Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN POSYANDU
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat,
yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan
bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan
lembaga terkait lainnya (Kemenkes RI, 2011).
Dalam tingkatan nasional posyandu terbagi menjadi 4 strata yakni
posyandu pratama, madya, purnama, dan mandiri. Posyandu purnama seperti
posyandu madya, bedanya cakupan kegiatan utama sudah lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, sudah ada kegiatan dana sehat tetapi
peserta masih kurang dari 50% kepala keluarga (KK).
Menurut Nasrul Effendi 1998 via Eny (2011), kegiatanposyandu
merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasimasyarakat dalam
upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat,yang dilaksanakan oleh
kader-kader kesehatan yang telahmendapatkan pendidikan dan pelatihan
dari puskesmas mengenaipelayanan kesehatan dasar.
Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu adalah suatu upaya
mensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi
perbaikan kesehatan dan gizi, pendidikan dan perkembangan anak,
peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan keluarga dan kesejahteraan
sosial. UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas
dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat,
dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, intas sektor dan lembaga terkait
lainnya (Depkes, 2011).
B. PRINSIP DASAR POSYANDU
Prinsip dasar posyandu menurut syafrudin, (2012) : a.Pos pelayanan
terpadu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan antara
pelayanan professional dan nonprofessional (oleh masyarakat) b.Adanya kerja
sama lintas program yang baik, kesehatan Ibu Anak (KIA), Keluarga Berencana
(KB), gizi imunisasi, penanggulangan diare maupun lintas sektoral
c.Kelembagaan masyarakat ( pos desa, kelompok timbang/pos timbang, pos
imunisasi, pos kesehatan lain-lain ). d.Mempunyai sasaran penduduk yang sama
( Bayi 0-1 tahun, anak balita 1-4 tahun, ibu hamil, pasangan usia subur (PUS)
e.Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan Pengembangna
Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)/ Primary Health Care ) PHC

C. TUJUAN POSYANDU
Tujuan dari diselengarakan posyandu terbagi menjadi 5macam yaitu
menurut Cahyo (2010 ) adalah sebagai berikut:
1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka KematianIbu (ibu
hamil, melahirkan dan nifas) Angka Kematian Ibu(AKI) dan angka
Kematian Bayi (AKB) masih cukup tinggi,meskipun dari tahun ketahun
sudah dapat diturunkan.
2. Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluargasejahtera,
gerakan ketahanan keluarga dan gerakan ekonomikeluarga sejahtera.
3. Meningkatkan dan membina peran serta masyarakat dalamrangka alih
teknologi untuk usaha kesehatan masyarakat.
4. Membudayakan (Norma Keluarag Kecil Bahagia Sejahtera)NKKBS.
5. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkankegiatan
kesehatan dan Keluarga Berencana (KB) serta kegiatan lainnya yang
menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.

D. MANFAAT POSYANDU
1. Bagi Masyarakat
Menurut Karwati, Pujiati, dan Mujiwati (2011) manfaat posyandu
bagi masyarakat adalah:
a) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan bagi anak balita dan ibu,
b) Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang
atau gizi buruk,
c) Bayi dan balita mendapatkan kapsul vitamin A,
d) Ibu hamil terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah
darah serta imunisasi tetanus toxoid (TT),
e) Ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah,
f) memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang kesehatan
ibu dan anak,
g) apabila mendapat kelainan pada anak balita, ibu hamil, ibu nifas
menyusuidapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas,
h) dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang ibu dan anak balita.
2. Bagi Kader
Karwati, Pujiati, dan Mujiwati (2011) mengidentifikasi manfaat
Posyandu bagi kader antara lain:
a) Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih
lengkap,
b) Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang
anak balita dan kesehatan ibu,
c) Citra diri meningkat di mata masyarakai Universitas Sumatera Utara
sebagai orang yang terpercaya dalam bidang kesehatan,
d) Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak
dan kesehatan ibu.
3. Bagi Puskesmas
Menurut Meilani, Set iyawat i, Estiwidani, da n Sumarah (2012)
manfaat posyandu bagi puskesmas adalah:
a) Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama,
b) dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan
masalah kesehatan sesuai kondisi setempat,
c) Meningkatkan efesiensi waktu, tenaga, dan dana melalui
pemberian pelayanan terpadu.
4. Bagi Sektor lain
Meilani, Setiyawati, Estiwidani, dan Sumarah (2012) manfaat posyandu
bagi sector lain adalah:
a) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI
dan AKB sesuai kondisi setempat.
b) Meningkatkan efesiensi melalui pemberian pelayanan secara
terpadu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing sektor.

E. KEGIATAN POSYANDU
Menurut Depkes RI (2011), kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama
dan kegiatan pengembangan atau pilihan. Secara rinci kegiatan utama
Posyandu adalah sebagai berikut :
a) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi
(pengukuran lingkar lengan atas), pemberian tablet besi,
pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi fundus uteri,
temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca pesalinan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader. Apabila ditemukan
kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
b) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu
diselenggarakan Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau
pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan Kelas Ibu Hamil
antara lain sebagai berikut:
 Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan,
persiapan menyusui, KB dan gizi,
 Perawatan payudara dan pemberian ASI,
 peragaan pola makan ibu hamil,
 Peragaan perawatan bayi baru lahir, dan
 senam hamil.
b) Ibu Nifas dan MenyusuiPelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas
dan menyusui mencakup:
1. Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi,
2. Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul
segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah
pemberian kapsul pertama),
3. Perawatan payudara,
4. Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara,
pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia
oleh petugas pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri
(rahim) dan pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila
ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
c) Keluarga Berencana (KB)Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan
oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada
tenaga kesehatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan
konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang
serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant
(Depkes RI, 2011).
d) Imunisasi Pelayanan
imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan olehpetugas Puskesmas. Jenis
imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu
hamil (Depkes RI, 2011).Menurut Syarifuddin, Theresia, dan Jomima (2012),
survey epidemiologi untuk menemukan kasus penyakit menular sedini
mungkin, imunisasi untuk memberikan perlindungan kepada ke lo mpo k-
kelompok masyarakat sehingga dapat mencegah terjadi penularan penyakit
seperti TBC, tetanus, dufteri, batuk rejan (pertusis), folio nyelitis, campak
dan hepatitis B
e) Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader
Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan,
deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi,
pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan
tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita
yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah
garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau
Poskesdes.
f) Pencegahan dan Penanggu langan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakuka n dengan penyuluhan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu
dilakukan melalui pemberian oralit. Apabiladiperlukan penanganan lebih
lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.

F. PELAKSANAAN POSYANDU
Menurut Syarifuddin, Theresia, dan Jomima (2011),
penyelenggaraan dilakukan oleh kader yang terlatih dibidang kesehatan,
berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda dan lain-lain dengan
bimbingan tim pembina PKMD tingkat kecamatan. Posyandu
direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama KKL LKMD
(Kelompok Kerja LKMD di tingkat kedukuhan) dengan bimbangan tim
LKMD tingkat kecamatan.Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang
mudah didatangi oleh masyarakat ditentukan oleh masyarakat sendiri,
dengan demikian kegiatan posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan
yang telah ada, rumah penduduk, kepala dusun, tempat pertemuan RT/RW
atau tempat khusus yang dibangun masyarakat (Syarifuddid, Theresia, dan
Jomima, 2011).
Menurut Syarifuddin, Theresia dan Jomima (2011)
penyelenggaraan dilakukan dengan “ sistem lima meja” yang dapat
diajabarkan sebagai berikut:
a) Meja I : Meja pendaftaran + penyuluhan kelompok:
 Mendaftar balita, ibu hamil, ibu menyusui,
 Setiap pengunjung yang datang ke Posyandu didaftarkan oleh kader
sendiri,
 Para pegunjung secara berkelompok lebih kurang 10-15
pengunjung diberikan penjelasan secara bertahap, tidak perlu
menunggu berkumpulnya seluruh pengunjung,
 Penyuluhan kelompok diutamakan oleh kader sendiri secara tepat
dan benar dengan bimbingan petugas Puskesmas,
 Sewaktu-waktu penyuluhan juga oleh petugas kesehatan dan
petuhas lintas sektor (misal dari pertanian, BKKBN, Dikmas, dan
lain-lain),
 Materi penyuluhan: tentang “Yandu” dan Topik yang sangat
relevan pada waktu itu,
 Disesuaikan dengan alat peraga,
 Pada waktu menunggu dilanjutkan kreatifitas dan inisiatif
kader untuk menyelenggarakan/ menyediakan alat permainan
edukati (APE) dan lebih baik lagi kalau buatan kader sendiri
misalnya balok-balok mainan dari tanah liat dan sebagainya,
 APE berguna untuk meningkatkan keterampilan alat-alat
permainan secara sederhana, misalnya ayunan dari ban bekas
dan lain-lain. Hal ini menarik anak agar senang datang ke
Posyandu, begitu pula orang tuanya.
b) Meja II:
Meja penimbangan terdiri dari:
 Menimbang balita,
 Penimbangan dilakukan oleh kader,
 Penimbangan dilakukan bagi bayi dan balita dilaksanakan sebulan
sekali,
 Ada juga posyandu yang menambah kegiatan di meja II:
penimbangan untuk ibu hamil,
 Alat timbangan diusahakan oleh kader sendiri atau berupa bantuan,
 Alat timbangan yang perlu ditingkatkan adalah: tempat duduk
timbangan yang nyaman dan cukup untuk memenuhi syarat etis
dan sebagainya,
 Hasil penimbangan dicatat dan dibawa ke meja III.
c) Meja III:
meja pencatatan terdiri dari:
 Mencatat hasil penimbangan,
 Pencatatan oleh kader : dengan bimbingan petugas Puskesmas,
 Semua hasil penimbangan, hasil imunisasi penyakit yang diderita,
pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi, dan lain-lain dicatat
dalam KMS (Kartu Menuju Sehat),
 Selain itu ada : buku-buku bantu (buku register, dan lain-lain buku
catatan).
d) Meja IV: meja penyuluhan dan penerangan terdiri dari:
 Menyuluh ibu berdasar hasil penimbangan anaknya,
 Memberikan pelayanan gizi kepada ibu balita, serta ibu hamil,
 Penyuluhan yang dilakukan kader, tergantung dari jenis kasus
individu:
1) Mengenai balita berdasarkan hasil penimbangan berat badannya
naik/tidak naik, diikuti dengan pemberian makanan tambahan
(PMT), oralit, dan vitamin A dosis tinggi,
2) Terhadap ibu hamil diberikan tablet besi, ibu hamil resiko
tinggi dirujuk kepada petugas Puskesmas,
3) Terhadap Pasangan Usia Subur (PUS) agar menjadi peserta
KB lestari diikuti dengan pemberian kondom, pil ulangan atau
tablet biasa.
e) Meja V :
meja pelayanan terdiri dari:
 Pelayanan oleh tenaga pr ofesional, meliputi pelayanan KIA, KB,
Imunisasi, dan pengobatan pelayanan lain sesuai dengan
kebutuhan,
 Di meja V diberikan pelayanan yang sifatnya profesional yang tidak
dapat dilakukan kader,
 Rujukan kasus dari kader dirujuk di meja V tersebut,
 Intertie IUD diberikan bila tempatnya memenuhi syarat.

G. TINGKAT PERKEMBANGAN POSYANDU


Menurut Depkes RI (2011), perkembangan masing-masing
Posyandu tidak sama. Dengan demikian, pembinaan yang dilakukan untuk
masing-masing Posyandu juga berbeda. Untuk mengetahui tingkat perkembangan
Posyandu, telah dikembangkan metode dan alat telaahan perkembangan
Posyandu, yang dikenal dengan nama Telaah Kemandirian Posyandu.
Tujuan telaahan adalah untuk mengetahui tingkat
perkembangan Posyandu yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat
sebagai berikut:
1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang
ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta
jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak
terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, di samping karena jumlah
kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah
memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.
2. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima
orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah,
yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan
peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh
masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola
kegiatan Posyandu.
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah
dapatmelaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah
kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya
lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK
di wilayah kerjaPosyandu. Intervensi yang dapat dilakukan untuk
perbaikan peringkat antara lain:
a) Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk memantapkan
pemahaman masyarakat tentangdana sehat,
b) pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana
sehat yang kuat, dengan cakupan anggota lebih dari 50% KK.
Peserta pelatihan adalah para tokoh masyarakat, terutama pengurus dana
sehat desa/kelurahan, serta untuk kepentingan Posyandu
mengikutsertakan pula pengurus Posyandu.
4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahu, dengan rata-rata jumlah
kader sebanyak lima orang ataulebih, cakupan kelima kegiatan utamanya
lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehatyang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya lebih dari50% KK yang bertempat tinggal
di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan
termasuk pembinaan program dana sehat, sehingga terjamin
kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukanintervensi memperbanyak
macam program tambahan sesuai dengan masalah dan kemampuan masing-
masing.

H. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN


POSYANDU
Menurut Suwandono (2006 dalam Maqbul, 2007), faktor-faktor yang
menyebabkan ketidakaktifan Posyandu ada faktor dari dalam maupun dari
luar Posyandu. Faktor yang berasal dari luar posyandu antaranya tingkat
pendidikan masyarakat sekitar, keadaan sosial, dan ekonomi masyarakat
sekitar serta jumlah balita di daerah sekitar.
Sedangkan faktor yang berasal dari dalam Posyandu itu sendiri diantaranya
kader, dana, dan sarana prasara.
1. KaderKendala-kendala yang dapat menganggu pelaksanaan Posyandu
karena faktor kader adalah:
a) kurangnya kader,
b) banyak terjadi angka putus (drop-out) kader,
c) Kepasifan dari pengurus Posyandu karena belum adanya
pembentukan atau resuffle pengurus baru dari kegiatan tersebut,
d) Keterampilan pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS),
e) sistem pencatatan buku register tidak lengkap atau kurang lengkap,
f) kader Posyandu sering berganti-ganti tanpa diikuti dengan pelatihan atau
training sehingga kemampuan teknis gizi para kader yang aktif tidak
memadai. Hal ini mengakibatkan kegiatan pemantauan pertumbuhan
balita tidak dapat dilakukan secara optimal sehingga upaya
pencegahan timbulnya kasus gizi kurang dan buruk menjadi kurang
efektif,
g) Kemampuan kader posyandu dalam melaksanakan konseling
dan penyuluhan gizi menjadi macet. Akhirnya balita yang datang
hanya ditimbang, dicatat/dituliskan hasil penimbangannya di KMS
atau buku KIA tanpa dimaknakan kemudian mengambil jatah PMT
dan pulang. Balita yang sudah selesai mendapatkan imunisasi
lengkap tidak mau datang lagi ke Posyandu, karena merasa tidak
memperoleh manfaat apa-apa.
2. Ketersediaan Dana
Dana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat
melalui gotong royong dengan kegiatan himpitan beras dan hasil potensi desa
lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang dihimpin
melalui kegiatan dana sehat (Depkes, 2011).Menurut Sulistyorini, Pebriyanti,
dan Proverawati (2014), Ketersediaan dana yang dapat menjadi kendala
pelaksanaan Posyanduadalah:
a) Pelaksanaan kegiatan posyandu tidak didukung dengan anggraan
rutin,
b) Dana operasional sangat menurun, sehingga posyandu menjadi tersendat
kondisi ini terkait dengan:
 Otonomi tidak selalu menjamin Posyandu sebagai hal yang
penting dalam pembangunan kesehatan sehingga tidak dijadikan
perioritas, baik dari segi danan maupun pengembangannya.
 Pemerintah Kabupaten / Kota tidak memiliki dana yang cikup
untuk mengembangkan dana dan melestarikan Posyanduc.Kemampuan
ekonomi masyarakat semakin menurun sejak terjadinya krisis
ekonomi tahun 1997, sehingga kemandirian masyarakat dalam
mempertahankan dan melestarikan Posyandu menjadi sangat
kurangDana yang digunakan Puskesmas untuk kegiatan posyandu
sangat minim sekali dari informasi kepala Puskesmas sebagaian
besar mengatakan bahwa satu-satunya dana yang ada di
Puskesmas untuk kegiatan Posyandu berasal dari dana PKPS
BBM. Puskesmas tidak mimiliki dana operasional yang berasal
dari APBD dan APBN. Anggaran yang diberikan untuk
masalah kesehatan seharusnya memadai buka hanya untuk
mengadakan tenaga kesehatan di Puskesmas tetapi juga untuk
program-program kesehatan.
3. Sarana dan prasaranaSarana prasarana merupakan alat yang digunakan
untuk menunjang kegiatan Posyandu. Sehingga sarana dan prasarana
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan
Posyandu. Kendala-kendalanya adalah:
a) Tempat pelaksanaan Posyandu kurang representatif (dikantor
kelurahan, polindes, atau gedung PKK), sehingga tidak memungkinkan
menyediakan tempat bermain bagi balita,
b) ketepatan jam buka posyandu,
c) kebersihan tempat pelaksanaan posyandu,
d) kurang kelengakapan untuk pelaksanaan KIE seperti buku-buku yang
berkaitan dengan gizi dan kesehatan, poster-poster, leaflet, lembar
balik, modul, dan lain-lain,
e) kurangnya kelengkapan alat ukur dan timbangan,
f) sarana dan peralatan yang ada dipuskesmas dan Posyandu masih
kurang (Sulistyorini, Pebriyanti, dan Proverawati, 2014).

KADER POSYANDU
a. Definisi Kader
Kader merupakan anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh
masyarakat, mau dan mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan secara sukarela (Depkes RI, 2003). Menurut Adisasmito
(2010) dalam Wicaksono (2015), mendefinisikan kader posyandu sebagai
tenaga masyarakat yang paling dekat masyarakat. Hal tersebut disebabkan
karena kader merupakan masyarakat setempat sehingga alih pengetahuan
dan alih keterampilan dari kader kepada masyarakat sekitar menjadi lebih
mudah.
L.A Gunawan dalam Zulkifli (2003) memberikan batasan tentang
kader kesehatan :”kader kesehatan dinamakan juga promotr kesehatan
desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat
dan bertugas mengembangkan masyarakat”. Sedangkan menurut
Direktorat bina peran serta masyarakat Depkes RI, Kader adalah warga
masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat
bekerja secara sukarela.
b. Tugas Kader
Menurut Kemenkes RI (2011), tugas kader dalam Posyandu dijabarkan
sebagai berikut :
1) Sebelum hari buka Posyandu kader menyebarluaskan hari buka
Posyandu, mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu,
mempersiapkan sarana Posyandu, melakukan pembagian tugas
antar Posyandu, berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan
mempersiapkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
2) Pada hari buka Posyandu kader melaksanakan pendaftaran
pengunjung Posyandu, melaksanakan penimbangan balita dan ibu
hamil yang berkunjung ke Posyandu, mencatat hasil penimbangan
di buku KIA dan KMS, pengukuran LILA pada ibu hamil dan
WUS, melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling gizi,
membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan KB dan
melengkapi pencatatan sekaligus membahas tindak lanjut dari
kegiatan bersama petugas kesehatan.
3) Di luar hari buka Posyandu kader mengadakan pemutakhiran data
sasaran Posyandu, membuat diagram batang SKDN, melakukan
tindak lanjut terhadap sasaran yang tidak datang maupun sasaran
yang memerlukan penyuluhan lanjut, memberitahukan kepada
kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu pada saat hari
buka dan melakukan kunjungan tatap muka kepada tokoh
masyarakat.
c. Syarat Kader Posyandu
Menurut Depkes RI (1996) syarat untuk menjadi kader posyandu :
dapat membaca dan menulis dengan bahasa Indonesia, secara fisik dapat
melaksanakan tugas-tugas sebagai kader, mempunyai penghasilan sendiri
dan tinggal tetap di desa yang tersebut, kader aktif dalam kegiatan sosial
maupun pemberdayaaan di desa yang ditinggali, dikenal oleh masyarakat
dan dapat bekerjasama dengan kader lainnya serta berwibawa dan sanggup
membina paling sedikit 10 KK (Kepala Keluarga) untuk meningkatkan
keadaan kesehatan lingkungan dan diutamakan memiliki keterampilan.
Menurut Ida Bagus dalam Zulkifli (2003) persyaratan lain untuk
menjadi kader adalah : berasal dari masyarakat setempat, tinggal di desa
tersebut, tidak sering meninggalkan desa untuk waktu yang lama, masih
cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain dan
sebaiknya bisa membaca dan menulis.

KERANGKA TEORI
Kerangka teori tentang pengetahuan dan sikap kader Posyandu tentang
pertumbuhan dan perkembangan balita dimodifikasi berdasarkan Notoatmodjo
(2010) :
Faktor yang mempengaruhi : Pengetahuan dan Keterampilan kader
1. Pendidikan Sikap Kader dalam pemantauan
2. Pekerjaan Posyandu tentang pertumbuhan dan
3. Umur pertumbuhan dan perkembangan balita
4. Pengalaman perkembangan balita
5. Alat Komunikasi
6. Sosial Budaya
KERANGKA KONSEP
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah :
Pengetahuan Kader Posyandu Sikap Kader Posyandu Tentang
Tentang Pertumbuhan dan Pertumbuhan dan Perkembangan
Perkembangan Balita Balita

Anda mungkin juga menyukai