PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Masjid adalah bangunan yang menjadi sentral peradaban bagi umat Islam.
Fungsi utama masjid adalah sebagai tempat ibadah bagi umat Islam seperti shalat
lima waktu, pengajian, dan membaca Al Quran. Selain itu, masjid dapat digunakan
untuk kegiatan sosial serta berbagai kegiatan sejenis. Banyaknya kegiatan yang
dilakukan di masjid menuntut adanya sebuah kenyamanan dari penggunanya agar
segala bentuk kegiatan yang dilakukan di dalamnya dapat terlaksana dengan optimal.
Kenyamanan bangunan masjid dapat ditinjau dari berbagai aspek. Selain kenyamanan
termal dan visual, kenyamanan akustik menjadi satu parameter yang penting untuk
diperhatikan. Apabila dilihat dari sisi akustik, kegiatan-kegiatan seperti shalat
berjamaah, kajian umum, khutbah Jumat, membaca al Quran dan kegiatan lainnya
memiliki kesamaan yakni menghasilkan bunyi berupa ucapan atau percakapan. Suara
yang diperdengarkan saat imam memimpin shalat berjamaah ataupun saat khatib
berceramah di depan jamaah harus terdengar jelas dan terdistribusi merata di dalam
masjid. Ketersediaan keseimbangan dalam pemenuhan kualitas kemengertian ucapan
sekaligus suasana tenang menjadi poin utama untuk meningkatkan konsentrasi dalam
beribadah maupun aktivitas lain di dalamnya. Kenyamanan akustik di dalam sebuah
bangunan dipengaruhi oleh bentuk rancangan ruang dalamnya [1].
Keberadaan kubah pada akustik ruang masjid menentukan sebagian kualitas suara
didalam masjid. Kualitas suara menentukan Kenyamanan akustik untuk setiap
aktivitas di masjid seperti kemengertian ucapan sekaligus suasana tenang yang
menghasilkan konsentrasi dalam ibadah.
Renovasi pada kubah masjid Ulil Albab UII yang awalnya bertujuan untuk
membuat perubahan pada pencahayaan juga merubah material dan geometri
bangunan. Salah satu yang berubah adalah bagian kubah yang awalnya kubah dengan
bagian dalam rata menjadi kubah dengan bentuk bergerigi di dalamnya. Perubahan
bentuk geometri mempengaruhi kualitas akustiknya didalam ruangan masjid di
2
bawahnya [1]. Untuk mengetahui performa akustik yang memadai dalam beribadah di
dalam masjid perlu dilakukan simulasi dan analisis pada kubah, sehingga dihasilkan
nilai untuk beberapa parameter akustik yang dapat menggambarkan karakter ruang
masjid.
I.3. Tujuan
sebagai berikut :
3. Data sekunder yang didapatkan tidak ada catatan khusus ketika pengambilan data
berlangsung.
I.5. Manfaat
Menurut Utami dalam pemodelan komputer ini ada batasan lain berupa penambahan
jumlah muka bidang pada model sebanding dengan durasi perhitungan simulasi yang
juga bergantung pada kapabilitas komputasi. Selain itu upaya mencapai model optimal,
penyederhanaan dari keadaan sebenarnya dituntut untuk menghasilkan model yang
sesuai.
Syauqi secara khusus mempelajari kondisi akustik akibat pengaruh langit-langit
berbentuk kubah, khususnya pada ruang ibadah masjid. Studinya menemukan bahwa
langit-langit berbentuk kubah memiliki kecenderungan memusatkan energi bunyi
pada titik di bawahnya [3] Apabila panjang jari-jari kubah r lebih kecil dibandingkan
setengah tinggi bangunan 1/2 h, maka efek pemusatan energy bunyi tidak akan
mengganggu kondisi akustik ruang di bawahnya. Lalu dilakukan uji simulasi berupa
tiga model kubah berbeda, yaitu kubah setengah bola (r = 1/2 h), kubah tiga
perempat bola (r € 1/2 h), dan kubah seperempat bola (r X 1/2 h). Metode ray-
masing parameter menunjukkan bahwa T30 sebelum renovasi memiliki sifat reflektif
sedangkan setelah adanya renovasi masjid sifatnya lebih absorptif dan difuse.
Nilai clarity pada rentang frekuensi oktaf 1000 Hz di titik 1 memiliki nilai deviasi yang
paling besar dibandingkan dengan titik pengukuran lainnya, sebesar 6,22 dB untuk C50
dan 3,89 dB untuk C80 . Artinya bahwa renovasi berpengaruh besar terhadap nilai clarity
di titik tersebut. Sedangkan pada titik 20 memiliki nilai deviasi yang paling kecil
dibandingkan dengan titik pengukuran lainnya, hanya 0,75 dB untuk C50 dan 0 dB untuk
C80 . Artinya bahwa sebelum dan setelah renovasi tidak berpengaruh terhadap nilai clarity
di titik tersebut. Perbandingan parameter RASTI menunjukkan bahwa sebelum dan setelah
renovasi tidak mengalami perubahan nilai secara signifikan. Perubahan yang terasa berada
di barisan belakang lokasi penelitian yang dikarenakan adanya kemampuan absorpsi di
bagian kubah, pilar, lantai dan dinding [4].
7
BAB III
DASAR TEORI
Waktu dengung (T) sebagai parameter akustik yang umum digunakan terbagi
menjadi tiga, yaitu T10 (dikenal sebagai Early Decay Time, EDT), T20, dan T30.
Waktu dengung didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh bunyi untuk
meluruh level tekanannya berturut-turut sebesar 10, 20, atau 30 dB, sejak sumber
bunyi dihentikan. Dikenal pula jenis waktu dengung T60 yang berarti waktu yang
dibutuhkan sumber suara untuk jatuh level tekanannya sebesar 60 dB. Pada
pengambilan data impulse response di lapangan, jenis T60 lebih sulit didapatkan sebab
adanya background noise (bising latar belakang) yang kadang cukup tinggi, sehingga
level tekanan bunyi tidak meluruh dan tetap berada di atas tingkat bising latar
belakang. Untuk itu digunakan beberapa metode untuk mendekati nilai T60, yaitu
dengan mengambil data peluruhan hingga beberapa dB yang mampu dicapai,
kemudian diekstrapolasi hasilnya secara linier ke tingkat tekanan bunyi turun hingga
60 dB.
Waktu dengung mengkarakterisasi peluruhan bunyi untuk menspesifikasi
efisiensi ruang dalam memenuhi permintaan kondisi akustik yang bergantung pada
aktivitas atau fungsinya. Untuk tujuan peribadahan, rentang optimum nilai waktu
dengung T60 ialah 3,0 – 3,5 detik untuk volume ruang lebih besar dari 10.000 m3
(Egan, 1994) [11].
III.3.2 Clarity (C50 )
‘Clarity index’ C (asalnya‘Klarheitsmaß’) dikenalkan Reichardt dkk. digunakan
untuk mengkarakterisasi performa musik di concert hall. Parameter clarity banyak
digunakan sebagai indikator pengaruh akustik ruang dalam kejernihan ucapan.
Didefinisikan bahwa C50 untuk percakapan. Clarity diturunkan dari impuls respon dan
didefinisikan sebagai perbandingan energi bunyi datang pada penerimaan posisi ukur
50 atau 80 milidetik pertama terhadap energi bunyi datang setelah 50 atau 80
milidetik:
50 md œ
0 50 md
di mana p(t) adalah tekanan bunyi langsung terukur di ruang uji respon dan t adalah
waktu. [2]
intensitas berkas bunyi berkurang sebesar 1/r2 (r = jarak dari berkas bunyi
sumber).
Metode ray tracing merupakan salah satu metode geometri klasik untuk simulasi
bunyi di sebuah ruangan. Metode ray tracing cocok untuk mempelajari rambatan bunyi
berfrekuensi tinggi beserta pantulannya dari permukaan bidang yang lebar. Metode ray
tracing menggunakan sejumlah besar berkas-berkas bunyi, yang berasal dari satu titik
tertentu dan terpancar ke segala arah. Sejumlah besar berkas bunyi pada metode ray
tracing dimaksudkan untuk mewakili porsi kecil dari gelombang bunyi berbentuk bola.
Berkas bunyi dilacak jejaknya di sekitar ruangan, sebagaimana energi yang hilang
disebabkan batasan di ruangan.
III.4.2 Metode Hibrida Pada Pemodelan Komputer
Beberapa kelemahan ditemukan oleh Vorlander dalam validitas dan aplikasinya
dari hukum pantulan, keduanya untuk metode ray-tracing dan sumber bayangan.
Vorlander menemukan dalam bahwa kombinasi dari kedua metode di atas
menggabungkan beberapa keuntungan dan menutup kekurangannya. Ide dari metode
hibrida ialah untuk mendapatkan tahapan efisien dalam menemukan sumber bayangan
dengan validitas probabilitas yang tinggi dengan ray-tracing dari sumber dan mencatat
bagian permukaan yang ditumbuknya. Setiap pola yang terdeteksi dengan cara ini
diasosiasikan dengan runtutan sumber bayangan yang valid, yang mana diidentifikasi
dengan melacak-balik pola dari partikel bunyi, kemudian diuji untuk ditentukan mana
yang memberikan kontribusi pada titik pendengar. Sekali sumber bayangan valid
ditemukan, energi dari respon impuls dapat ditentukan dengan menambahkan
kontribusi dari seluruh sumber bayangan dan menggunakan koefisien energi pantulan
dari elemen batas ruang yang terlibat.
Pada umumnya pantulan awal dihitung dengan mengkombinasikan metode sumber
bayangan dan ray-tracing. Pantulan akhir dihitung dengan proses ray- tracing, yang
mana menciptakan sumber kedua yang terdifusi. Pada proses ini berkas bunyi dikirim
dari posisi sumber, mendeteksi sumber bayangan hingga derajat pantulan tertentu,
kemudian mendeteksi sumber kedua pada permukaan dari ruangan di titik terjadinya
tumbukan.
Sumber bayangan yang terletak pada jarak tertentu dari titik penerima dicek
secara teliti untuk ditentukan mana yang memberikan kontribusi pada titik penerima.
Sumber bayangan yang terletak jauh diperlakukan secara statistik untuk menghasilkan
perkiraan peluruhan dengung yang benar. Sebagaimana ditentukan dengan metode ini,
pantulan awal sumber bayangan pertama jatuh pada posisi penerima setelah pantulan
akhir sumber bayangan kedua, akan terjadi overlap. Waktu dengung dapat
diperkirakan dari kurva respon impuls pada kejadian tersebut. Properti akustik ruang
lainnya dapat diturunkan dari integrasi respon impuls.
Pemodelan komputer yang digunakan pada penelitian ini ialah CATT- Acoustic.
Metode hybrid yang digunakan pada CATT-Acoustic pada dasarnya sama
sebagaimana metode hybrid yang dijelaskan di atas.
IV. PELAKSANAAN PENELITIAN
IV.1. Alat dan Bahan Penelitian
IV.1. 1 Laptop
akustik dapat dengan komputer yang bisa mengoperasikan software Sketchup Pro
untuk desain pemodelan dan CATT-acoustic sebagai pengolahan akustik data
berupa parameter yang di butuhkan.
IV.1. 2 CATT-Acoustic
Sekilas tentang CATT, masukan data geometri dibuat menggunakan text- editor.
Ruang dibentuk dengan mendefinisikan kode-kode titik dan bidang, dimana
sebuah bidang tersusun dari minimal tiga titik. Geometri ruang dibatasi dengan
jumlah maksimal 5000 plane (bidang permukaan). Namun hasil pemodelan yang
baik kadang tidak dibuat dari model yang sangat detil, penyederhanaan dapat
dilakukan dengan prinsip-prinsip ilmu akustik ruang. Setiap bidang yang
dimodelkan dapat mewakili sifat bahan akustik pada keadaan sebenarnya. Dengan
memberi koefisien serap α dan hambur s, sifat bahan pada bidang pemodelan
dapat menyerupai atau mewakili pada keadaan sebenarnya.
Rentang frekuensi pada hasil perhitungan dibuat untuk delapan octave- band: 125
hingga 16k Hz. Apabila tidak ada data tersedia untuk 8k dan 16k Hz maka
diekstrapolasi dengan basis nilai pada 2k dan 4k Hz.
Penelitian dimulai dengan data sekunder yang di dapat dari pihak terkait
yang membangun masjid UII . Data berupa denah dan gambar arsitektur
masjid sebagai acuan untuk membuat gambar 3 dimensi dengan skala yang
dibutuhkan agar pemodelan 3 dimensi dan bangunan sama. Pemodelan
menggunakan software sketchup dan hasilnya dieksport ke dalam CATT –
Acoustic. Kemudian di masukan data berupa nilai nilai yang
merepresentasikan material bangunan seperti pada bangunan masjid .
kemudian dilakukan simulasi dengan metode ray tracing yaitu pemantulan
pada area permukaan dari pemancaran masing-masing sinar dari lokasi
sumber. Hasil didapat berupa nilai parameter yang ingin diketahui yaitu T30
dan C50.
mulai
CATT
studi pustaka
koef absorbsi dan
scattering koefisien
gambar 3D
sketchup
posisi sumber
dan pendengar
dan acoustic
environment
Ekspor
catt
Analisis T30,C50
dan RASTI
selesai
Lokasi Penelitian
Universitas Islam. Gambar 4.1 memuat lokasi Masjid Ulil Albab UII.
Gambar 4. 1 Lokasi Masjid Ulil Albab UII
Masjid Ulil Albab UII terdiri dari tiga lantai. Lantai satu digunakan sebagai
auditorium UII, lantai dua digunakan tempat ibadah dan lantai tiga digunakan
untuk perkantoran Direktorat Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam
(DPPAI). Pengambilan data pengukuran langsung hanya dilakukan hanya di lantai
dua yakni tempat ibadah.
Data denah dan arsitektur didapatkan dari rancangan renovasi masjid UII yang
didapat dengan bekerja sama dengan pihak terkait. Data pada gambar untuk
menentukan ukuran skala pemodelan agar sama dengan bangunan masjid.
Pembuatan gambar 3 dimensi dibuat dengan sketchup pro 2016. skala dan
desain yang didapat dari hasil studi pustaka di terapkan untuk pemodelan 3
dimensi. Pada tahap pemodelan dilakukan simplifikasi dengan mengabaikan
bentuk yang kecil .dengan batasan pengabaian adalah dengan perhitungan panjang
gelombang . dengan perhitungan sebagai berikut :
ƛ= V/f
F : frekuensi (Hz)
Frekuensi yang di hitung dalam penelitian ini hanya pada 1000 Hz karna
percakapan manusia terdapat pada frekuensi tersebut.
Maka pada bentuk bangunan yang kurang dari 34 cm dapat di abaikan karna tidak
mempengaruhi secara signifikan[14].
Pada kubah masjid setelah renovasi memiliki desain artistik yang menggunakan
acoustic tiles yang memiliki sifat absorber. Hal tersebut menambah nilai artistik
ruang dan mempengaruhi parameter akustik. Faktor yang mempengaruhi
parameter akustik tersebut yaitu koefisiensi hamburan dan koefisiensi penyerapan.
Gambar 4. 3 Penampakan kondisi ruang ibadah
Koefisien abrsobsi yang digunakan pada penelitian ini adalah koefiensi absorbsi
sabine yaitu ketika bunyi yang menyebar kesegala arah tanpa memperhatikan
bidang pantul.
Obyek Material
Dari material yang ada maka ditentukan nilai absorbsi obyek seperti Tabel 2
merujuk pada kinsler fundamental acoustic [8 ].
Lantai1 20 53 70 71 63 80
Lantai2 1 1 1 1 2 2
Pilar 29 10 5 4 7 9
Dinding 3 3 3 4 5 7
Jendela 18 6 4 3 2 2
Kubah 12 18 24 30 33 24
B. Scattering koefisien
kubah tidak memiliki permukaan yang halus tetapi juga memiliki hiasan/gerigi
seperti pda gambar.
Gambar 4.4 Kubah tampak depan dan tampak bawah
Nilai koefisien hamburan diperkirakan ada pada nilai 30% dengan acuan [10] .
Nilai ini dapat berubah jika hasil dari validasi tidak dapat diterima.
a).posisi sumber
b) posisi pendengar
pengukuran data impulse response dengan ISO 3382 yang ditujukan untuk
mendapatkan data akustik yang sesuai dengan lapangan. Kemudian kedua puluh
titik pengukuran tersebut memiliki jarak antar titik yakni 7 meter dan memiliki
c) acoustic environment
d) Background noise
C. Analisis parameter
T30 pada pengukuran langsung setelah renovasi sangat baik jika di bandingkan
dengan T30 sebelum renovasi. Material material yang dirubah lebih absortif
sangat berdampak pada parameter T30.
2) Clarity
3) RASTI
A. Validasi Model
Model yang telah dibuat disimulasikan untuk mendapat data terukur T30,
kemudian dibandingkan.
Dilakukan beberapa kali pengukuran lapangan untuk T30, hasil tersebut
kemudian dirata-rata. Masing-masing hasil pada setiap titik dibandingkan
dengan data T30 keluaran simulasi pemodelan. Kemudian dilakukan analisis
t-test, untuk membuktikan bahwa hasil T30 pemodelan adalah valid terhadap
hasil rerata T30 lapangan.
Hipotesis:
H0 di tolak jika nilai t-stat d luar t critical. Nilai t-stat menunjukan -1.1724
menunjukan t critical yang digunakan berupa t critical two-tail dengan -2.04 <
-1.1724 < 2.04 . H0 masuk dalam rentang t critical menunjukan bahwa H0
tidak ditolak, dengan demikian data rata-rata T30 pengukuran langsung dan
T30 pemodelan sama. Atau dengan kata lain, model valid.
Pada frekuensi 1000 Hz T30 berada pada rentang yang kecil. Nilai terkecil
berada pada titik 3 yang dekat dengan suber suara. Titik pengukuran 16,18,20
dengan posisi jauh dari sumber suara mendapat nilai T30 yang cukup besar.
T30 pada titik – titik yang berada di bawah kubah pada rentang 1,49 s – 1,89
menunjukan nilai T30 cukup bagus.
Hasil T30 pengukuran langsung menunjukan waktu yang di butuhkan
bunyi untuk dapat di dengar dalam ruangan realtif cepat pada hampir semua
titik . Hal ini dikarnakan sifat material setelah renovasi memiliki sifat
absorptif yang lebih besar daripada sifat reflektif. Bahan pembentuk material
dan tambahannya membuat sifat absorbtif cenderung naik.
3) Perbandingan T30
Hasil perbandingan data diwakilkan denga frekuensi oktaf 1000 Hz karna
pada 1000 Hz pendengan manusia berada pada sensitivitas yang cukup peka
dalam mendengarkan.
Teradapat perbedaan yang signifikan pada pengukuran dan pemodelan
4.5
4
3.5
3
T
3 2.5
0
( 2
pengukuran
s 1.5
) simulasi
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Titik Pengukuran
C. Clarity
1) Clarity (C50) pengukuran langsung
Nilai rentang C50 pada frekuensi 1000 Hz berkisar -4,6 dB sampai 4,14dB
dengan nilai terendah pada titik 18 dan nilai tertinggi pada titik 3. Titik 18
merupakan titik terjauh dari sumber . Nilai C50 yang didapatkan pada titik
tersebut buruk karna jauh dari 0. Titik 3 merupakan titik terdekat dengan
sumber. Nilai yang didapatkan titik 3 baik artinya suara dengan jelas
terdengar.
Pada titik-titik yang berada di bawah kubah nilai berada pada rentang -2,59
dB - 4,54 dB. Nilai C50 kurang dari 0 menunjukan bahwa pantulan suara
lebih besar dari suara yang langsung didengar. Nilai C50 baik pada titik yang
dekat dengan sumber yaitu titik 3 yaitu 4,54 dan titik yang berada di tengah
kubah yaitu pada titik 8 dan 13 yaitu 0,89 dB dan 1,81 dB. Pada titik 7 dan 9
berada pada dekat sisi luar seperti terlihat pada gambar 3 memiliki C50 -0,98
dB dan -2,59 dB.
5
4
C 3
5
0 2
1
( pengukuran
d 0
B Pemodelan
2 4 6 8 10 12 14
) -1
-2
-3
Titik Pengukuran
Nilai C50 di dalam kubah saat pemodelan lebih baik karna semua titik
memiliki nilai C50 positif. Titik 7,8,9 dan 13 memiliki C50 yang hampir sama
yaitu pada rentang 3,8 dB – 4,4 dB. Pada titik 3 memiliki C50 terkecil di
banding titik lainnya yaitu sebesar 0,4 dB.
Pengaruh geometri sangat signifikan terhadap nilai C50. titik yang
berada di tengah kubah mendapatkan C50 yang baik dengan nilai C50 lebih
dari 0.
Nilai RASTI setelah renovasi memiliki rentang nilai rata-rata diantara 0.40–
0.73. Dari Gambar 10, sebagian besar titik pengukuran memiliki nilai RASTI
dengan kondisi yang cukup (fair). Hanya terdapat 3 titik yang dengan kondisi
yang baik (good) sisanya dalam kondisi cukup. Ke-3 titik tersebut berada di
titik 2, 3,dan 4 yang posisinya berada di barisan yang paling dekat dengan
posisi sumber suara. Nilai RASTI tertinggi berada di titik 2 sedangkan nilai
RASTI terendah berada di titik 17.
Nilai RASTI pada pemodelan computer berada pada rentang 0,40 – 0,77. Dari
gambar 11, sebagian besar titik pengukuran memiliki nilai RASTI dengan
kondisi yang cukup (fair). Terdapat 3 titik yang memiliki RASTI buruk (poo)
yaitu pada titik 10, 16, dan 18.
Pada posisi di bawah kubah yaitu pada titik 3,7,8,9 dan 13 rerata memiliki RASTI
yang cukup dan baik. Nilai RASTI berada pada rentang 0,53 – 0,61.
3) Perbandingan RASTI
0.9
0.8
0.7
0.6
R
A 0.5
S 0.4
T pemodelan
I 0.3 pengukuran
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Titik Pengukuran
Gambar 12. Perbandingan RASTI
Sedangkan pemodelan memiliki 3 titik dengan kondisi baik (good) yaitu 0.53,
0.57, 0.61, 0.61, 0.61 masing-masing pada titik 3,7,8,9 dan 13
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan
T30 pada titik dibawah kubah bernilai 2,57 s, 2,66 s, 3,06 s, 2,57 s dan 3,01 s
masing-masing pada titik 3, 7, 8, 9 dan 13. Hal ini menunjukan waktu untuk suara
meluruh sebesar 30 dB singkat . Hal ini dikarnakan Sumber yang diletakan di
dalam kubah membuat suara akan terserap sebagian karna material absorbtif
dan dihamburkan dikarnakan ada scattering koefisien dengan bentuk kubah
bergerigi.