Anda di halaman 1dari 9

KEPRIBADIAN ORANG MELAYU DALAM MASYARAKAT

“SIFAT MERENDAH DIRI”

DOSEN PENGAMPU :
Tety Kumalasari,M.Sc.

Di Susun Oleh:
Nama : Yusi Yosep
Nim : 190120201012

PRODI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2020
KATA PENGANTAR
‫الر ِحي ِْم‬
َّ ‫الر ْح َم ِن‬
َّ ِ‫ْــــــــــــــــــم هللا‬
ِ ‫ِبس‬
Alhamdulillah hirobbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas
segala karunia nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah yang berjudul “Sifat Merendah Diri” disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Tamadun yang diampuh oleh Ibu Tety Kumalasari,M.Sc.

Makalah ini berisi tentang sifat mempertahankan harga diri. Dalam penyusunannya saya
melibatkan berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar kampus. Oleh karena itu saya
mengucapkan banyak terima kasih atas segala dukungan yang diberikan untuk menyelesaikan
makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal oleh saya, akan tetapi kami sebagai manusia biasa
sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata
sempurna. Karenanya saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca.

Besar harapan saaya makalah ini dapat menjadi inspirasi atau sarana pembantu mahasiswa
dalam proses pembelajaran Tamadun.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dan
pelajaran dari makalah ini.

Tanjungpinang, 15 Maret 2020

(Penulis)

1
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR .....................................................................................................................1


DAFTAR ISI ......................................................................................................................................2

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan ..........................................................................................................3

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Kepribadian Melayu .....................................................................................................4
2.2 Sifat Merendah Diri......................................................................................................5

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan...................................................................................................................7
3.2 Saran .............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................8

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Merendah Diri Merendah diri merupakan salah satu sifat yang terdapat dalam peribadi
masyarakat Melayu sejak zaman dahulu lag. Sikap mulia seperti ini amat diberi penekanan
dan dititikberatkan semasa berlangsungnya proses interaksı dan komunikasi yang melibatkan
individu lain. Tujuan penyemaian sifat nmerendah diri dalam din seseorang itu perlu bagi
memupuk peribadi penutur bag menghindan sitat-sifat negatif seperti berbangga din dan
sombong semasa berkata-kata.

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa itu merendah diri?
B. Bagaimana cara mempertahankan harga diri?

1.3 Tujuan Penulisan


1. memahami merendah diri
2. memahami cara agar merendah diri

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keperibadian Melayu

Menurut Koentjaraningrat (1970: 130), ciri-ciri kepribadian orang Melayu ialah watak orang
Melayu yang tampak pada umumnya (modal personality). Terbentuknya watak umum tidak
lepas dari tuntutan norma adat-istiadat yang terdapat dalam masyarakat Melayu. Watak umum
dan kepribadian orang Melayu yang dilukiskan di sini adalah watak kepribadian orang Melayu
yang ideal, yang dianggap baik dan menjadi tuntutan adat-istiadat yang berlaku. Penonjolan
watak kepribadian yang elok ini bukan berarti etnocentris, seperti “katak di bawah tempurung”,
namun juga karena melihat watak-watak yang lemah atau buruk.

Dalam Kamus Antropologi (1979: 3) disebutkan bahwa yang dimaksud adat-istiadat Melayu
adalah semua konsep serta aturan-aturan yang mantap dan terintegrasi kuat dalam system
budaya orang Melayu, yang menata tindakan-tindakan anggota masyarakat dalam kehidupan
sosial dan kebudayaan. Ciri kepribadian orang Melayu pada umumnya tidak lepas dari cara
orang Melayu melihat dunia sekelilingnya, melihat dirinya sendiri, kesadaran agamanya,
kesadaran terhadap kebutuhan hidup sehari-hari, kesadarannya di tengah-tengah orang lain dan
orang asing, dan sebagainya. Semua itu mencetuskan sikap dan tingkah-laku orang Melayu
dalam menghormati orang lain sesuai dengan tuntutan adat-istiadatnya. Hal ini perlu
dikemukakan, karena banyak orang non-Melayu yang keliru menilai kepribadian orang Melayu.
Kadang-kadang timbul salah pengertian atau kesengajaan dalam menilai kepribadian masing -
masing. Melayu sering diartikan lari, ka-rena orang Melayu suka mengalah. Selain itu ada
anggapan bahwa orang Melayu adalah perajuk, karena apabila tersinggung mereka suka
menjauhkan diri. Orang Melayu juga sering disebut Melayu kopi daun dan sebagainya. Kata-
kata ini selalu dilontarkan orang Belanda (pada zaman penjajahan) untuk menghina orang
Melayu.
Tulisan tentang orang Melayu sudah banyak, baik yang berhubungan dengan sejarah Melayu,
kepahlawanan orang Melayu, cendekiawan Melayu, kesusastraan Melayu ataupun yang lain.
Akan tetapi penulis belum menemukan karya tulis yang khusus membahas ciri-ciri atau watak
kepribadian orang Melayu. Penulis menyadari betapa sukarnya mengungkap dan memaparkan
ciri-ciri kepribadian orang Melayu agar dapat diterima. Penulis perlu mempelajari kembali
pengalaman pribadi masa kanak-kanak. Penulis dibesarkan dan dididik dalam lingkungan
tradisi masyarakat Melayu. Penulis mencoba mengenang kembali kata-kata, pepatah-pepatah,
sindiran-sindiran, pesan-pesan, petuah-petuah, larangan-larangan, hukum-hukum, teladan
orang tua, puji-pujian, dongeng-dongeng yang diceritakan, dan sebagainya.

Dalam mengkaji watak umum kepribadian orang Melayu, penulis bertitik tolak dari sana.
Dengan kata lain, penulis mempelajari diri sendiri sebagai orang Melayu. Setelah mempelajari
pengalaman itu, penulis berkesimpulan bahwa ajaran orang tua kepada anaknya bertujuan agar

4
anak menjadi orang yang selalu sadar diri, tahu diri, tahu diuntung, dan mempunyai harga diri.
Keempat hal ini saling berkaitan dan selalu dipompakan kepada setiap anak.

Harga diri merupakan tonggak yang ingin selalu ditegakkan, agar setiap orang sadar diri dan
tahu diri. Orang yang tidak tahu diri tidak akan pernah dapat mempertahankan harga dirinya.
Orang yang tahu diri berarti tahu kedudukannya dalam keluarga; tahu hak dan kewajibannya di
tengah-tengah keluarga; tahu asal-usul keturunan keluarga; tahu kedudukan diri dan keluarga
di tengah-tengah masyarakat (bangsawan atau orang biasa); sadar sebagai orang tak punya;
sadar akan kewajiban dan tata-tertib yang dituntut adatistiadat yang berlaku; tahu akan tugas
yang dipercayakan; sadar akan kekurangan diri dari segi pengetahuan, pengalaman,
keterampilan, maupun rupa (bentuk fisik); ikut merasakan orang yang susah dan sulit; sadar
bahwa dunia dengan segala isinya adalah milik Tuhan; serta sadar bahwa hidup ini hanya
sementara.

Aspek tahu diri, sadar diri, sadar diuntung, dan mempunyai harga diri merupakan hal yang
harus diajarkan kepada anak agar anak bertingkah-laku sesuai dengan tuntunan adat-istiadat
yang berlaku. Dari keempat aspek tersebut muncul kemudian watak orang Melayu yang bersifat
merendah, bersifat pemalu atau penyegan, bersifat suka damai atau toleransi, bersifat sederhana,
bersifat sentimentil dan riang, dan bersifat mempertahankan harga diri.

2.2 Sifat Merendah

Sifat merendah merupakan sifat yang menjadi tututan utama dalam pergaulan orang Melayu.
Orang yang selalu merendah berarti tahu diri dan sadar diri. Sifat ini tercermin pada sikap yang
tertib, sopan, dan hormat. Sikap-sikap tersebut tampak pada gerak-gerik dan tutur-bahasanya,
terutama bila berhadapan dengan kaum kerabat atau anggota masyarakat yang lebih tua, bahkan
terhadap orang asing. Sikap merendah tidak sama dengan sikap menghina-hina diri. Dengan
sikap merendah, seseorang justru menjaga martabat (harga diri). Orang Melayu tidak mau
dibenci masyarakat karena sikap dan tingkah-laku atau tutur bahasa yang tidak memperhatikan
martabat diri. Sikap itu menunjukkan bahwa seseorang tidak tahu diri dan tidak tahu diuntung.
Sifat merendah tampak jelas dalam pepatah Melayu (Ahmad, 1964: 43),

Bercakap biar ke bawah-bawah


Mandi biar ke hilir-hilir
Jangan bawa sifat ayam jantan
Tapi bawalah sifat ayam betina
Kalau pergi ke rantau orang

Sikap merendah orang Melayu tidak hanya ditujukan kepada orang yang lebih tua, orang besar,
pemuka adat, dan alim ulama, tetapi juga ditujukan kepada penghuni alam sekelilingnya. Oleh
karena itu, jika seseorang melewati tempat angker, ia akan merendah dengan berkata, “Tabik
Datuk, anak cucu numpang lalu”. Menurut orang Melayu, dengan merendah, ia akan selamat.

5
Seseorang yang takut seorang diri di laut atau di hutan, ia akan berkata, “Tabik Datuk, jangan
ganggu, anak cucu mencari makan”.
Nama Melayu sering dikaitkan dengan sifat orangnya yang merendah, melayu-layukan diri
seperti bunga atau daun yang layu, karena bunga yang kelopaknya layu pasti melempai atau
terkulai ke bawah. Lawan dari sifat merendah adalah sifat yang suka menonjolkan diri,
sombong, serta merasa serba pandai. Sifat-sifat ini paling dibenci orang Melayu. Orang Melayu
tidak boleh telajak kata, tidak boleh hidung tinggi, tidak boleh hidup mengganjil, tidak boleh
menunjuk pandai, tidak boleh berjalan mendada, dan tidak boleh songkok senget. Pendeknya,
tidak boleh sombong dan besar cakap (Ahmad, 1964: 39). Sifat merendah juga tampak saat
orang Melayu berkata mengajak tamunya makan, “Silakan jemputlah makan Encik. Tak ada
apa-apa, makan tak belauk”. Padahal hidangan yang disajikan penuh dengan lauk-pauk. Jika
mengajak tamunya singgah ke rumah, orang Melayu akan berkata, “Singgahlah Encik ke gubuk
kami yang buruk ini”. Padahal rumahnya cukup besar dan perabotannya komplit. Kalau ingin
berbicara, mereka selalu berkata, “Terlebih dahulu saya minta maaf”.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sifat merendah diri sangatlah penting untuk kita terapkan pada kehidupan bermasyarakat
agar kita terhindar dari sifat sombong dan angkuh.

3.2 Saran
Untuk menerapkan sifat merendah dalam kehidupan sehari-hari sangat mudah dengan cara
seperti: meminta izin saat akan berpergian, minta maaf atas kesalahan kita, dan sebagainya.

7
DAFTAR PUSTAKA

madu89honey.blogspot.com dengan judul "9 Cara Jaga Reputasi dan Harga


Diri", http://madu89honey.blogspot.com/2010/10/artikel-melayu.html

Anda mungkin juga menyukai