Anda di halaman 1dari 21

BAB I

TELAAH JURNAL

JURNAL JUDUL TAHUN PENULIS


1. Opportunities 2015 Pranay Sinha
for Shella V Shenoi
community Gerald H
health workers Friedland
to contribute
to global
efforts to and
tuberculosis
HASIL TELAAH JURNAL
P I C O
A new paradigm is needed Research went Tuberculosis Reduce
to reduce tb rates and wrong treatment and morality
morality care

JURNAL JUDUL TAHUN PENULIS


2. Analisis 2013 Anisa Rika
kaitan riwayat Hapsari

1
merokok Fathin Faridah
terhadap Anugraha
pasien Febrino
tuberkolosis Balwa
(TB PARU). Lintang Dian
Saraswati
HASIL TELAAH JURNAL
P I C O
Menurut jurnal ini Intervensi yang di Berdasarkan Berdasarkan
membahas tentang gunakan adalah intervensi penelitian diatas
peningkatan tuberkulosis penkes, yang di peningkatan
paru di puskesmas srondol, Dilaksanakan lakukan di pengetahuan
Puskesmas ini menjadi dengan metode dapat data tentang bahaya
puskesmas dengan ceramah, sudah efektif dalam rokok
peningkatan tuberkulosis pendapat dan meningkat menunjukan
paru tertinggi di antara 37 Tanya jawab agar kan hasil tidak ada.
puskesmas yang ada di seluruh peserta pengetahuan Hal ini tidak
semarang. ikut aktif. bahaya rokok sejalan dengan
Didukung dan mencegah hasil penelitian.
menggunakan bahaya rokok Hasil penelitian
media berupa ppt, serta tersebut
LCD proyektor, menurunkan menyimpulkan
Sound system, jumlah bahwa
diperlukan demi perokok aktif peningkatan
suksesnya secara pengetahuan
pelaksanaan keseluruhan bahaya rokok
penkes. memberikan dapat di
pengaruh lebih mengerti akan
tinggi untuk tetapi untuk

2
paham bahaya mengurangi
rokok. Untuk rokok belum
itu semua bisa
penyempurnaa melakukan.
n isi dan
metode penkes
agar lebih
efektif
terutama
dalam
menurunkan
perokok aktif.

JURNAL JUDUL TAHUN PENULIS


3. Faktor 2015 Agustina Ayu
resiko dan Wulandari
penularan Mukjazuli
TB paru di M.Sakurdano Adi
kabupaten
Kendal
jawa
tengah

HASIL TELAAH JURNAL


P I C O
Dalam jurnal ini Intervensi Berdasarkan Berdasarkan
membahas tentang yang di intervensi yang di penelitian di atas
factor resiko dan lakukan lakukan didapat peningkatan
penularan TB paru di adalah data factor resiko pengetahuan pada

3
kab Kendal jawa dengan lingkungan fisik factor resiko dan
tengah. metode rumah mempunyai penularan
penelitian proporsi yang tuberkulosis
analitik tidak mempunyai menunjukan hasilnya
abseervasi syarat ventilasi ada. Hal ini sejalan
penelitian yang kurang dengan hasil
terdiri dari kelembaban penelitian. Hasil
factor ruangan tidak tersebut
resiko fisik memenuhi syarat menyimpulkan bahwa
rumah dan atau (lantai kedap factor resiko dan
prilaku, air) penularan tb paru
status gizi, Faktor resiko rentan karena
status prilaku tidak beberapa penyebab.
imunisasi, sesuai dengan
yaitu syarat seperti
kejadian tb. kebiasaan
membuang dahak
pada tenpat
terbuka, batuk
atau bersin tidak
tertutup.
Kebiasaan tidak
membuka jendela
kebiasaan
merokok factor
yang terbukti
sebagai factor
tuberkulosis paru

4
yaitu kepadatan
hunian suhu
ruangan
kelembaban suhu
ruangan jenis
lantai rumah
membuang dahak
yang sembarangan
batuk dan bersin
tidak menutup
mulut.

JURNAL JUDUL TAHUN PENULIS


4. Pengetahuan 2015 Saflin
dan tindakan Agustina
pencegahan Catarina
penularan Umbul
penyakit TBC Wahyuni
pada keluarga

HASIL TELAAH JURNAL


P I C O
Dalam jurnal ini Intervensi Berdasarkan Berdasarkan
membahas tentang factor yang di intervensi yang penelitian di atas
resiko dan penularan tb lakukan di lakukan peningkatan
paru di kab Kendal jawa adalah dengan didapat data pengetahuan pada
tengah. metode factor resiko factor resiko dan
penelitian lingkungan fisik penularan tb
analitik rumah menunjukan

5
abseervasi mempunyai hasilnya ada. Hal
penelitian proforsi yang ini sejalan
terdiri dari tidak dengan hasil
factor resiko mempunyai penelitian. Hasil
fisik rumah syarat ventilasi tersebut
dan prilaku, yang kurang menyimpulkan
status gizi, kelembaban bahwa factor
status ruangan tidak resiko dan
imunisasi, memenuhi penularan tb paru
yaitu kejadian syarat atau rentan karena
tb. ( lantai kedap beberapa
air) penyebab.
Faktor resiko
prilaku tidak
sesuai dengan
syarat seperti
kebiasaan
membuang
dahak pada
tenpat terbuka,
batuk atau
bersin tidak
tertutup.
Kebiasaan tidak
membuka
jendela
kebiasaan
merokok factor

6
yang terbukti
sebagai factor
tb paru yaitu
kepadatan
hunian suhu
ruangan
kelembaban
suhu ruangan
jenis lantai
rumah
membuang
dahak yang
sembarangan
batuk dan
bersin tidak
menutup mulut.

JURNAL JUDUL TAHUN PENULIS


5. Pengetahuan 2015 Fauzie
dan sikap Adenan
masyarakat Fahrini
tentang upaya Yulidasari
pencegahan Nurlaily
TBC Aulia Noor
Azmi
HASIL TELAAH JURNAL
P I C O

7
Menurut jurnal ini Intervensi yang Berdasarkan Berdasarkan
membahas tentang digunakan adalah intervensi penelitian di atas
pencegahan penyakit TBC penelitian yang yang peningkatan
di gading Surabaya 2015. observasi, dilakukan di pencegahan
mengamati dan dapat data penularan
menganalisis. efektif dalam penyakit TB pada
Penelitian ini pencegahan keluarga
adalah hubungan penularan menunjukan ada
antara paparan TBC. Hasil hasil sebagian
dan penyakit penelitian besar yang
dengan cara menunjukan tertular berjenis
membandingkan bahwa kelamin laki laki
kelompok kasus sebagian
anggota keluarga besar
TB aktif dan keluarga
pasif penderitaan
yang tertular
TB berjenis
kelamin laki
laki
sebaliknya
pada anggota
yang tidak
tertular
sebagian
besar bejenis
kelamin
perempuan .

8
JURNAL JUDUL TAHUN PENULIS
6. Pencegahan 2015 Gero
penyakit TBC Sabina
paru yang Sayuna
utama di Mariana
mulai dari
dalam rumah
penderita
HASIL TELAAH JURNAL
P I C O
Menurut jurnal ini Intervensi yang Berdasarkan Berdasarkan
membahas tentang di gunakan intervensi penelitian di atas
penyakit TBC paru penelitian dengan yang di di puskesmas
sebagai penyakit trovis di pendekatan lakukan di betun terdapat 14
temukan meningkat dari kuantitatif dapat data perenpuan dan 16
385 kasus 2014 menjadi metode kros efektif laki – laki yang
600 kasus tahun 2015 di sectional. Studi penderita tbc mempunyai
puskesmas BETUN di lakukan pada di puskesmas penderita paling
kabupaten MALAKA. populasi 30 betun yang banyak di
Penungkatan angka ini penderita TB. terlibat dalam puskesmas
menunjukan lemahnya Pengumpulan penelitian ini lainnya. Prilaku
prilaku pencegahan data dengan terdiri dari 14 pencegahan
penyakit TB paru di wawancara perempuan penyakit TBC
masyarakat malaka menggunakan dan 16 laki- oleh penderita
kuisioner analisis laki. dengan resiko
menggunakan Puskesmas penularan dalam
statistic betun rumah. Walaupun
descriptive dan mempunyai imiunisasi BCG
rasio prefarensi. penderita sudah mencapai

9
TBC paling ke desa desa
banyak dalam wilayah
tersebut namun
penyakit TBC
tetap mengancam
penderitanya
membawa
kematian.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Opportunities for community health workers to contribute to global efforts


to and tuberculosis

In this persfective article, we review the history of CHW-based efforts to


prevent and treat TB, present evidence illustrating the effectiveness of CHWs across
the entire cascade of TB care, and outline additional opportunities for CHWs to
address challenges particular to the TB pandemic. Despite many promising studies,
knowledge gaps persist and we suggest an agenda for future research on the role of
CHWs in TB prevention and care.

10
2.2 Analisis Kaitan riwayat merokok terhadap pasien Tuberkulosis Paru (TB
PARU) Di Puskesmas Srondol

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular kronis yang disebabkan oleh


kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis (TB) masih menjadi masalah
kesehatan dunia terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu
negara berkembang dalam hal ini menduduki peringkat tiga besar setelah India dan
Cina. (WHO, 2010) Pada tahun 2003 WHO mencanangkan TB sebagai global
emergency. Tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit
jantung pembuluh darah. WHO dalam Anual Report On Global TB Control 2003
menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high burden countries terhadap
TB termasuk Indonesia. Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan penyakit TBC. (Erwin, dkk,
2012).

2.3 Faktor resiko dan potensi Penularan Tuberkulosis Paru Di Kabupaten


Kendal, Jawa Tengah

2.3.1 Materi dan Metode

Jenis penelitian inimerupakan penelitian analitik observasional


pendekatan kuantitatif dengan dua rancangan yaitu menggunakan case
controldan cross-sectional.Subyek penelitian terdiri dari 65 kasus dan 65
kontrol.Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu faktor risiko
lingkungan fisik rumah dan perilaku, variable pengganggu yaitu status gizi
dan status imunisasi, variabel terikat yaitu kejadian TB paru BTA (+).

2.3.2 Analisis Deskriptif

2.3.3 Analisis Bivariat

11
2.3.4 Analisis Multivariat

2.3.5 Pemeriksaan Laboratorium Pada Contact Tracing

2.4 Pengetahuan dan Tindakan Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis


Paru pada Keluarga Kontak Serumah

Salah satu hal yang dapat berpengaruh terhadap perilaku seseorang yakni
lingkungan sosial. Lingkungan sosial dapat menyangkut mengenai sosial budaya dan
sosial ekonomi. Khususnya terkait hal sosial ekonomi, sebagai contoh keluarga
dengan status sosial ekonomi yang tinggi akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
dibandingkan dengan keluarga dengan status sosial ekonomi rendah. Pada penelitian
ini didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan status sosial ekonomi pada keluarga
kontak serumah penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Rangkah, Pacar
Keling dan Gading tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
keluarga penderita TB Paru baik yang tertular ataupun yang tidak tertular berada pada
status sosial ekonomi kategori rendah. Status sosial ekonomi keluarga yang rendah
akan mempengaruhi perilaku seseorang yang berada dalam keluarga tersebut, dan
akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan kehidupannya sehari-hari
(Mubarak, 2007). WHO pada tahun 2003 dalam Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis tahun 2014 menyatakan bahwa pasien yang miskin dengan kemampuan
sosial ekonomi lemah akan lebih mudah terjangkit TB yaitu sebesar 90% penderita .
Kemiskinan akan mempengaruhi kejadian TB, karena masyarakat yang miskin akan
mudah terkena TB dan penyakit TB bisa menyebabkan kemiskinan. Derajat sosial
ekonomi baik yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan
kejadian TB misalnya adanya gizi buruk, kondisi rumah atau tempat tinggal yang
tidak sehat dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang menurun karena ekonomi
yang lemah. Diperkirakan sekitar 3-4 bulan waktu kerja yang hilang dalam setahun
akibat menderita penyakit TB.

12
Penderita juga dapat kehilangan total pendapatan sekitar 30% dari pendapatan
rumah tangga (Kemenkes RI, 2014). Lawrence Green pada tahun 1980 melakukan
analisis terhadap perilaku manusia berdasarkan tingkat kesehatan. Terdapat 2 faktor
pokok yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan seseorang maupun masyarakat,
yaitu perilaku (behavioral factor) dan faktor non perilaku (non behavioral factor).
Pertama yaitu faktor pencetus (predisposing factor) diantaranya adalah bentuk
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai,dll. Kedua yaitu faktor
pendukung (enabling factor) diantaranya yaitu lingkungan fisik, fasilitas dan sarana
kesehatan, misalnya puskesmas, obatobatan, alat kontrasepsi, jamban, dll. Faktor
yang terakhir adalah faktor pendorong yang juga dikenal sebagai reinforcing factor
diantaranya adalah sikap dan perilaku petugas pelayanan kesehatan maupun
kelompok lain yang merupakan sebagai referensi atau pedoman masyarakat dalam
berperilaku terutama pada bidang kesehatan (Mubarak, 2007). Seiring hasil penelitian
yang dinjyatakan oleh Kurniasari, dkk (2012) di Wonogori menerangkan bahwa
terdapat hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan terjadinya TB Paru. Kondisi
sosial ekonomi berhubungan dengan tingkat pendidikan, kondisi sanitasi lingkungan,
status gizi dan kemampuan untuk mengakses pelayanan kesehatan. Pendapatan
keluarga yang kurang dapat menyebabkan penurunan atau kurangnya kemampuan
daya beli seseorang dalam memenuhi kebutuhan seperti sandang dan pangan
keluarga. Sehingga apabila seseorang berstatus gizi buruk akan berdampak pada
penurunan kekebalan tubuh dan hal tersebut dapat mempermudah terinfeksi TB Paru.

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada perbedaan jenis kelamin pada
keluarga kontak serumah penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Rangkah,
Pacar Keling dan Gading tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar keluarga penderita TB yang tertular berjenis kelamin laki-laki. Sebaliknya pada
anggota keluarga yang tidak tertular sebagian besar berjenis kelamin perempuan.
Adapun beberapa pustaka yang menjelaskan bahwa seseorang lakilaki mempunyai
risiko lebih besar menderita atau terkena peyakit TB paru dibandingkan dengan

13
seoran perempuan. Adanya kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol yang
lebih dominan pada lali-laki dibandingkan perempuan dapat berdampak pada
penurunan imunitas tubuh seseorang sehingga rentan tertular atau terkena suatu
penyakit seperti menderita penyakit TB Paru. Penelitian yang dilakukan pada
masyarakat di Desa Wori Kecamatan Wori menunjukkan hasil terdapat hubungan
antara jenis kelamin terhadap kejadian Tuberkulosis dengan hasil jenis kelamin laki-
laki mempunyai resiko atau kemungkinan lebih besar menderita penyakit TB Paru
dibandingkan perempuan (Dotulong dkk, 2015).

2.5 Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang Upaya Pencegahan


Tuberkulosis Paru (TB PARU)

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian responden


memiliki pengetahuan yang kurang, yaitu sebesar 50 responden (50%). Hal ini
disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan oleh responden dari media massa
seperti buku, televisi ataupun radio dan juga dari puskesmas terdekat yang
memberikan penyuluhan tentang penyakit tuberkulosis. Tenaga kesehatan harus
bekerjasama dengan masyarakat dalam rangka meningkatkan upaya edukatif pada
masyarakat yang masih memiliki pemahaman bahwa tuberkulosis paru merupakan
penyakit kutukan. Faktor lain yang menyebabkan kurangnya penge- tahuan
masyarakat mengenai penyakit tuberkulosis Paru karena tingkat pendidikan
responden yang dominan SMA.

Masyarakat banyak yang tidak mengetahui bahwa sumber penularan penyakit


tuberkulosis Paru adalah pasien Tuberkulosis BTA positif. Pada waktu batuk atau

14
bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet
nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Pada
umumnya penularan terjadi dalam ruangan dengan percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. 10 Sikap positif yang ditemukan pada sebanyak 35 responden
(35%) seperti perlu adanya pemahaman yang baik tentang penyakit tuberkulosis, baik
dari penyebab, penularan ataupun gejala ataupun pemeriksaan secara berkala harus
dilaksanakan sebagai langkah pencegahan. Pengetahuan dan pemahaman seseorang
tentang penyakit tuberkulosis dan pencegahan penularannya memegang peranan
penting dalam keberhasilan upaya pencegahan penularan penyakit tuberculosis.

Sebagian responden menyatakan bahwa tidak perlu adanya pencegahan lebih


dini dari keluarga terkait penyakit dikarenakan pelayanan kesehatan jauh dari tempat
tinggal, sehingga responden akan melakukan kontrol apabila ingin atau saat keluarga
mengalami keluhan. Masyarakat cenderung mengabaikan adanya kemungkinan
timbulnya penyakit yang lebih serius dan menggangap tidak ada keluhan, penyakit
akan sembuh dengan sendirinya. Namun, apabila ada keluhan, maka masyarakat baru
akan memikirkan untuk melakukan pengobatan. Masyarakat mengabaikan adanya
kemungkinan timbulnya penyakit yang lebih serius. Sikap negatif yang ditunjukkan
responden tersebut menyebabkan seorang tidak melakukan pencegahan tuberkulosis,
disebabkan oleh tidak mau menerima kenyataaan, bahwa dirinya menderita sesuatu
penyakit serta pemikiran, bahwa penyakit tersebut tidak mungkin dapat
disembuhkan menyebabkan sikap apatis dari seseorang untuk tidak melakukan
pencegahan terhadap penyakit tuberkulosis. Dari hal tersebut sikap sangat
berhubungan dengan upaya pencegahan terhadap penyakit tuberkulosis. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian yang
memiliki upaya pencegahan tuberkulosis yang kurang, yaitu sebanyak 45 responden
(45%). Sebagian responden (13,63%) mengabaikan salah satu upaya pencegahan
yang penting misalnya saja tidak membuka jendela di pagi hari agar terjadi
pertukaran udara di dalam rumah sehingga udara di rumah segar. Tindakan yang tidak

15
dilakukan oleh responden tersebut merupakan salah satu upaya pencegahan yang
dilakukan untuk menurunkan angka kejadian penyakit tuberkulosis. Upaya
pencegahan tersebut terdiri dari menyediakan nutrisi yang baik, pola hidup yang
bersih, sanitasi yang adekuat, perumahan yang tidak terlalu padat dan udara yang
segar merupakan tindakan yang efektif dalam pencegahan tuberkulosis.

2.6 Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru yang pertama dimulai dalam


Rumah Penderita

Penyakit TBC di Indonesia lebih khusus Provinsi NTT masih mengancam


kesehatan masyarakat. Walaupun imunisasi BCG sudah mencapai ke desa-desa dalam
wilayah NTT namun penyakit TBC tetap mengancam penderitanya dan membawa
kematian. Sejak tahun 2013, Indonesia termasuk Negara dengan beban tuberculosis
tinggi. Menurut WHO, 2006, faktor risiko utama kejadian TBC ada pada tingkat
rumah tangga, akibat kontak dengan sumber penularan, status gizi. Lama kontak dan
kedekatan (Nurwitasaril,2015). Penelitian Nurwitasaril, 2015, terhadap penularan
TBC anak ditemukan bahwa sumber penularan dalam rumah adalah keluarga, 58,3
%, yaitu dari Ayah, ibu, nenek/kakek, atau saudara kandung, juga dari tetangga,
pengasuh anak dan lingkungan tempat anak bermain. Penemuan dari penelitian diatas
adalah ada hubungan antara penularan TBC dengan riwayat kontak, lama kontak dan
kedekatan dengan penderita TBC.

16
Risiko tertinggi penularan TBC adalah selama 1 tahun setelah terinfeksi,
terutama 6 bulan pertama. Penularan juga berhubungan dengan lama berkontak
dengan penderita TBC. Kontak dalam waktu lama dengan penderita TBC , berrisiko
tertular lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak berkontak (Kertasasmita,
2009) Masa inkubasi TBC bisa 4-8 minggu dalam rentang waktu 2-12 minggu.

Faktor kedekatan penderita dengan angota keluarganya berpeluang besar


menularkan infeksi . Waktu kontak yang intens lebih dari 8 jam dalam sehari. Jumlah
orang dalam satu rumah berpengaruh bagi penghuninya, kepadatan penghuni
dalam satu rumah, ruangan rumah terlalu sempit (Prasetyowati dan Wahyuni, 2009).
Dalam penelitian ini tidak ada data menyangkut lama kontak, jumlah penghuni
dalam satu rumah, namun responden yang sudah tertular sebanyak 20 orang atau
66,6 %. Rasio prevalensi penularan sebesar 2,6 kali pada orang serumah dengan
penderita TBC.

Peningkatan kasus TBC berhubungan pula dengan daya tahan tubuh


seseorang, status gizi dan kebersihan diri (Manula H. S. P, 2010). Dalam penelitian
ini diketahui usia responden 43,4 % diatas 50 tahun. Usia berhubungan pula dengan
daya tahan tubuh seseorang, dan kemauan mempertahankan kebersihan diri. Selain
itu pekerjaan responden 73,7 % adalah petani di desa, yang kebersihan diri kurang
terjamin. Petani desa di NTT dengan persediaan air yang terbatas, sering ditemui
badan kotor dan penuh tanah. Status gizi seseorang berhubungan dengan pekerjaan
pula. Petani NTT mempunyai menghasilan yang hanya cukup untuk dimakan tidak
lebih untuk disimpan. Oleh karena itu status gizi mereka ditentukan oleh
penghasilan, agar dapat membeli zat protein dan lemak untuk kebutuhan gizi
seimbang.

17
BAB III

PEMBAHASAN

Setelah kami melakukan penelaahan dari beberapa jurnal, yaitu satu jurnal
utama yang berbahasa inggris dan lima jurnal pembanding yang berbahasa Indonesia.
Kami menemukan beberapa perbedaan terkait pencegahan penyakit Tuberkulosis
Paru. Yang diantaranya :

Jika pada jurnal utama, yang berjudul “Opportunities for community health workers
to contribute to global efforts to and tuberculosis” pencegahan dilakukan dengan cara
penelitian terhadap bakteri penyebab tuberculosis paru (mycobaceterium
tuberculosis), dengan tujuan untuk menciptakan paradigma baru demi terciptanya
pencegahan atau pengobatan yang lebih efektif bagi penderita Tuberkulosis Paru.

Sedangkan pada kelima jurnal pembanding, diantaranya ;

 Analisis kaitan riwayat merokok terhadap pasien tuberkolosis ( TB Paru )

18
 Faktor resiko dan penularan Tuberkulosis paru di kab. Kendal jawa tengah,
 Pengetahuan dan tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru
pada keluarga.
 Pengetahuan dan sikap masyarakat tentang upaya pencegahan TBC.
 Pencegahan penyakit Tuberkulosis paru yang utama di mulai dari dalam
rumah penderita.

kami menemukan adanya suatu perbedaan terhadap pencegahan yang di lakukan pada
jurnal utama. Yaitu, pada jurnal pembanding, pencegahan dilakukan dengan cara
menciptakan Pendidikan kesehatan kepada individual atau sekelompok orang dengan
tujuan agar terhindar dari penyakit TB paru.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dari beberapa jurnal yang telah kami telaah, kami menyimpulkan bahwa cara
yang efektif untuk pencegahan penyakit Tuberculosis paru dilakukan dengan teori
yang diterapkan oleh jurnal pembanding, yaitu teori yang diterapkan adalah dengan
cara melakukan Pendidikan kesehatan langsung mengenai tuberculosis paru.
mengingat masih banyaknya masyarakat yang kurang pengetahuannya tentang
penyakit tuberculosis paru. Kami mempertimbangkan bahwa, jika teori pada jurnal
utama di terapkan, kami merasa cara yang dilakukan sangat lambat dan belum tentu
mendapatkan hasil yang diharapkan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyono DS.2012. Daftar Tanda & Gejala Ragam Penyakit: Buku Kita. Cetakan
I. Yogyakarta.

Fahreza, E.U. 2012. Hubungan Antara Kualitas Fisik Rumah Dan Kejadian
Tuberkulosis Paru Dengan Basil Tahan Asam Positif Di Balai Kesehatan Paru
Masyarakat Semarang. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah. 1 (1) : 9-13

Agustina, Saflin. 2016. Perbedaan Perilaku Pencegahan Penularan Penyakit TB


Paru pada Keluarga Kontak Serumah (Studi di Kecamatan Tambak Sari Kota
Surabaya). Skripsi. FKM Universitas Airlangga.

Sinha, pranay. 2019. Opportunities for community health workers to contribute to


global efforts to and tuberculosis. Researcher inbound.

20
21

Anda mungkin juga menyukai