Anda di halaman 1dari 13

Bab 5

Sistem Koordinat
Setelah mempelajari uraian pada materi ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami pengertian sistem koordinat
2. Memahami sistem koordinat geografis
3. Memahami sistem koordinat proyeksi (sistem koordinat UTM)
Bab 5
Sistem Koordinat
5.1. Pengertian Sistem Koordinat
Koordinat adalah pernyataan besaran geometrik yang menentukan posisi
satu titik dengan mengukur besar vektor terhadap satu posisi acuan
(georeferensi) yang telah ditentukan. Posisi acuan (georeferensi) dapat
ditetapkan dengan asumsi atau ditetapkan dengan suatu kesepakatan
matematis yang diakui secara universal dan baku. Jika penetapan titik
acuan tersebut dilakukan secara asumsi, maka koordinatnya bersifat lokal
atau disebut Koordinat Lokal dan jika ditetapkan sebagai kesepakatan
berdasar matematis maka koordinat itu disebut Koordinat
Global/Universal. Untuk menjamin adanya konsistensi dan standarisasi
dalam penggunaan koordinat, maka diperlukan suatu sistem dalam
menyatakan koordinat tersebut. Hal inilah yang disebut dengan sistem
koordinat.

Dalam modul ini hanya akan dibahas mengenai koordinat global, mengingat
penggunaannya yang bersifat universal dan merupakan standart penyajian
sebuah peta. Secara umum, sistem koordinat global terbagi menjadi dua
tipe, yaitu :

1. Sistem Koordinat Geografis

2. Sistem Koordinat Proyeksi

SISTEM KOORDINAT 5-1


5.2. Sistem Koordinat Geografis
Secara umum sistem koordinat geografis didefinisikan sebagai sistem
koordinat yang digunakan untuk menentukan posisi dengan menggunakan
garis lintang (latitude atau parallel) dan garis bujur (longitude atau
meridian). Sistem koordinat geografis ini biasa disebut juga dengan sistem
graticule.

Garis lintang adalah garis imajiner/hayal yang digambarkan berupa garis


lurus (linier) barat – timur mengelilingi bumi dan membagi bumi menjadi
sektor utara – selatan dengan 0˚ garis lintang adalah garis equator atau
garis khaltulistiwa. Garis lintang (sampai dengan 90˚) di sebelah utara garis
equator disebut Lintang Utara, sedangkan garis lintang (sampai dengan
90˚) di sebelah selatan garis equator disebut Lintang Selatan.

Garis bujur adalah garis imajiner/hayal yang digambarkan berupa garis


tegak lurus utara – selatan yang menghubungkan kutub utara dengan
kutub selatan dan membagi bumi menjadi sektor barat – timur dengan 0˚
garis bujur adalah garis bujur yang melewati Greenwich, dekat London,
Inggris. Garis bujur (sampai dengan 180˚) di sebelah barat Greenwich
disebut Bujur Barat, sedangkan garis bujur (sampai dengan 180˚) di
sebelah timur Greenwich disebut Bujur Timur.

Gambar 5.1. Konsep Dasar Sistem Koordinat Geografis

SISTEM KOORDINAT 5-2


Penentuan posisi suatu titik dengan sistem koordinat geografis ini
dilakukan dengan memperhitungkan jarak titik tersebut dari 0˚ garis bujur
(prime meridian) dan 0˚ garis lintang (equator/khaltulistiwa) yang
dinyatakan dalam satuan derajat, menit, detik. Setiap 1 derajat dibagi dalam
60 menit dan setiap 1 menit dibagi dalam 60 detik.

Gambar 5.2. Diagram Penentuan Koordinat Geografis

Penulisan koordinat geografis dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :


1. DMS (degree : minute : second)
Penulisan koordinat geografis dalam satuan derajat : menit : detik.
Derajat disimbolkan dengan ˚ atau “d”, menit disimbolkan dengan ‘
atau “m“ dan detik disimbolkan dengan “ atau “s”.

Contoh : 115˚ 23’ 30,24” BT atau 115d 23m 30,24s BT

07˚ 11’ 25,15” LS atau 07d 11m 25,15s LS

2. DM (degree : minute)
Penulisan koordinat geografis hanya dalam satuan derajat dan menit
saja dengan menggunakan simbol yang sama dengan cara pertama.

Contoh : 115˚ 23,504’ BT atau 115d 23,504m BT

07˚ 11,419’ LS atau 07d 11,419’ LS

SISTEM KOORDINAT 5-3


Nilai “menit” pada cara DM ini diperoleh dengan cara nilai “detik”
pada cara DMS dibagi 60 kemudian ditambahkan dengan nilai “menit”
pada cara DMS.

Contoh : 115˚ 23’ 30,24” BT Æ nilai menit dan detiknya 23’ 30,24”

⎛ 30,24 ⎞
=⎜ ⎟ + 23
⎝ 60 ⎠

= 0,504 + 23

= 23,504

07˚ 11’ 25,15” LS Æ nilai menit dan detiknya 11’ 25,15”

⎛ 25,15 ⎞
=⎜ ⎟ + 11
⎝ 60 ⎠

= 0,419 + 11

= 11,419

3. DD (decimal degree)
Penulisan koordinat geografis dalam satuan derajat desimal, dengan
nilai desimal sebagai pengganti nilai menit dan detik.

Contoh : 115,3917˚ atau 115,3917d

- 07,1903˚ atau - 07,1903d

Catatan : Penulisan dilakukan sampai dengan 4 angka desimal

Yang perlu diperhatikan dalam penulisan koordinat geografis dengan


cara decimal degree ini adalah penggunaan tanda positif (+) dan
negatif (-). Tanda positif (+) digunakan untuk mendefinisikan posisi
pada Bujur Timur dan Lintang Utara, sedangkan tanda negatif (-)
digunakan untuk mendefinisikan posisi pada Bujur Barat dan Lintang
Selatan.

SISTEM KOORDINAT 5-4


Penentuan nilai desimal pada cara DD ini diperoleh dengan
persamaan :

⎛ s ⎞ Keterangan :
⎜m+ ⎟
⎜ 60 ⎟ d : nilai derajat
d+ m : nilai menit
⎜ 60 ⎟
⎜ ⎟ s : nilai detik
⎝ ⎠
Contoh : 115˚ 23’ 30,24” BT

⎛ 30,24 ⎞
⎜ 23 + ⎟
= 115 + ⎜ 60 ⎟
⎜ 60 ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠

= 115 + 0,3917

= 115,3917

Gambar 5.3. Penyajian Sistem Koordinat Geografis Pada Bidang Datar (Peta)

SISTEM KOORDINAT 5-5


5.3. Sistem Koordinat Proyeksi
Secara umum sistem koordinat proyeksi didefinisikan sebagai sistem
koordinat yang digunakan untuk menentukan posisi dengan
memproyeksikan permukaan bumi pada bidang datar berdasarkan sistem
proyeksi, georefrensi dan formula matematis tertentu. Penyajian
koordinat pada sistem koordinat proyeksi ini menggunakan sistem
kartesian ( x dan y ). Sistem koordinat proyeksi ini biasanya disebut juga
dengan sistem grid dan dibuat untuk mempermudah perhitungan jarak
yang cukup sulit dilakukan dengan sistem koordinat geografis.

Salah satu contoh sistem koordinat proyeksi yang umum digunakan adalah
sistem koordinat Universal Transverse Mercartor (UTM). Sistem
koordinat UTM disusun dengan menggunakan sistem proyeksi Transverse
Cylindrical Mercator dan datum WGS 84 sebagai georefrensinya (global
ellipsoid reference).

Gambar 5.4. Pembagian Zone UTM (www.colorado.edu)

SISTEM KOORDINAT 5-6


Gambar 5.5. Pembagian Zone UTM Indonesia

Dengan memperhatikan gambar 5.4. dan 5.5. dapat kita ketahui bahwa
setiap zone UTM dinotasikan dengan “angka” dan “huruf/alphabet”.
Notasi “angka” mendefinisikan zone longitude UTM, sedangkan notasi
“huruf/alphabet” mendefinisikan zone latitude UTM dan penulisan setiap
zone UTM ini selalu didahului oleh notasi “angka” yang kemudian diikuti
dengan notasi “huruf/alphabet”. Sebagai contoh notasi zone UTM wilayah
Kalimantan Selatan adalah “50M”.

Zone longitude UTM membagi bumi antara 84o LU (Lintang Utara) sampai
80o LS (Lintang Selatan) kedalam 60 zone yang masing-masing zonenya
berukuran sebesar 6o bujur dengan garis meridian pusat berada di tengah
masing-masing zonenya. Penomoran tiap zone menggunakan “angka” yang
merupakan suatu kesepakatan dihitung dari Garis Tanggal Internasional
(IDT) pada meridian/bujur 180º BB (Bujur Barat), sehingga Zone 1 berada
pada garis 180º BB - 174º BB dengan garis meridian pusat terletak pada
177º BB dan semakin ke Timur, penomeran zone latitude UTM ini
semakin membesar.

Zone latitude UTM membagi bumi antara 180o BB (Bujur Barat) sampai
dengan 180o BT (Bujur Timur) kedalam 20 zone yang masing-masing
zonenya berukuran sebesar 8o lintang dengan garis parallel pusat berada di

SISTEM KOORDINAT 5-7


tengah masing-masing zonenya. Penomoran tiap zone menggunakan
“huruf/alphabet” yang merupakan suatu kesepakatan dimulai dari
huruf/alphabet “C“ pada 80o LS dan semakin ke Utara semakin membesar
(mengikuti urutan alphabet) dengan menghilangkan huruf/alphabet “O“
dan “I“ karena mirip dengan penulisan angka “0“ (nol) dan “1“(satu).
Zone latitude terakhir adalah zone “X“ yang lebarnya ditambah 4o
sehingga berada pada 72o LU – 84o LU dengan tujuan untuk dapat meliputi
seluruh daratan di bagian utara bumi. Zone “A“ dan “B“ serta zone “Y“
dan “Z“ digunakan untuk mendefinisikan wilayah kutub selatan dan kutub
utara, walaupun tidak tergambarkan secara nyata pada pembagian zone
UTM (gambar 5.4.).

Pembagian zone longitude dan latitude UTM ini dilakukan secara konstan
pada seluruh permukaan bumi, kecuali 2 lokasi. Pertama pada daerah di
Barat Daya Norwegia, zone 32V diperluas ke arah Barat sehingga zone
31V hanya meliputi wilayah perairan terbuka saja. Kedua pada daerah di
sekitar Svalbard, empat zone yaitu 31X, 33X, 35X dan 37X diperluas
untuk mencakup wilayah yang seharusnya diliputi oleh tujuh zone (zone
31X sampai dengan zone 37X dimana zone 32X, 34X dan 36X tidak
digunakan).

Penentuan posisi suatu titik dengan sistem koordinat UTM dilakukan


dengan mengacu pada zone longitude UTM, easting coordinate (koordinat
timur) dan northing coordinate (koordinat utara) dan dinyatakan dalam
satuan meter. Easting coordinate merupakan posisi (orientasi barat – timur)
yang ditentukan dari garis meridian pusat masing-masing zone, sedangkan
northing coordinate merupakan posisi (orientasi utara – selatan) yang
ditentukan dari equator. Titik awal (point of origin) untuk penentuan easting
coordinate dan northing coordinate merupakan titik perpotongan antara
garis meridian pusat dengan garis equator masing-masing zone.

SISTEM KOORDINAT 5-8


Gambar 5.6. Konsep Dasar Sistem Koordinat UTM

Untuk menghindari penggunaan koordinat negatif pada penentuan easting


coordinate, maka garis meridian pusat masing-masing zone dinotasikan
dengan nilai 500.000 m (false easting), sehingga setiap posisi dengan nilai
easting coordinate lebih kecil dari 500.000 m berada di sebelah barat (kiri)
garis meridian pusat zone dan apabila lebih besar dari 500.000 m berada di
sebelah timur (kanan) garis meridian pusat zone. Interval jarak setiap zone
longitude UTM pada garis equator antara ± 167.000 m sampai dengan
± 833.000 m. Interval jarak ini akan semakin berkurang pada posisi yang
semakin jauh dari garis equator atau mendekati kutub (pada 84o LU,
interval jarak setiap zone longitude UTM ± 465.000 m sampai dengan
± 515.000 m.

Hal yang sama juga dilakukan pada penentuan northing coordinate. Untuk
penentuan northing coordinate di belahan bumi bagian utara, garis equator
dinotasikan dengan nilai 0 m (northing) dan semakin besar pada posisi
semakin ke utara dari garis equator dengan nilai maksimum sebesar

SISTEM KOORDINAT 5-9


± 9.328.000 m pada 84o LU. Sedangkan untuk penentuan northing
coordinate di belahan bumi bagian selatan, garis equator dinotasikan dengan
nilai 10.000.000 m (false northing) dan semakin kecil pada posisi semakin
ke selatan dari garis equator dengan nilai minimum sebesar ± 1.118.000 m
pada 80o LS.

Gambar 5. 7. Diagram Penentuan Koordinat UTM

Penulisan koordinat UTM dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :


1. Longitude and latitude UTM zone
Penulisan koordinat UTM dengan menyebutkan zone longitude dan
latitude UTM diikuti dengan easting coordinate dan northing coordinate
posisi yang ditentukan koordinatnya.

Contoh :
a. Diketahui posisi berada pada zone UTM 50 M dengan 322.406
m easting dan 9.204.955 m northing, maka penulisan koordinat
UTM-nya adalah :

Zone 50M 0322406m E 9204955m N

SISTEM KOORDINAT 5-10


b. Diketahui posisi berada pada zone UTM 11 N dengan
677.594 m easting dan 795.045 m northing, maka penulisan
koordinat UTM-nya adalah :

Zone 11N 0677594m E 0795045m N

2. Longitude UTM zone and earth hemisphere


Penulisan koordinat UTM dengan menyebutkan zone longitude UTM
diikuti dengan easting coordinate dan northing coordinate posisi yang
ditentukan koordinatnya dilengkapi dengan keterangan posisi
koordinat tersebut pada belahan bumi Utara – Selatan.

Contoh :
a. Diketahui posisi berada pada zone UTM 50 M (pada belahan
bumi bagian selatan) dengan 322.406 m easting dan 9.204.955 m
northing, maka penulisan koordinat UTM-nya adalah :

Zone 50 0322406m E 9204955m N (northern hemisphere)


atau Zone 50 0322406m E 9204955m N (N)

b. Diketahui posisi berada pada zone UTM 11 N (pada belahan


bumi bagian utara) dengan 677.594 m easting dan 795.045 m
northing, maka penulisan koordinat UTM-nya adalah :

Zone 11 0677594m E 0795045m N (southern hemisphere)

atau Zone 11 0677594m E 0795045m N (S)

Yang perlu diingat bahwa zone UTM yang berada pada belahan bumi
bagian utara adalah zone latitude UTM “N“ sampai dengan “X”,
sedangkan yang berada pada belahan bumi bagian selatan adalah zone
latitude UTM “C” sampai dengan “M”.

Sistem koordinat UTM ini sangat cocok digunakan untuk berbagai


keperluan pemetaan terutama untuk pemetaan wilayah yang berada di
sekitar garis equator (khaltulistiwa), oleh karena itu sistem koordinat

SISTEM KOORDINAT 5-11


UTM ini telah dibakukan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
Nasional (BAKUSORTANAL) sebagai sistem Proyeksi Pemetaan Nasional
Indonesia, mengingat kondisi geografis Indonesia yang membujur disekitar
Garis Katulistiwa atau garis lingkar Equator dari Barat sampai ke Timur
yang relatif seimbang.

SISTEM KOORDINAT 5-12

Anda mungkin juga menyukai