Anda di halaman 1dari 18

KONSEP KOMUNIKASI DAN ETIKA DALAM MELAKSANAKAN

PEMBERIAN OBAT SECARA SUPOSITORIA DAN DALAM


PENGAMBILAN SPESIMEN

KONSEP KOMUNIKASI DAN ETIKA DALAM MELAKSANAKAN PEMBERIAN OBAT

SECARA SUPOSITORIA DAN DALAM PENGAMBILAN SPESIMEN

     A.    Pengertian

1.      Komunikasi

Komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus

yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai

proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut.

Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan

nonverbal dari informasi dan ide.

2.      Etika

Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah cabang

utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar

dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,

salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-

pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain

karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk

itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh

manusia.

     B.     Bentuk-bentuk Komunikasi


1.      Komunikasi Verbal

Proses komunikasi yang melibatkan komunikan menggunakan percakapannya

untuk menyampaikan berita/ pesan kepada penerima. Misalnya perbincangan, ucapan,

berita.

Aspek- aspek komunikasi verbal:

a.       Jelas dan ringkas

Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung, dengan

menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.

b.      Kosakata

Komunikasi akan gagal jika penerima tidak dapat menelaah ungkapan dan kata-kata

pengirim. Dalam keperawatan dan kedokteran terdapat berbagai istilah dan ungkapan

tertentu. Maka ketika berbicara dengan pasien lebih baik menggunakan kata-kata yang

bias dimengerti oleh pasien, karena hal ini akan membuat komunikasi lebih efektif.

c.       Humor

Sedikit hiburan akan menenangkan pasien serta dapat mengurangi ketegangan dan

rasa sakit saat tindakan.

d.      Waktu yang tepat

Waktu yang tepat sangat penting dalam menangkap pesan.

2.      Komunikasi Non verbal

Komunikasi non-verbal adalah proses komunikasi dimana pesanan disampaikan

tanpa menggunakan kata-kata. Gerakan tubuh member makna yang lebih jelas

daripada kata-kata.

Aspek- aspek komunikasi non verbal


a.       Intonasi (Nada Suara)

Nada suara yang cukup nyaman di dengar akan memberikan rasa nyaman pada

pasien, dan membantu mengurangi rasa tegang dari rasa sakitnya. Sebuah pesan

dapat menunjukan antusiasme, perhatian, permusuhan, atau pengabaian bergantung

pada intonasinya

b.      Ekspresi Wajah

Wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat

interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal.

c.       Sentuhan

Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun

perawat harus mnemperhatikan norma sosial.

d.      Gerakan Tubuh

Gerakan tubuh digunakan untuk menunjukan suatu ide yang sulit atau tidak nyaman

jika digambarkan dalam kata-kata. Lambaian tangan, pemberian hormat, atau

menggeser kaki adalah gerakan tubuh.

e.       Postur dan Gaya Berjalan

Cara orang berjalan dan bergerak adalah bentuk yang nyata dari ekspresi diri

    C.    Faktor yang mempengaruhi komunikasi

1.      Latar Belakang Sosiokultural


Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui

kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator

dengan komunikan maka komunikasi semakin efektif.

2.      Persepsi

Setiap orang merasakan, menginterpretasikan dan memahami kejadian secara

berbeda. Perbedaan dalam persepsi antar individu yang berinteraksi dapat menjadi

kendala dalam komunikasi.

3.      Harapan

Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan sesuai

dengan yang diharapkan.

4.      Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi

isi pesan yang disampaikan.

5.      Situasi

Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor situasi ini adalah:

a. Faktor ekologis (iklim atau kondisi alam)

b. Faktor rancangan dan arsitektural (penaataan ruang)

c. Faktor temporal, misal keadaan emosi

d. Suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara

e. Teknologi

f. Faktor sosial, mencakup sistem peran

g.Lingkungan
h. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku.

D.    Etika Yang Baik Dalam Komunikasi

Etika dan etiket dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-

hari :

1.      Jujur tidak berbohong

2.      Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan

3.      Lapang dada dalam berkomunikasi

4.      Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik

5.      Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien

6.      Tidak mudah emosi / emosional

7.      Berinisiatif sebagai pembuka dialog

8.      Berbahasa yang baik, ramah dan sopan

9.      Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan

10.  Bertingkahlaku yang baik 

E.     Contoh Teknik Komunikasi Yang Baik

1.        Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan

2.        Gunakan bahawa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara

3.        Menatap mata lawan bicara dengan lembut

4.        Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum

5.        Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajah


6.        Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara

7.        Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon

8.        Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara

9.        Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi

10.    Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan

karakteristik lawan bicara

11.    Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.

12.    Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti

berjabat tangan, hormat, cipika cipiki (cium pipi kanan - cium pipi kiri)

F.     Metode Komunikasi Efektif

1.      Menyimak dengan penuh perhatian

2.      Mengajukan pertanyaan yang berhubungan

3.      Paraphrase

4.      Menjelaskan

5.      Fokus

6.      Memberikan informasi

7.      Mempertahankan ketenangan

8.      Penyimpulan

G.    Pemberian Obat Secara Supositoria

1.      pengertian
Pemberian obat supositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan

obat melalui anus atau rektum dan vagina dalam bentuk supositoria.

2.      Tujuan

a. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik

b. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan

3.      Prosedur Kerja :

a.      Tahap Orientasi

1)    Memberikan salam sebagai pendekatan

2)    Menjelaskan tujuan  dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien

3)    Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan

b.      Tahap Kerja

1)      Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis

2)      Siapkan klien

a) identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya

b)     Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu

c)      Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal

d)     Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.

3)      Pakai sarung tangan

4)      Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatnya dengan jelly.

Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan dominan anda.

5)      Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelakkan sfingter ani
6)      Regangkan bokong klien dengan tangan non dominan, dengan jari telunjuk masukkan

supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan mengenai dinding rectal 10 cm pada

orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak – anak

7)      Tarik jari anda dan bersihkan area kanal klien

8)      Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit

9)      Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan tombol pemanggil

dalam jangkauan klien sehingga ia dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau

ke kamar mandi

10)  Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya

11)  Cuci tangan

12)  Kaji respon klien

13)  Dokumentasikan semua tindakan

c.       Tahap Terminasi

a.       Melakukan evaluasi tindakan

b.      Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

c.       Berpamitan dengan pasien/keluarga

d.      Membereskan alat-alat

e.       Mencuci tangan

Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

H.    Pengambilan Spesimen

Salah satu kontribusi perawat dalam pengkajian status kesehatan adalah

mengambil spesimen dan cairan tubuh untuk pemeriksaan. Pemeriksaan spesimen


biasanya dilakukan minimal satu kali pada tiap klien rawat. Tujuan pemeriksaan

spesimen adalah menetapkan diagnosa masalah dan menilai respon klien terhadap

terapi yang telah dijalani.

Tanggungjawab perawat dalam pemeriksaan spesimen adalah:

1.      Memberikan kenyamanan, mempertahankan privasi dan keamanan saat pengambilan

spesimen

2.      Menjelaskan tujuan pemeriksaan

3.      Melakukan prosedur pengambilan, penyimpanan dan pengiriman spesimen dengan

benar

4.      Mencatat informasi yang terkait dengan pemeriksaan pada lembaran dengan benar

5.      Melaporkan jika ditemukan hasil yang tidak normal

Supaya spesimen memenuhi syarat untuk diperiksa, maka proses pengambilan

spesimen harus dilakukan dengan mengikuti kaidah yang benar. Spesimen yang

memenuhi syarat adalah : jenisnya sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan,

volumenya mencukupi untuk tiap jenis pemeriksaan, kondisinya layak untuk diperiksa

(segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, steril, tidak menggumpal), antikoagulan

yang digunakan sesuai, dan ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat.

Sebelum melakukan pengambilan spesimen, lakukan persiapan-persiapan

seperti berikut ini :

1.      Persiapan pasien.

Beritahukan kepada pasien tentang hal-hal apa yang harus dilakukan dan tidak boleh

dilakukan oleh pasien sebelum dilakukan pengambilan spesimen.


o   Persiapan secara umum, seperti : puasa selama 8-10 jam sebelum pengambilan

spesimen (untuk pemeriksaan glukosa darah puasa, profil lipid, profil besi), tidak

melakukan aktifitas fisik yang berat, tidak merokok, tidak minum alkohol, dsb.

o   Jika pasien harus melakukan pengambilan spesimen sendiri (urin, dahak, faeses),

jelaskan tata cara pengambilannya. Misalnya : kapan harus diambil, bagaimana

menampung spesimen dalam wadah yang disediakan, mencuci tangan sebelum dan

setelah mengambil spesimen, membersihkan daerah genital untuk pengambilan sampel

urin, dsb.

o   Jika pengambilan spesimen bersifat invasif (misalnya pengambilan sampel darah, cairan

pleura, ascites, sumsum tulang, dsb), jelaskan macam tindakan yang akan dilakukan.

2.      Cara Pengambilan Spesimen Urin

Semua pengumpulan sample urine harus di lakukan pada specimen yang segar,

khususnya yang berasal dari eliminasi urine sewaktu bangun tidur pagi karena

specimen ini sangat pekat dan lebih besar kemmungkinanya untuk mengungkapkan

abnormalitas. Specimen yang di ambil secara acak merupakan specimen yang

memuaskan bagi kebanyakan urinalisis dengan syarat bahwa urine tersebut di

kumpulkan dalam wadah yang bersih dan di lindungi terhadap kontaminasi bakteri serta

perubahan kimiawi. Semua specimen harus di simpan di lemari pendingin segera

setelah di peroleh. Jika di biarkan dalam suhu kamar urin akan menjadi alkalis akibat

kontaminasi bakteri pemecah ureum dari lingkungan di sekitarnya. Pemeriksaan

mikroskopik harus dilakukan dalam waktu setengah jam setelah di kumpulkan

kelambatan memungkinkan specimen urine mengalami penguraian sel – sel dan

poliperasi bakteri pada specimen non steril. Kultur urine harus segera di proses. Jika
tindakan ini tidak mungkin di lakukan kultur tersebut harus di simpan dalam suhu 4 C

atau 39 F.

a.   URIN BERSIH (clean voided urine specimen)

-       Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin.

-       Untuk pemeriksaan urinalisa rutin diperlukan:

-       Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama cenderung

konsentrasinya lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan memiliki pH lebih rendah.

-       Jumlah minimal 10mL

-       Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya sendiri, dengan

menampung urin pada wadah yang disediakan, kecuali klien yang lemah, mungkin

memerlukan bantuan.

-       Spesimen harus bebas dari feses

-       Diperlukan urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak dapat diperiksa

dengan segera, urin harus dimasukan dalam lemari es. Bila urin berada dalam suhu

ruangan untuk periode waktu lama maka kristal urin dan sel darah merah akan

lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin.

b.   URIN TENGAH (clean-catch or midstream urin specimen)

-       Urin tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan kultur urin

yaitu untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih

Spesimen urine yang di keluarkan dengan cara yang umum biasanya tidak dapat di

gunakan pemeriksaan bakteriologi akibat kontaminasi organism dari lingkungan di

sekitar meatus uretra. Kontaminasi tersebut dapat di hindari dengan melakukan


kateterisasi kandung kemih. Namun karena adanya kemungkinan terjadinya infeksi

maka kateterisasi tidak di rekomendasikan untuk mendapatkan specimen urine kecuali

adanya indikasi tertentu.

-       Teknik clean – catch midstream ( teknik ini mengambil urine di tengah – tengah

pengeluaran urine saat buang air kecil dan bukan saat memulai dan mengakhiri dan di

lakukan dengan cara – cara yang bersih.) akan memberikan cara – cara untuk

melakukan pemeriksaan bakteriologi yang dapat di andalkan tanpa kateterisasi . Dalam

pengambilan ini Jumlah yang diperlukan 30-60mL urine.

1)   Prosedur pada pasien laki – laki :

a.    Buka gland penis dan bersihkan dan bersihkan daerah di sekitar meatus dengan sabun

hilangkan semua bekas sabun dengan kapas yang sudah di basahi dengan air

b.   Buang urine yang keluar pertamakali

c.    Kumpulkan bagian tengah urine dengan menggunakan wadah steril yang bermulut

lebar dan di lindungi oleh tutup yang steri

d.   Jangan mengumpulkan beberapa tetes urine terakhir karena sekresi prostat dapat

masuk kedalam pada akhir pencairan urine.

2)   Prosedur pada pasien wanita :

a.    Pisahkan kedua labia agar orifisium uretra tidak terhalang

b.   Bersihkan daerah sekitar meonatus urinarius dengan menggunakan spons yang di

basahi dengan sabun cair

c.    Usap perineum dari depan kebelakang

d.   Hilangkan semua bekas sabun dengan kapas yang sudah di basahi dengan air dengan

cara menghapusnya dari depan ke belakang


e.    Pertahankan agar labia tetap terpisah dan lakukan urinasi dengan kuat tetapi bagian

pertama dan yang memancar keluar jangan di tampung ( kolon ) bakteri terdapat pada

bagian distal orifisium uretra pancaran urine yang pertama akan membasuh dan

membersihkanya dari kontra min asi uretra tersebut.

f.    Kumpulkan bagian pancaran tengah dari aliran urine dengan memastikan agar wadah

yang dui gunakan untuk mengumpulkan specimen urine tidak mengenai alat kelamin.

c.    URIN TAMPUNG (timed urin specimen)

Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam

jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya

disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah

pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin. Biasanya urin

ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar.

Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah :

1)      mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin

2)      menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa

3)      menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin, hormon

tertentu)

Hal yang perlu dilakukan perawat:

1.    beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium

2.    jelaskan metodenya

3.    catat jam awal dan jam akhir menampung urin

d.   Spesimen Kateter Indwelling


Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter

yang khusus disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum suntik. Klem kateter

selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk kultur

urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam

pengambilan agar tidak terkontaminasi.

Hal yang dapat di lakukan perawat ialah :

a.    Perawat melakukan infokonsent kepada klien

b.    Persiapkan alat yang di butuhkan dan wadah yang sudah di sediakan oleh lab

c.    Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk urinalisa rutin

d.   Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin waktu pengambilan.

e.    Masukan urine kedalam tempat yang telah di sediakan

e.      PENGUMPULAN URINE 24 JAM

Banyak pemeriksaan urine analisis kuantitatif di laksanakan pada

specimen urine yang di kumpulkan selama prosedur waktu 24 jam untuk melaksanakan

prosedur ini.

Prosedur persiapan pasien :

a.   Anjurkan klien untuk mengosongkan kandung kemih pada waktu yang di tentukan ( 8.00

pagi ) urine di buang

b.   Kumpulkan urine setelah 24 jam pengosongan kandung kemih

c.   Masukan specimen urine dalam wadah yang bersih

BAB III

PENUTUP
A.    Kesimpulan

Komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus

yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai

proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut.

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-

pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain

karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk

itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh

manusia.

B.     Saran

Setiap perawat harus terampil dan dapat berkomunikasi dengan baik dan jelas,

serta kreatif dalam pemberian asuhan keperawatan berdasar ilmu yang telah didapat.

Perawat harus memperhatikan keadaan pasien sebelum melakukan komunikaasi

keperawatan agar komunikasi yang berlangsung dapat mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Dan perawat pun jangan lupa menerapkan etika dalam memberikan asuhan

keperawatan,

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Jakarta:

EGC

Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.
Massofa. www.wordpress.com. 2008. faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perilaku-dalam-

berkomunikasi. 30 Maret 2011.

Purba, Jeni marlindawani, Skp. Zwani.com. 2008. Komunikasi Dalam Keperawataan. 1 April 2011.

www.blogspot.com. 2011. Askep perkemikan. 14 April 2011.

Diposting oleh Cep.Suhikmat di 07.49


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: ETIKEP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Entri Populer
 PEMASANGAN NGT PADA ANAK
 KONSEP KOMUNIKASI DAN ETIKA DALAM MELAKSANAKAN PEMBERIAN
OBAT SECARA INTRAVENA
 DOKUMENTASI PADA STRATEGI KHUSUS: PEMENUHAN KEBUTUHAN
ISTIRAHAT DAN TIDUR
 ASKEP MENINGITIS DAN ENCEFALITIS
 OBAT IC DAN TOPICA;
 KONSEP KOMUNIKASI DAN ETIKA DALAM MELAKSANAKAN PEMBERIAN
OBAT SECARA SUPOSITORIA DAN DALAM PENGAMBILAN SPESIMEN
 KOMTER PADA KLIEN YANG MENJELANG AJAL
 ASKEP SCABIES
 ASUHAN KEPERAWATAN FEBRIS COMPULSIVE
 BENTUK-BENTUK OBAT

Total Tayangan Halaman


37752

Label
 ASKEP (10)
 ETIKEP (3)
 farmakologi (1)
 ILMU GIZI (1)
 KDM (2)
 Komunikasi keperawatan (1)
 PATOLOGI (2)
 prosedur keperawatan (2)
 TANAMAN OBAT (3)

Daftar Blog Saya


nDeZzNdEzz

KOREAN MOVIE::White : The Melody of Curse (Horor)

6 tahun yang lalu

Mengenai Saya

Cep.Suhikmat
Lihat profil lengkapku

Pengikut
Arsip Blog
 ▼  2012 (23)
o ▼  Mei (19)
 EMBOLI PARU dan INFARK
 URINALISIS
 KODE ETIK KEPERAWATAN MENURUT PPNI,ICN,ANA
 KONSEP KOMUNIKASI DAN ETIKA DALAM MELAKSANAKAN
PEM...
 KONSEP KOMUNIKASI DAN ETIKA DALAM MELAKSANAKAN
PEM...
 KOMTER PADA KLIEN YANG MENJELANG AJAL
 OBAT IC DAN TOPICA;
 BENTUK-BENTUK OBAT
DOKUMENTASI PADA STRATEGI KHUSUS: PEMENUHAN
KEBUT...
 <!-- /* Font Definitions...
 ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KATARAK
 ASKEP DIARE
 ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ANAK DENGAN THIPOID
 ASKEP ANEMIA
 DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
 ASKEP SCABIES
 ASKEP MENINGITIS DAN ENCEFALITIS
 PEMASANGAN NGT PADA ANAK
 ASUHAN KEPERAWATAN FEBRIS COMPULSIVE
o ►  Maret (4)

Tema PT Keren Sekali. Gambar tema oleh fpm. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai