Anda di halaman 1dari 3

MENJADI BINTANG KEHIDUPAN

Daniel 12-1-3; Mazmur 13; Ibrani 10:11-14 (15-18) 19-25; Markus 13:1-8
Edy Kristanto, S.Th1

1. KETERANGAN EKSEGESA
Konteks bacaan kita pada pagi hari ini didahului dengan kondisi di mana Yehuda
di bawah kepemimpinan raja Yoyakim jatuh dalam kekuasaan Babel yang dipimpin oleh
Nebukadnezar. Untuk semakin menunjukkan dominasinya atas bangsa Yehuda, Babel
mengambil aset-aset penting bangsa itu termasuk generasi bangsa, keturunan raja dan
dari keturunan bangsawan yakni orang-orang muda yang tidak bercela, yang
berperawakan baik, yang memahami berbagai hikmat, berpengetahuan, orang-orang yang
cakap bekerja di istana raja (Dan. 1:3-5). Daniel satu di antaranya, Tuhan mengaruniakan
kepadanya hikmat pengetahuan untuk mengartikan mimpi, sehingga ia dianggat oleh raja
menjadi raja atas semua orang bijaksana di Babel (Dan. 2:48). Daniel memiliki iman,
integritas dan kesetiaan baik kepada Allah maupun kepada raja yang menjadi kunci utama
ia memperoleh jabatan itu. Melalui Daniel jugalah nama Allah dikenal dan ditakuti di
negeri Babel. Daniel mendapat gambaran dari Allah tentang keadaan akhir zaman,
mengenai apa yang akan terjadi pada masa itu (Dan. 12:3).2
Mazmur 16 bagian dari ungkapan Daud tentang Tuhan yang memberikan
kebahagiaan bagi setiap orang yang berserah kepada-Nya. Daud menyadari benar bahwa
kehidupannya adalah pemberian Allah semata, hadiah dari Tuhan, anugerah dari Tuhan
saja, Daud bisa seperti saat ini bukan karena kehebatan, kepintaran, bukan karena
kegagahan dan keberanian dirinya.
Konteks kitab Ibrani 10:11-25 penulis kitab Ibrani membandingkan korban
bakaran dari para imam Harun, “yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa,”
dengan “pengorbanan Kristus yang lengkap dan sempurna. Para imam Harun terus
melakukan pekerjaan yang tidak akan pernah selesai, sedangkan “Kristus telah duduk di
sebelah kanan Allah,” dan KaryaNya telah selesai. Berdasarkan pandangan ini Ia telah
berhasil membuat semua orang yang percaya kepadaNya “Sempurna untuk selama-
lamanya. Kesempurnaan dalam hal ini bukan berarti bahwa manusia bebas dari kesalahan
moral, melainkan mereka sepenuhnya diampuni dari kesalahan moral itu. Pengertian

1
Disampaikan dalam rangka kothbah perkenalan di GKJ Sampangan Keradenan Semarang,
pada tanggal 18 November 2018 pukul 07.00 WIB.
2
Polma Hutasoit, Kerangka Sermon Evangelium Bijaksana Sampai Akhir, t.p, 2015 Dalam
http://hutasoitsungguparbaja.blogspot.com/2015/11/daniel-12-1-13-bijaksana-sampai-akhir.html
diakses pada 15 November 2018. t.h.
tersebut dimungkinkan karena bahasa Yunani dari kata “sempurna” memiliki arti
“lengkap”, “digenapi”, atau “diselesaikan.”
Ibrani menunjukkan adanya pertentangan dalam kehidupan Kristen. Di satu pihak
kita telah diampuni, tidak ada lagi yang perlu dilakukan oleh Kristus. Namun di lain pihak,
pengudusan merupakan tindakan yang progresif dalam kehidupan Kristen. Kita belum
sepenuhnya bebas dari dosa. Dosa-dosa kita di masa lalu mungkin sudah diampuni, kuasa
dosa mungkin telah dihancurkan dalam hidup kita. Meskipun demikian kita terus berbuat
dosa dan Allah terus menerus menyadarkan kita dan membawa kita ke dalam pertobatan.
Kita berada dalam proses pengudusan, bukan hanya diampuni karena kegagalan kita
untuk hidup kudus.
Penjelasan tersebut mengungkapkan pertentangan yang sering muncul dalam
Perjanjian Baru. Orang Kristen tidak seharusnya hidup dalam perasaan bersalah,
melainkan perasaan telah diampuni. Mereka seharusnya berdiri di hadapan Allah dengan
perasaan bersyukur karena telah diampuni dan bukan merunduk karena perasaan
bersalah.
Allah mengasilkan kekudusan pada setiap orang percaya, tetapi ini merupakan
sebuah proses yang memerlukan disiplin (Ibr. 12). Kita mungkin terlalu memusatkan
perhatian pada kesempurnaan yang telah dihasilkan oleh kayu salib sehingga kita lalai dan
tidak bekerja sama dengan Allah dalam bertumbuh menuju kekudusan. Di lain pihak kita
mungkin terlalu menaruh proses pengudusan sehingga kita tidak mendapatkan kelegaan
ketika mengetahui bahwa Kristus telah melakukan segala hal yang perlu, dan kita
tenggelam dalam rasa bersalah dan terasing dari Allah. Penulis Ibrani menunjukkan
pentingnya melihat kedua-dua sisi tersebut.
Bait Allah di zaman Yesus merupakan bangunan yang didirikan oleh Zerubabel
dan Ezra. Bangunan ini direnovasi dengan megah oleh Herodes pada tahun 20-19 SM.
Kemegahan Bait Allah membuat setiap mata terkagum-kagum. Bukan karena luas Bait
Allah, melainkan lapisan lempengan emas yang menghiasi seluruh bangunan tersebut.
saat cahaya matahari menyinari bangunan itu, Bait Allah memantulkan cahaya keemasan
yang menyilaukan mata dan menjadi kebanggan orang-orang Yahudi. Ketika Yesus
melihat kemegahan bangunan Bait Allah, Ia menubuatkan kehancuran Bait Allah
(Markus 13:1-2). Ucapan Yesus ditafsir oleh para muridNya sebagai tanda akhir zaman
(3-4). Yesus tidak melihat peristiwa itu sebagai akhir zaman, melainkan sebagai ciri-ciri
zaman akhir. Pertama, munculnya banyak penyesat yang memakai namaNya (lebih
tepatnya gelar Masiha) dan mengaku bahwa dirinya adalah juruselamat (6). Kedua, perang
di mana-mana (7a, 8a). Ketiga, kelaparan dan gempa bumi akan menimpa umat manusia
(8b). Keempat, Injil akan diberitakan dan didengar oleh semua bangsa (10). Jika semua ini
terjadi, hal itu merupakan suatu permulaan kesengsaraan datangnya zaman baru, yaitu
langit baru dan bumi baru (8c). tetapi Yesus menghibur para murid untuk tidak kuatir
karena cepat atau lambat peristiwa itu akan terjadi (7b).
Yesus juga memperingatkan para muridNya untuk mawas diri terhadap ajaran
sesat yang merajalela (5) dan penderitaan yang akan dialami oleh mereka karena namaNya
(9). Walaupun mereka menderita, dibenci dan dibunuh, Yesus memberikan jaminan
bahwa Roh Kudus Allah akan senantiasa menyertai hidup mereka. Allah akan
mengaruniakan hikmatNya pada mulut mereka untuk menyaksikan Kristus bagi orang
banyak (11-13a; Kis.7). Lebih dari itu, Yesus berjanji bahwa setiap orang yang
mempertahankan iman kepada Kristus dan rela mati demi keyakinan yang dipercayainya,
maka hidup kekal menjadi upah mereka (13b).

2. PENUTUP
Ada beberapa poin yang harus dilakukan sesuai dengan Mazmur 16:1-11 supaya
Tuhan memberikan kebahagiaan kepadanya. Pertama, tidak mencari perlindungan selain
daripada Tuhan (Maz. 16:1-2). Kedua, mengusahakan kehidupan senantiasa dalam track
kekudusan (Maz. 16:3). Ketiga, iman yang teguh dan tidak goyah, hanya Tuhan yang dipuji
dan disembah (Maz. 16:4). Keempat, pasrah dan beriman bahwa Tuhan memberikan yang
terbaik dalam kehidupan kita sesuai dengan kehidupan kita (Maz. 16:5-6). Kelima, memuji
kebesaran TUhan siang dan malam (Maz. 16:7-8). Keenam, selalu bersuka cita karena
Tuhan selalu menjagai walau banyak ancaman yang melanda hidup (Maz. 16: 9-11).
Mari kita mempertahankan iman percaya kita kepada Kristus berapapun
harganya, sebab hidup kekal akan menjadi milik kita.

Anda mungkin juga menyukai