Sistem Koordinat
Setelah mempelajari uraian pada materi ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami pengertian sistem koordinat
2. Memahami sistem koordinat geografis
3. Memahami sistem koordinat proyeksi (sistem koordinat UTM)
Bab 5
Sistem Koordinat
5.1. Pengertian Sistem Koordinat
Koordinat adalah pernyataan besaran geometrik yang menentukan posisi
satu titik dengan mengukur besar vektor terhadap satu posisi acuan
(georeferensi) yang telah ditentukan. Posisi acuan (georeferensi) dapat
ditetapkan dengan asumsi atau ditetapkan dengan suatu kesepakatan
matematis yang diakui secara universal dan baku. Jika penetapan titik
acuan tersebut dilakukan secara asumsi, maka koordinatnya bersifat lokal
atau disebut Koordinat Lokal dan jika ditetapkan sebagai kesepakatan
berdasar matematis maka koordinat itu disebut Koordinat
Global/Universal. Untuk menjamin adanya konsistensi dan standarisasi
dalam penggunaan koordinat, maka diperlukan suatu sistem dalam
menyatakan koordinat tersebut. Hal inilah yang disebut dengan sistem
koordinat.
Dalam modul ini hanya akan dibahas mengenai koordinat global, mengingat
penggunaannya yang bersifat universal dan merupakan standart penyajian
sebuah peta. Secara umum, sistem koordinat global terbagi menjadi dua
tipe, yaitu :
2. DM (degree : minute)
Penulisan koordinat geografis hanya dalam satuan derajat dan menit
saja dengan menggunakan simbol yang sama dengan cara pertama.
Contoh : 115˚ 23’ 30,24” BT Æ nilai menit dan detiknya 23’ 30,24”
⎛ 30,24 ⎞
=⎜ ⎟ + 23
⎝ 60 ⎠
= 0,504 + 23
= 23,504
⎛ 25,15 ⎞
=⎜ ⎟ + 11
⎝ 60 ⎠
= 0,419 + 11
= 11,419
3. DD (decimal degree)
Penulisan koordinat geografis dalam satuan derajat desimal, dengan
nilai desimal sebagai pengganti nilai menit dan detik.
⎛ s ⎞ Keterangan :
⎜m+ ⎟
⎜ 60 ⎟ d : nilai derajat
d+ m : nilai menit
⎜ 60 ⎟
⎜ ⎟ s : nilai detik
⎝ ⎠
Contoh : 115˚ 23’ 30,24” BT
⎛ 30,24 ⎞
⎜ 23 + ⎟
= 115 + ⎜ 60 ⎟
⎜ 60 ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
= 115 + 0,3917
= 115,3917
Gambar 5.3. Penyajian Sistem Koordinat Geografis Pada Bidang Datar (Peta)
Salah satu contoh sistem koordinat proyeksi yang umum digunakan adalah
sistem koordinat Universal Transverse Mercartor (UTM). Sistem
koordinat UTM disusun dengan menggunakan sistem proyeksi Transverse
Cylindrical Mercator dan datum WGS 84 sebagai georefrensinya (global
ellipsoid reference).
Dengan memperhatikan gambar 5.4. dan 5.5. dapat kita ketahui bahwa
setiap zone UTM dinotasikan dengan “angka” dan “huruf/alphabet”.
Notasi “angka” mendefinisikan zone longitude UTM, sedangkan notasi
“huruf/alphabet” mendefinisikan zone latitude UTM dan penulisan setiap
zone UTM ini selalu didahului oleh notasi “angka” yang kemudian diikuti
dengan notasi “huruf/alphabet”. Sebagai contoh notasi zone UTM wilayah
Kalimantan Selatan adalah “50M”.
Zone longitude UTM membagi bumi antara 84o LU (Lintang Utara) sampai
80o LS (Lintang Selatan) kedalam 60 zone yang masing-masing zonenya
berukuran sebesar 6o bujur dengan garis meridian pusat berada di tengah
masing-masing zonenya. Penomoran tiap zone menggunakan “angka” yang
merupakan suatu kesepakatan dihitung dari Garis Tanggal Internasional
(IDT) pada meridian/bujur 180º BB (Bujur Barat), sehingga Zone 1 berada
pada garis 180º BB - 174º BB dengan garis meridian pusat terletak pada
177º BB dan semakin ke Timur, penomeran zone latitude UTM ini
semakin membesar.
Zone latitude UTM membagi bumi antara 180o BB (Bujur Barat) sampai
dengan 180o BT (Bujur Timur) kedalam 20 zone yang masing-masing
zonenya berukuran sebesar 8o lintang dengan garis parallel pusat berada di
Pembagian zone longitude dan latitude UTM ini dilakukan secara konstan
pada seluruh permukaan bumi, kecuali 2 lokasi. Pertama pada daerah di
Barat Daya Norwegia, zone 32V diperluas ke arah Barat sehingga zone
31V hanya meliputi wilayah perairan terbuka saja. Kedua pada daerah di
sekitar Svalbard, empat zone yaitu 31X, 33X, 35X dan 37X diperluas
untuk mencakup wilayah yang seharusnya diliputi oleh tujuh zone (zone
31X sampai dengan zone 37X dimana zone 32X, 34X dan 36X tidak
digunakan).
Hal yang sama juga dilakukan pada penentuan northing coordinate. Untuk
penentuan northing coordinate di belahan bumi bagian utara, garis equator
dinotasikan dengan nilai 0 m (northing) dan semakin besar pada posisi
semakin ke utara dari garis equator dengan nilai maksimum sebesar
Contoh :
a. Diketahui posisi berada pada zone UTM 50 M dengan 322.406
m easting dan 9.204.955 m northing, maka penulisan koordinat
UTM-nya adalah :
Contoh :
a. Diketahui posisi berada pada zone UTM 50 M (pada belahan
bumi bagian selatan) dengan 322.406 m easting dan 9.204.955 m
northing, maka penulisan koordinat UTM-nya adalah :
Yang perlu diingat bahwa zone UTM yang berada pada belahan bumi
bagian utara adalah zone latitude UTM “N“ sampai dengan “X”,
sedangkan yang berada pada belahan bumi bagian selatan adalah zone
latitude UTM “C” sampai dengan “M”.