KASUS 2
INTERNALISASI BUDAYA PERUSAHAAN ALA
BANK EXIM DALAM ARMADA BANK MANDIRI
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
2014
A. KASUS – II
Tugas:
Suatu wacana, rancanglah bangun kembali redesign internalisasi budaya
perusahaan ala Bank EXIM itu dalam armada Bank Mandiri, sehingga
bangkit optimal!.
Solusi kasus: - Pertolongan utama pada kasus
- Tindakan utama yang harus dilakukan
2
B. Latar Belakang Masalah
Bank Ekspor Impor Indonesia (disingkat Bank Exim) adalah sebuah bank
pemerintah yang pernah ada di Indonesia. Spesialisasinya adalah dalam bidang
pembiayaan perdagangan. Bank ini di merger dengan tiga bank lainnya (Bank
Bumi Daya, Bank Dagang Negara, dan Bank Pembangunan Indonesia) pada Juli
1999 menjadi Bank Mandiri. Sejarah Bank Ekspor Impor Indonesia berawal dari
perusahaan dagang Belanda N.V. Nederlansche Handels Maatschappij yang
didirikan pada tahun 1842 dan mengembangkan kegiatannya di sektor perbankan
pada tahun 1870. Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan ini pada tahun
1960, dan selanjutnya pada tahun 1965 perusahan ini digabung dengan Bank
Negara Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun 1968 Bank
Negara Indonesia Unit II dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank
Negara Indonesia Unit II Divisi Expor – Impor, yang akhirnya menjadi Bank
Exim, bank pemerintah yang membiayai kegiatan ekspor dan impor.
Dalam masanya tentu pergantian seorang pimpinan pasti akan terjadi di
semua organisasi yang khususnya terjadi juga pada Bank Exim. Pergantian
pemimpin merupakan momentum yang sangat penting bagi suatu organisasi,
karena diharapkan pimpinan baru nantinya lebih amanah, adil, kreatif dan inovatif
dalam memajukan instansi dalam skala nasional maupun Internasional. Di
samping itu pimpinan baru nantinya juga siap memberikan pelayanan yang lebih
baik bagi atasan dan bawahan, lebih bijak mengambil keputusan, serta mampu
memberikan iklim kondusif dalam dunia kerja. pergantian pemimpin juga
merupakan suatu dinamika yang berkesinambungan di dalam suatu organisasi.
“Pergantian pemimpin dimaksudkan sebagai upaya pembinaan internal secara
terus menerus agar tercipta kerja tim yang kompak yang akan saling bahu
membahu bekerja sama mengembangkan organisasi serta mampu menjawab
tantangan, perubahan tersebut perlu dilakukan untuk menyikapi tuntutan
lingkungan yang selalu berubah dan persaingan yang semakin ketat. Akan tetapi
tidak halnya terjadi pada Bank Exim. Masa-masa jaya kepemimpinan Bank Exim
tercatat mulai tahun 1973-1993. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan Bank Ekspor Impor pada waktu itu, antara lain peran direksi Bank
ini dalam mengembangkan Bank yang mewarisi aset dari Nedherlandsche
3
Handels Maatschappij. Struktur organisasi yang masih memakai struktur
Nedherlandsche Handels Maatschappij dengan alasan kemudahan dalam bekerja,
dan jaringan kerja yang terus meluas tiap tahunnya yang berada di daerah-daerah
yang tidak banyak terpengaruhi krisis ekonomi pada saat itu, dan kemudian pada
era tahun 1993-1997 telah terjadi pergantian kepemimpinan yang kurang peduli
lagi pada budaya organisasi (budaya korporat) tersebut, sehingga terjadilah
kemunduran budaya organisasi dan mundur pulalah bisnis Bank ini, bahkan
akhirnya kemudian marger dengan Bank Mandiri.
C. Landasan Teori
Budaya Korporat adalah perilaku budaya kerja dan terjadi karena
internalisasi (budaya) keyakinan nilai kerja yang berasal dari bahan kebudayaan,
baik nilai keagamaan IMTAQ, IPTEK, adat istiadat, hukum, etika, dsb serta
ditumbuh-kembangkan sebagai etos kerja. Hal ini dapat diambil dari nara
sumber: founder, staff, maupun karyawan.
4
Plus SRIMEP :
Jati diri organisasi: (1) Pikiran dan perasaan seimbang intuisi dan
pancaindra seimbang (2) Antara Aku (pribadi/perusahaan) dan sosial
serasi, tidak ada hal yang lebih eklusif. (3) selaras (kelebihan dan
kekurangan dapat saling menutupi) (4) Matang (tidak penah mengeluh)
menghadapi yang sulit siap dan menghadapi yang mudah tetap cermat) (5)
5
Mantap (antara konsep diri tidak ada over atau minder) (6) Sukur (Baik
organisasi maupun pribadi harus sukur)
Kepedulian bersama: membangun budaya tercermin dalam sikap
karyawannya yang peduli sesama.
Stabilitas sistem sosial
Kepekaan rambu-rambu sosial
D. Pembahasan
Kita semua tahu bangsa yang tidak punya budaya akan menjadi bangsa yang
menurun peradabannya. Manusia menjadi dimulyakan dibandingkan hewan
karena ia mempunyai budaya yang tinggi. Kelompok manusia yang satu lebih
maju dan dimulyakan daripada kelompok yang lain karena mempunyai budaya
yang lebih maju. Jadi, alangkah mencemaskannya kondisi ini bagi bangsa
Indonesia.
Jadi kita perlu membangun budaya bangsa Indonesia. Bukan berarti bangsa
kita sudah tidak mempunyai budaya melainkan budaya yang ada sekarang telah
memudar karena bercampur dengan macam-macam budaya dari luar Indonesia.
Bangsa Indonesia memerlukan budaya yang kuat agar mampu menjadi lebih
unggul dari pada bangsa yang lain serta menjadi bangsa yang berbudaya dan
memiliki ciri khas dari warga negaranya.
6
Negara bangsa Indonesia. Seandainya seluruh organisasi di Indonesia, tidak
terkecuali organisasi bisnis, pemerintah, dan nirlaba-nya, mempunyai budaya
organisasi yang kuat, maka secara tidak langsung akan membentuk Indonesia
sebagai suatu organisasi Negara yang kuat pula.
Masuknya budaya baru ini akan menambah nilai-nilai budaya baru lagi pada
budaya yang lama dan butuh penyesuaian lagi dari para karyawan. Nilai-nilai
budaya Bank Exim dimunculkan kembali karena melihat dari kesuksesan dahulu
yang harapannya dapat menjadi angin segar untuk meningkatkan kembali dan
membangun kembali nilai-nilai Bank Exim yang telah terkubur agar budaya Bank
Exim dapat hidup dalam Bank Mandiri dan mampu meningkatkan kinerja dari
bank mandiri itu sendiri.
7
penghargaan sumber daya manusia, mutu karyawan dan kehormatan. Tetapi
kepuasan nasabah dihilangkan karena lebih dinilai sebagai hasil dari budaya itu
sendiri. kehormatan dan mutu karyawan sebagai acuan dalam menggerakkan
organisasi perbankan. Nilai kehormatan difokuskan pada aspek integritas dan
kehormatan; dalam arti, sikap menghormati diri sendiri, orang lain, dan lembaga
tempat bekerja. Integritas ini berhubungan pula dengan kepercayaan, kepercayaan
baru terbentuk manakala karyawan mengembangkan integritas tinggi berupa
kejujuran, konsistensi, dan komitmen. Sementara itu, nilai sikap menghormati
difokuskan pada aspek nama baik dan pelayanan terhadap orang lain.
implikasinya, setiap karyawan dan manajer diharuskan mengembangkan
hubungan timbal balik dengan pihak lain dengan asas saling menghormati. Nilai
lain yang dikembangkan adalah nilai mutu. Orientasi nilai ini tidak lain adalah
sikap profesionalisme. Setiap pegawai wajib secara terus-menerus meningkatkan
kualitas kerjanya, termasuk selalu belajar dan mengikuti perkembangan dunia
usaha yang terjadi. Jadi sebenarnya nilai-nilai yang ada tersebut saling berkaitan
dan berhubungan satu sama lain.
Pada tahab ini nilai-nilai yang telah ditampug dari berbagai sumber ini
disaring dicari kesimpulannya di cari inti dari nilai-niai tersebut dengan tujuan
untuk merumuskannya secara tepat, mudah dipahami dan tidak terlalu banyak
sehingga dapat diterapkan secara lebih efektif. Selanjutnya setelah inti dari nilai-
8
nilai tersebut selesai. Karyawan dan manajer dipaksa untuk mematuhi nilai-nilai
budaya yang telah ditetapkan dengan gaya kepemimpinan otoriter yang tegas.
Peraturan disiplin pegawai disempurnakan dan ditegakkan. Sanksi-sanksi tegas
diterapkan. Petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas lebih berorientasi pada “perintah
untuk dilaksanakan. sehingga tidak ada lagi kompromi bagi karyawan.
Karyawan hanya mendapat pilihan untuk melakukannya dan jika tidak mau
melakukan akan memperoleh tindakan tegas dengan harapan karyawan dan
manajer yang memang tidak dapat berubah akan keluar dengan sendirinya, karena
merasa tidak nyaman dalam lingkungan yang berbeda budayanya. Sedangkan bagi
karyawan yang mampu beradaptasi akan terbentuk karakter budaya tersebut dalam
kinerjanya dan akan menjadi kebiasaaan serta jati diri lembaga dan karyawan dari
Bank Mandiri.
9
budaya karyawan telah terbentuk. Pada tahab ini karyawan dan manajer dapat
memberikan masukan. Jadi dalam tahab ini ada proses komunikasi dua arah,
sehingga lebih melihat pada pandangan dan saran dari sisi karyawan dan manajer
bagaimana baikknya apakah ada nilai-nilai baru yang perlu dibentuk.
Pancaran Identitas
10
korporat, desain interior kantor, seragam karyawan, materi iklan dan laporan
tahunan korporat) serta non-fisik (nilai-nilai, filosofi dan budaya
perusahaan, standar pelayanan, dan gaya kerja) perlu dimulai dari dalam
dulu melalui komunikasi internal, karena terkadang dianggap sepele dan
tidak ditangani secara intensif seperti komunikasi eksternal.
11
mereka dengan berdiri sangat dekat. Di lain pihak, orang Asia memandang
heran mengapa orang AS berdiri sangat jauh dari mereka seolah-olah
hendak menghindar dari pembicaraan. Dari contoh di atas, tampak jelas
bahwa pancaran identitas korporat tidak hanya tercermin melalui logo dan
atribut lain, tapi juga dari cara berkomunikasi karyawan dari budaya yang
berbeda.
12
pesaing); serta social responsibility (penilaian tentang keaktifan dalam
mendukung pemecahan masalah sosial, tanggungjawab terhadap
lingkungan, dan memperlakukan karyawan secara manusiawi).
Visi
Menjadi Lembaga Pembiayaan Ekspor yang terpercaya dan mampu membantu
meningkatkan kesejahteraan nasional.
13
Misi
Menunjang perdagangan internasional Indonesia dan meningkatkan daya saing
eksportir Indonesia dalam pasar internasional dengan :
Menyediakan beragam fasilitas pembiayaan untuk menunjang kegiatan pra
pengapalan dan pasca pengapalan.
Menyediakan jasa konsultasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing
ekspor Indonesia.
Budaya Perusahaan
Tepat waktu dan mengutamakan hasil.
Mengutamakan pelayanan dan orientasi kepada pelanggan.
Mendorong terciptanya partisipasi dan kerja sama tim.
Memiliki integritas dan dapat dipercaya dalam melakukan pekerjaan.
Mengutamakan keadilan dan kesetaraan.
Bertindak asertif dan bertanggung jawab.
Mengambil inisiatif.
Bersedia mendengar, menerima dan menghargai kritik.
Atas dasar komitmen pemimpin dan semua SDM yang ada pada Bank
Exim, untuk kembali ke budaya mereka seperti pada keterangan diatas sehingga
ini diharapkan akan membawa perubahan menjadi yang lebih baik guna kemajuan
Bank Exim itu sendiri sehingga juga nantinya dapat bersingkronisasi terhadap
armada Bank Mandiri. Visi, misi dan budaya Bank Mandiri dapat dilihat juga
sebgai berikut :
14
Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan.
Pada tahun 2005 Bank Mandiri mengembangkan suatu budaya kerja baru.
Untuk mewujudkan visi, misi sebagaimana di atas merupakan suatu perjalanan
panjang yang harus ditempuh dalam suatu koridor dan pedoman yang disepakati
bersama dalam organisasi. Terdapat 5 nilai budaya, yakni serangkaian prinsip
yang dijadikan sebagai panduan moral dalam berperilaku, bertindah dan
mengambil keputusan. Nilai budaya yang menjadi pedoman tersebut dirumuskan
sebagaimana Tabel sebagai berikut :
Definisi Nilai Budaya dan Perilaku Utama Bank Mandiri
15
Kesempurnaan / Mengembangkan dan Orientasi pada nilai
Execelence melakukan perbaikan di tambah dan perbaikan
segala bidang untuk terus menerus
mendapatkan nilai tambah Peduli lingkungan
optimal dan hasil yang
terbaik secara terus menerus.
Sumber : Tim Internalisasi Budaya Bank Mandiri (2002)
E. Kesimpulannya
Proses internalisasi budaya bank Exim ini yaitu
1. Memunculkan kembali nilai-nilai Bank Exim yang dulu
2. Melakukan akulturasi dengan nilai-nilai yang telah ada di bank mandiri
3. Dilakukan sosialisasi nilai-nilai perusahaan yang baru
4. Penerapan nilai-nilai perusahaan dengan kepemimpinan gaya otoriter
5. Setelah 5 tahun mulai dirubah gaya kepemimpinan menjadi demokratis
6. Nilai-nilai yang telah terinternalisasi tersebut dapat dibentuk visi dan
misi perusahaan yang baru.
Daftar Pustaka
Hadipranata. Prof. Dr. Asip F. Psy. D. Budaya Korporat Strategi dan Teknologi.
Moeljono, Dr Djokosantoso. (2008) MORE ABOUT BEYOND LEADERSHIP 12
KONSEP KEPEMIMPINAN. Penerbit PT Elex Media Komputindo: Jakarta
Moeljono, Dr Djokosantoso. (2003) Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi.
Penerbit PT Elex Media Komputindo: Jakarta
16
Kasus:
Perusahaan ini berdiri pada tahun 1975. Pada tahun 1983 perusahaan ini jatuh
dengan fenomena:
TUGAS:
JAWAB:
1. Dari keenam faktor yang mengakibatkan PJBC jatuh adalah nomor 5 yaitu
terjadi konflik antar divisi. Alasannya adalah ketika terjadi tumpukan
persediaan, maka artinya barang tersebut tidak laku, pasti terjadi ketidak
beresan antar divisi. Misalnya divisi produksi yang sedang memiliki
konflik dengan divisi pemasaran, maka hal ini akan menjadi hal yang
mendorong adanya koflik berkelanjutan. Akibatnya terjadilah kebocoran
dimana-mana, seperti kebocoran uang sampai system manajemen dalam
perusahaan.
2. PPPK yang dilakukan oleh kasus ini adalah
Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain sebagai
berikut: Batasan pekerjaan yang tidak jelas, Hambatan komunikasi,
Tekanan waktu, Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal,
17
Pertikaian antar pribadi, Perbedaan status, dan Harapan yang tidak
terwujud. Terjadinya konflik antar divisi yang di alami oleh perusahaan
menuntut perusahaan untuk melakukan pertolongan pertama pada kasus
ini. Pemakalah merekomendasikan agar perusahaan melakukan hal berikut
untuk mengatasi konflik antar divisi:
Ada beberapa pendekatan situasi konflik, diantaranya :
a. Diawali melalui penilaian diri sendiri
b. Analisa isu-isu seputar konflik
c. Tinjau kembali dan sesuaikan dengan hasil eksplorasi diri sendiri.
d. Atur dan rencanakan pertemuan antara individu-individu yang
terlibat konflik
e. Memantau sudut pandang dari semua individu yang terlibat
f. Mengembangkan dan menguraikan solusi
g. Memilih solusi dan melakukan tindakan
h. Merencanakan pelaksanaannya.
3. Yang harus dilakukan perusahaan adalah segera membenahi konflik
perusahaan yaitu konflik yang dimulai dari konflik divisi dengan segera
menganalisis apa yang menjadi penyebab masalah ini sehingga dapat
dirumuskan jalan keluar dari masalah tersebut. Diharapkan jika akar
masalah ini sudah diselesaikan maka persoalan lain juga akan mudah
menyelesaikan.
18