Anda di halaman 1dari 8

Ulangan Tengah Semester

Perekonomian Indonesia

Kelompok 3
❏ Rizqy Dwi Kusuma Siregar (12010117120038)
❏ Tika Triana (12010117130094)
❏ Nanda Adninda Ufia (12010117130105)

Kelas D
Dosen Penguji: Achma Hendra Setiawan, S.E., M.SI.
Nama Komting: Faradillah Adinda

1. A. Hubungan antara Sistem Ekonomi Pancasila dan Sistem Ekonomi Kerakyatan

Jika sistem ekonomi yang dilaksanakan di Indonesia memihak pada rakyat, maka itu adalah
sistem ekonomi kerakyatan. Sedangkan sistem ekonomi di Indonesia juga didasarkan pada nilai
Pancasila. Maka, bisa juga dikatakan bahwa sistem ekonomi Pancasila yang dijalankan di
Indonesia ini adalah termasuk sistem ekonomi kerakyatan yang khas.

Sebetulnya, sistem ekonomi Indonesia pada awalnya mengacu pada sistem ekonomi Pancasila.
Sistem ekonomi Pancasila yang diusulkan oleh Prof Mubyarto ini dilakukan sejak era Orde
Lama. Disebut sebagai sistem ekonomi Pancasila karena nilai –nilai yang digunakan mengacu
pada sila –sila yang terdapat pada Pancasila. Hanya saja, kehancuran ekonomi Indonesia yang
terjadi ketika krisis ekonomi 1998 membuat sistem ekonomi harus mengalami perombakan.

Sistem ekonomi Pancasila yang selama Orde Lama diterapkan di Indonesia dianggap telah
“dikotori” oleh Orde Baru yang memberi tafsiran keliru, sekaligus “memanfaatkan” prinsip
Pancasila ini untuk kepentingan penguasa Orde Baru. Hal inilah yang kemudian membuat sistem
ekonomi Indonesia pasca Order Baru lebih dikenal sebagai sistem ekonomi Kerakyatan. Istilah
Sistem Ekonomi Kerakyatan bagi sistem ekonomi Indonesia saat ini memang baru dimunculkan
pasca reformasi 1998. Namun, masih banyak yang belum mengenal sistem ini, dan kebanyakan
masih cenderung beranggapan bahwa sistem ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi
Pancasila.
Sistem ekonomi Kerakyatan merupakan bagian (subsisten) dari ekonomi Pancasila karena lebih
menekankan pada sila ke-4 dari pancasila (asas kerakyatan/ demokratis). Adapun sistem
ekonomi Kerakyatan yang dianut Indonesia pasca reformasi ini tetap mengacu pada prinsip
-prinsip Pancasila, hanya bedanya terdapat penekanan pada sila ke-4 yaitu “kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan”.

B. Struktur ekonomi Indonesia dari tinjauan makro sektoral

Sebuah perekonomian dapat berstruktur agraris, industri, atau niaga tergantung pada sektor
produksi apa/ mana yang menjadi tulang punggung dalam perekonomian. Berdasarkan tinjauan
makro sektoral, struktur ekonomi Indonesia masih dualistis. Dari penyerapan tenaga kerja,
sumber mata usaha pencaharian utama sebagian besar penduduk masih sektor pertanian. Dari
segi kontribusi utama pendapatan nasional adalah sektor industri pengolahan.

Ditinjau secara sektoral, perubahan struktur memang terjadi, sebagai akibat dari pembangunan
ekonomi struktur telah mulai bergeser dari sektor primer ke sektor-sektor sekunder, dan tersier,
tetapi pergeseran struktur tersebut lebih dilihat dari aspek nilai tambah, dan kurang diikuti oleh
pergeseran penyerapan tenaga kerja sektoral. Dengan demikian, terjadi pergeseran semu dalam
ekonomi Indonesia.

2. Menurut BPS Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan
dikategorikan sebagai penduduk miskin.

Garis Kemiskinan = GKM + GKNM

Rp 440.538,00 = Rp 324.911,00 (73,75%) + Rp 115.627,00 (26,25%)

Sedangkan hubungannya dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1),


merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari
garis kemiskinan.

Dan hubunganya Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) memberikan


gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai
indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

3. A. Pengertian Omnibus Law

Omnibus law adalah regulasi atau Undang-Undang (UU) yang mencakup berbagai isu atau topik.
Omnibus law berkaitan atau berurusan dengan berbagai objek atau hal sekaligus, dan memiliki
berbagai tujuan. Jadi, skema regulasi yang sudah dikenal sejak 1840 ini, merupakan aturan yang
bersifat menyeluruh dan komprehensif, tidak terikat pada satu rezim pengaturan saja.

Bisa disimpulkan bahwa omnibus law adalah UU baru yang memuat beragam substansi aturan
yang keberadaannya mengamandemen beberapa UU sekaligus.

B. Aspek positif dan negatif omnibus law jika diterapkan di Indonesia yaitu:

1. Positif:
● Omnibus Law secara khusus akan memperbaiki setiap regulasi di bidang ekonomi yang
meliputi investasi, pajak, pembangunan, juga ketersediaan lapangan Pekerjaan.
● Solusi bagi inkonsistensi regulasi dan benturan atau konflik antar peraturan perundang-
undangan.
● Akses investasi yang menguatkan ekonomi negara.
● Penciptaan lapangan pekerjaan secara besar-besaran.
● Aturan pengupahan yang sesuai.
● Adanya tax holiday yang disebut-sebut menjadi angin segar bagi para pengusaha atas pajak
yang sedemikian membebani.
● Omnibus Law diwacanakan akan diterapkan di semua daerah agar tercipta aturan yang
harmonis antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat.
● Efisiensi birokrasi dan meminimalisir konflik kepentingan antar pihak tertentu.

2. Negatif:
● Hilangnya upah minimum. Ketika upah dibayarkan per jam, lanjut dia, otomatis upah
minimum akan hilang.
● Hilangnya pesangon. Ketentuan pesangon dalam Pasal 162 UU 13/2003 dihapus. Dengan
demikian, pekerja yang mengundurkan diri tidak mendapatkan apa-apa.
● PHK sangat mudah dilakukan. PHK tanpa izin bisa dilakukan karena perusahaan melakukan
efisiensi. Dengan alasan melakukan efisiensi, pekerja bisa dengan mudah di PHK.
● Karyawan kontrak seumur hidup. Karena kontrak kerja hanya didasarkan pada kesepakatan
pengusaha dan buruh.
● Outsourcing seumur hidup. Outsourcing bebas dipergunakan di semua jenis pekerjaan dan
tidak ada batas waktu. Dengan demikian, buruh bisa saja di-outsourcing seumur hidup.
● Jam kerja yang eksploitatif. RUU Cipta Kerja diatur waktu atau jam kerja adalah 40 jam
seminggu. Hal tersebut menyebabkan pengusaha bisa mengatur seenaknya jam kerja dengan
upah per jam.
● TKA buruh kasar unskill worker berpotensi bebas masuk ke Indonesia. Hal ini terlihat dari
dihapuskannya izin tertulis dari Menteri bagi Tenaga Kerja Asing (TKA) yang hendak
bekerja di Indonesia.
● Hilangnya jaminan sosial. Dia menjelaskan, akibat penggunaan buruh kontrak, outsourcing,
dan upah dibayarkan per satuan waktu (upah per jam), maka jaminan kesehatan dan jaminan
pensiun akan hilang.
● Sanksi pidana hilang karena dalam RUU Cipta Kerja sanksi pidana ini dihilangkan.

4. A. 5 (lima) masalah pembangunan pertanian di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Masalah permodalan. Terkait masalah permodalan, diperlukan sistem dan manajemen


pengelolaan dana desa yang seharusnya fokus disalurkan kepada para petani.
Penyaluran dana desa tersebut menurutnya harus dilakukan lebih tepat sasaran dengan
membentuk Badan Usaha Petani yang kemudian disalurkan ke komunitas-komunitas
petani baik di tingkat desa, kabupaten, provinsi hingga komunitas petani nasional.

2. masalah lahan pertanian yang semakin menyempit

3. teknologi pertanian modern yang harus diaplikasikan oleh petani, terkait penggunakan
teknologi, Pakar Pertanian menyampaikan dalam meningkatkan produktivitasnya,
pemerintah harus melakukan pembinaan agar petani bisa memanfaatkan teknologi.

4. masalah pupuk serta

5. kendala pemasaran.

B. 4 (empat) fokus perhatian Kementan untuk mewujudkan pembangunan pertanian


maju, mandiri, dan modern di tahun 2020 adalah sebagai berikut:
1. Pertama, meningkatkan produksi dan produktivitas melalui gerakan nasional
peningkatan produktivitas, produksi, dan ekspor. Kementan juga turut meningkatkan
populasi ternak, mengembangkan sumber daya manusia (SDM) di bidang pertanian,
melakukan program family farming, serta program pertanian masuk sekolah (PMS).

2. Kedua, menurunkan biaya pertanian menuju pertanian berbiaya rendah. Hal ini dilakukan
melalui peningkatan efisiensi dan pengembangan wilayah berbasis korporasi, serta bantuan
atau subsidi pertanian yang tepat sasaran.

3. Ketiga, peningkatan mekanisasi dan research melalui pengembangan dan penerapan


mekanisasi pertanian, baik sebelum maupun sesudah masa panen, serta melakukan
akselerasi pemanfaatan inovasi teknologi.

4. Keempat, melakukan ekspansi pertanian melalui perluasan pemanfaatan lahan, termasuk


lahan rawa dan sub optimal lainnya, serta penyediaan air berupa irigasi, embung, dan
bangunan air lainnya.

5. A. Tantangan indsutri yang tengah dihadapi Indonesia :

1. Industri hulu (upstream) dan antara (midstream) kurang berkembang, ditandai oleh bahan
baku dan komponen kunci yang sangat tergantung dari impor, contohnya lebih dari 50%
industri petrokimia, 74% logam dasar, serta semua bagian penting di bidang elektronik dan
otomotif.
2. Belum optimalnya zona industri yang komprehensif seperti migas vs petrokimia. Selain itu,
kawasan industri juga kurang dikembangkan dan digunakan, seperti di Batam, Karawang,
dan Bekasi.
3. Tren sustainability global yang tidak terhindarkan di mana produksi dan ekspor produk yang
ramah lingkungan kini menjadi kewajiban. Contohnya adalah bahan bakar Euro 4 yang mulai
menjadi syarat banyak negara serta pengembangan biosolar.
4. Industri kecil dan menengah yang masih tertinggal. Data Kemenperin menunjukkan 62%
pekerja Indonesia bekerja pada IKM dengan produktivitas yang masih rendah.
5. Infrastruktur digital yang belum memadai dan platform digital yang belum optimal. Seperti
teknologi seluler yang masih mengadopsi 4G dan belum siap dengan 5G, kecepatan rata-rata
fiber optic kurang dari 10 Mbps, dan infrastruktur cloud yang masih terbatas.
6. Pendanaan domestik dan teknologi yang terbatas.
7. Masalah tenaga kerja yang tidak terlatih. Indonesia memiliki angkatan kerja terbesar ke-4 di
dunia, namun sangat kekurangan talenta
8. Belum adanya pusat-pusat inovasi. Anggaran pemerintah untuk penelitian dan
pengembangan (R&D) masih sangat terbatas, hanya 0,1% hingga 0,3% dari PDB.
Pemerintah sendiri menargetkan anggaran litbang dapat naik setidaknya mencapai 2% untuk
masuk ke industri 4.0.
9. Belum ada pusat litbang yang kuat baik disponsori pemerintah ataupun swasta. Selain itu,
hingga saat ini juga belum ada insentif fiskal yang komprehensif untuk mengadopsi teknologi
Industri 4.0.
10. Persoalan peraturan dan kebijakan yang masih tumpang tindih, ditangani oleh beberapa
kementerian seperti industri hulu (upstream) migas yang dikelola oleh Kementerian ESDM
namun industri tengah (midstream) dan hilir (downstream) dikelola oleh Kementerian
Perindustrian.

B. Langkah strategis dari Kementerian Perindustrian menghadapi revolusi industri 4.0

1. Mendorong angkatan kerja di Indonesia agar mau terus belajar dan meningkatkan
keterampilannya dalam memahami penggunaan teknologi internet of things atau
mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di industri. Untuk mendukung
upaya tersebut, pemerintah menginisiasi pelaksanaan pendidikan vokasi yang link and match
antara SMK dengan industri. Pengembangan program ini juga bertujuan untuk menyiapkan
tenaga kerja terampil yang siap pakai di dunia industri dengan target mencapai satu juta
orang pada 2019.
2. Pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri kecil
dan menengah (IKM) sehingga mampu menembus pasar ekspor melalui program e-smart
IKM.
3. Industri nasional dapat menggunakan teknologi digital seperti Big Data, Autonomous
Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality. Dengan menggunakan teknologi-
teknologi tersebut, akan dapat memberikan keuntungan bagi industri, misalnya menaikkan
efisiensi dan mengurangi biaya sekitar 12-15%. Sejumlah sektor industri nasional telah
memasuki era Industry 4.0, di antaranya industri semen, petrokimia, otomotif, serta makanan
dan minuman. Misalnya industri otomotif sudah menggunakan sistem robotic dan
infrastruktur internet of things dalam produksinya. Selain itu, pada industri makanan dan
minuman, teknologi Industry 4.0 diterapkan pada pemilihan bahan baku, tetapi untuk proses
pengemasannya tetap menggunakan tenaga manusia.
4. Inovasi teknologi melalui pengembangan startup dengan memfasilitasi tempat inkubasi bisnis
telah dilakukan Kementerian Perindustrian, yaitu dengan mendorong penciptaan wirausaha
berbasis teknologi yang dihasilkan dari beberapa technopark yang dibangun di beberapa
wilayah di Indonesia, seperti di Bandung (Bandung Techno Park), Denpasar (TohpaTI
Center), Semarang (Incubator Business Center Semarang), Makassar (Makassar Techno Park
- Rumah Software Indonesia, dan Batam (Pusat Desain Ponsel). Selain itu, pusat
pengembangan inovasi tersebut juga akan ditambah dengan Innovation Center milik Apple
yang bertujuan untuk memacu pertumbuhan dan daya saing industri nasional.

Anda mungkin juga menyukai