Anda di halaman 1dari 11

MAGISTE LEMBAR UJIAN

R
MID SEMESTER AKHIR SEMESTER TUGAS
MANAJEMEN
STIE WIDYA WIWAHA
Ijin Oprasional SK.No:185/D/T/2007

Nama Mahasiswa : Sarwidi, S.M


NIM : 202104609
Kebidangan : Manajemen Sumber Daya Manusia
Mata Kuliah : Budaya Organisasi
Kelas : 21.G
Tanggal Ujian :
Dosen Pengampu : Prof.. Slamet PH,MA.,Med.,MA.,MLHR.,Ph.D
Tanda Tangan :

1. Pilih salah satu organisasi! Nilai-nilai budaya apakah yang diterapkannya pada
organisasi tersebut? Bagaimanakah cara mengkomunikasikan nilai-nilai budaya
tersebut kepada para karyawan dalam organisasi yang anda pilih tersebut?
Bagaimanakah cara menerapkan nilainilai budaya ke dalam organisasi yang anda pilih
tersebut?
Jawab:
Membangun Budaya Organisasi Pada perusahaan jasa pelayanan public
( RSI Banjarnegara)
Pendahuluan
Budaya Organisasimenjadi penentu kesuksesan sebuah bisnis. Era ini dipicu oleh
terjadinya peningkatan dalam berbagai hal seperti tekanan kompetisi, risiko dan
ketidakpastian; juga pertumbuhan teknologi yang makin cepat. Untuk dapat bertahan, maka
setiap perusahaan atau organisasi harus melakukan transformasi. Diperlukan cara berpikir,
sudut pandang, dan aturan baru untuk menjawab tantangan perubahan yang ada. Selain
transformasi bisnis yang di antaranya meliputi struktur dan strategi, korporasi juga harus
melakukan transformasi budaya yang meliputi visi, misi dan nilai korporasi.Mengapa
transformasi budaya perusahaan penting? Telah banyak riset yang menunjukkan pentingnya
budaya korporasi.

1
Pentingnya dibangun  Budaya Organisasi yang kuat karena saat ini dunia telah 
memasuki era Consciousness Age,yaitu era kesadaran akan nilai.Berarti beberapa era
sebelumnya telah  dilalui yaitu: agricultural age, industrial age,dan information age. Era
sebelum consciousness age cenderung didominasi orientasi materialisme, kapitaslisme,
hedonisme  dan pasar bebas. Di satu sisi manusia  berubah menjadi mesin yang siap
menggilas siapapun yang lemah disisi lain tumbuh kecemasan yang luar biasa pada siapapun
yang lemah  dan terlemahkan. Seperti halnya di Rumah Sakit perlu di tekankan untuk bisa
membangun budaya organisasi,sebagai perusahaan public yang melayani tidak hanya di
bidang Kesehatan saja melainkan bidang Pendidikan,sosial dan keagamaan.
Bila kita telusuri berbagai literitur, maka akan ditemukan adanya perbedaan yang
cukup signifikan pada masing-masing era tersebut. Pada Era Industri yang diutamakan adalah
kualitas, produktifitas, efisiensi, dan marketing masal sedangkan manajemen yang popular
pada masa itu adalah Six Sigma. Pada Era Informasi yang menjadi fokus adalah pengetahuan
(knowledge), pembelajaran (learning), pemberdayaan (empowerment), pertumbuhan individu
(personal growth), dan kepuasan pelanggan. Sedangkan pada Consciousness Age yang
diutamakan adalah nilai (value), etika (ethics), kolaborasi (collaboration) dan Corporate
Social Responsibility (CSR).
Di Era ‘Consciousness’ ini, Budaya Organisasimenjadi penentu kesuksesan sebuah
bisnis. Era ini dipicu oleh terjadinya peningkatan dalam berbagai hal seperti tekanan
kompetisi, risiko dan ketidakpastian; juga pertumbuhan teknologi yang makin cepat. Untuk
dapat bertahan, maka setiap perusahaan atau organisasi harus melakukan transformasi.
Diperlukan cara berpikir, sudut pandang, dan aturan baru untuk menjawab tantangan
perubahan yang ada. Selain transformasi bisnis yang di antaranya meliputi struktur dan
strategi, korporasi juga harus melakukan transformasi budaya yang meliputi visi, misi dan
nilai korporasi.Mengapa transformasi budaya perusahaan penting? Telah banyak riset yang
menunjukkan pentingnya budaya korporasi.
Atas dasar gelombang pertumbuhan era tersebut, maka dalam dunia kerja era
sekarang, setiap individu akan menghadapi dan  mengalami arus budaya yang berkembang di
tempat kerja. Indvidu yang bekerja dan perusahaan yg membangun usahanya hanya berbasis 
kompetensi murni maka dengan mudah akan runtuh . Kompetensi dalam makna yg murni
memang akan melahirkan professionalisme. Padahal profesionalisme akan melahirkan
manusia yang unggul namun kinerjanya sangat dipengaruhi oleh imbalan materi yang akan
diperoleh. Oleh karena itu budaya kerja yang dikembangkan di Rumah Sakit Islam
Banjarnegara tidak hanya berbasis  kompetensi  namun sekaligus berbasis nilai. Dengan

2
demikian, meskipun arus tekanan budaya negative terjadi di lingkungan kerja kita maka
budaya organisasi islami apabila berhasil dibangun maka setiap pegawai  akan dengan sadar
dapat mengendalikan pengaruh budaya tersebut. Sejauh budaya organisasi  berkembang
dengan sehat, tentu saja setiap pegawai dapat ikut tumbuh menjadi pribadi yang sehat.
Namun, bila budaya organisasi berkembang secara tidak sehat, maka kita perlu menghindari
arus budaya yang tidak sehat tersebut, bahkan sebisa mungkin memiliki andil untuk
membangun dan mengembangkan budaya yang lebih sehat.
Rumah Sakit Islam Banjarnegara sebagai Amal Usaha Kesehatan yang dimiliki
langsung oleh umat Islam di wilayah Kabupaten Banjarnegara baik dari unsur
Muhammadiyah,Nahdatul Ulama maupun Syarikat Islam yang tergabung dalam wadah
Yayasan Jama’ah Haji Banjarnegara, harus mampu untuk terus tumbuh dan berkembang
sebagai pusat dakwah Islam dibidang kesehatan. Oleh karena itu segala upaya strategis harus
dilakukan agar RSIB benar-benar mampu bersaing ditengah tengah tuntutan masyarakat yang
semakin kritis dan tuntutan budaya global yang  mengepung RSIB dari berbagai penjuru.
Kalau RSIB hanya terfokus  bada pembangunan dan pengembangan fasilitas fisik seperti
gedung dan alat alat teknologi kesehatan namun melupakan pembangunan Budaya Organisasi
berbasis nilai  maka RSIB akan dengan mudah ditinggalkan oleh pesaing-pesaingnya bahkan
oleh para pegawainya sendiri.Oleh karena itu RSIB sudah seharusnya semakin memperkuat
dan mematangkan budaya organisasi yang selama ini sudah dimiliki oleh masing masing
rumah sakit  menjadi Budaya Organisasi Aliansi RSIB.Sangatlah tepat bila RSIB membentuk
berbagai team atau kelompok kerja (termasuk kelompok kerja Budaya Organisasi)untuk
membuat strategi yang lebih matang dalam menghadapi berbagai tantangan nilai dan budaya
di era sekarang.

Pengertian

1. Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para
anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem
makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh
organisasi.(Wikipedia.bahasa Indonesia)
2. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai
organisasi akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan
berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi
adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian
mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.

3
Fungsi dari Budaya Organisasi

1. Budaya mempunyai suatu peran pembeda. Hal itu berarti bahwa budaya organisasi
menjadi pembeda yang jelas antara satu organisasi dengan yang lain.
2. Kedua, budaya organisasi membawa suatu identitas bagi anggota-anggota
organisasi.Apabila budaya organisasi RSIB berhasil dibangun maka managemen dan
seluruh pegawai akan memiliki rujukan yang jelas dalam membentuk karakter pribadi
dan karakter layanan sesuai dengan nilai nilai yang disepakati sekaligus akan tumbuh
kebanggaan terhadap RSIB dan akan melawan/menghindari setiap nilai yang
merugikan RSIB.
3. Budaya organisasi mempermudah timbul pertumbuhan komitmen pada sesuatu yang
lebih luas (kepentingan organisasi) daripada kepentingan individual.
4. Budaya organisasi meningkatkan kohesivitas sosial. Para pegawai akan memiliki nilai
nilai nyang menyatukan mereka sehingga sesame mereka akan memiliki hubungan
yang hangat dan saling menguatkan.
5. Budaya organisasi sebagai sistem makna bersama.Budaya organisasi mewakili sebuah
persepsi yang sama dari para anggota organisasi atau dengan kata lain, budaya adalah
sebuah sistem makna bersama. Karena itu, harapan yang dibangun dari sini adalah
bahwa individu-individu yang memiliki latar belakang yang berbeda atau berada di
tingkatan yang tidak sama dalam organisasi akan memahami budaya organisasi
dengan pengertian yang serupa.
6. Budaya organisasi dapat mempunyai dampak signifikan pada prestasi kerja lembaga
atau perusahaan dalam jangka panjang.
7. Budaya organisasi bahkan merupakan factor yang lebih penting dalam menentukan
sukses atau kegagalan perusahaan dalam dekade mendatang.artinya keberlangsungan
sebuah rumah sakit untuk terus tumbuh dan berkembang atau runtuhnya  bukan
ditentukan oleh fasilitas gedung rumah sakit yang megah, alat alat kesehatan yang
canggih dan sumber daya insani yang professional akan tetapi lebih ditentukan oleh
sejauh mana para pegawai dan pimpinan rumah sakit memiliki nilai nilai positif yang
diperjuangkan bersama. Mereka bekerja bukan sekedar untuk memperoleh imbalan
semata akan tetapi mereka bekerja sebagai bentuk pengabdian  kepada Allah dengan
memberikan pelayanan yang terbaik (ihsan) kepada sesama. Para pegawai RSIB
bukan sekedar pekerja tapi mereka adalah para pejuang Islam dan pelayan ummat

4
sesuai dengan profesinya masing masing. Mereka akan menjadi hamba hamba Allah
yang mulia yang dirindukan oleh surga jannatun na’im.  

Sumber Nilai Budaya Organisasi

1. Al Quran dan As Sunnah

Sebagai Amal Usaha Muhammadiyah maka Rumah Sakit Islam Jakarta akan
menempatkan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai sumber tertinggi dalam membangun
dan menciptakan budaya organisasi.Sebagian dari nilai essensial yang bersumber dari
Al Quran dan As-Sunnah yang harus menjadi rujukan dalam membangun budaya
organisasi .
2. Paham agama, ideologi ,visi dan misi serta Keputusan Persyarikatan atau Yayasan
Yayasan Jama’ah Haji Banjarnegara dan Yayasan RSI Banjarnegara telah
menyatakan identitas dirinya sebagai gerakan Islam, dakwah, amar ma’ruf nahi
munkar . Mewujudkan Islam yang berkemurnian dan kemajuan akan selalu menjadi
wajah persyarikatan bagai dua sisi dari mata uang.oleh karena itu dalam membangun
budaya organisasi di Rumah Sakit Islam Banjarnegara seluruh nilai yang
dikembangkan tidak boleh bertentangan prinsip prinsip ibadah dan akidah yang murni
dan disatu sisi budaya organisasi yang dikembangkan harus mampu menampilkan
Islam yang maju dan mampu menjawab setiap problematika zaman.
3. Ideologi dan nilai dari para pendiri dan pemilik
Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal
organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan atau
ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru lebih
jauh memudahkan pendiri memaksakan visi mereka pada seluruh anggota organisasi.
Proses penyiptaan budaya terjadi dalam tiga cara.
Pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan
seperasaan dengan mereka.
Pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara pikir dan berperilakunya
kepada karyawan.
Perilaku pendiri sendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan
untuk mengidentifikasi diri, menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri
tersebut. Apabila organisasi mencapai kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai
faktor penentu utama keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian para pendiri

5
jadi melekat dalam budaya organisasi. Dalam kasus RSIB maka visi dan misi para
pendiri, dan perintis (assabiqun al awalun) serta YRSIB bisa dijadikan salah satu
rujukan penting dalam merumuskan budaya organisasi RSI Banjarnegara.
4. Kebiasaan atau tradisi positif yang sudah lama diterima dan menjadi penggerak
organisasi.
Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada di
sebuah organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan
sebelumnya dan seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu.nilai
nilai kebiasaan dan tradisi yang poisitif ini secara formal tidak berasal dari nilai nilai
para pendiri juga bukan dari nilai nilai normative perusahaan namun sebagai hasil dari
interaksi dan komunikasi seluruh pihak yang terlibat dalam seluruh kegiyatan
organisasi dan layanan kesehatan yg diberikan kepada pelanggan. Dari proses
interaksi antar pegawai dan seluruh pihak yg terkait kemudian muncul nilai nilai
positif yg berfungsi seperti code of conduc  secara tidak tertulis.
5. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat. Karena anggota organisasi itu terdiri
dari berbagai latar belakang yang berbeda, maka nilai nilai budaya organisasi sedikit
atau banyak akan ikut dipengaruhi oleh berbagai pemikiran yang berkembang
dimasyarakat.
Nilai-nilai yang selama ini sudah terbangun di RSI Banjarnegara,antara lain:
A. Sepuluh (10) Budaya Rumah Sakit Islam Banjarnegara
1. Menyediakan lingkungan yang kondusif terlaksananya syari’at islam di rumah
Sakit Islam Banjarnegara;
2. Menyadari keikhlasan adalah landasan utama melaksanakan tugas dan kewajiban
di Rumah Sakit Islam Banjarnegara;
3. Melakukan internalisasi nilai- nilai islam secara kaffah;
4. Memberikan keteladanan yang baik pada setiap aktivitas;
5. Membiasakan tolong- menolong, saling menasehati dalam menegakkan syari’at
islam;
6. Menghindari segala hal yang tidak sesuai dengan syari’at islam;
7. Penempatan posisi pegawai yang sesuai syari’at;
8. Memberikan dan mencukupi kebutuhan materi secara wajar seluruh komponen
Rumah Sakit Islam Banjarnegara;
9. Melindungi diri dan keluarga dari pengaruh lingkungan yang buruk;
10. Berperan aktif dalam pembinaan masyarakat secara islami.
B. Tujuh (7) Nilai Karyawan Rumah Sakit Islam Banjarnegara
1. Jujur

6
2. Tanggung Jawab
3. Visioner
4. Disiplin
5. Kerjasama
6. Adil
7. Peduli

C. Visi
Menjadi Rumah Sakit terkemuka di Banjarnegara dan sekitarnya dengan memberikan
pelayanan bermutu dan paripurna.
D. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang aman, memuaskan dan
mengembangkan Bedah Urologi sebagai pelayanan Unggulan.
2) Mengembangkan management yang efektif dan dinamis.
3) Mengupayakan kesejahteraan karyawan yang optimal.
4) Melaksanakan Bakti sosial kemasyarakatan.
II. Peran apa sajakah yang harus dimainkan oleh pemimpin pada organisasi yang anda
pilih pada soal nomor 1 dalam melestarikan, mengembangkan, dan mengubah budaya
organisasi ?
Jawaban:
Peran seorang pemimpin harus mempunyai strategi dalam menerapkan nilai-nilai
budaya teersebut, diantaranya adalah membiasakan diri nilai-nilai budaya tersebut
bagi seorang pemimpin, menetapkan kontrol mendalam dalam menjaga nilai-nilai
budaya organisasi, apresiasi karyawan dalam prestasi pelayanan yang dimana
pelayanan tersebut diambil dari nilai-nilai budaya. Dari strategi tersebut organisasi
diharapakan akan konsisten dalam menerapkan nilai-nilai tersebut, karena peran
seorang pemimpin harus mensugestikan bahwa dengan menerapkan hal yang baik
maka akan mendapatkan hal yang baik pula.
III. Kunci dari budaya organisasi adalah membahagiakan karyawan. Upaya-upaya apa
sajakah yang harus ditempuh untuk membahagikan karyawan ?
Jawaban:
Kebahagiaan adalah perasaan enak kejiwaannya (well-being) dan 100% bersumber
dari diri seseorang, bukan dari orang lain (lingkungan). Lingkung-an itu bersifat
netral, yang tidak netral adalah tanggapan seseorang terhadap lingkungan.

7
Kebahagiaan = realitas – keinginan. Realitas adalah kenyata-an yang sebenarnya,
bukan yang dipalsukan. Jika realitas melebihi keinginan, manusia akan bahagia.
Sebaliknya, jika keinginan melebihi realitas, maka kebahagiaan akan berkurang. Ada
kecenderungan bahwa manusia ingin selalu lebih dari apa yang dimiliki saat ini
sehingga munculah keinginan. Keseimbangan antara realitas dan keinginan sangat
diperlukan melalui kehendak yang baik, pikiran cerdas, dan perasaan halus.
Keinginan untuk maju memerlu-kan imajinasi, inspirasi, kreativitas, dan inovasi.
Salah satu elemen pendukung kebahagiaan adalah ketersalingan diantaranya:
1. Saling memahami
2. Saling pengertian
3. Saling menghargai
4. Saing percaya
5. Saling mencintai
6. Saling memberi
7. Saling menguntungkan
8. Saling membahagiakan Upaya penempuhan juga dapat dilakukan dengan
mnerapkan aktifitas sebagai beerikut:
1. Olah pikir
2. Olah rasa
3. Olah kehendak
4. Olah emosi
5. Olah makan
6. Olah tidur
7. Olah raga
8. Olah keindahan
9. Olah keseimbangan
10. Olah lingkungan/orang lain
VI. Tuliskan perbedaan dan kesamaan budaya organisasi perguruan tinggi, kabupaten, dan
perusahaan !
Jawaban:
Perbedaan
Budaya organisasi perguruan tinggi aturan tertinggi yakni kebijakan kementrian
pendidikan dan kebudayaan, yang dituangkan ke dalam statuta untuk dapat diteruskan
menjadi aturan pimpinan lalu di breakdown menjadi berbagai SOP tiap bidang.

8
Perbedaan lain yang mencolok adalah bahwa perguruan tinggi merupakan lembaga non
profit yang orientasi utama adalah penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Budaya organisasi kabupaten terbentuk dari nilai-nilai
pancasila dan undang-undang negara republik Indonesia, karakteristik budaya di
organisasi kabupaten adalah bagaimana cara untuk melayani masyarakat sesuai dengan
issue terbaru dan urgensi. Salah satu budaya di kabupaten yang notabena SDM berstatus
PNS maka berfikiri bagaimana cara menghabiskan anggaran sampai akhir tahun. Budaya
organisasi perusahaan yang mencolok adalah fokus terhadap pendapatan, karena
orinteasi profit, jadi budaya di organisasi ini adalah selalu menuntut dengan targeting dan
aturan ketat perusahaan. Suasan yang ada betul-betul terikat dan banyak ancaman.
Kesamaan.
Budaya organisasi dari perguruan tinggi, kabupaten, dan perusahaan adalah sama-sama
melayani masyarakat dengan cara masing-masning, mencukupi kebutuhan masyarakat.
V. Tuliskan kontribusi ilmu-ilmu antropologi, sosiologi, psikologi sosial, dan ekonomi
terhadap pelestarian, pengembangan, dan perubahan budaya organisasi perusahaan !
Jawaban:
Antropologi
Para antropolog mempelajari masyarakat untuk mengetahui seluk-beluk manusia dan
aktivitasnya. Pengakuan, bahwa cara kita berperilaku merupakan fungsi dari kebudayaan
kita adalah sumbangan ilmu antropologi sosial terhadap perilaku organisasi. Secara lebih
spesifik, perbedaan-perbedaan fundamental dalam nilai, sikap, dan norma tentang
perilaku yang dapat diterima mempengaruhi cara orang bertindak; dan dalam taraf
tertentu dapat menjelaskan perbedaan antara bangsa yang satu dengan yang lain, atau
antara masyarakat kota dengan masyarakat tani di pedesaan adalah bentuk sumbangan
yang diserap oleh perilaku organisasi dari antropologi.
Sosiologi ;
Jika para psikolog memusatkan perhatian mereka pada individu, maka sosiolog
mempelajari sistem sosial dimana para individu memainkan perannya. Artinya, sosiologi
itu mempelajari manusia dalam hubungannya dengan manusia lain. Dalam kaitannya
dengan perilaku organisasi, sosiologi memberi kontribusi yang besar dalam soal-soal
yang berkenaan dengan perilaku kelompok di dalam organisasi, khususnya dalam
organisasi yang formal dan kompleks. Dari konsep-konsep yang berasal dari sosiologi,
perilaku organisasi mendapatkan berbagai masukan seperti: dinamika kelompok, proses

9
sosialisasi, budaya organisasi, struktur organisasi formal, birokrasi, komunikasi, status,
kekuasaan, dan konflik.
Psikologi Sosial
Ilmu psikologi sosial mempelajari perilaku antar-individu. Kalau psikologi dan sosiologi
masing-masing berusaha untuk menjelaskan perilaku individu dan perilaku kelompok,
maka psikologi sosial berusaha mencari penjelasan tentang bagaimana dan mengapa para
individu berperilaku tertentu dalam kegiatan kelompoknya. Salah satu kontribusi pertama
ilmu ini terhadap perilaku organisasi adalah dalam masalah perubahan: yaitu bagaimana
menerapkan perubahan dan bagaimana mengurangi hambatan agar suatu perubahan
dapat diterima.
Selain itu, hal-hal seperti mengukur, memahami dan mengubah sikap, pola komunikasi,
dan cara-cara bagaimana kegiatan kelompok memenuhi kebutuhan individu juga
merupakan kontribusi ilmu psikologi sosial yang penting terhadap bidang perilaku
organisasi.
Ekonomi Organisasi merupakan sebuah tempat atau wadah yang di dalamnya terdapat
dua atau lebih individu yang berinteraksi satu sama lain mempunyai konsep yang sama,
pemikiran yang sama karena tujuannya pun sama pula. Sehingga jika kita satukan secara
umum perilaku organisasi merupakan sebuah studi yang di dalamnya mempelajari
mengenai cara hidup, tingkah laku seseorang dan juga perilaku seseorang pada berbagai
kegiatan organisme yang dilakukannya dan mengenai cara mereka bergabung serta
melaksanakan sebuah organisasi tersebut. ada dasarnya, perilaku organisasi adalah suatu
bidang studi yang di dalamnya mempelajari tentang bagaimana seseorang ataupun
individu bisa bergerak dan berperilaku sesuai dengan organisasi. Termasuk di dalamnya
mempelajari bagaimana mereka bisa berinteraksi satu sama lainnya dan bagaimana
mereka bisa bekerja dalam suatu struktur organisasi untuk bisa menyelesaikan pekerjaan
dan juga interaksi tersebut dengan lingkungan yang berada di luar organisasi.
Salah satu tujuan utama dilakukannya studi perilaku organisasi adalah agar bisa
merevitalisasi teori organisasi dan juga mengembangkan konseptualisasi kehidupan
organisasi yang lebih baik. Sebagai bidang daripada multidisiplin, perilaku organisasi ini
sudah dipengaruhi dengan perkembangan pada sejumlah disiplin ilmu, termasuk di
dalamnya psikologi, sosiologi, ekonomi, teknik dan juga pengalaman dari para praktisi
itu sendiri. Studi tentang perilaku organisasi ini memiliki peranan yang penting untuk
dipahami, memprediksi, serta mengandalkan perilaku

10
11

Anda mungkin juga menyukai