Referat Sistokel Mila
Referat Sistokel Mila
Sistokel
Oleh:
1830912310091
Pembimbing
Februari, 2020
DAFTAR ISI
1. HALAMAN JUDUL
2. DAFTAR ISI 1
3. BAB I: PENDAHULUAN 2
7. DAFTAR PUSTAKA 28
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sistokel adalah salah satu bentuk penyakit hernia pada wanita yang terjadi
saat dinding antara kandung kemih dan vagina lemah, menyebabkan kandung
kemih turun atau longgar menekan vagina. Pada wanita, dinding depan vagina
atau melonggarkan dengan usia. Signifikan stres tubuh seperti melahirkan juga
dapat merusak bagian dari dinding vagina. Sistokel biasanya terjadi pada wanita
pasca menoupause.
sebuah organ berbentuk balon, organ otot berongga yang menyimpan urin. Saat
buang air kecil, otot polos pada kandung kemih berkontraksi untuk mendorong
urin keluar dari kandung kemih. Sistokel dapat terjadi bila dinding antara kandung
kemih wanita dan vaginanya melemah dan memungkinkan kandung kemih untuk
Kandung kemih yang telah jatuh dari posisi normal dapat menyebabkan
dua jenis masalah, yang pertama yaitu kebocoran urin yang tidak diinginkan
(ikontinensia urine) dan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Pada
menyebabkan kebocoran urin ketika wanita batuk, bersin, tertawa atau bergerak
2
BAB II
Tulang pelvis merupakan komposisi dari tiga buah tulang yakni dua tulang
kokse terdiri dari tulang ilium, tulang pubis, dan tulang iskium. Tulang pubis
terdiri dari ramus superior ossis pubis dan ramus inferior ossis pubis. Kedua rami
tersebut dibatasi oleh foramen obturatorium. Tulang koksegeus terbentuk dari tiga
atau empat vertebre yang berangsur mengecil dari atas atas kearah
bawah(Kahle,1997).
Gambar 2.1: Tulang pelvis (R.Putz dan R.Pabst, 2008) Tulang sakrum
terletak di antara tulang ilium, dilihat dari atas tampak bagian tengah adalah basis
3
yang terbentuk karena hubungan permukaan diskus intervertebralis dengan
promontorium.
tulang pria lebih kekar dan kuat, sedangkan kerangka perempuan lebih ditujukan
kepada pemenuhan fungsi reproduksi. Pada wanita bentuk thorak bagian bawah
lebih besar, panggul berbentuk ginekoid dengan ala iliaka lebih lebar dan cekung,
Tulang pelvis mempunyai empat buah sendi yakni dua sendi sakroiliaka
menjadi lemah sehingga sendi menjadi tidak stabil terutama pada sendi
sakroiliaka mudah terjadi subluksasi, dan pada simfisis pubis sering terjadi
simfisiolisis.
diluar peritoneum, fasia endopelvis, dan tiga lapisan grup otot yang terdiri dari
otot diaphragma pelvis yang merupakan bagian dari sekelompok otot yang dilapisi
fascea yang menutup pintu bawah panggul dan terletak pada lapisan yang
terdalam, otot diaphragma uroginetalis terletak pada lapisan tengah, dan lapisan
4
12
1. Diafragma Pelvis (Otot Dalam)
Istilah otot dasar panggul (ODP) atau pelvic floor muscle atau diafragma
pelvis pubis
ditujukan pada
hingga sekelompok
ke tulang otot yang
koksegius. bekerja
Diafragma bersama
pelvis dan sebagai
terbentuk dari ototsekat
levator ani
pubis hingga
a. ke tulang koksegius.
Otot Diafragma pelvis terbentuk dari otot levator ani
levator ani
5
13
Otot pubokoksigeus
membentuk ini menyatu
ligamen koksigeal dengan otot
dan melalui dari sisi
ligamen ini lain di belakanganus
melekat pada koksik
bagian depan.
membentuk Saat berkontraksi
ligamenkoksigeal otot pubokoksigeus
dan melalui ligamen ini cenderung menarik
melekat pada koksik ke
koksikbagian
arah Saat
depan. depanberkontraksi
dan mengangkat semua organ cenderung
otot pubokoksigeus pelvis, menekan rektum
menarik koksikdan
ke vagina.
arah
Biladan
depan ototmengangkat
pubokoksigeus
semuaberkontraksi
organ pelvis,secara keseluruhan
menekan akan
rektum dan menarik
vagina. ketiga
Bila otot
samping
tersebut ke menyangga
arah depan kandung
sehingga kemih dan kandungan.
mengkerutkan Sifat pelvis,
lumen organ kontraktil ini sangat
di samping
penting kandung
menyangga untuk memelihara kontinensiaSifat
kemih dan kandungan. urin, kontinensia
kontraktil faecal,
ini sangat dan
penting
mencengkeram
untuk memelihara vagina. Kelemahan
kontinensia atau kerobekan
urin, kontinensia otot pubovaginal
faecal, dan mencengkeramdan
penguluran saraf pudendal yang terjadi saat proses kelahiran bisa menyebabkan
vagina.
vaginaKelemahan
turun kebawah,
atau prolaps organotot
kerobekan pelvis dalam berbagai
pubovaginal dan bentuk dan tingkatan
penguluran saraf
kelemahan
pudendal ototterjadi
yang dasar saat
panggul misalnya
proses prolap
kelahiran uteri,
bisa systocele, urethrocele,
menyebabkan vagina turunatau
rectocele,
kebawah, dan akan
prolaps timbul
organ masalah
pelvis dalam berkenaan dengandan
berbagai bentuk fungsi seksualkelemahan
tingkatan karena otot
tersebut
otot dasar sulit mencengkeram
panggul denganuteri,
misalnya prolap optimal (Pangkahila,
systocele, 2005). atau rectocele,
urethrocele,
6
Otot iliokoksigeus melekat di dalam serabut anokoksigeus dan tepi luar
koksik dari sisi ke sisi atau bila berkontraksi bersama kosik bergerak ke arah
fleksi, dan mengangkat rektum yang berada di levator plate.Levator plate adalah
koksik. Pada bagian depan otot dasar panggul membuka di antara dua
2. Diafragma Urogenital
uroginetalis menekan uretra dan dinding depan vagina, menyangga tubuh perineal
2006).
7
a. Otot bulbospongiosus: berasal dari badan perineal dan melingkari vagina dan
permukaan bawah dan sisi dari kaki klitoris. Gerakan kedua otot ini terhadap
disamping memperkuat fungsi otot spingter uretrae internus yang terdiri dari otot
polos.
pada bagian tengah perineum, antara anus dan vagina. Merupakan kerja otot
mengkontribusi stabilitas dan menopang kanal anal. Serat-serat dari levator ani
1) Otot spingter uretra mengitari uretra regio tengah, berjalan melingkar kearah
posterior yang cenderung kurang sempurna pada orang dewasa. Otot tersebut
8
2) Ototkompressor uretrae terletak di sebelah atas dari otot spingter uretrae,
berasal dari rami iskiopubis, berjalan ke arah tengah depan melintasi arkus
atas, berasal dari samping vagina depan. Otot ini berjalan ke arah belakang
melewati uretra dan vagina dan berinsersi di belakang vagina ke dalam otot yang
mengulur uretra. Dua otot yang di bawah berfungsi menghentikan miksi voluntar.
Pada nulliparae, rata-rata dibutuhkan waktu 1,96 detik untuk menghentikan laju
urin dalam saluran tengah tetapi pada multipara membutuhkan waktu lebih lama,
melahirkan pervaginam, kepala lama dalam jalan lahir, kerobekan atau episiotomi
9
perinium untuk melebarkan jalan lahir. Pada dasarnya disfungsi otot dasar
terhadap integritas otot dasar panggul akibat pengaruh hormon progesteron dan
menyebabkan seluruh struktur jaringan lunak ikut melemah, termasuk pula pada
janin dalam kandungan maka otot-otot abdominal terulur, otot dasar panggul yang
mobilitas sendi pelvis menjadi lebih besar sehingga memperluas diameter kanal
persalinan, tetapi juga mudah timbul cidera seperti subluksasi sendi sakroiliaka
maupun simpisiolisis.
tekanan terhadap dinding vagina oleh bayi, khususnya oleh kepala bayi. Tekanan
yang kuat tersebut acap kali tahanan otot dasar panggul disekitar vagina melemah.
Perubahan ini wajar terjadi sebagai akibat peregangan yang bersifat mekanik.
Prevalensi terjadinya kerusakan otot levator ani berkisar antara 15-30% pada
disekitar vagina yang lemah ini dapat dirasakan oleh suami sebagai melonggarnya
vagina ketika melakukan hubungan seksual. Pada istri sendiri kelemahan otot
10
BAB III
SISTOKEL
A. Definisi
genital pada wanita. Prolaps adalah penurunan atau perubahan letak dari salah
satu organ panggul dari posisinya semula (Richter dan Varner, 2007). Turunnya
atau herniasi organ panggul melalui dasar panggul atau hiatus genitalis yang
disebabkan oleh melemahnya otot-otot dasar panggul, terutama otot levator ani,
ke liang vagina dan mungkin sampai keluar dari vagina (Petros, 2007).
kandung kemih kebawah kearah orifisium vagina yang terjadi saat struktur yang
III BERAT- penonjolan kandung kemih sampai keluar dari liang vagina.
B. Epidemologi
11
Prolaps organ dasar panggul sangat umum terjadi, termasuk sistokel. Telah
prolaps organ panggul akan meningkat 45%, akibat peningkatan populasi wanita
yang lebih dari 50 tahun. Data kesehatan wanita di Amerika menemukan angka
kejadian prolaps organ panggul dinding anterior sebanyak 34,3%, prolaps dinding
posterior sebanyak 18,6%, dan prolaps uterus sebanyak 14,3% (Richter dan
Varner, 2007). Penelitian MacLennan dkk (2000), yang meneliti 1.547 perempuan
usia 15-79 menunjukkan bahwa 8,8% memiliki gejala prolaps dan 23% telah
lebih dari 300.000 operasi di Amerika Serikat, biaya lebih dari 1 miliar dolar per
tahun (Handa, 2003). Lang dkk (2003) menyebutkan insiden prolaps organ
panggul dan inkontinensia urin terjadi puncaknya saat menopasue akibat berbagai
faktor. Bland dkk (1999), meneliti wanita usia 45-55 tahun ditemukan insiden
penurunan tonus otot dasar panggul, inkontinensia urin, dan prolaps uteri.
belum ada, namun data dari Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah
Denpasar didapatkan rata-rata 20 kasus operasi karena prolaps uteri per tahun
dengan POP stadium I sebanyak 3,5%, stadium II sebanyak 21,2%, POP stadium
III sebanyak 50,6% dan POP stadium IV sebanyak 5,9% dari seluruh pasien
uroginekologi.
12
C. Etiologi
jaringan penghubung yang menopang kandung kemih dan organ panggul lainnya.
Turunnya kandung kemih dari posisi normal terjadi akibat melemahnya ikatan
atau sambungan antara otot-otot bagian bawah panggul dengan ligamen. Kondisi
· Kehamilan dan persalinan normal. Ini adalah penyebab sistokel yang paling
sering, di mana pada saat proses persalinan, otot-otot dinding vagina akan
saat buang air besar, dan batuk kronis akan merusak dinding panggul bagian
bawah.
menjelaskan bahwa faktor risiko untuk terjadinya prolaps adalah umur, ras, indeks
antara wanita nulipara, prolaps terjadi sekitar 19%, dan 20% dari wanita dengan
memiliki sekitar tingkat 24% lebih tinggi dan 20% lebih tinggi terjadi sistokel.
13
Perempuan asian dan kepulauan pasifik ditemukan memiliki tingkat yang
lebih rendah terjadinya prolaps. Kegemukan, khususnya obesitas (BMI> 30), dan
lingkar pinggang lebih dari 88 cm juga dikaitkan dengan peningkatan risiko. Dari
segi usia, penelitian lain menemukan peningkatan tingkat prolaps dengan usia dan
menopause 51% menunjukkan beberapa derajat sistokel, 27% rektokel, dan 20%
faktor intrinsik (kolagen, genetik, ras, proses penuaan, kondisi pasca menopause)
D. Faktor Risiko
adalah:
· Genetika.
· Obesitas.
Wanita yang memiliki berat badan di atas normal memiliki risiko yang lebih
· Penuaan.
· Histerektomi.
14
Prosedur pengangkatan uterus dapat memperlemah penopang bagian bawah
panggul.
E. Patofisiologi
abnormalitas kolagen, status hormon dan proses penuaan bekerja sama dalam
11
mempertahankan integritas dari struktur-struktur penyokong panggul (Rosenblum,
Gambar
Gangguan struktur 2.1 Struktur
pendukung Dasarpanggul
normal Pangguldapat terjadi sekunder
Otot-otot
terhadap berbagaipanggul
proses.membentuk tiga lapisan:
Cacat bawaan biasanyaatas, tengah
terjadi dananak
pada bawah (Petros
usia dini.
& Ulmsten,atau1997).
Iatrogenik traumaLapisan atas terdiri
serta pekerjaan fisik dari
yangbagian anterior
berat dapat dari otot
menyebabkan
pubokoksigeus
berbagai tingkat(PCM) anterior,
kerusakan ototdan lempeng
dasar levator
panggul. (LP)itu,posterior.
Selain Lapisan
wanita nulipara
tengah terdiri
mungkin dari ototdisfungsi
mengalami anus longitudinal (LMA),
dasar panggul sebuah
yang otot lurik pendek
berhubungan yang
dengan atrofi
tidak melekat
jaringan pada rektum menghubungkan
pascamenopause. lapisan otot atas
Kerusakan neuromuskular dan bawah.
dasar panggulLapisan
dapat
bawah terdiri dari otot-otot yang berlokasi pada membran perineum (PM), sfingter
ani eksternal (EAS) dan pelat postanal (PAP) (Rosenblum, 2005; Petros, 2007).
elastisitas jaringan dan masa saraf. Penyangga dari liang vagina adalah jaringan
yang tersusun oleh otot levator ani dan otot koksigeus. Otot-otot ini memberikan
diafragma penyangga untuk keluarnya uretra, vagina, dan rektum. Otot penyangga
Kerusakan saraf seperti cedera saraf yang mempersarafi otot levator ani
kerusakan dasar panggul berupa inkontinensia uri dan fekal. Inkontinensia uri
ataupun fekal yang merupakan manifestasi dari kerusakan otot dasar panggul
tidak rutin terjadi segera setelah melahirkan, tapi sering hadir segera setelah
menopause, ketika terjadi perubahan hormonal. Hal ini menambah bukti lebih
lanjut bahwa perubahan dinamis dalam otot-otot panggul dan jaringan ikat
dari otot dasar panggul. Gejala awal yang terkait dengan disfungsi otot dasar
panggul pada wanita biasanya stres inkontinensia urin. Namun, gangguan pada
usus, kencing, dan fungsi seksual semuanya secara signifikan dapat dipengaruhi
oleh hilangnya penyangga otot dasar panggul (Richter dan Varner, 2007).
16
akibat dari operasi sebelumnya (Petros, 2007).
menjadiSistem
3 zona yaitu: zona anterior,
diagnostik zona tengah,
teori integral dan zonauntuk
bertujuan posteriormencari
yang masing-
dan
mengidentifikasi ligamen atau fasia dasar panggul yang rusak. Teori integral
masing memiliki gangguan pada organ tersendiri dengan keluhan yang berbeda
menyatakan bahwa kerusakan pada satu atau lebih struktur jaringan ikat dapat
rusak yang menyebabkan gejala. Pendekatan ini memungkinkan ahli bedah untuk
2.1.6StadiumProlapsOrgan Panggul
menyimpulkan teknik bedah yang tepat untuk memperbaiki setiap struktur yang
prolaps organ panggul wanita. Pada sistem ini, diskripsi anatomis dari lokasi
menjadi 3 zona yaitu: zona anterior, zona tengah, dan zona posterior yang masing-
masing memiliki gangguan pada organ tersendiri dengan keluhan yang berbeda
(Petros, 2007).
D. Diagnosis
Anamnesis
vagina yang banyak digambarkan sebagai sesuatu yang terasa seperti bola. Pada
kasus sistokel yang masih tergolong ringan (derajat 1), biasanya penderita tidak
akan merasakan gejala apa pun. Namun, ketika tingkat keparahan bertambah,
gejala-gejala lain yang mungkin akan dirasakan oleh penderita sistokel adalah:
18
Munculnya tonjolan daging yang turun melalui mulut vagina, sehingga
penderita merasa seperti menduduki telur (pada kasus yang sudah parah).
Pemeriksaan Fisik
adalah spekulum SIms atau spekulum standar tanpa bilah anterior. Penemuan fisik
dapat lebih diperjelas dengan meminta pasien meneran atua berdiri dan berjalan
sebelum pemeriksaan. Hasil pemeriksaan fisik pada posisi pasien berdiri dan
kandung kemih kosong dibandingkan dengan posisi supinasi dan kandung kemih
penuh dapat berbeda 1-2 derajat prolaps. Prolaps uteri ringan dapat dideteksi
hanya jika pasien meneran pada pemeriksaan bimanual. Evaluasi status estrogen
mudah robek.
strangulasi dengan iskemia uteri, obstruksi saluran kemih dengan gagal ginjal, dan
pendarahan. Jika terdapat obstruksi saluran kemih, terdapat nyeri suprapubik atau
kandung kemih timpani. Jika terdapat infeksi, dapat ditemukan discharge serviks
purulen.
Pemeriksaan Penunjang
19
20
prolaps organ panggul wanita. Pada sistem ini, diskripsi anatomis dari lokasi
20
spesifik vagina menggantikan istilah tradisional. Sistem deskripsi ini mengandung
vagina (dua titik pada kompartemen anterior, tengah, dan posterior yang diukur 19
jaraknya ke himen. Posisi anatomis dari keenam titik diukur dalam sentimeter
proksimal ke himen (dengan nilai negatif) atau distal dari himen (dengan nilai
21
positif) dengan himen sebagai titik nol. Tiga ukuran lainnya pada pemeriksaan
kuantitatif prolaps organ panggul (POP-Q) adalah hiatus genitalia, perineal body,
Genital hiatus diukur dari tengah meatus uretra ekterna ke posterior tengah
panjang vagina
Stadium 0 adalah
Tidak jarak terpanjang
terlihat vagina Titik
adanya prolaps. dalamAa,
sentimeter ke semuanya
Ap, Ba, Bp puncak vagina
-3
cmnormal
ketika dalam posisi dan titik(Richter,
C antara2007).
panjang vagina secara keseluruhan (TVL)
Stadium I Bagian yang paling distal dari prolaps > 1cm di atas himen
Pengukuran dinding vagina anterior menggunakan istilah Aa dan Ba,
Stadium II Bagian yang paling distal dari prolaps ≤ 1cm di bagian
dengan titik Ba bergerak
proksimaltergantung dari banyaknya
atau distal terhadap himen kompartemen anterior yang
Stadium
prolaps. III AaBagian
Titik yang palingtitik
menggambarkan distal dari anterior
a pada prolaps vagina
> 1cm 3di cm
bagian bawahke
proksimal
himen, namun tidak lebih dari 2 cm dibandingkan dengan
meatus uretra eksterna, yang sesuai dengan bladder neck. Dari definisi, cakupan
panjang vagina secara keseluruhan
Stadium IV Eversi vagina komplit sampai dengan hampir komplit. Bagian
yang paling distal dari prolaps mengalami protrusi sampai
21
(TVL -2) cm.
21
dari posisi titik ini adalah -3 sampai +3. Titik Ba menggambarkan titik yang
paling distal dari dinding anterior vagina dari Aa ke anterior vaginal cuff atau
Tabel
anterior dari bibir leher 2.1 Penjelasan
rahim. Titik Sistem
titik ini dapat berbedaPOP-Q
tergantung dari kerusakan
Titik Sebagai contoh,
penyangga. Penje lasan
titik J arak dan menjadi
Ba adalah -3 bila tidak ada prolaps,
Aasesuai
positif Dinding anterior
dengan 3 cm dari
panjang totalhimen -3 cm sampai
vagina pada pasien dengan+3eversi
cm vagina
Ba Bagian yang terikat dari dinding anterior -3 cm sampai +TVL
(Richter, 2007).
C Serviks atau puncak vagina ±TVL
D Kompartemen tengah terdiri atas titik C dan±TVL
Forniks posterior D. Titik
atau Ctidak
menggambarkan
ada
ujungApyangDinding
palingposterior 3 cm dari
tergantung padahimen
leher rahim-3 atau
cm sampai +3 cm
vaginal cuff setelah
Bp Bagian yang terikat dari dinding -3 cm sampai +TVL
histerektomi. Titik D adalah lokasi dari forniks posterior. Titik itu akan hilang jika
posterior
tidak ada leher rahim lagi. Titik ini menggambarkan letak ligamentum uterosakral
Stadium 0 Tidak terlihat adanya prolaps. Titik Aa, Ap, Ba, Bp semuanya -3
cm dan titik C antara panjang vagina secara keseluruhan (TVL)
Stadium I Bagian yang paling distal dari prolaps > 1cm di atas himen
Stadium II Bagian yang paling distal dari prolaps ≤ 1cm di bagian
proksimal atau distal terhadap himen
Stadium III Bagian yang paling distal dari prolaps > 1cm di bagian bawah
himen, namun tidak lebih dari 2 cm dibandingkan dengan
panjang vagina secara keseluruhan
Stadium IV Eversi vagina komplit sampai dengan hampir komplit. Bagian
yang paling distal dari prolaps mengalami protrusi sampai
(TVL -2) cm.
yang bersesuaian adalah Ap dan Bp. Keenam pengukuran dapat dicatat sebagai
urutan nilai yang sederhana (-3, -3, -8, -10, -3, -3, 11, 4, 3 untuk titik Aa, Ba, C,
22
D, Ap, Bp, panjang total vagina, hiatus genital, dan perineal body). Setelah
sebuah sistem pengukuran terstandar yang membuat penilaian lebih akurat dari
hasil suatu operasi dan juga membuat keseragaman, terpercaya, dan deskripsi
spesifik dari prolaps organ panggul (Richter dan Varner, 2007; Luft, 2006).
E. Penatalaksanaan
Non Bedah
masa depan, mereka yang operasi mungkin tidak menjadi pilihan, atau mereka
intervensi fisik seperti pelatihan otot dasar panggul. Pendekatan ini digunakan
daya tahan, dan dukungan dari otot dasar panggul, menghindari atau menunda
kasus, studi prospektif, atau uji coba terkontrol secara acak yang menguji
23
efektivitas dari pendekatan ini untuk pengobatan prolaps (Richter dan Varner,
2007).
dan gejala yang berkaitan, namun tingkat respon yang lebih rendah ketika prolaps
biasanya dipikirkan untuk diberikan pada wanita karena alasan medis tidak dapat
menunjukkan bahwa usia yang lebih tua dari 65 tahun, kehadiran komorbiditas
berat medis, dan aktivitas seksual, dikaitkan dengan keberhasilan pengguna alat
vagina (+ 6 cm) akibat prolaps, introitus vagina lebar, gangguan aktivitas seksual,
wanita dengan POP, dan ada sedikit konsensus dan manajemen penggunaan
berasal dari studi deskriptif dan retrospektif, dengan sampel yang relatif kecil,
perkembangan POP. Sebuah studi kohort prospektif membahas masalah ini pada
24
56 wanita yang cocok dengan pessaries, dimana 33,9 % (n = 19) terus digunakan
dilakukan menggunakan sistem POPQ. Tidak ada uji coba terkontrol secara acak
dari penggunaan pessaries pada wanita dengan prolaps organ panggul. Demikian
juga, tidak ada pedoman konsensus mengenai perawatan pessaries, peran estrogen
lokal, atau jenis alat pencegah kehamilan diindikasikan untuk jenis prolaps
tertentu. Hasil yang efektif dan memuaskan telah dilaporkan untuk stadium II atau
stadium yang lebih besar menggunakan pessaries Gelhorn dan cincin diafragma.
Setelah 2 sampai 6 bulan, 77% sampai 92% wanita puas dengan penggunan
Bedah
Tujuan utama dari operasi adalah untuk mengurangi gejala, yang mungkin
disebabkan oleh prolaps. Selain itu juga untuk mengembalikan anatomi vagina
tidak diinginkan, operasi obliteratif atau konstriktif lebih tepat dan juga bisa
meringankan gejala. Tidak ada aturan tetap kapan operasi diindikasikan. Hal ini
Secara umum, operasi harus ditawarkan kepada pasien yang telah mencoba terapi
konservatif dan tidak puas atas hasil, serta yang tidak menginginkan terapi
konservatif. Prolaps menjadi simtomatik ketika berada pada stadium lebih dari II
25
perawatan konservatif terlebih dahulu sebelum pendekatan operasi (Richter dan
urin atau feses. Bedah dipilih berdasarkan jenis dan tingkat keparahan prolaps,
pelatihan dan pengalaman, preferensi pasien, dan hasil bedah yang diharapkan
bahan graft permanen; dan (3) obliteratif, menutup vagina sebagian atau
kolporafi, atau untuk mengganti dukungan yang kurang. Penggunaan graft dalam
uterosakral) yang biasanya akan menopang puncak vagina. Selain tujuan utama
26
BAB IV
PENUTUP
Kandung kemih jatuh secara klinis dikenal sebagai prolaps sistokel atau
kandung kemih, yang terjadi pada wanita.Ini adalah suatu kondisi dimana
posisi dan terkulai ke dalam vagina. Hal ini dapat terjadi ketika struktur jaringan
Kandung kemih yang telah jatuh dari posisi normal dapat menyebabkan
dua jenis masalah - kebocoran urin yang tidak diinginkan dan pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap. Pada beberapa wanita, kandung kemih jatuh
wanita batuk, bersin, tertawa atau bergerak dengan cara apapun yang
yang muncul ketika kandung kemih jatuh terjadi adalah kebocoran yang tidak
diinginkan dari urin dan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Norton PA (1993) Pelvic floor disorders: the role of fascia and ligaments.
Clin Obstet Gynecol 36:926–938
28
8. Papa Petros P, Ulmsten U (1990) An integral theory of female urinary
incontinence. experimental and clinical considerations. Acta Obstet Gynecol
Scand 153:7–31
10. Petros PEP, Woodman PJ (2008) The integral theory of continence. Int
Urogynecol J Pelvic Floor Dysfunct 19:35–40 Tansatit T, Apinuntrum P,
Phetudom T, Phanchart P (2013) New insights into the pelvic organ support
framework. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol 166:221–225
14. Albright TS, Gehrich AP, Davis GD, Sabi FL, Buller JL (2005) Arcus
tendineus fascia pelvis: a further understanding. Am J Obstet Gynecol
193:677–681
29
15. Occelli B, Narducci F, Hautefeuille J, Francke JP, Querleu D, Crépin G et
al (2001) Anatomic study of arcus tendineus fasciae pelvis. Eur J Obstet
Gynecol Reprod Biol 97:213–219
30