Petroleum System Cekungan Salawati
Petroleum System Cekungan Salawati
A. Pendahuluan
Daerah Indonesia Timur merupakan daerah yang kompleks secara geologi, hingga
saat ini penelitan yang dilakukan di daerah Indonesia Timur dan sekitarnya masih belum
komprehensif sehinga studi dan penelitan lebih lanjut terus dilakukan. Eksplorasi yang
dilakukan di daerah Indonesia Timur semakin intensif seiring dengan berkembangnya
tuntutan pengetahuan geologi di daerah ini. Bertambahnya informasi mengenai daerah baru
yang memilki prospek juga semakin menambah pengetahuan geologi di daerah Indonesia
Timur ini. Data baru yang menjadi panduan untuk eksplorasi lebih mendalam di daerah
Indonesia Timur diharapkan dapat memberikan jawaban atas berbagai pertanyan yang sering
muncul akibat belum komprehensifnya penelitan-penelitan di daerah Indonesia Timur
(Riadini, 209). Penelitan-penelitan yang terus dilakukan di daerah Indonesia Timur,
khususnya di daerah Kepala Burung, memberikan berbagai hipotesis mengenai struktur dan
tektonik yang berkembang di daerah tersebut.
Hipotesis bahwa Kepala Burung mengalami rotasi atau merupakan suatu micro-
continent masih terus dikembangkan. Charlton (200), menyatakan adanya rotasi berlawanan
arah jarum jam dari Kepala Burung yang terjadi sekitar 5 juta tahun lalu (jtl). Hal tersebut
memberikan asumsi bahwa terdapat struktur aktif pada umur 5 jtl dan menjelaskan bahwa
fenomena pergerakan Lempeng Pasifik terhadap Lempeng Baratlaut Australia masih terus
aktif hinga sat ini, mengingat relatif mudanya struktur yang mempengaruhi rotasi Kepala
Burung tersebut. Zona Sesar Sorong (SFZ) merupakan struktur muda yang berkembang di
bagian utara Papua, memanjang hinga 100 km dari bagian timur hinga barat Kepala Burung.
Umur pembentukanya yang relatif muda (Miosen Akhir) mengasumsikan bahwa SFZ ini
merupakan struktur yang berpengaruh pada pembentukan Cekungan Salawati, yang juga
berkaitan dengan rotasi Kepala Burung serta rotasi Pulau Salawati dari Kepala Burung,
sehinga diasumsikan bahwa rotasi yang terjadi di Kepala Burung tersebut berkaitan dengan
aktifnya SFZ (Riadini, 209).
Migas (minyak dan gas) atau secara umum disebut juga petroleum merupakan hasil
pelapukan fosil fosil tumbuhan dan hewan pada zaman purba jutaan tahun yang silam.
Organisme-organisme tersebut kemudian dibusukan oleh mikroorganisme dan kemudian
terkubur dan terpendam dalam lapisan kulit bumi. Dengan tekanan dan suhu yang tinggi,
maka setelah jutaan tahun lamanya material tersebut berubah menjadi minyak yang
terkumpul dalam pori pori batu kapur atau batu pasir. Oleh karena pori pori batu kapur
bersifat kapiler maka dengan prinsip kapilaritas minyak bumi yang terbentuk perlahan lahan
bergerak ke atas . ketika gerakan tersebut terhalang oleh batuan yang tidak berpori maka
terjadilah penumpukan minyak bumi dalam batuan tersebut.
Minyak pertama kali ditemukan di Cekungan Salawati pada tahun 1936 melalui
penemuan Lapangan Klamono. Saat itu, lapangan ini ditemukan melalui rembesan minyak
pada antiklin permukaan. Penelitian2 selanjutnya menampakkan bahwa Lapangan Klamono
sesungguhnya merupakan struktur terumbu karbonat yang menyebabkan draping membentuk
antiklin pada lapisan silisiklastik di atasnya. Sejak itu, play type terumbu karbonat menjadi
primadona di cekungan ini, dan ini terus berlanjut sampai sekarang, setelah lebih dari 70
tahun. Karbonat penyusun terumbu ini terkenal sebagai Formasi Kais berumur Miosen
Tengah-Miosen Akhir.
B. Geologi Regional
Cekungan Salawati terletak di wilayah Papua Barat, yang sudah dikenal sebagai
cekungan Tersier penghasil minyak yang besar di kawasan Indonesia Bagian Timur.
Cekungan ini berarah timur-barat terletak di batas utara Lempeng Benua Australia yang
bergerak ke arah utara sebagai pasive margin yang berbatasan dengan Lempeng Samudera
Pasifik yang bergerak relatif ke arah barat dan dibatasi oleh adanya sesar mendatar regional
yaitu Sesar Sorong. Cekungan Salawati berkembang di sebelah selatan Sesar Sorong dan
perkembangan cekunganya dikontrol oleh
pergerakan sesar besar mendatar ini (Hamilton, 1979).
Cekungan Salawati suatu cekungan sedimentasi yang relatif muda karena mulai
terbentuknya baru pada kala Miosen Tengah dan cekunganya mengalami penurunan yang
sangat intensif pada Kala Pliosen hinga Pleistosen yang diasumsikan sebagai akibat dari
aktifnya pergerakan sesar mendatar Sorong. Adanya kenampakan beberapa ketidakselarasan
pada kala Pliosen dan Plio- Pleistosen di garis seismik ini diduga sebagai akibat dari adanya
pergerakan sesar yang periodik atau yang tidak bergerak secara terus menerus (Pireno, 208).
Geologi Papua dipengaruhi dua elemen tektonik besar yang saling bertumbukan dan
serentak aktif. Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik-Caroline bergerak ke barat daya
dengan kecepatan 7,5 cm/th, sedangkan Lempeng Benua Indo-Australia bergerak ke utara
dengan kecepatan 10,5 cm/th. Tumbukan yang sudah aktif sejak Eosen ini membentuk suatu
tatanan struktur kompleks terhadap Papua Barat (Papua), yang sebagia besar dilandasi kerak
Benua Indo-Australia.
J. Reservoir
Lapangan “X” dan sekitarnya termasuk dalam Lagoonal Deeper Carbonates Facies,
secara umum terdiri dari lime-mudstone berwarna abu-abu kecoklatan yang berbutir halus
dan wackestone pada beberapa tempat terdapat argillaceous dengan material skeletal berkisar
8-25% yang terdiri dari foraminifera plankton dan sedikit foraminifera benthonik.
Berdasarkan peta facies, batugamping terumbu di Lapangan X diperkirakan sebagai suatu
atoll atau finger reef yang berkembang pada suatu lagonal. Analisis paleontologi dan
komposisi litologi menunjukkan bahwa Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dalam
pada open marine dengan kondisi low energy. Di Lapangan “X”, dari 114 sumur yang telah
dibor, formasi Kais ini memiliki 18 porositas berkisar 20-28% dengan permeabilitas berkisar
248-1722 md (data core). Pada plot antara harga porositas dan permebilitas dapat ditarik
suatu trend (garis). Hasil evaluasi petrofisika menunjukkan bahwa harga saturasi air berkisar
17-26% dengan gross column 13-143 m, dan perbandingan net-to-gross ratio rata-rata 0,78.
Di sekitar lapangan “X” diperkirakan tidak berkembang Intra-Kais reef, hal ini disebabkan
pada saat pengendapan batugamping Kais relatif lebih dalam. Blok X terletak di onshore
cekungan Salawati Irian Jaya, di mana terdapat lapangan “X” yang telah diproduksi sejak
tahun 1939-an. Pada penampang yang ditarik dari pulau Misool hingga Klamumuk dapat
dilihat bahwa reservoir “X” merupakan sebuah self margin dengan pinneacle reef ( Gambar 5
).
DAFTAR PUSTAKA
Ridjvandra ranjani, Adhe maulana, Wahyu cahyo r, sekolah tinggi teknologi minyak dan gas
bumi balikpapan (2012)
Satyana Awang (2003)
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20289719-S1237-Achmad%20Yoshi%20S.pdf
http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2008/11/petroleum-system-sistem-minyak-dan-
gas.html
http://awangsatyana.com/geology/238-petroleum-geology-petroleum-systems-of-
indonesia.html