Anda di halaman 1dari 14

Modul Studi Kelayakan Bisnis

PERTEMUAN KE- 14: STUDI ASPEK KEUANGAN (1)


Mata Kuliah : Studi Kelayakan Bisnis.
Dosen Pengampu: Team Teaching SKB

A. PENGANTAR:

Apabila seluruh aspek dalam rencana proyek/bisnis baik aspek ekternal


(pasar), internal, dan lingkungan telah dikaji kelayakannnya, maka tahap
akhir apakah suatu rencana proyek/bisnis layak atau tidak ditentukan oleh
kelayakan aspek finansial (keuangan).

Tujuan menganalisis aspek finansial (keuangan) dari suatu studi kelayakan


bisnis adalah untuk menentukan rrencana investasi melalui perhitungan
biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara
proyeksi pengeluaran dan pendapatan seperti ketersediaan dana, biaya
modal, kemampuan proyek/bisnis untuk membayar kembali dana tersebut
dalam waktu yang telah ditentukan, kebijakan mengenai depresiasi, sera
penentuan leasing atau beli dalam pengadaan aktiva, dan menilai apakah
rencana proyek/bisnis layak dan akan dapat berkembang terus.

B. TUJUAN PERKULIAHAN:
Setelah mempelajari materi perkuliahan ini, mahasiswa mampu
menganalisis kelayakan bisnis dari aspek finansial (keuangan) bagian
pertama khususnya :

1. Kebutuhan dan sumber dana dalam rencana bisnis


2. Kajian biaya modal dalam rencana bisnis
3. Kebijakan depesiasi dalam rencana bisnis
4. Pilihan leasing atau beli dalam rencana bisnis

C. URAIAN MATERI:

1
Manajemen S1 Universitas Pamulang
Modul Studi Kelayakan Bisnis

Kebutuhan Dana dan Sumbernya


Untuk merealisasikan proyek bisnis dibutuhkan dana untuk investasi.
Dana tersebut diklasifikasikan atas dasar aktiva tetap berwujud seperti tanah,
bangunan, pabrik dan mesin-mesin serta aktiva tidak berwujud seperti paten,
lisensi, biaya-biaya pendahuluan dan biaya-biaya operasi. Di samping untuk
aktiva tetap, dana juga dibutuhkan untuk modal kerja, yang diartikan sebagai
modal kerja bruto (menunjukan semua investasi yang diperlukan untuk aktiva
lancar). Menghitung modal kerja dapat menggunakan metode yang
didasarkan pada waktu yang diperlukan dana sejak keluar dari kas sampai
kembali menjadi kas.

PT. XXX
Kebutuhan Dana Investasi
A. Investasi Aktiva Tetap
Tanah XX
Bangunan gedung XX
Mesin dan perlengkapan XX
Peralatan dan spare part XX
Perlengkapan kantor XX
Biaya pra operasi XX
Total aktiva tetap XXX
B. Modal kerja
Kas XX
Persediaan barang jadi XX
Persediaan barang dalam proses XX
Persediaan bahan baku XX
Pembayaran di muka asuransi pabrik XX
Piutang XX
Total Modal kerja XXX
Total Biaya Proyek/Bisnis (A+B) XXX

SUMBER DANA

2
Manajemen S1 Universitas Pamulang
Modul Studi Kelayakan Bisnis

Setelah jumlah dana yang dibutuhkan diketahui, selanjutnya yang


perlu ditentukan adalah dalam bentuk apa dan tersebut didapat, yang jelas
yang akan dipilih adalah sumber dana yang mempunyai biaya paling rendah
dan tidak menimbulkan masalah bagi perusahaan yang mensponsorinya.
Dalam praktiknya kebutuhan dana untuk melakukan investasi terdiri
dari dua macam, yaitu modal investasi (Capital investment) dan Modal Kerja
(Working capital). Modal investasi digunakan untuk membeli aktiva tetap
seperti tanah, bangunan, mesin, peralatan, serta inventaris lainnya dan
biasanya modal investasi diperoleh dari modal pinjaman jangka panjang (di
atas satu tahun). Kemudian modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk
membiayai operasional perusahaan selama perusahaan beroperasi. Janka
waktu penggunaan mdal kerja relative pendek, yaitu untuk satu atau beberapa
siklus operasi perusahaan (satu tahun). Modal kerja digunakan untuk
keperluan membeli bahan baku, membayar gaji karyawan dan biaya
pemeliharaan serta biaya-biaya operasional lainnya.
Penggunaan kedua jenis modal baik untuk modal investasi maupun
untuk modal kerja jelas berbeda. Dilihat dari sumber asalnya, modal dibbagi
dua macam, yaitu modal asing atau pinjaman (debt) dan modal sendiri
(equity). Modal asing atau modal pinjaman merupakan modal yang diperoleh
dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh secara pinjaman.
Menggunakan modal pinjaman akan terkena beban biaya, yaitu biaya
administrasi, provisi, komisi, serta bunga yang besarnya relative. Kemudian
adanya kewajiban untuk mengembalikan pinjaman setelah jangka waktuif
tertentu sesuai perjanjian. Perolehan modal asing juga relative sulit karena
diperlukan syarat-syarat tertentu sesuai dengan kebijakan pemilik dana.
Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik perusahaan
dengan cara mengeluarkan saham baik secara tertutup maupun terbuka.
Tertutup artinya hanya dari kalangan internal pemilik saham sebelumnya, dan
terbuka artinya dengan menjual saham kepada masyarakat luas. Keuntungan
modal sendiri diantaranya adalah tidak adanya beban biaya bunga seperti
modal pinjaman. Tidak adanya kewajiban untuk mengembalikan modal yang
telah digunakan. Perusahaan hanya berkewajiban membayar deviden, apabila

3
Manajemen S1 Universitas Pamulang
Modul Studi Kelayakan Bisnis

perusahaan memperoleh keuntungan. Sedangkan kerugian menggunakan


modal sendiri diantaranya adalah jumlahnya yang sangat terbatas.

Beberapa sumber dana yang penting antara lain adalah :


1. Modal pemilik perusahaan yang disetorkan
2. Saham yang diperoleh dari penerbitan saham di pasar modal
3. Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal
4. Kredit yang diterima dari bank
5. Sewa guna (leasing) dari lembaga non-bank

Analisis Sumber Dana


1. Analisis Rentabilitas Modal Sendiri
RE = EBIT x 100%
Total aktiva
RMS = EAT x 100%
Modal sendiri
RE = Rentabilitas ekonomis
RMS = Rentabilitas Modal sendiri
Kriteria : Menguntungkan bila
RMS utang > RMS modal sendiri, dan
RE > bunga pinjaman.
Contoh :
Proyek perlu dana Rp. 100 juta. Proyeksi EBIT setiap tahunnya adalah 25
juta. Tarif pajak 20%. Untuk membelanjai investasi tsb ada dua alternatif :
1. Alternatif-1 : dibelanjai 100% dari modal sendiri (equity)
2. Alternatif-2 : dibelanjai dengan 50% utang (debt) dan 50% modal sendiri.
Bunga pinjaman sebesar 20% per tahun.
Alternatif mana yang terbaik ?
Deskripsi Alternatif-1 Alternatif-2
EBIT 25 juta 25 juta
Bunga 0 10 juta
EBT 25 juta 15 juta

4
Manajemen S1 Universitas Pamulang
Modul Studi Kelayakan Bisnis

Pajak (20%) 5 juta 3 juta


EAT 20 juta 12 juta
RMS 20% 24 %
RE 25% 25%

Rentabilitas ekonomi (RE) kedua alternative sama yaitu 25% dan lebih tinggi
dari bunga pinjaman (20%), sedangkan RMS alternative ke dua adalah 24%
dan lebih tinggi dari alternative pertama, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa alternative ke dua adalah lebih menguntungkan.

2. Debt to Equity Ratio (DER)


• DER = Total Debt x 1 kali
Equity
Total Debt = Total kewajiban
Equity = Modal sendiri
Kriteria : Wajar bila DER di bawah 0,75
Dari Contoh di atas :
DER = 50 juta x 1 kali =1x
50 juta
Perlu diperhatikan mengenai prinsip kehati-hatian dalam keuangan bahwa
sebaiknya modal asing tidak melebihi modal sendiri. Namun demikian DER
sampai dengan 1,5X atau 150% masih dikatakan cukup baik.

Biaya Modal (Cost of Capital)

Konsep cost of capital (biaya-biaya untuk menggunakan modal)


dimaksudkan untuk menentukan berapa besar biaya riil dari masing-masing
sumber dana yang dipakai dalam berinvestasi. Kita perlu menentukan biaya
penggunaan modal rata-rata dari keseluruhan dana yang akan dipakai,
sehingga berdasarkan hal ini patokan tingkat keuntungan yang layak (cut off
rate) dari proyek bisnis ini dapat diketahui. Untuk menghitungnya, karena
garis besar sumber-sumber pembelanjaan terbagi atas modal utang dan modal

5
Manajemen S1 Universitas Pamulang
Modul Studi Kelayakan Bisnis

sendiri, biaya modal dari masing-masing sumber harus dihitung, misalnya


penilaian investasi dari biaya utang, aliran kas yang dihitung setelah pajak,
demikian pula terhadap biaya modal sendiri.
Setiap modal menanggung biaya. Biaya modal terdiri atas biaya modal
individual dan biaya modal rata-rata. Modal sendiri biayanya adalah hasil
yang diharapkan pemilik modal. Modal dari utang biayanya adalah bunga.
Bila bersumber dari beberapa modal individual misalnya modal sendiri dan
utang, maka perlu dicari biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average
cost of capital =WACC). WACC digunakan sebagai cut off rate, sebagai
discount rate terhadap arus kas masuk bersih investasi (Proceeds / net cash
inflow=NCI)

Rincian analisis biaya dari kedua sumber pembelanjaan dipaparkan


secukupnya seperti dituangkan berikut ini berdasarkan contoh yang baik
sekali dari Husnan dan Suwarsono (1994).
1. Biaya Utang
Biaya utang untuk jangka panjang maupun jangka pendek dapat dihitung,
misalnya dengan menggunakan konsep present value. Perhatikan contoh
berikut:
Misalkan perusahaan mengeluarkan obligasi (surat tanda utang) untuk
waktu 5 tahun, nilai nominal Rp. 100.000,- dengan tingkat bunga 16% per
tahun. Apabila obligasi ini laku dijual seharga Rp. 96.000,- maka
penghitungan biaya utang yang ditanggung perusahaan adalah :

16.000 + … + 16.000 + 100.000

96.000 = (1 + kd) (1 + kd)5 (1 + kd)5

Untuk menyelesaikan persamaan ini, dapat dilakukan dengan coba-coba


dan interpolasi. Kalau kita menggunakan kd = 18%, maka setelah dihitung,
sisi sebelah kanan sama dengan (=) akan bernilai Rp. 93.740,-. Kalau
menggunakan kd = 17%, nilai sisi kanan menjadi Rp. 96.000,-. Jadi, kd

6
Manajemen S1 Universitas Pamulang
Modul Studi Kelayakan Bisnis

yang membuat nilai sisi kanan = Rp. 96.000,- berada di antara 17 % dan
18%.
Selanjutnya, gunakan teknik interpolasi, hasilnya seperti ini :
Kd Nilai

18% Rp. 93.740,-


17% Rp. 96.790,-
Selisih 1% Rp. 3.050,-

Selisih antara Rp. 96.790,- - Rp. 96.000,- = Rp. 790,-. Kalau 1% sama
dengan Rp. 3.050,- maka untuk selisih yang bernilai Rp. 96.000,- akan
sama dengan Rp. 790,-/Rp. 3.050 x 1% = 0,26%.
Jadi, kd yang membuat sisi kanan persamaan sama dengan Rp. 96.000,
adalah :

Kd = 17% = 0,26% = 17,26%

Biaya utang kd ini belum dipotong pajak. Jika akan dipotong pajak,
dengan notasi biaya utangnya menjadi k*d, dapat dihitung dengan rumus :

K*d = kd (1-t)

Dimana t = tarif pajak

Kalau dimisalkan tarif pajak 30%, maka dengan menggunakan contoh


di atas dimana kd = 17,26%, maka k*d = 17,26% (1-0,3) = 12,08%

2. Biaya Modal Sendiri

Kelompok biaya modal sendiri dapat dibagi atas biaya saham preferen,
biaya saham biasa, dan biaya laba ditahan. Paparannya disajikan berikut
ini.

a) Biaya Saham Preferen

7
Manajemen S1 Universitas Pamulang
Modul Studi Kelayakan Bisnis

Saham preferen memberikan penghasilan berupa dividen yang tetap


kepada pemiliknya yang diambilkan dari laba bersih setelah pajak.
Untuk menghitung besar biaya modal saham preferen, dapat
digunakan cara yang sama dengan penghitungan biaya modal utang.

P0 = A x B / kp
Di mana :

P0 = harga jual saham saat ini


A = nilai dividen (dalam %)
B = nilai nominal saham
Kp = biaya saham preferen

Contoh :
Misalkan suatu saham preferen dengan nominal Rp.
200.000,- memberikan dividen sebesar 20%. Harga jual
saham tersebut saat ini Rp. 175.000,-. Biaya saham dapat
dihitung menjadi :

Rp.40.00
0,-
Rp. 175.000, =
Kp

Nilai Kp adalah :

(Rp. 40.000,- / Rp. 175.000) x 100% = 22,86%

b) Biaya Saham Biasa

8
Manajemen S1 Universitas Pamulang
Modul Studi Kelayakan Bisnis

Biasa saham biasa merupakan suatu tingkat keuntungan minimal yang


harus diperoleh suatu investasi yang dibelanjai oleh saham biasa.

Ke = D / PO
Dimana :
Ke = biaya modal dari saham biasa
D = dividen per lembar saham yang konstan setiap kurun
waktu tertentu, misalnya setiap tahun
P0 = harga saham saat ini

Apabila perusahaan menahan sebagian laba dan kita asumsikan


proposi laba yang ditahan adalah konstan, maka besarmya ke adalah :

Ke =( D1/PO) + g
Dimana :

D1 = dividen pada tahun ke-1


P0 = harga saham saat ini
g = pertumbuhan dividen per tahun

c) Biaya Laba yang Ditahan


Biaya laba yang ditahan pada prinsipnya sama dengan biaya dari
saham biasa. Bedanya, untuk biaya saham biasa memiliki floatation
cost, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan proses saham,
sedangkan menggunakan dana dari laba yang ditahan tidak
memerlukan biaya.
Telah disebutkan di atas bahwa biaya penggunaan modal rata-rata
dari keseluruhan dana yang akan dipakai perlu diketahui untuk
menentukan nilai investasi. Kalau berinvestasi menggunakan modal
sendiri, maka cut off rate-nya adalah biaya modal sendiri. Sedangkan,
investasi yang menggunakan biaya sendiri dan utang, cut off rate-nya

9
Manajemen S1 Universitas Pamulang
Modul Studi Kelayakan Bisnis

mempertimbangkan biaya modal baik dari utang maupun dari modal


sendiri. Salah satu cara untuk menghitung cut off rate-nya adalah
dengan menghitung biaya modal rata-rata tertimbang setelah pajak
yang caranya adalah mengkalikan antara besar biaya modal dari
masing-masing sumber pembelanjaan dengan proporsi dana yang
digunakan.

Misal :

Jika biaya-biaya utang dan modal diketahui juga masing-masing


proposinya, maka dapat dihitung cut off rate-nya :

Komponen Jumlah Proporsi Biaya (2) x (3)


Biaya (1) (2) (3)
Utang jangka Rp. 1.000,- 0,20 14% 2,80%
pendek Rp. 1.000,- 0,20 9,8% 1,96%
Utang jangka Rp. 3.000,- 0,60 31,5% 18,90%
panjang
Modal sendiri
Jumlah Rp. 5.000,- 1,00 23,66%

Tampak bahwa biaya modal rata-rata tertimbang adalah 23,66%.


Biaya modal ini, kemudian kita pakai sebagai cut off rate dalam
menilai usulan investasi tersebut.

Kebijakan Depresiasi dan Amortisasi

10
Manajemen S1 Universitas Pamulang
Modul Studi Kelayakan Bisnis

Kebijakan depresiasi terkait dengan perhitungan arus kas masuk


atau sering disebut sebagai proceeds. Depresiasi atau penyusutan
adalah pengalokasian harga perolehan aktiva tetap berwujud menjadi
biaya selama masa manfaatnya. Amortisasi adalah penyusutan harta
tak berwujud. Depresiasi dan amortisasi merupakan biaya non tunai
yang dicatat sebagai arus kas masuk dalam studi kelayakan bisnis
Depresiasi didasari oleh 3 faktor:
Harga perolehan

11
Manajemen S1 Universitas Pamulang
Modul Studi Kelayakan Bisnis

– Nilai residu
– Umur ekonomis / masa manfaat
Metode Depresiasi
• Metode Garis lurus (straight line mehod)
• Metode Jam Jasa (service hour method)
• Metode Hasil Produksi (productive output method)
• Metode Jumlah angka tahun (Sum of Years DM)
• Metode Saldo Menurun (declining balance method)
• Metode Saldo menurun ganda (double declining balance method)

Metode Garis Lurus


Depesiasi = Harga perolehan-Nilai residu
Umur ekonomis
Contoh:
Mesin dengan harga perolehan Rp. 100.000.000 dengan taksiran residu
Rp. 20.000.000, dengan umur ekonomis 4 tahun. Berapa depresiasi
setiap tahunnya?
Depresiasi = 100 juta – 20 juta = 20 juta / thn
4
Metode Saldo Menurun Ganda
Tarif penyusutan 50% dari harga perolehan di tahun pertama, dan
di tahun berikutnya dari nilai sisa buku tahun sebelumnya.
Thn Depresiasi
1 50% x 100 juta = 50 juta
2 50% x 50 juta = 25 juta
3 50% x 25 juta = 12,5 juta
4 50% x 12,5 juta = 6,25 juta

12
Manajemen S1 Universitas Pamulang
Modul Studi Kelayakan Bisnis

Pilihan Leasing atau Beli

Apabila dijumpai suatu kondisi untuk menjawab apakah untuk pengadaan


sesuatu, misalnya mesin produksi akan melalui leasing atau beli,
bagaimana menentukannya? Dari kepentingan penyewa (lessee), biaya
untuk leasing dapat dihitung dengan rumus di bawah ini.

Lt (1 − T) + T Dep1
NAL = I0 − ∑
[1 + (1 + 𝑇)K 𝑏 ]

Di mana:

NAL = Net Advantage of Leasing

I0 = Harga mesin (aktiva tetap)

L𝑡 = Pembayaran sewa secara periodik

Dep𝑡 = Jumlah beban penyusutan dalam periode t

Kb = Biaya utang sebelum pajak

T = Tarif pajak

N = Umur penyusutan dan umur ekonomis

Kriteria penilaian:

jika, nilai NAL = 0, maka biaya membeli sama dengan biaya leasing.

Jika, nilai NAL > 0, maka biaya membeli lebih besar dari biaya leasing.

Jika, nilai NAL < 0, maka biaya membeli lebih kecil dari biaya leasing.

D. LATIHAN SOAL/TUGAS
TUGAS
Buatlah ringkasan materi pertemuan ke 13, dengan topik: “Studi Aspek
Finansial”.

13
Manajemen S1 Universitas Pamulang
Modul Studi Kelayakan Bisnis

PERTANYAAN
1. Penentu akhir apakah rencana bisnis layak dijalankan adalah aspek
financial. Sebutkan hal-hal pokok yang dibahas dalam aspek
finansial (bagian pertama) sesuai materi di atas

2. Jelaskan bagaiman saudara menganalisis kelayakan sumber dana


berdasarkan materi di atas

3. Terangkan bagaimana menghitung biaya modal apabila dalam


rencana bisnis menggunakan sumber modal hutang (debt) dan
modal sendiri (equity) dengan adanya faktor pajak.

E. DAFTAR PUSTAKA
1. Umar, Husein, 2009, Studi Kelayakan Bisnis, Edisi 3 revisi,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
2. Jumingan, 2011, Studi Kelayakan Bisnis, Teori dan Pembuatan
Proposal Kelayakan, Bumi Aksara, Jakarta
3. Husnan, Suad, dan Suwarsono, 1994, Studi Kelayakan Bisnis,
Edisi Ketiga, UPP AMP YKPN, Jogjakarta
4. Kasmir, dan Jakfar, 2012, Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi,
Prenada Media Group, Jakarta
5. Hardjito, Agus, dan Martono, 2011, Manajemen Keuangan,
Ekonisia, Jogjakarta

14
Manajemen S1 Universitas Pamulang

Anda mungkin juga menyukai