Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latang Belakang


Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan
ekskresinya di urin dalam 24 jam relatif konstan. Kadar kreatinin darah yang lebih
besar dari normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal. Nilai kreatinin
normal pada metode jaffe reaction adalah laki-laki 0,8 sampai 1,2 mg / dl; wanita
0,6 sampai 1,1 mg / dl.
Pemeriksaan kreatinin darah dengan kreatinin urin bisa digunakan untuk menilai
kemampuan laju filtrasi glomerolus, yaitu dengan melakukan
tes kreatinin klirens. Selain itu tinggi rendahnya kadar kreatinin darah juga
memberi gambaran tentang berat ringannya gangguan fungsi ginjal. Hemodialisis
dilakukan pada gangguan fungsi ginjal yang berat yaitu jika kadar kreatinin lebih
dari 7 mg / dl serum. Namun dianjurkan bahwa sebaiknya hemodialisis dilakukan
sedini mungkin untuk memghambat progresifitas penyakit.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Melakukan pemeriksaan fungsi ginjal dengan uji kreatinin dalam plasma
2. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh

1.3 Prinsip Percobaan


Pada suasana pH alkalis, kreatini bereaksi dengan asam pikrat menghasilkan
senyawa berwarna, yaitu kreatinin alkalin pikrat, yang dapat diukur secara
fotometri

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ginjal

Pengertian Ginjal

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.
Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama
urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin.

Letak

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.
Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di
bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar
suprarenal). Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya
menghadap ke medial. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra. Ginjal kanan
biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.

Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas.
Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak
pararenal) yang membantu meredam goncangan.

2
Potongan membujur ginjal

Struktur detail

Berat dan besar ginjal bervariasi, hal ini tergantung jenis kelamin, umur, serta ada
tidaknya ginjal pada sisi lain. Pada orang dewasa, rata-rata ginjal memiliki ukuran
panjang sekitar 11,5 cm, lebar sekitar 6 cm dan ketebalan 3,5 cm dengan berat
sekitar 120-170 gram atau kurang lebih 0,4% dari berat badan. Ginjal memiliki
bentuk seperti kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap ginjal
terdapat bukaan yang disebut hilus yang menghubungkan arteri renal, vena renal,
dan ureter.

Vaskularisasi

Aliran darah ginjal berasal dari arteri renalis yang merupakan cabang langsung
dari aorta abdominalis, sedangkan yang mengalirkan darah balik adalah vena
renalis yang merupakan cabang vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah
tidak ada anastomosis ke cabang arteri lain

Organisasi

Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut
medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia
dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul.
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibros tipis dan mengkilap yang disebut kapsula
fibrosa ginjal dan diluar kapsul ini terdapat jaringan lemak perirenal. Di
sebelahatas ginjal terdapat kelenjar adrenal. Ginjal dan kelenjar adrenal dibungkus
oleh fasia gerota. Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat
berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul
yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang.
Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran
lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut

3
urine. Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut
korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).
Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus
yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah
dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk
filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis
yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari
darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan
tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri
eferen. Di antara darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula
Bowman terdapat tiga lapisan:

1. kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus


2. lapisan kaya protein sebagai membran dasar
3. selapis sel epitel melapisi dinding kapsula Bowman (podosit)

Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus,
melewati ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula
Bowman dalam bentuk filtrat glomerular. Filtrat plasma darah tidak mengandung
sel darah ataupun molekul protein yang besar. Protein dalam bentuk molekul kecil
dapat ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350
kali setiap hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125 cc filtrat
glomerular per menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes
diagnosa fungsi ginjal.

Jaringan ginjal. Warna biru menunjukkan satu tubulus

4
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang
mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi
proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada
tubulus konvulasi distal. Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu
Friedrich Gustav Jakob Henle pada awal tahun 1860-an. Lengkung Henle
menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk
filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang
menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap
kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air
(97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus
melalui osmosis. Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem
pengumpul yang terdiri dari:

 tubulus penghubung
 tubulus kolektivus kortikal
 tubulus kloektivus medularis

Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus


juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel
juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan
menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin,
yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.

Fungsi homeostasis ginjal

Ginjal mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah.
Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion
hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam
pada pH 5 atau alkalis pada pH 8. Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah
proses homeostasis yang melibatkan aldosteron untuk meningkatkan penyerapan
ion natrium pada tubulus konvulasi.

Kenaikan atau penurunan tekanan osmotik darah karena kelebihan atau


kekurangan air akan segera dideteksi oleh hipotalamus yang akan memberi sinyal

5
pada kelenjar pituitari dengan umpan balik negatif. Kelenjar pituitari mensekresi
hormon antidiuretik (vasopresin, untuk menekan sekresi air) sehingga terjadi
perubahan tingkat absorpsi air pada tubulus ginjal. Akibatnya konsentrasi cairan
jaringan akan kembali menjadi 98%.

Mekanisme Filtrasi Ginjal

Glomerulus adalah bagian kecil dari ginjal yang mempunyai fungsi sebagai
saringan yang setiap menit kira-kira 1 liter darah yang mengandung 5 ml plasma,
mengalir melalui semua glomeruli dan sekitar 100 ml (10%) dari itu disaring
keluar. Plasma yang berisi semua garam, glukosa dan benda halus lainnya
disaring. Sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat menembus pori saringan
dan tetap tinggal dalam aliran darah. Cairan yang disaring yaitu filtrat glomerolus,
kemudian mengalir melalui tubula renalis dan sel-selnya menyerap semua bahan
yang diperlukan tubuh dan meninggalkan yang tidak diperlukan. Keadaan normal
semua glukosa diabsorbsi kembali, kebanyakan produk sisa buangan dikeluarkan
melalui urin, diantaranya kreatinin dan ureum. Kreatinin sama sekali tidak
direabsorbsi di dalam tubulus, malahan sejumlah kecil kreatinin benar-benar
disekresikan ke dalam tubulus oleh tubulus proksimalis sehingga jumlah total
kreatinin meningkat kira-kira 20 %. Jumlah filtrat glomerolus yang dibentuk
setiap menit pada orang normal rata-rata 125 ml permenit, tetapi dalam berbagai
keadaan fungsional ginjal normal dapat berubah dari beberapa mililiter sampai
200 ml per menit, jumlah total filtrat glomerolus yang terbentuk setiap hari rata-
rata sekitar 180 liter, atau lebih dari pada dua kali berat badan total, 99 persen
filtrat tersebut biasanya direabsorbsi di dalam tubulus, sisanya keluar sebagai urin.

Penyakit dan ketidaknormalan ginjal

 Bawaan
1. Asidosis tubulus renalis
Adalah suatu penyakit ginjal (renal) khususnya pada bagian tubulus
renalis-nya. Menurut sejumlah literatur ilmiah bidang kesehatan, penyakit

6
ATR ini memang tergolong penyakit langka, dengan manifestasi klinis
yang tidak spesifik sehingga diagnosis sering terlambat.
2. Congenital hydronephrosis
Adalah dilasi abnormal pelvis renal dan kaliks satu atau kedua ginjal dan
disebabkan oleh obstruksi aliran urin dalam traktus genitourinari.
Walaupun mungkin obstruksi parsial dan hidronefrosis pada awalnya
tidak menimbulkan gejala, tekanan yang terbentuk di balik area obstruksi
akhirnya menyebabkan disfungsi renal simtomatik
3. Ginjal tapal kuda
Adalah penyatuan kutub – kutub ginjal (biasanya bagian bawah). Mereka
saling berhubungan melalui istmus yang berupa parenkim ginjal atau
berupa jaringan fibrous (band). Letak ginjal tapal kuda lebih rendah
daripada posisi yang normal, dan istmus letaknya setinggi vertebra lumbal
4 – 5.
4. Penyakit ginjal polycystic
5. Renal dysplasia
6. Unilateral small kidney
 Dapatan
1. Diabetic nephropathy
2. Glomerulonephritis
3. Hydronephrosis adalah pembesaran satu atau kedua ginjal yang
disebabkan oleh terhalangnya aliran urin.
4. Interstitial nephritis
5. Batu ginjal ketidaknormalan yang umum dan biasanya menyakitkan.
6. Tumor ginjal
o Wilms tumor
o Renal cell carcinoma
7. Dalam sindrom nephrotic, glomerulus telah rusak sehingga banyak protein
dalam darah masuk ke urin. Other frequent features of the nephrotic
syndrome include swelling, low serum albumin, and high cholesterol.
8. Pyelonephritis adalah infeksi ginjal dan seringkali disebabkan oleh
komplikasi infeksi urinary tract.

7
9. Gagal ginjal
o Gagal ginjal akut
o Gagal ginjal kronis

2.2 Kreatinin

Kreatinin adalah protein yang merupakan hasil akhir metabolism otot yang
dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam
urin dalam kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui
kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam plasma dari
hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya
gangguan fungsi ginjal.

Sebagai petunjuk kasar, peningkatan dua kali lipat kadar kreatinin serum
mengindikasikan adanya penurunan fungsi ginjal sebesar 50%, demikian juga
peningkatan kadar kreatinin tiga kali lipat mengisyaratkan penurunan fungsi ginjal
sebesar 75%.

Metabolisme Kreatinin

Kreatinin terdapat dalam otot, otak, dan darah dalam bentuk terfosforilasi sebagai
fosfokreatin dan dalam keadaan bebas. Kreatinin dalam jumlah sedikit sekali juga
terdapat dalam urin normal. Kreatinin adalah anhidrida dari kreatin, dibentuk
sebagian besar dalam otot dengan pembuangan air dari kreatin fosfat secara tidak
reversibel dan nonenzimatik. Kreatinin bebas terdapat dalam darah dan urin,
pembentukan kreatinin adalah langkah permulaan yang diperlukan untuk ekskresi
sebagian besar kreatin.

Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Kreatinin


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah,
diantaranya adalah :
a. Perubahan massa otot.
b. Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam
setelah makan.

8
c.   Aktifitas fisik yang berkebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin
darah.
d. Obat obatan seperti sefalosporin, aldacton, aspirin dan co-trimexazole
dapat mengganggu sekresi kreatinin sehingga meninggikan kadar
kreatinin darah.
e. Kenaikan sekresi tubulus dan destruksi kreatinin internal.
f. Usia dan jenis kelamin pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi
daripada orang muda, serta pada laki-laki kadar kreatinin lebih tinggi
daripada wanita

Metode Pemeriksaan kreatinin

1. Macam pemeriksaan kreatinin darah adalah :


a. JaffeReaction
Dasar dari metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam
pikrat membentuk senyawa kuning jingga. Alat yang digunakan
photometer.
b. Kinetik
Dasar metodenya relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali
pembacaan. Alat yang digunakan autoanalyzer.
c. Enzimatik
Dasar metode ini adanya substrat dalam sampel bereaksi dengan enzim
membentuk senyawa enzim substrat menggunakan alat photometer.

Dari ke tiga metode di atas, yang banyak dipakai adalah “Jaffe Reaction” ,
dimana metode ini dapat menggunakan serum atau plasma yang telah
dideproteinasi dan tanpa deproteinasi. Kedua cara tersebut mempunyai kelebihan
dan kekurangan, salah satunya adalah untuk deproteinasi cukup banyak memakan
waktu yaitu sekitar 30 menit, sedangkan tanpa deproteinasi hanya memerlukan
waktu yang relative singkat yaitu antara 2 - 3 menit.

Faktor yang Mengganggu Pemeriksaan Kreatinin Darah

9
Senyawa - senyawa yang dapat mengganggu pemeriksaan kadar kreatinin darah
hingga menyebabkan overestimasi nilai kreatinin sampai 20 % adalah : askorbat,
bilirubin, asam urat, aseto asetat, piruvat, sefalosporin , metildopa.

Manfaat Pemeriksaan Kreatinin


Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan
ekskresinya di urin dalam 24 jam relatif konstan. Kadar kreatinin darah yang lebih
besar dari normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal. Nilai kreatinin
normal pada metode jaffe reaction adalah laki-laki 0,8 sampai 1,2 mg / dl; wanita
0,6 sampai 1,1 mg / dl.
Pemeriksaan kreatinin darah dengan kreatinin urin bisa digunakan untuk menilai
kemampuan laju filtrasi glomerolus, yaitu dengan melakukan
tes kreatinin klirens. Selain itu tinggi rendahnya kadar kreatinin darah juga
memberi gambaran tentang berat ringannya gangguan fungsi ginjal. Hemodialisis
dilakukan pada gangguan fungsi ginjal yang berat yaitu jika kadar kreatinin lebih
dari 7 mg / dl serum. Namun dianjurkan bahwa sebaiknya hemodialisis dilakukan
sedini mungkin untuk memghambat progresifitas penyakit.

10
BAB III

METODELOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan Percobaan

- ALAT PERCOBAAN :
1. Tabung reaksi
2. Effendorf
3. Mikrolab
- Bahan Percobaan :
1. Serum
2. Reagen 1
3. Reagen 2
3.2. Prosedur Percobaan

1. Kreatini Urin
- Sentrifugasi urin selama 10 menit pada 3000 rpm
- Siap di uji.
- Reagen 1 400 mikroliter ditambahkan dengan 100 mikroliter reagen 2
- Kemudian di homogenizer selama 30 detik
- Di tambahkan sampel urin 25 mikroliter.
- Di inkubasi selama 1 menit.
- Di ukur dengan mikrolab.
2. Kreatinin Darah
- Darah disentrifugasi dan diambil lapisan bening (serum).
- Reagen 1 diambil 400 mikroliter ditambahkan dengan 100 mikroliter
reagen 2.
- Di homogenizer 30 menit.
- Ditambahkan sampel serum 25 mikroliter.

11
- Diinkubasi selama satu menit dan diukur dengan mikrolab

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Sampel Kreatinin

Darah Urin

Kadar 0,74 mg/dl 27,40 mg/dl

Absorban 0,007 0,243

4.2 Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan pengukuran kadar kreatinin dalam sampel yang
berupa darah dan urin. Pada pengukuran dengan sampel darah, terlebih dahulu
dilakukan sentrifugasi terlebih dahulu dengan tujuan untuk memisahkan antara
lapisan serum yang akan digunakan dalam pengukuran kadar kreatinin. Pada
penyiapan sampel dari urin juga dilakukan sentrifugasi terlebih dahulu, hal ini
bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran yang tidak tampak supaya
pengukuran lebih efektif.

Setelah dilakukan sentrifugasi pada sampel darah dan didapatkan serum,


selanjutnya dipindahkan ke dalam tabung effendorf. Pada tabung effendorf lain
dimasukan pereaksi 1 sebanyak 400 μl dan pereaksi 2 sebanyak 100 μl
(perbandingan 4:1), kemudian ditambahkan serum darah sebanyak 25 μl dan
dihomogenizer dengan tujuan mencampurkan antara seluruh bahan kemudian
diinkubasi selama 30 detik kemudian diukur menggunakan mikrolab, dari sampel
serum didapatkan kadar kreatinin 0,74 mg/dl, nilai tersebut normal karena berada

12
dalam rentang kadar normal untuk serum pada wanita dewasa yaitu 0,5 – 0,9
mg/dl.

Pada pengukuran sampel urin dilakukan prosedur sama dengan pengukuran


sampel serum yaitu dengan pereaksi 1 dan 2 perbandingan 4:1. Sampel urin yang
diambil sebanyak 25 μl dan dicampurkan pada pereaksi, dihomogenizer dan
diinkubasi selama 30 detik kemudian diukur, dari hasil didapatkan kadar kreatinin
urin 27,40 mg/dl, nilai tersebut normal karena berada dalam rentang normal kadar
kreatinin urin perempuan dewasa yaitu 28 – 217 mg/dl.

Dari hasil kadar kreatinin darah dan urin yang didapatkan, berada dalam rentang
normal menunjukkan tidak adanya gangguan pada ginjal, karena pengukuran
kadar kreatinin berhubungan dengan kerja filtrasi glomerulus pada ginjal.

13
BAB V

KESIMPULAN

1. kadar kreatinin darah pada sampel adalah 0,74 mg/dL . Kadar ini termasuk
dalam kondisi normal, karena masih di dalam rentang 0,5 – 0,9 mg/dl
untuk sampel wanita .
2. kadar kreatinin urin pada sampel adalah 27,40 mg/dL . Kadar ini termasuk
dalam kondisi dibawah normal, karena berada di dalam rentang 28 – 217
mg/dL untuk sampel wanita .

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Suku Patafisiologi (hands book of


pathophysiologi) Jakarta: EGC.
2. C. Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta:
Gramedia.
3. Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,
Edisi 9, Editor: Irawati Setiawan.  Jakarta :EGC.
4. Harper, H. A., V. W. Rodwell, and P. A. Mayes. 1979. Biokimia (Review
of         physiological chemistry). Alih bahasa: M. Muliawan. Lange.
Medical Publications. Los Altos, California.
5. Sodeman, W.A dan Sodeman T.M. (1995). Sodeman Patofisiologi. Edisi 7.
Jilid II. Penerjemah: Andry Hartono. Jakarta: Hipokrates.
6. Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
7. Sukandar E. 1997. Tinjauan Umum Nefropati Diabetik in Nefropati Klinik.
Edisi ke-2. Bandung : Penerbit ITB.
8. Sylvia & Lorraine. 1994. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Penyakit.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
9. Underwood. 1997. Patologi Umum & Sistematik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

15
LAMPIRAN

- Diagram Alir
1. Kreatinin Urin

Urin

Sentrifugasi 10 menit, 3000rpm

Hasil

Reagen1 400 mikroliter

Di tambahkan Reagen 2 100 mikroliter

Homogenizer 30 detik, dan ditambahkan urin sampel 25 mikroliter

Di inkubasi 1 menit, dan diukur dengan mikrolab

Hasil

2. Kreatinin Darah

Darah

Sentrifugasi 10 menit, 3000rpm dan diambil lapisan serum

Hasil

Reagen1 400 mikroliter

Di tambahkan Reagen 2 100 mikroliter

Homogenizer 30 detik, dan ditambahkan serum sampel 25 mikroliter

Di inkubasi 1 menit, dan diukur dengan mikrolab

Hasil

16
Perhitungan

- Kadar Kreatinin standar = 0,74 mg/dl


Kadar Kreatinin urin = 27,40 mg/dl
A Kadar kreatinin darah sampel
= X C standar
A Kadar kreatinin standar
0,004
= X 1,99
0,020
= 0,693 mg/dl

0,243
- Kreatin Urin = X 1,99
0,020
= 24,1785 mg/dl

17

Anda mungkin juga menyukai