Anda di halaman 1dari 3

Tugas Praktikum Ke: XIII Dasar-Dasar Bisnis

”Pengelolaan Keuangan Bisnis”


PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
Sekolah Vokasi IPB
Dosen Koordinator: Dr. Drs. D.Iwan Riswandi, SE, M.Si
___________________________
DIKERJAKAN KELOMPOK

Kasus 1. Kebangkrutan Enron (2001)


Ken Lay adalah CEO Enron yang malang, sebuah perusahaan yang mempekerjakan kurang
lebih 22.000 orang dan mengklaim pendapatan hampir $ 101 miliar di tahun 2000. Pada tahun
2001, bagaimanapun, keluarlah bahwa keuangan Enron adalah sebuah fiksi masak, yang
mencakup segala macam ” kreatif “akuntansi. Skandal tersebut meruntuhkan Enron dan ini
adalah “auditor” biro iklan Arthur Andersen yang tidak masuk akal, dan menghasilkan tindakan
Sarbanes-Oxley, yang tujuan utamanya membuat perusahaan finansial sulit dikenalkan. (Skor
satu untuk bisnis besar!)
Fakta menyenangkan: Majalah Fortune bernama Enron “Perusahaan Paling Inovatif Amerika”
selama enam tahun berturut-turut, sehingga membuktikan bahwa majalah Fortune ditulis oleh
orang-orang idiot.

Kasus 2. Kasus WorldCom


Perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Amerika Serikat mengakui telah melakukan
skandal akuntansi yang menyebabkan perdagangan sahamnya di bursa NASDAQ terhenti.
Beberapa minggu kemudian, WorldCom menyatakan diri bangkrut.
Perusahaan telah memberi citra yang salah wacana kinerja perusahaan dengan cara meniru
milyaran bisnis rutin sebagai belanja modal, sehingga labanya overstated sebesar $11
milyar pada awal 2002. Perusahaan juga meminjamkan uang lebih dari $400 juta kepada Chief
Executive Officer (CEO)-nya Bernard Ebbers, untuk menutupi kerugian perdagangan
pribadinya. Ironisnya meski didakwa telah melakukan pemalsuan, konsfirasi dan laporan
keuangan yang salah, mantan CEO WorldCom tersebut mengaku tidak bersalah (Mehta, 2003;
Klayman, 2004; Routers, 2004).

Kasus 3. KAP Andersen dan Enron


Kasus Kantor Akuntan Publik (KAP) Andersen dan Enron Kasus KAP Andersen dan Enron
terungkap dikala Enron mendaftarkan kebangkrutannya ke pengadilan pada tanggal 2
Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat hutang perusahaan yang tidak dilaporkan, yang
menimbulkan nilai investasi dan keuntungan yang ditahan berkurang dalam jumlah yang sama.
Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP Andersen mempertahankan Enron sebagai
klien perusahaan, dengan memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran dokumen atas
kebangkrutan Enron, dimana sebelumnya Enron menyatakan bahwa pada periode pelaporan
keuangan yang bersangkutan tersebut, perusahaan mendapat keuntungan higienis sebesar $
393, padahal pada periode tersebut perusahaan mengalami kerugian sebesar $ 644 juta yang
disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh
Enron.
Analisa : Pelanggaran watak dan prinsip profesi akuntansi telah dilanggar dalam perkara ini,
yaitu pada prinsip pertama berupa pelanggaran tanggung jawab profesi untuk memelihara
kepercayaan masyarakat pada jasa professional seorang akuntan. Prinsip kedua yaitu
kepentingan publik juga telah dilanggar dalam perkara ini. Seorang akuntan seharusnya tidak
hanya mementingkan kepentingan klien saja, tapi juga kepentingan publik.
Sumber Rujukan:
1. cbsnews.com/media/top-14-financial-frauds-of-all-time/13/
2. http://www.ekonomiplanner.com

Kasus 4. Masalah Manajemen Keuangan PT. Kimia Farma Tbk


PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada
audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih
sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM).
Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu
besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002
laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan
kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan
hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba
awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan
berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated
persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated
persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam
daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya,
menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari
2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar
penilaian persediaan pada unit distribusi PT. Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan
kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda
atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh
akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan
bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit
yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak
terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa
Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di PT
KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam
laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar
Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 –
Khusus huruf m – Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan Mendasar,
sebagai berikut: "Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis,
kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan
atau kelalaian. Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar
harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement)
untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa
sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian
dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa
transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru."
Sumber :
http://ekonomiplanner.blogspot.co.id/2014/06/contoh-kasus-manajemen-keuangan.html
Diposting 15th November 2015 oleh Anonymous

Tugas Kelompok:
1. Menurut Kelompok Anda, syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi oleh perusahaan
(besar dan kecil) agar mampu mengelola keuangannya dengan baik!, sebutkan dan
jelaskan secara umum dan singkat.
2. Mengapa suatu perusahaan harus menyusun atau merencanakan kebutuhan keuangan
perusahaan?. (cth; ambil salah satu dari contoh kasus).
3. Baik perusahaan besar dan kecil tentunya memiliki perbedaan yang sangat signifikan
dalam pengelolaan sistem keuangan. Menurut kelompok Anda, apa saja perbedaan
pengelolaan sistem keuangan perusahaan kecil dan besar tersebut?. Jelaskan dengan
bantuan matriks!.
4. Untuk mendirikan dan mengembangkan suatu bisnis diperlukan modal kerja untuk
keperluan investasi dan biaya operasional. Sebutkan sumber-sumber modal kerja
bisnis itu diperoleh?
5. Berikan contoh butir-butir struktur pembiayaan bisnis (dalam bentuk Tabel), jika anda
diminta untuk menguraikan kebutuhan biaya untuk memulai bisnis (silahkan pilih
bisnis sendiri), meliputi: 1) kebutuhan biaya investasi, 2) Kebutuhan biaya tetap, dan
3) Kebutuhan biaya variabel.
6. Berikan analisa kasus: Kenapa keempat perusahaan pada kasus di atas pengelolaan
keuangannya bermasalah dan terancam bangkrut ?. Tunjukkan sumber masalahnya.
7. Dari sumber masalah pada butir 6 di atas. Uraikan aspek-aspek yang perlu diperbaiki
dalam pengelolaan keuangan?. (bisa dilengkapi dengan skema dan teknologi informasi
dan penggunaan internet)

Anda mungkin juga menyukai