Anda di halaman 1dari 3

Nama: Ian Wiratama Sandi

NPM: 17.121.117
Kelas: B1 / Akuntansi
Semester: 5

Analisa dari kasus tersebut:


Dalam kasus ini, Seorang akuntan publik yang membuat laporan
keuangan perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal
senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada tahun 2009, diduga
terlibat kasus korupsi dalam kredit macet. Hasil pemeriksaan dan
konfrontir keterangan tersangka dengan saksi Biasa Sitepu terungkap ada
kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam
mengajukan pinjaman ke BRI. Ada empat kegiatan data laporan keuangan
yang tidak dibuat dalam laporan tersebut oleh akuntan publik, sehingga
terjadilah kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan
korupsinya. Akuntan publik Biasa Sitepu berdasarkan hasil temuan
melakukan kesalahan yaitu tidak memberikan informasi penting berkaitan
dengan kondisi perusahaan, sehingga pihak BRI selaku pemakai laporan
keuangan salah dalam melakukan analisis kredit.
Biasa Sitepu selaku akuntan publik tidak memenuhi kewajiban untuk
melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kamampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan
tanggung jawab profesi kepada publik.
Akuntan publik tersebut tidak memiliki kecakapan profesional yang
diperlukan untuk mengerjakan penugasan yang diterimanya, ia melanggar
pasal kode etik yang bersangkutan dengan kecakapan profesional (Pasal
2 Ayat 3 Kode Etik Akuntan Indonesia) yang isinya merupakan
kewajiban bagi setiap anggota IAI untuk senantiasa meningkatkan
kecakapan profesionalnya.
Biasa Sitepu telah melanggar beberapa prinsip kode etik diantaranya
yaitu:
1. Tanggung Jawab Profesi
Pada permasalahan yang terjadi berkaitan dengan kasus
kredit macet Bank BRI Cabang Jambi pada tahun 2010, Akuntan
publik tersebut tidak melakukan tanggung jawabnya secara
professional hal ini dikarenakan akuntan publik tersebut tidak
menjalankan tugas profesinya dengan baik yang berkaitan dalam
hal pembuatan laporan keuangan perusahaan Raden Motor untuk
mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang
Jambi pada tahun 2009, sehingga dengan terjadinya kasus
tersebut menimbulkan suatu dampak yang menyebabkan tingkat
kepercayaan masyarakat (raden motor) terhadap akuntan publik
menjadi hilang.

2. Kepentingan Publik
Seorang akuntan hendaknya harus secara terus menerus
menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme
yang tinggi. Dalam kasus ini, pihak akuntan publik Raden
Motor telah mengorbankan kepentingan publik demi kepentingan
mereka semata. Akuntan Publik tersebut tidak menghormati
kepercayaan publik (raden motor) dikarenakan melakukan
kesalahan dalam laporan keuangan Perusahaan Raden Motor
untuk mengajukan pinjaman ke Bank BRI dengan tidak membuat
laporan mengenai empat kegiatan.

3. Objektivitas
Dalam kasus ini, Akuntan Publik tidak menjalankan prinsip
Objektivitas dengan cara melakukan tindak ketidakjujuran secara
intelektual dengan melakukan kecurangan dalam pembuatan
laporan keuangan perusahaan Raden Motor.

4. Perilaku Profesional
Dalam kasus ini, Akuntan Publik berperilaku tidak baik
dengan melakukan pembuatan laporan keuangan palsu sehingga
menyebabkan reputasi profesinya buruk dan dapat
mendiskreditkan profesinya. Pihak yang terlibat dalam penyusunan
laporan keuangan Raden Motor serta keterkaitan pihak internal BRI
Cabang Jambi yang pada saat itu menjabat sebagai penilai
pengajuan kredit telah berperilaku tidak professional sehingga
menimbulkan reputasi perusahaan yang buruk. Bukan hanya itu
saja, citra kinerja profesionalisme dari seorang akuntan publik
juga dapat merusak reputasi mereka selaku akuntan serta dapat
merugikan bagi pihak-pihak yang terkait dalam kasus kredit macet
yang menjadi perkara tindak pidana korupsi. Setiap anggota harus
berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

5. Integritas
Dalam kasus ini, Akuntan Publik tidak dapat
mempertahankan integritasnya sehingga terjadi benturan
kepentingan. Kepentingan yang dimaksud adalah kepentingan
publik dan kepentingan pribadi dari akuntan publik itu.

6. Standar Teknis
Dalam kasus ini, Akuntan Publik tidak menjalankan
etika/tugasnya sesuai pada etika profesi yang telah ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia-Komparatemen Akutan Publik (IAI-KAP).

Anda mungkin juga menyukai