Anda di halaman 1dari 1

YOGYAKARTA, KOMPAS.

com — Rasa penasaran terhadap sebuah bangunan misterius di Desa


Gombong, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, membawa sejumlah wisatawan
menyusuri jalan setapak ke Bukit Menoreh. KompasTravel termasuk yang ingin menuntaskan rasa
penasaran sejak bangunan yang tak selesai itu ramai diperbincangkan di media sosial, bahkan
dipublikasikan di sebuah media internasional terkemuka. Orang-orang menyebut bangunan itu
dengan sebutan "Gereja Ayam" karena desain bangunannya mirip seekor ayam lengkap dengan ekor
dan kepalanya. Padahal, menurut cerita pembuatnya, bangunan itu justru meniru bentuk seekor
burung merpati. Setelah selesai memotret sunrise di Bukit Punthuk Setumbu, KompasTravel
kemudian menyusuri jalan setapak ke arah Menoreh. Puncak menara "Gereja Ayam" yang terlihat
dari Punthuk menjadi patokan. Perjalanan sekitar 20 menit di antara pepohonan yang rindang
dengan variasi trekking menurun dan mendaki menjadikan perjalanan pagi itu terasa menyehatkan.
Bangunan "Gereja Ayam" berdiri di area yang sangat strategis di salah satu punggung Bukit Menoreh.
Jika dilihat dari udara, bangunan itu menyerupai burung raksasa yang sedang berada di tengah
hutan. Di sekitarnya masih terdapat pepohonan yang rindang dan belukar yang cukup banyak
sehingga membuat udara pagi itu terasa sejuk. Saat tiba di "Gereja Ayam", puluhan wisatawan telah
lebih dulu tiba. Semuanya ingin menuntaskan rasa penasaran mereka. "Ini sebenarnya merupakan
rumah doa bagi siapa saja," ujar Yono (60), yang bertugas menjaga pintu masuk ke dalam bangunan,
pagi itu. Yono memungut tarif masuk seharga Rp 5.000 bagi setiap pengunjung yang ingin masuk dan
menjelajahi bagian dalam "Gereja Ayam", termasuk memanjat hingga ke bagian puncak menaranya.
Bagian utama dari "Gereja Ayam" itu adalah sebuah aula yang berukuran sangat besar dan tidak diisi
oleh perabot apa pun. Salah satu sisi bangunan Gereja Ayam di Bukit Menoreh, Magelang, Jawa
Tengah.(Kompas.com/Ronny Adolof Buol) Terlihat beberapa pengerjaan lantai sedang dituntaskan.
"Gereja Ayam" sempat terabaikan dan menjadi kumuh karena pemilik bangunan, Danie Alamsjah,
kehabisan dana untuk menyelesaikan bangunan ini pada tahun 2000. Menurut Yono, Daniel
mendirikan bangunan itu karena mendapat mimpi untuk mendirikan bangunan doa di atas sebuah
bukit. Dia lalu membeli sepetak tanah di Bukit Menoreh dan mulai mewujudkan impian tersebut.
Walau terhenti karena persoalan dana, "Gereja Ayam" sempat dijadikan pusat rehabilitasi para
pencandu narkoba. Kini, situasi di sekitar "Gereja Ayam" telah berubah. Warga telah membuat akses
jalan yang dibeton menuju ke lokasi bangunan. Mereka juga menyediakan lahan parkir dan
memperoleh keuntungan dari menjual minuman dan makanan karena pengunjung yang ramai
berdatangan. Di bawah aula terdapat beberapa ruangan tidur yang dilengkapi dengan kamar mandi.
Ada juga ruangan lainnya. Pengunjung harus melengkapi diri dengan senter untuk masuk ke dalam
ruangan yang gelap tersebut. Menaiki puncak menara merupakan pilihan yang tepat untuk melihat
pemandangan di sekitar Bukit Menoreh. Sawah terbentang di kejauhan, dan beberapa perbukitan
menjadi semacam benteng alam. Candi Borobudur pun terlihat di kejauhan. Wisatawan juga dapat
berlama-lama di halaman "Gereja Ayam" sambil menikmati suasana alam yang sesekali diselingi
berbagai suara burung. Akhir pekan dan waktu libur, lokasi "Gereja Ayam" sangat ramai didatangi
pengunjung. Semuanya ingin menuntaskan rasa penasaran terhadap cerita misteri yang beredar, dan
ternyata tak seangker ceritanya.

Anda mungkin juga menyukai