar. Pada gambar 2.8
sebesar ∆M(1/k) yang disebabkan oleh kenaikan jumlah uang yang beredar.
Kenaikan tingkat pendapatan dari Y0 menjadi Y1 adalah lebih kecil dari Y2-Y0
Ketika terjadi peningkatan jumlah uang beredar (penawaran uang) disebut sebagai
ekspansi moneter. Kebijakan moneter tidak mempengaruhi kurva IS, tetapi hanya
moneter yang terdiri dari sistem keuangan moneter dan non moneter. Sistem
sebagai Bank Sentral dan sistem perbankan yang mencakup Bank Umum dan
BPR, serta sistem otoritas non moneter mencakup Asuransi, Pegadaian, Leasing,
Modal Ventura dan Dana Pensiun. Otoritas monater diemban oleh Bank Indonesia
dilihat visi, misi, nilai-nilai dan sasaran strategis, struktur organisasinya, implikasi
khusus di bidang moneter dan sistem pembayaran. Saat ini sistem keuangan
moneter dan non moneter diawasi oleh OJK namun tetap berkoordinasi dengan
sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, akuntabel dan
No 21 Tahun 2011)
Sistem perbankan terdiri atas Bank Umum dan BPR yang dibina oleh
otoritas dibidang moneter sehingga tidak melakukan kegiatan yang dilakukan oleh
Bank Umum dan BPR. Bank Umum dan BPR melakukan kegiatan atas dasar
Bank Umum dan BPR disebut sebagai bank pelaksana. Dengan UU No 7 Tahun
menyebutkan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat.
akan berhasil jika sistem perbankan berfungsi dengan baik, sehingga dari kondisi
45
tersebut dapat dilihat apakah lembaga keuangan bank mendominasi dalam suatu
perekonomian atau tidak. Dalam dominasi itu dapat dipilih struktur kepemilikan
dana bank (giro, tabungan, deposito dan sejenisnya), dan jenis penyaluran kredit
bank (modal kerja, investasi, konsumsi). Dari pilihan dominasi tersebut dapat
Negara. Kemampuan yang tidak terbatas bagi bank dalam menghimpun dana
merupakan kemampuan yang sama dalam menyalurkan kredit, sehingga hal itu
perkembangan tingkat bunga, tingkat harga, neraca pembayaran dan yang lainnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa semua ukuran kebijakan dan stablitias moneter tidak
sektor perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti
lainnya. Secara lebih lengkap, OJK adalah lembaga independen dan bebas dari
campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
46
pasar modal secara resmi beralih dari Kementerian Keuangan dan Bapepam-LK
beralih ke OJK pada 31 Desember 2013 dan lembaga keuangan mikro pada 2015.
dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, serta mampu
OJK, maka lembaga ini diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor jasa
Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional, antara lain meliputi
dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi
(fairness).
Sementara berdasarkan pasal 6 dari UU No 21 Tahun 2011, tugas utama dari OJK
sektor perbankan, kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal. kegiatan jasa
47
lembaga jasa keuangan lainnya. Adapun wewenang yang dimiliki OJK adalah
sebagai berikut,
1). Terkait khusus pengawasan dan pengaturan lembaga jasa keuangan bank
yang meliputi,
(1). Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar,
merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank.
(2). Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk
2). Terkait pengaturan lembaga jasa keuangan (bank dan non bank) meliputi:
keuangan.
3). Terkait pengawasan lembaga jasa keuangan (bank dan non bank) meliputi:
keuangan.
Kepala Eksekutif.
(4). Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan atau
pihak tertentu.
keuangan.
(8). Memberikan dan atau mencabut izin usaha, izin orang perseorangan,
dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta asing maupun pinjaman komersial
luar negeri. Berikut ini berbagai bentuk nyata sinergi antara Bank Indonesia dan
OJK:
2). Tidak hanya dalam pembuatan aturan, Bank Indonesia dan OJK juga harus
penggabungan sistem informasi ini, Bank Indonesia dan OJK akan lebih
lembaga setiap saat (timely basis). Informasi strategis yang dimiliki masing-
pelaksanaan tugas.
3). Dalam rangka pemeriksaan bank, Bank Indonesia dan OJK juga terus
perbankan. Dengan kerja sama itu pula tindakan penanganan yang tepat dapat
bank terdiri dari Bank Umum dan BPR. BPR adalah bank yang menerima
simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan atau dalam bentuk
berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang disamakan dengan itu.
1). Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran
5). Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam
pasal 13. Sedangkan bentuk hukum dari BPR dapat berupa, Perusahaan
BPR sebagai suatu lembaga perbankan dan juga sebagai lembaga mediasi
1) Tujuan BPR
khususnya.
ekonomi rendah.
produksi.
perbankan yaitu menghimpun dana dari masyarakat dimana sumber dana terdiri
dari tabungan, deposito, pinjaman yang diterima dari bank lain atau pinjaman
lainnya, dan modal sendiri. Salah satu ukuran untuk melihat fungsi intermediasi
perbankan dalam menjalankan usahanya adalah LDR yang juga biasa digunakan
sebagai ukuran kinerja keuangan, likuiditas dan kesehatan bank. LDR digunakan
menggunakan dana yang diterima. LDR juga dapat digunakan untuk melihat
masyarakat dengan total DPK ditambah dengan dana yang diterima oleh bank.
53
Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber
pendapatan utama bank berasal dari kegiatan tersebut. Semakin besar penyaluran
dana kepada masyarakat dibandingkan dengan dana yang diterima oleh pihak
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa peran utama bank dalam hal ini
menjalankan perannya tersebut indikator yang bisa dipakai untuk melihat fungsi
bank sebagai lembaga intermediasi berjalan dengan baik atau tidak adalah LDR.
sebagai instrumen penilaian kesehatan bank yang dilihat dari sisi likuiditas. Oleh
karena itu LDR menjadi salah satu rasio yang sangat penting dalam dunia
perbankan, karena dari rasio tersebut masyarakat dapat mengetahui apakah usaha
perbankan sudah berjalan dengan baik atau tidak. Bank Indonesia sebagai Bank
Sentral memberi ukuran agar pada masing-masing bank mempunyai ukuran LDR
antara 78 sampai dengan 92 persen. Jika kurang dari 78 maka kepada bank
tersebut harus lebih gencar dalam menyalurkan kredit melalui strategi pemberian
kredit yang lebih efektif dalam rangka mendorong peningkatkan produksi dan
perekonomian rakyat, tetapi bagi yang mempunyai ukuran lebih dari ukuran yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia agar lebih waspada terhadap kondisi likuiditas.
Berkaitan dengan hal tersebut maka Bank Indonesia sebagai Bank Sentral akan
memberlakukan disinsentif bagi bank yang posisi LDR tidak berada pada ranah
yang ditetapkan.
54
Istilah credit crunch muncul pada tahun 1966 sebagai suatu bentuk
yang dilakukan oleh Federal Reserve menjadi sangat ketat untuk mengatasi
inflasi. Kebijakan yang sangat ketat itu telah meningkatkan suku bunga jangka
pendek meningkat jauh diatas batas atas suku bunga deposito yang diatur.
bunga yang lebih tinggi pada aset finansial lainnya sehingga deposito perbankan
Sejak deregulasi sektor keuangan di tahun 1980an yang menghapuskan batas suku
Definisi yang lebih luas adalah bahwa pembatasan suplai kredit yang
perbankan yang terlalu mengikat seperti peraturan masalah modal dan legal
lending limit, atau akibat penurunan kualitas aset dan profitabilitas perbankan.
Dalam istilah yang lebih teknis, Bernanke dan Lown (1991) mendefinisikan credit
crunch sebagai pergeseran kurva suplai kredit perbankan dengan kondisi suku
bunga dan kualitas nasabah potensial tidak berubah. Definisi ini sejalan dengan
untuk memberikan pinjaman, tanpa diikuti oleh kenaikan suku bunga pinjaman.
Definisi yang paling kuat diberikan oleh Gosh (1999) yang mengartikan credit
55
crunch sebagai quantity rationing, dimana suku bunga pinjaman tidak lagi
terkait dengan konsep credit rationing yang dikemukakan oleh Stiglitz dan Weiss
(1981) dan Jafee dan Stiglitz (1990) yang mendefinisikan credit rationing sebagai
suatu kondisi dimana nasabah tertentu tidak mendapatkan kredit walaupun mereka
Dari berbagai definisi tersebut, secara umum credit crunch dapat diartikan
sebagai suatu situasi dimana terjadi penurunan suplai kredit perbankan secara
tajam sebagai akibat dari menurunnya kemauan bank dalam menyalurkan kredit
pada dunia usaha. Keengganan bank dalam menyalurkan kredit tercermin dari
meningkatnya spread yaitu selisih antara suku bunga pinjaman dan suku bunga
dana dan semakin ketatnya kriteria untuk memperoleh kredit. Dalam kondisi yang
ekstrim, credit crunch terjadi dalam bentuk credit rationing, yaitu bank menolak
memberikan kredit terhadap nasabah tertentu atau sebagian besar nasabah pada
rangka memenuhi standar BIS oleh banyak kalangan disinyalir menjadi penyebab
terjadinya credit crunch. Pada masa itu bank-bank tidak dapat menjual saham
baru karena kinerjanya yang kurang baik, sementara itu banyak juga yang
56
pada sisi permintaan dapat berupa menurunnya kualitas nasabah kredit, tingginya
suku bunga yang melebihi kemampuan membayar nasabah, dan masih tingginya
ketersediaan loanable fund, permasalahan NPL bank, dan keengganan bank untuk
Pada masa resesi, penurunan kredit merupakan hal normal yang terjadi
menunjukkan pola yang agak berbeda dengan kondisi normal. Dengan demikian,
penjelasan mengenai sisi permintaan kredit dalam hal ini diharapkan dapat
negeri maupun dari luar negeri. Krisis keuangan yang terjadi pada tahun
Disamping itu, kenaikan suku bunga yang begitu tinggi ketika krisis telah
secara umum meskipun terdapat peluang untuk investasi maka nasabah yang
perbankan, tingginya risiko berusaha merupakan salah satu faktor utama yang
juga akan berkurang. Selain itu, dalam kondisi resesi perusahaan biasanya
Salah satu dampak krisis adalah terjadinya penurunan modal perbankan yang
cukup tajam akibat besarnya kerugian dan turunnya kualitas aset. Sebagai
kondisi capital constrained seperti itu, adalah sangat wajar jika bank-bank
Meski tingkat permodalan bank secara agregat telah positif sejalan dengan
59
merupakan salah satu faktor internal yang membatasi ruang gerak perbankan
menyalurkan kredit.
Selain kecukupan modal, tingginya NPL, merupakan salah satu faktor yang
Salah satu indikator yang mencerminkan masih tingginya risiko dunia usaha
suku bunga kredit dengan suku bunga dana. Menurut Bernanke dan Lown
(1991) salah satu penyebab lebarnya spread suku bunga pasca krisis adalah
besarnya komponen marjin risiko yang ditetapkan bank dalam suku bunga
yang likuid, bank cenderung untuk hanya berhubungan dengan debitur lama
yang telah dikenal dan terjadi perubahan organisasi kredit pada bank yang
dikemukakan sebelumnya
Kegiatan usaha yang paling utama dari suatu bank tidak terkecuali BPR
dana berasal dari berbagai sumber antara lain dari bank itu sendiri, dari deposan
atau nasabah, pinjaman dari bank lain maupun dari Bank Indonesia. Sedangkan
penyaluran kredit, kegiatan investasi dan dalam bentuk aktiva tetap serta
nasabah ini sering disebut dengan DPK. DPK yang berhasil dihimpun sebagian
Hubungan antara DPK dan kredit ditunjukan oleh LDR. LDR merupakan
dengan jumlah dana masyarakat, modal sendiri serta dana yang diteriama oleh
pihak perbankan dari berbagai sumber yang digunakan. LDR dapat menjadi
61
kelancaran usaha suatu bank (Kasmir, 2007). Semakin tinggi (sesuai dengan batas
aman) kredit yang disalurkan dengan menggunakan dana yang diterima serta
perbankan berjalan dengan baik dan usaha perbankan dapat dikatakan lancar.
modal yang dimiliki oleh suatu bank, menunjukan peran intermediasi tidak
berjalan dengan baik karena dana yang diterima oleh pihak perbankan tidak
Tingkat LDR suatu bank haruslah tetap dijaga agar tidak terlalu rendah.
Untuk itu Bank Indonesia selaku otoritas moneter menetapkan syarat LDR berada
Indonesia (PBI) No. 17/11/PBI/2015 tanggal 25 Juni 2015. Sanksi dari Bank
Indonesia yang LDRnya diluar kisaran tersebut adalah dikenakan denda sebesar
0,1 persen dari jumlah simpanan nasabah di bank bersangkutan untuk setiap 1
persen kekurangan LDR yang dialami bank. Sementara untuk Bank Umum yang
memiliki tingkat LDR diatas 100 persen akan diminta untuk menambah giro wajib
minimum primer sebesar 0,2 persen dari jumlah simpanan nasabah di bank
bersangkutan untuk setiap 1 persen nilai kelebihan LDR yang dialami, dimana
penambahan tersebut tidak diberikan bunga kecuali bank yang memiliki CAR
diatas 14 persen tidak terkena penalty walaupun LDRnya diatas 100 persen.
62
kredit yang disalurkan oleh bank dengan dana yang diterima oleh bank. Kasmir
(2014) juga mendefinisikan LDR adalah rasio untuk mengukur komposisi jumlah
kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana dari masyarakat dan
komponen surat berharga yang diterbitkan bank dalam perhitungan LDR. Menurut
Zinsari (2011) LDR dihitung dengan membagi total jumlah kredit yang diberikan
dengan dana yang berhasil dihimpun dikalikan 100 persen. Dana yang berhasil
dihimpun yang dimaksud terdiri dari tabungan deposito dari masyarakat, pinjaman
dari Bank Indonesia, pinjaman atau deposito dari bank lain lebih dari 3 bulan,
pinjaman dari non bank lebih dari 3 bulan, modal inti dan modal pinjaman.
Menurut Sudirman (2013) LDR dihitung dengan cara membagi total kredit
dengan dana yang diterima oleh bank. Berdasarkan pengertian tersebut LDR
Menurut Susilo (2000), jika bank mempunyai LDR yang sangat tinggi,
maka bank akan mempunyai risiko tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi pada
titik tertentu bank akan mengalami kerugian. Menurut Sartono (2001), LDR yang
atau menjadi tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan
bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan.
masih berkisar antara 72,88 persen sampai dengan 83,58 persen (Statistik
Perbankan Indonesia, 2017). Angka LDR tersebut masih berada dibawah harapan
oleh pihak perbankan. Dana yang diterima oleh pihak perbankan tersebut
bersumber dari modal sendiri, pinjaman dari bank lain, serta DPK yang berhasil
dihimpun oleh pihak bank. Sumber dana terbesar yang digunakan oleh pihak
perbankan untuk pembiayaan kredit adalah DPK yang berhasil dihimpun dari
masyarakat yang berupa tabungan dan deposito (untuk BPR). Dalam penelitian ini
yang diteliti dari LDR bukan nilai secara kuantitatif yang perhitungannya seperti
pada Persamaan 2.7, melainkan prilaku dan persepsi manajemen bank yang
faktor penentu pembentuk nilai LDR pada lemabaga perbankan (Kasmir, 2014).
Kredit berasal dari kata Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan,
sedangkan dalam bahasa Latin yaitu creditum yang berarti kepercayaan akan
bahwa, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau
tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian harga. Penawaran kredit perbankan sama
dengan teori penawaran uang dimana besar kecilnya sangat tergantung pada suku
bunga.
(1). Kepercayaan
diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar
datang.
(2). Waktu
prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan
65
datang. Jangka waktu kredit dapat kita bagi atas tiga kategori yaitu
jangka pendek < 1 tahun, jangka menengah 1-3 tahun, jangka panjang
> 3 tahun
Degree of risk yakni suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai
karena uang atau barang atau jasa telah lepas kepada orang lain. Semakin
dengan adanya risiko ini maka timbulah jaminan dalam pemberian kredit.
kepada debitur (nasabah), tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga
perbankan sehingga bunga kredit menjadi salah satu dari strategi bank
bank harus merasa yakin kredit yang diberikan benar-benar akan kembali.
tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan sebagai cara
a). Character
b). Capacity
c). Capital
d) Collateral
e). Conditions
Adalah apa yang biasa disebut suasana dunia usaha atau ‘business
karakternya.
e). Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan
mendapatkan perlindungan.
Dalam praktiknya kredit yang diberikan Bank Umum dan BPR untuk
masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Menurut Kasmir (2004) secara umum
ini tidak ada pertambahan barang atau jasa yang dihasilkan, karena
usaha.
tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk
tanaman padi.
70
Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai tiga tahun
peternakan sapi.
mahasiswa.
antara kredit konsumen, kredit produsen, kredit antar bank, dan terutama di
artian yang luas mencakup juga kredit perdagangan, kredit ekspor, kredit
saling menolong untuk tujuan pencapaian kebutuhan baik dalam bidang usaha
tahapan yang lebih baik, maksudnya baik bagi pihak debitur maupun kreditur
makro. Firdaus dan Ariyanti (2009), menyatakan bahwa fungsi kredit secara
bentuk jasa yang diberikan oleh bank kepada masyarakat dalam menaikkan
dua fungsi kredit yaitu profitability dan sefty. profitability yaitu tujuan untuk
merupakan keaman yang terjamin dari fasilatas yang diberikan untuk menjaga
maupun bagi hasil yang diperoleh sedangkan bagi debitur tujuan penerimaan
kredit untuk membuat dan meningkatkan usaha yang akan dilakukan maupun
yang sedang dilakukan dan bagi pemerintah kredit bank digunakan sebagai
perluasan ekonomi.
(1). Aspek yuridis yaitu mengenai masalah legalitas badan usaha serta izin-
(4). Aspek teknis atau oprasional membahas masalah produksi, lokasi dan lay
out.
(6). Aspek sosial ekonomi untuk menganalisis dampak yang timbul akibat
secara umum.
(7). Aspek amdal merupakan analisis terhadap lingkungan baik darat, air, dan
NPL, risiko tersebut akan mempengaruhi tinggi rendahnya kredit yang akan
penggunaan kredit, NPL dapat dibedakan menjadi NPL kredit investasi, NPL
kredit modal kerja dan NPL kredit konsumsi. Berdasarkan surat edaran Bank
Total NPL
Rasio NPL = × 100%...............................(2.4)
Total Kredit
berikut.
(1). Kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga, tidak
(2). Kredit yang bermasalah adalah kredit yang termasuk dalam kualitas
kredit sebesar 1000, sehingga rasio NPL bank tersebut adalah 5 persen (50 /
1000 = 0.05).
berikut,
(1). NPL Gross, yaitu perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan
(2). NPL Net, yaitu perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan
turunnya NPL suatu bank (Ening, 2011), diantaranya adalah sebagai berikut:
Kemampuan debitur dari sisi financial untuk melunasi pokok dan bunga
pinjaman tidak akan ada artinya tanpa kemauan dan itikad baik dari
adalah inflasi.
tentang perbankan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Untuk
Menurut Kasmir (2014), DPK adalah dana yang berasal dari masyarakat luas yang
merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional suatu bank dan
sumber dana ini. Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 sumber dana yang
1). Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
2). Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dilakukan pada waktu
dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
78
untuk menjadi nasabah dan menyimpan dananya pada bank tersebut. Selain faktor
akan semakin meningkat. Faktor suku bunga simpanan juga merupakan faktor
yang mempengaruhi tinggi rendahnya dana yang mampu dihimpun oleh lembaga
perbankan. Suku bunga simpanan yang baik dan mampu bersaing dengan lembaga
kredit kepada masyarakat guna mencapai tujuan baik tujuan material (pendapatan
(Pearce dan Robinson, 2011). Efektivitas strategi pemberian kredit erat kaitannya
kegagalan penerapan strategi pemberian kredit, ini akan tercermin dalam tingkat
pemasaran kredit dapat mencapai tujuan yang diharapkan, hal-hal yang harus
sistematik yang relevan dengan situasi atau masalah pemasaran kredit yang
dihadapi bank.
Apabila dari riset pemasaran telah diperoleh kesimpulan bahwa pasar yang
langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan dari pemasaran bank. Hal ini
Dalam penyusunan rencana pemasaran kredit dibuat rencana antara lain pasar
yang akan dilayani sesuai dengan sumber daya yang dimiliki bank. Rencana
kredit, sehingga pemberian kredit menjadi lebih terarah dan proses pelayanan
dikembangkan dalam penelitian ini karena merupakan dasar tindakan teknis yang
mengarah pada kegiatan atau usaha dalam hal perkreditan, yang dilakukan oleh
perbankan dalam kondisi persaingan yang semakin ketat. Tindakan teknis tersebut
meliputi tahapan-tahapan yang dilalui oleh pihak BPR sebelum dan sesudah kredit
eksternal bank sebagai dasar pijakan dan refrensi agar strategi yang diterapkan
dapat berjalan dengan efektif. Strategi pemberian kredit dapat dikatakan efektif
dan efisien apabila kredit tersebut dapat kembali sesuai waktu yang telah
kredit pun menentukan keefektifan dan keefisienan pemberian kredit, jika kredit
yang diberikan betul-betul tepat sasaran tepat guna dan tepat waktu, maka
81
efektivitas dan efisiensi strategi pemberian kredit akan tercapai, dengan kata lain
NPL yang dicapai akan rendah yaitu dibawah standar maksimal, yaitu 5 persen
(Kasmir,2003).
pemberian kredit. Hal ini dikuatkan oleh penelitian Dewi (2009) dan Anggraini
(2013), bahwa strategi pemberian kredit secara teknis meliputi tingkat suku
bunga, prosedur, cara pemasaran kredit dan pengawasan kredit yang dipengaruhi
oleh kondisi internal bank seperti proses pencairan kredit, proses penagihan
Pada penelitan ini strategi pemberian kredit dibentuk oleh indikator antara lain
adalah tingkat SBK, prosedur kredit, pemasaran kredit dan pengawasan kredit.
Semua indikator tersebut dapat merefleksikan strategi dalam hal pemberian kredit
secara teknis sebelum dan sesudah kredit tersebut disalurkan, untuk lebih jelasnya
Suku bunga merupakan harga dari penggunaan uang atau bisa juga
dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu dan
atau pasar uang. Bunga kredit merupakan sejumlah ganti rugi atau balas jasa atas
penggunaan uang oleh nasabah. Bagi peminjam, bunga kredit dipandang sebagai
suatu biaya atau ongkos yang dikeluarkan oleh peminjam. Sedangkan bagi bank,
(Gilarso, 2003).
1). Kredit bunga kerja, yaitu kredit jangka pendek yang diberikan bank untuk
2). Kredit investasi, yaitu jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian
penambahan modal, sehingga kredit ini bersifat produktif, dimana usaha yang
Pinjaman kredit bagi kegiatan produksi dapat menjadi modal kerja yang
terlepas dari adanya tingkat bunga kredit yang merupakan aspek biaya yang perlu
menyebabkan modal kerja menjadi lebih sedikit karena adanya tambahan biaya
pengembalian utang. Hal ini menyebabkan sedikitnya minat pelaku usaha untuk
berdampak pada pendapatan bank yang akan menurun sehingga tingkat suku
Tingkat SBK merupakan salah satu nilai jual bagi lembaga perbankan,
indikator dalam strategi kredit karena bagi masyarakat berguna untuk bahan
SBK tinggi dan tidak mampu dijangkau oleh masyarakat maka strategi pemberian
kredit akan tidak efektif dan berimbas pada permintaan kredit bank yang menurun
dan sebaliknya, ketika SBK rendah maka strategi pemberian kredit akan efektif
tiap bank berbeda-beda namun tetap dalam batas suku bunga acuan yang
(Budiawan, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Irma Anindita (2011),
faktor internal bank salah satunya adalah SBK berpengaruh signifikan terhadap
penyaluran kredit UMKM pada Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) periode
bank satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. Perbedaan yang terjadi dan
menjadi nilai jual masing-masing BPR dalam hal ini yaitu pada pendekatan
dalam menilai kelayakan suatu usaha. Prosedur pemberian kredit secara umum
hukum, kemudian dapat juga ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif
atau produktif. Menurut Salim (2004), secara umum prosedur pemberian kredit
(1). Latar belakang perusahaan atau riwayat hidup singkat seseorang, jenis
perkembangan perusahaan.
(2). Maksud dan tujuan, apakah untuk memperbesar omset penjualan atau
(3). Besarnya kredit dan jangka waktu, dalam hal ini pemohon menentukan
besarnya jumlah kredit yang ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya.
(5). Jaminan kredit, hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala risiko
sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum
85
dalam batas waktu tertentu. Apabila dalam batas waktu tersebut nasabah tidak
3). Wawancara I
yang dijadikan usaha atau jaminan, kemudian hasil on the spot disesuaikan
5). Wawancara II
on the spot. Catatan kesesuaian pada saat wawancara I dan saat on the spot
jumlah uang yang diterima, jangka waktu kredit, biaya-biaya yang harus
dibayar.
Penyaluran atau penarikan dana adalah pencairan atau pengambilan uang dari
rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai
BPR pada umumnya lebih mudah, fleksibel tidak berbelit-belit dan lebih
menjadi dasar utama dalam menyalurkan kredit. Atas dasar pertimbangan itu
maka pendekatan yang digunakan BPR dalam hal prosedur kredit menjadi
mengedepankan nilai humanis dan personal dapat membangun loyalitas dan akan
menjadi nilai tambah tersendiri bagi BPR dalam hal memasarkan produk-
keuangan lainnya dalam merebut pasar. Hal tersebut didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Puspita (2014) yang menyatakan bahwa prosedur kredit BPR
dimana induvidu atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan apa
mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Menurut
menciptakan nilai untuk konsumen dan untuk menangkap nilai dari konsumen
atau mendapat timbal balik dari konsumen. Sedangkan menurut Stanton (2000),
pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk
dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun
pembeli potensial
dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial.
menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditi. Dalam dunia
perbankan produk yang dipasarkan tidak berupa benda melainkan berupa jasa
salah satunya jasa pinjaman yang diberikan kepada nasabah berupa kredit.
Menurut Kotler (2005), jasa adalah setiap tindakan kegiatan yang dapat
ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dalam hal ini pihak kreditur
88
menawarkan jasa pinjaman berupa kredit kepada debitur yang mana pinjaman
dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana kepada masyarakat yang
memerlukan dana baik untuk modal usaha, investasi ataupun konsumsi. Semakin
profitabilitas dari bank tersebut. Pemasaran kredit merupakan salah satu bagian
dari strategi pemberian kredit, target jumlah kredit yang harus dipasarkan bank
yang dilakukan oleh petugas kredit merupakan ukuran tercapainya strategi dalam
dana kepada masyarakat. Menurut Assauri (2010), pemasaran kredit adalah bagian
dari strategi pembereian kredit yang merupakan serangkaian tujuan dan sasaran
kredit merupakan cara yang dilakukan untuk memasuki persaingan dalam dunia
perbankan. Menurut Tjiptono (2005), terdapat tiga elemen pokok dalam hal
pemasaran kredit,
89
bekerjasama dengan lembaga keuangan lain. Oleh sebab itu, manajemen bank
saja yang menjadi pessaing, strategi, kelemahan, dan kompetensi diri serta
relasi pesaing.
transaksi, namun justru lebih fokus pada aspek relasi. Untuk itu dibutuhkan
strategi, kinerja, kompetensi diri, dan sumber daya, agar nasabah menjadi
usaha perbankan, mengingat bahwa kredit merupakan aset yang berisiko risk asset
bagi bank karena asset tersebut dikuasai oleh pihak luar yaitu nasabah (debitur).
kredit yang diberikan secara keseluruhan maupun secara individual kepada debitur
apakah dalam pelaksanaan pemberian kredit sesuai dengan rencana yang disusun
atau tidak.
Secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dari pengawasan kredit
adalah sejalan dengan batasan pengertian pengawasan tersebut diatas atau secara
sebelumnya.
Jika dilihat satu persatu, masing-masing tujuan itu sebetulnya mempunyai kaitan
yang sangat erat misalnya administrasi kredit yang dilaksanakan secara teliti dan
perlu dibina agar usahanya maju dan berkembang sehingga akan memenuhi
kewajibannya. Hal ini berarti memperlancar jalan pencapaian reabilitas bank dan
maupun pejabat yang terjun secara langsung kepada nasabah untuk melihat
dilakukan seperti laporan keadaan keuangan (dari neraca dan laporan laba
(1). Dengan meningkatkan analisa kredit selain itu juga pengawasan pasif
bunga.
permasalahan tersebut.
tersebut meliputi,
2). Keharusan bagi nasabah kredit untuk menyampaikan laporan secara berkala
atas jenis-jenis laporan yang telah disepakati dan dituangkan dalam perjanjian
kredit seperti, laporan produksi dan laporan penjualan, laporan utang dan
3). Keharusan bagi petugas kredit (account officer) untuk melakukan kunjungan
4). Adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur,
5). Adanya suatu sistem peringatan (warning system) pada admistrasi bank atau
kredit yang berkaitan dengan kepatuhan kepada ketentuan yang telah dibuat
kepada bank,
(2). Besarnya nilai agunan yang masih ada dibandingkan dengan nilai sisa
kredit adalah usaha pihak perbankan dalam rangka menyalurkan kreditnya melalui
upaya-upaya yang meliputi penetapan SBK yang mampu bersaing dan tidak
namun tidak melanggar aturan-aturan, pemasaran kredit yang gencar dan mampu
bimbingan terhadap nasabah agar kredit yang diterima dapat dikembalikan dengan
lancar tepat waktu dan sesuai perjanjian. Apabila hal tersebut dapat dipenuhi oleh
lembaga perbankan, maka strategi pemberian kredit akan dapat berjalan efektif
dan berpengaruh pada peningkatan jumlah kredit yang disalurkan yang akhirnya
95
indikator berjalan dengan baik atau tidaknya usaha yang dilakukan oleh pihak
bank. Bank bersedia memberikan prestasi berupa kredit apabila pihak manajemen
disetujui bersama. Tanpa keyakinan itu maka lembaga kredit tidak akan
bunga acuan, persepsi bank terhadap kondisi pasar, persepsi bank terhadap
prospek usaha debitur, persepsi bank terhadap persaingan usaha antar lembaga
keuangan dan faktor internal seperti karakteristik bank itu sendiri yang meliputi
ukuran-ukuran dalam kesehatan bank. Permodalan bank yang cukup atau banyak
sebuah bank (Siamat, 2005). Berdasarkan PBI No 15/ 12 /PBI/2013, setiap bank
seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko, dibiayai dari
modal sendiri. Kecukupan modal yang tinggi dan memadai akan meningkatkan
sumber pembiayaan kredit sehingga target kredit yang disalurkan juga akan
meningkat. Terpenuhinya target kredit yang harus disalurkan oleh pihak bank
merupakan cerminan bahwa strategi pemberian kredit sudah berjalan efektif dan
maksimal.
96
merupakan salah satu unsur faktor internal bank yang juga dapat digunakan untuk
merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, bank dan pengelola bank,
masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia dan OJK selaku pembina
dan pengawas bank. Semua dengan tanggung jawab masing-masing pihak tersebut
perbankan yang sehat. Perbankan yang sehat akan mampu menjalankan perannya
pinjaman berupa kredit kepada pelaku usaha serta masyarakat umum sehingga
Sumber dana yang digunakan untuk pemberian kredit berasal dari modal
bank, pinjaman dari lembaga keuangan lainnya serta DPK yang berhasil dihimpun
dari masyarakat. Jumlah kredit yang diberikan dan jumlah dana yang digunakan
ini dapat dilihat dari salah satu rasio likuiditas yaitu rasio untuk mengukur
masyarakat dan modal sendiri yang digunakan rasio ini dikenal dengan sebutan
LDR. Selain itu LDR juga dapat digunakan sebagai ukuran dalam menilai peran
perbankan dalam melakuakan usahanya apakah sudah berjalan baik atau tidak.
LDR yang baik berada pada kisaran antara 78 sampai dengan 92 persen (Bank
pertumbuhan kredit yang disebabkan oleh faktor strategi pemberian kredit yang
dapat mempengaruhi LDR, maka semakin baik dan efektif strategi pemberian
kredit akan berdampak pada semakin baiknya kondisi LDR sebagai indikator
perbankan dalam melakukan usaha, dan begitu juga sebaliknya. Hal ini dapat pula
menunjukan bahwa strategi pemberian kredit yang efektif akan berimbas pada
peningkatan jumlah kredit yang disalurkan sehingga LDR juga akan meningkat
dan diikuti oleh peningkatan laba yang diperoleh bank melalui pendapatan bunga
yang tinggi (Kasmir, 2008). Menurut Hujaemah (2011) dalam penelitiannya yang
terhadap LDR. Semakin baik strategi pemberian kredit semakin baik pula rasio
Kondisi LDR yang baik dapat mencerminkan peran usaha perbankan berjalan
dengan efektif dan selain itu juga dapat mencerminkan bahwa bank tersebut dalam
keadaan sehat.
98
Faktor internal bank merupakan faktor yang terjadi di dalam suatu bank
mencerminkan kondisi internal perbankan dalam hal ini BPR. Pada Tahun 2004
Indonesia Tahun 2004 No. 38, tambahan Lembaran Negara No. 4382). Perubahan
kompleksitas usaha bank dan profil risiko yang dimilki bank. Semakin
meningkatnya kompleksitas usaha bank dan profil risiko yang dimiliki serta
yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian
unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-
faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri
perbankan dan perekonomian nasional (Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No.
99
April 2004 mengenai sistem penilaian tingkat kesehatan bank (Lembaran Negara
No. 4382), pada dasarnya penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian
terhadap hasil usaha bank dalam waktu tertentu dan tingkat kesehatan bank akan
SEBI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tujuan penilaian dari masing-masing
kerugian.
Penilaian tehadap faktor ini dilakukan karena kualitas asset merupakan salah
Pengelolaan asset yang baik meliputi tata cara pemberian kredit yang dapat
Laba memungkinkan bank tumbuh degan signifikan, selain besaran laba yang
dihasilkan, kualitas dan sumber laba juga menjadi objek penilaian. Laba yang
dihasilkan secara stabil dan tumbuh secara konsisten memberi nilai tambah.
kebanyakan bersifat secara tidak liquid dengan sumber dana dan jangka
waktu yang lebih pendek. Oleh sebab itu likuiditas digunakan untuk
untuk melihat bagaimana pergerakan faktor pasar dalam hal ini suku bunga
dan nilai tukar yang akan memperngaruhi perolehan nilai modal ekonomis,
dimana penilaian ini bukan hanya sekedar berdasarkan data yang lalu tapi
perbankan yang dapat mencerminkan faktor internal suatu bank yang selanjutnya
101
dalam penelitian ini rasio-rasio tersebut digunakan sebagai indikator dari variabel
antara lain adalah permodalan diukur dengan rasio CAR, aktiva yang diukur
melalui KAP, rentabilitas yang diukur dengan ROA, likuiditas yang diukur
dengan CR. untuk lebih jelasnya masing-masing indikator tersebut akan diuraikan
CAR atau sering disebut rasio permodalan merupakan modal dasar yang
modal bank (Sufa, 2008). Rasio CAR digunakan untuk mengukur kemampuan
CAR yang diukur dari persentase tertentu terhadap ATMR. Sejalan dengan
(SEBI No. 6/23/DPNP 2004). Menurut Siamat (2003) fungsi modal bank yaitu,
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank
yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank
lain) ikut dibiayai dari modal bank, disamping memperoleh dana dari sumber-
sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain
(Dendawijaya,2009). Dengan kata lain, CAR adalah rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
Modal Bank
CAR = × 100%.........(2.7)
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Tabel 2.1
Kesehatan Bank dari Sisi Capital Adequacy Ratio (CAR)
funds dari bank terbesar diberikan dalam bentuk fasilitas kredit. Akan tetapi,
sebagian dana itu disisihkan dalam bentuk penanaman lain, yaitu surat-surat
berharga, penempatan dana pada bank lain dan penyertaan modal bank pada
lembaga keuangan yang bukan bank atau perusahaan lain. Aktiva yang produktif
atau productive assets sering juga disebut dengan earning assets atau aktiva yang
penanaman dana bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan
juga mengatur tentang cash reserve (aset likuiditas) dan fixed assets (aktiva tetap
dan inventaris). Ada empat macam aktiva produktif atau aktiva yang
penempatan dana pada bank lain dan penyertaan. Keempat jenis aktiva tersebut
memperhatikan bahwa sumber dana terbesar untuk penempatan aktiva itu adalah
berasal dari DPK dan pinjaman, maka risiko yang mungkin timbul atas
penempatan alokasi dan hal tersebut harus diikuti dan diamati terus melalui
pada penyaluran kredit dan penempatan di bank lain, BPR tidak diperbolehkan
104
menanamkan dana yang dimiliki untuk surat berharga dan penyertaan dikarenakan
skalanya yang dianggap kecil. Usaha penanaman dana dalam bentuk penyaluran
kredit kepada masyarakat merupakan usaha yang paling berisiko, dimana tidak
terbayarnya kredit yang telah diberikan. Sementara itu penanaman dalam bentuk
kredit merupakan bagian terbesar dari aktiva operasional dan aktiva secara
keseluruhan. Karena itu pengamatan dan analisis tentang bagaimana KAP, harus
Rasio yang digunakan untuk mengukur KAP adalah rasio aktiva yang
Tabel 2.2
Kesehatan Bank dari Sisi Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
pemberian kredit adalah faktor internal bank yang dilihat dari sisi kesehatannya
yang salah satu indikatornya adalah KAP. Kosmidou (2008) berpendapat bahwa
keadaan internal lembaga perbankan dapat dinilai dari tingkat kesehatannya yang
salah satu indikatornya adalah KAP. Semakin baik tingkat kesehatan suatu bank
105
tinggi ROA, semakin besar pula tingkat laba atau keuntungan yang dicapai dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Keuntungan
pemberian kredit akan dapat berjalan optimal dan efektif. Laba merupakan tujuan
utama yang ingin dicapai dalam sebuah usaha, termasuk juga bagi usaha
(Simorangkir, 2004).
terkait, bunga merupakan unsur atau komponen pendapatan yang paling besar.
Hasil yang diperoleh yaitu 75 persen dari bunga, sedangkan yang 25 persen
berasal dari pendapatan jasa lainnya (Simorangkir, 2004). Besar kecilnya laba
106
yang dihasilkan bank sangat dipengaruhi oleh kinerja bank dalam mengelola dana
Tabel 2.3
Kesehatan Bank dari Sisi Return On Asset (ROA)
nilai profitabilitas dengan ukuran aset, yang mana sebagian besar dananya berasal
dari masyarakat dan nantinya oleh bank juga harus disalurkan kembali kepada
masyarakat. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, maka standar ROA yang baik
bank, dengan kewajiban yang segera dibayar (hutang lancar). Alat-alat likuid
yang dikuasai bank adalah bagian dari kekayaan bank (aktiva) yang berbentuk
107
uang tunai (cash). Komponen alat likuid untuk semua jenis bank adalah sama,
yaitu saldo kas dan saldo rekening pada Bank Indonesia. Untuk memperhitungkan
CR, hanya dua pos saja yang dianggap sebagai alat likuid (Ridwan, 2004). Alat
likuid yang dimaksud diantaranya adalah kas (segala uang tunai baik kertas
maupun logam yang ada bank yang bersangkutan), penempatan dana pada bank
lain, selisih tabungan antar bank (selisih penempatan bank bersangkutan pada
bank lain setelah dikurangi dengan penempatan bank lain pada bank
(kewajiban bank kepada pihak ketiga yang sifatnya harus segera dibayar, misalnya
utang bunga, utang pajak, kewajiban kepada pemerintah dan lain sebagainya),
dilakukan sewaktu-waktu, tidak terikat jangka waktu dan dapat dilakukan setiap
saat), deposito (penempatan dana pada bank bersangkutan oleh masyarakat atau
pihak lain yang hanya dapat ditarik setelah melewati waktu jatuh temponya yang
penarikannya tidak bisa dilakukan setiap saat tetapi berdasar pada jangka waktu).
dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang
disimpan di bank. CR adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva
lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Menurut Sudana
(2011) CR adalah kemampuan kas dan surat berharga yang dimiliki perusahaan
untuk menutup utang lancar. Rasio ini paling akurat dalam mengukur kemampuan
rasio kas atau CR menurut Syamsuddin (2007) yaitu perbandingan antara kas
dengan total utang lancar atau dapat juga dihitung dengan mengikut sertakan
surat-surat berharga. Aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas adalah efek
Alat Likuid
CR = Pasiva Lancar × 100%...............................(2.10)
Tabel 2.4
Kesehatan Bank dari Sisi Cash Ratio (CR)
penelitian ini adalah kondisi permodalan yang dicerminkan dari CAR. CAR
kebutuhannya, dan merupakan dasar untuk menilai prospek kelanjutan usaha bank
Siamat (2003) fungsi utama modal bank adalah untuk memenuhi kebutuhan
109
misalnya kredit yang diberikan. Dengan kata lain, CAR merupakan tingkat
kecukupan modal yang dimiliki bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh
kegiatan operasional bank. Tingkat kecukupan modal suatu bank sangat penting
dalam menyalurkan kredit pada masyarakat. Bila tingkat kecukupan modal bank
baik, maka jumlah kredit yang akan mampu disalurkan akan tinggi, dan pihak
bank memiliki dana cadangan jika sewaktu-waktu terjadi masalah kredit macet.
maka jumlah kredit yang disalurkan juga akan meningkat melalui strategi
pemberian kredit yang efektif. Penelitian yang dilakukan oleh Haryati (2009)
memiliki pengaruh yang positif terhadap peran intermediasi yang diukur dengan
pemberian kredit. Pada penelitian Pauzi (2011), CAR yang merupakan bagian dari
faktor internal bank yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap strategi
pemberian kredit. Semakin tinggi rasio CAR yang merupakan faktor internal bank
maka semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi penyusutan nilai harta
bank yang timbul karena adanya harta bermasalah (Riyadi, 2006). Dengan
demikian dapat diduga bahwa CAR yang merupakan indikator dari variabel faktor
kredit sebagai pemediasi secara langsung maupun tidak langsung pada BPR di
Kabupaten Badung.
variabel faktor internal adalah KAP. KAP merupakan rasio antara aktiva produktif
yang diklasifikasikan terhadap total aktiva produktif. KAP merupakan salah satu
merupakan rasio untuk mengetahui risiko gagal bayar dari aktiva produktif yang
produktif yang dimiliki bank banyak mengandung risiko sehingga dana cadangan
yang harus dipersiapkan juga meningkat. Hal tersebut disebabkan karena bank
kurang berhati-hati dalam menyalurkan dananya. Porsi dana cadangan yang tinggi
kerugian yang lebih besar dari kerugian yang ditimbulkan aktiva produktif yang
tidak tertagih. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kebijakan bank dalam
pemberian kredit, dikarenakan strategi pemberian kredit akan lebih efektif apabila
KAP dalam kondisi sehat (Usman, 2011). Jadi mengacu dari hasil penelitian yang
terdahulu diduga terjadi hubungan antara KAP yang merupakan bagian dari faktor
internal dengan LDR yang salah satu indikatornya adalah penyaluran kredit,
111
Variabel indikator ketiga dari kondisi faktor internal bank dalam penelitian
ini adalah ROA. ROA adalah indikator yang akan menunjukkan bahwa apabila
rasio ini meningkat maka aktiva bank telah digunakan dengan optimal untuk
hubungan yang positif melalui strategi pemberian kredit yang baik. ROA
suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut.
Dengan laba yang besar maka bank dapat menyalurkan kredit lebih banyak,
Laba merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam sebuah usaha,
termasuk juga bagi usaha perbankan. Alasan dari pencapaian laba perbankan
saham, penilaian atas kinerja pimpinan, dan meningkatkan daya tarik investor
dana dengan lebih luas (Simorangkir, 2004). Semakin tinggi ROA suatu bank
112
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut, dengan laba
yang besar maka suatu bank akan mudah dalam hal pemberian kredit dikarenakan
penelitian yang dilakukan Arisandi (2008) dan Prayudi (2011), yang menyatakan
bahwa faktor internal bank yang salah satu pembentuknya adalah ROA
Fransisca dan Siregar (2008) menyatakan bahwa ROA yang merupakan bagian
dari kondisi kesehatan bank memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
berpengaruh terhadap laba melalui loanable fund, jika CR ditentukan pada posisi
terlalu tinggi agar likuiditas aman, maka loanable fund kecil sehingga berakibat
keuntungan bank dari pendapatan bunga juga menurun. Sebaliknya jika posisi CR
turun namun tidak dalam posisi terlalu rendah, maka loanable fund meningkat
yang jika direalisasikan akan menambah jumlah kredit. Kondisi CR yang sehat
akan berdampak pada strategi pemberian kredit yang lebih efektif dan akan
menentukan strategi dalam hal pemberian kredit yang berdampak pada kondisi
LDR.
113
internal bank yaitu CAR, KAP, ROA dan CR diduga berpengaruh positif secara
langsung maupun tidak langsung terhadap LDR melalui strategi pemberian kredit.
terhadap kondisi LDR yang lebih baik, melalui strategi pemberian kredit yang
positif terhadap kinerja perusahaan. Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh
kredit yang merupakan implementasi dari strategi dalam hal penyaluran kredit,
dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan yang dapat di ukur melalui rasio-rasio
permintaan kredit apabila terjadi kenaikan harga barang (inflasi). Ketika terjadi
inflasi, nasabah akan lebih memilih membelanjakan dana yang dimiliki untuk
membeli kebutuhan konsumsi dari pada harus melakukan pinjaman kredit. Pihak
terhadap usaha yang dilakukan baik dalam hal penghimpunan maupun penyaluran
dana kepada masyarakat. Oleh karena itu variabel perekonomian masyarakat yang
tercermin dari pendapatan nasabah dan inflasi, merupakan variabel indikator yang
yang berdampak pada kurang maksimalnya strategi pemberian kredit yang diikuti
oleh menurunnya jumlah kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan. Persaingan
tersebut tidak hanya dari lembaga perbankan melainkan dari lembaga pembiayaan
dengan kondisi geografis daerah operasional, akan menjadi nilai tambah. Pihak
manajemen bank akan lebih mudah untuk menarik hati dan kepercayaan nasabah,
sehingga strategi pemberian kredit menjadi efektif yang akan diikuti oleh
eksternal bank dapat diukur melalui indikator yaitu inflasi, pendapatan nasabah,
115
persaingan usaha dan lokasi. Kondisi faktor eksternal bank yang baik berdampak
pada strategi pemberian kredit yang efektif dan diikuti oleh peningkatan
pertumbuhan jumlah kredit yang dapat dilihat dari LDR, secara langsung maupun
likuiditas yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga
akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Inflasi adalah indikator untuk
melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
konsep inflasi, kenaikan harga yang terjadi adalah kenaikan harga umum barang
secara terus-menerus selama suatu periode waktu tertentu. Kenaikan yang terjadi
hanya sekali saja, meskipun dengan persentase yang cukup besar, bukan
merupakan inflasi. Sebagai contoh misalnya harga barang ekspor seperti beras,
kopi, teh naik maka indeks biaya hidup juga akan mengalami kenaikan sebab
barang-barang ini langsung masuk dalam daftar barang yang tercakup dalam
Seorang investor akan merasa lebih terjamin untuk berinvestasi, pada saat
inflasi di suatu negara cenderung stabil dan terkendali (Nopirin, 2010). Jenis-
kuat, yang menyebabkan kenaikan harga pada tingkat produksi yang telah
AD1 ke AD2 Akibat dari pergeseran kurva AD tersebut, tingkat harga naik
dari P1 menjadi P2
Harga
AS
P²
P¹ AD²
AD¹
0 Q¹ Q² Output
kenaikan harga bahan baku untuk produksi, maka kurva penawaran akan
117
Harga
AS²
P² AS¹
P¹
AD
0 Q² Q¹ Output
Kenaikan harga terjadi secara lambat, dengan persentase yang kecil dan
dalam jangka waktu yang relatif lama (di bawah 10 persen per tahun).
Kenaikan harga yang cukup besar dan kadang - kadang berjalan dalam waktu
Kenaikan harga yang besar bisa sampai 5 atau 6 kali, dimana dalam kondisi
merosot dengan tajam sehingga ingin ditukar dengan barang. Perputaran uang
Inflasi yang berasal dari dalam negeri yang timbul antara lain karena defisit
anggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang baru, atau bisa juga
Inflasi yang berasal dari luar negeri yang timbul karena kenaikan harga- harga
luar negeri ke dalam negeri ini jelas lebih mudah terjadi pada negara-negara
Teori kuantitas ini menyatakan bahwa proses inflasi itu terjadi karena 2
hal, yaitu jumlah uang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai
pertama, laju inflasi terjadi jika ada penambahan volume uang beredar.
Hal ini yang disebut juga dengan inflationary gap. Inflationary gap terjadi
apabila jumlah permintaan efektif dari semua golongan pada tingkat harga
harga karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia. Adanya
yang lebih besar, baik dari golongan pemerintah melalui pencetakan uang
baru, para pengusaha swasta melalui kredit dari bank, atau pekerja melalui
kenaikan tingkat upah yang lebih besar. Proses inflasi akan terus berlangsung
jumlah output yang bisa dihasilkan pada tingkat harga yang berlaku.
struktural di sini adalah faktor-faktor yang hanya bisa berubah secara gradual
120
dalam jangka waktu yang panjang. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran
adalah ketegaran di mana nilai dari ekspor tumbuh secara lamban dibanding
memburuk dan supply barang-barang ekspor yang tidak elastis ini akan
Pendapatan dalam ilmu ekonomi teoritis adalah hasil yang diterima, baik
produksi yang dimiliki kepada sektor produksi. Selain itu pendapatan adalah
dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode
bagian yaitu,
misalnya pendapatan dari gaji atau upah. Pendapatan ini juga merupakan
2). Pendapatan sementara (transitory income) adalah pendapatan yang tidak bisa
sebagai sumber penghasilan dari berbagai macam jenis profesi. Pada umumnya
kenaikan pendapatan akan menaikkan permintaan. Hal ini terjadi apabila barang
122
tersebut merupakan barang superior atau normal, ini seperti efek selera dan efek
banyaknya pembeli yang mempunyai efek positif. Begitu sebaliknya pada kasus
sektor moneter adalah permohonan modal usaha dan investasi akhirnya semakin
hidup dalam satuan rupiah, yang dapat dinikmati seorang individu atau keluarga
Dengan bekal kecakapan dan keahlian yang tinggi akan dapat meningkatkan
penghasilan.
4). Motivasi
besar pula penghasilan yang diperoleh. Selain itu juga lokasi bekerja yang
dekat dengan tempat tinggal dan kota, akan membuat seseorang lebih
Besar kecilnya usaha yang dilakukan seseorang sangat dipengaruhi oleh besar
kecilnya modal yang dipergunakan. Suatu usaha yang besar akan dapat
diperoleh.
kredit biasanya digunakan oleh nasabah untuk membiayai usaha ataupun untuk
dimiliki oleh nasabah lembaga perbankan akan memudahkan pihak bank untuk
tersebut. Semakin tinggi pendapatan yang dimiliki oleh nasabah suatu bank maka,
kecenderungan untuk menambah porsi kredit serta dana yang disimpan akan
tersebut berdampak pada strategi pemberian kredit yang dilakukan dapat berjalan
dengan optimal. Semakin tinggi pendapatan yang dimiliki oleh nasabah Perum
keuangan tidak hanya terjadi antar bank namun datang dari lembaga keuangan
lainnya seperti Koprasi, Finance, Pegadaian dan khususnya di Provinsi Bali ada
yang disebut LPD yaitu lembaga perkreditan yang dimiliki oleh masing-masing
BPR harus lebih gencar menarik hati nasabah, dengan memberikan pelayanan
usaha antar bank tersebut atau antar lembaga keuangan lainnya. Semakin baik
Hal tersebut merupakan gambaran bahwa strategi dalam pemberian kredit efektif
untuk menarik minat nasabah, sehingga nasabah untuk bekerjasama dengan bank
tersebut akan semakin meningkat. Hal ini akan diikuti oleh jumlah volume kredit
dan pelayanan yang ditawarkan oleh suatu bank tidak mampu bersaing dengan
kredit kurang efektif. Konsekuensinya kredit yang disalurkan juga akan rendah
126
karena masayarakat akan lebih memilih lembaga keuangan lain yang lebih mampu
operasional sehari-hari. Bahwasanya lokasi yang paling ideal bagi bank adalah
lokasi yang biaya operasinya paling rendah atau serendah mungkin (Murti
Sumarni, 2002). Lokasi yang salah akan menyebabkan biaya operasional bank
tinggi, sebagai akibatnya bank tersebut tidak akan mampu bersaing dan
mengakibatkan kerugian. Oleh karena itu lokasi yang tepat merupakan tuntutan
yang multak harus di penuhi setiap bank (Basu Swastha, 2007). Menurut Sriyadi
(2005), lokasi lebih tegas berarti tempat secara fisik, sedangkan menurut
Lokasi sangat penting dalam dunia usaha karena lokasi menentukan tempat
(1). Akses, misalnya lokasi yang mudah dilalui atau mudah dijangkau sarana
transportasi umum.
(2). Visibilitas, misalnya lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan.
(4). Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan.
Secara relevan bank perlu menentukan lokasi dimana bank itu akan di
dirikan dan beroperasi. Kesalahan dalam hal menentukan lokasi operasional bank
dalam hal ini juga menyangkut kemampuan pihak bank dalam menyesuaikan diri
kebijakan baik dalam hal penentuan produk maupun suku bunga dapat
pemberian kredit dapat berjalan dengan efektif. Lokasi yang strategis akan
Lokasi dalam hal ini tidak hanya mengenai lokasi bank secara fisik,
menyesuaikan diri dengan kondisi keadaan alam dan geografis daerah sekitar
kebutuhan masyarakat sekitar sesuai dengan sektor usaha yang paling dominan.
terhadap lokasi lingkungan sekitar semacam itu akan membantu pihak manajemen
bank dalam menerapkan strategi pemberian kredit yang lebih efektif dan tepat
sasaran dan akhirnya akan berpengaruh terhadap kondisi LDR yang lebih baik.
atau kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Menurut Haryati (2009)
tekanan inflasi yang cukup kuat mendorong Bank Indonesia melakukan kebijakan
mengalokasikan dana yang dimiliki pada SBI dan menyebabkan perbankan akan
129
yang non produktif dari pada harus berinvestasi di bank. Konsekuensinya adalah
mereka penuhi, dengan harga yang semakin meningkat. Rendahnya dana dari
masyarakat yang dapat dihimpun oleh pihak perbankan akan mengurangi porsi
kredit yang mampu disalurkan serta strategi dalam hal pemberian kredit menjadi
bahwa Inflasi yang merupakan bagian dari faktor eksternal bank, akan
cenderung mengurangi simpanan (saving) dan akhirnya aset perbankan secara riil
menjadi menurun yang dapat diukur dari LDR. Dampaknya adalah menurunnya
sebelumnya diduga bahwa, inflasi sebagai pembentuk variabel eksternal dan LDR
strategi pemberian kredit sebagai pemediasi baik secara langsung maupun tidak
langsung.
130
kredit porsinya juga akan meningkat. Pernyataan tersebut didukung oleh Novianti
(2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan
Kediri”. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil
penelitiaannya menyatakan bahwa ketiga faktor (suku bunga, inflasi dan jumlah
secara simultan. Secara parsial SBK dan jumlah pendapatan nasabah berpengaruh
permintaan nasabah terhadap kredit akan memudahkan strategi bank dalam hal
Selanjutnya kondisi tersebut juga akan berpengaruh terhadap baik tidaknya LDR
dari suatu bank. Dengan dukungan penelitian sebelumnya maka dapat diduga
pemberian kredit sebagai pemediasi baik secara langsung maupun tidak langsung
yang dilakukan dapat berjalan optimal. Faktor persaingan usaha merupakan salah
lembaga keuangan tersebut. Persaingan usaha antar bank dan antar lembaga
usaha perbankan salah satunya dalam hal memberikan kredit kepada nasabah
(Klapper,2002).
sehat dan kompetitif akan menciptakan suasana yang nyaman dan merangsang
dalam rangka menarik hati nasabahnya. Sehingga faktor persaingan usaha dapat
132
intermediasi. Dari uraian tersebut maka diduga persaingan usaha yang merupakan
signifikan terhadap LDR melalui strategi pemberian kredit sebagai pemediasi baik
lokasi. Menurut Kasmir (2004) lokasi bank tidak bisa ditentukan sembarangan
masyarakat. Lokasi dalam hal ini tidak hanya lokasi fisik melainkan sejauh mana
pihak bank mampu menyesuaikan diri dengan kondisi geografis dan keadaan alam
akan mempermudah strategi dalam hal pemberian kredit kepada nasabah yang
diikuti dengan meningkatnya jumlah kredit yang disalurkan. Berarti bahwa lokasi
dilakukan oleh pihak perbankan. Menurut Adlani (2010) penentuan lokasi suatu
bank merupakan kebijakan yang sangat penting, bank yang berada di lokasi yang
ditawarkan oleh pihak perbankan dan strategi yang dilakukan oleh pihak bank
perbankan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Fajryah (2013) yang
menyatakan bahwa lokasi memiliki pengaruh yang positif terhadap LDR melalui
strategi pemberian kredit perbankan. Dari uraian tersebut dan dengan dukungan
penelitian seblumnya diduga bahwa lokasi yang merupakan variabel indikator dari
yang positif terhadap strategi pemberian kredit dan berdampak pada kondisi LDR.
BPR yang terdiri dari inflasi, pendapatan nasabah, persaingan usaha dan lokasi
kredit yang berarti bahwa semakin baik kondisi eksternal BPR di Kabupaten
Badung strategi pemberian kredit juga akan dapat berjalan dengan efektif yang
usaha, serta lokasi tempat operasional suatu bank dalam melakukan usaha, dapat
adalah penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2009) dalam penelitiannya yang
134
strategi pemberian kredit. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Artini (2015)
Eksternal Terhadap Pemberian Kredit dan Dampaknya Terhadap NPL pada LPD
Penelitian ini didukung dengan teori, konsep dan penelitian terdahulu yang
menjadi nilai tambah dalam penelitian ini adalah variabel yang digunakan
merupakan kombinasi antara varaiabel dalam bentuk rasio dan likert. Masing-
masing indikatornya juga merupakan representasi dari variabel laten yang sesuai
135
dengan kondisi objek penelitian dalam hal ini BPR di Kabupaten Badung.
BPR, sehingga nantinya hasil yang didapat akan lebih akurat dan mampu
menggambarkan kondisi BPR yang ada di Kabupaten Badung secara lebih nyata.
Pola hubungan yang digunakan juga menguji pengaruh secara langsung maupun
dalam penelitian ini diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Chandra
penelitian ini adalah dari sisi lokasi penelitian, teknik sampling, variabel serta
pada penelitian tersebut sebatas hubungan secara langsung, namun pada penelitian
sesuai dengan teori yang relevan. Pada penelitian tersebut variabel yang menjadi
tujuan akhir adalah NPL namun pada penelitian ini yang menjadi tujuan akhir
136
adalah variabel LDR yang dibentuk oleh variabel indikator penyaluran kredit dan
oleh Artini (2015) dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Terhadap Jumlah Kredit dan Dampaknya Terhadap NPL pada LPD di Kabupaten
LPD, kondisi calon debitur, kondisi eksternal yang berpengaruh secara langsung
tersebut juga hanya sebatas hubungan secara langsung saja, berbeda dengan
penelitian ini yang menggunakan pola hubungan secara langsung maupun tidak
menggunakan variabel laten, namun pada penelitian ini variabel yang digunakan
pada objek penelitiannya, pada penelitian tersebut yang digunakan sebagai objek
adalah LPD di Kabupaten Gianyar, sedangkan pada penelitian ini adalah BPR di
disesuaikan dengan objek penelitiannya yaitu dalam penelitian ini adalah BPR.
teknik analisis data dengan Structural Equation Modeling (SEM) sedangkan pada
membutuhkan banyak asumsi dan jumlah sampel yang besar. Dari hasil
137
secara langsung.
dilaukan oleh Anggraini (2014) yang berjudul “Pengaruh Faktor Internal dan
Meminimalkan Nilai NPL Studi Kasus pada Bank-Bank yang Beroperasi di Kota
internal, faktor eksternal, strategi pemberian kredit dan NPL. Pola hubungannya
juga hanya menguji pengaruh secara langsung saja. Faktor internal dan eksternal
data yang digunakan adalah SEM. Adapun hasilnya menyatakan bahwa seluruh
penelitian ini terletak pada lokasi, variabel serta model pola hubungannya.
variabel laten, sedangkan pada penelitian ini variabel yang digunukan merupakan
variabel laten secara keseluruhan. Pola hubungan pada penelitian ini yang
Pinjam Studi pada PT. Bank Danamon Terbuka Wilayah Jawa Tengah dan Daerah
Pola hubungan yang digunakan juga menguji pengaruh secara langsung maupun
tidak langsung. Perbedaannya dengan penelitian ini terletak pada objek penelitian,
dilakukan di satu objek bank sehingga hasil yang diperoleh bersifat lebih sempit
penelitian lain yang mendukung dan tidak tercantum pada sub bab keaslian
bab dalam penelitian ini. Hal tersebut dilakukan agar tidak terkonsentrasi pada
satu sub bab saja sehingga terlihat menjadi kaku. Terelaborasinya penelitian-
penelitian terdahulu dan tersebar disemua bab dan sub bab dalam penelitian ini