Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


EKOLOGI LAHAN BASAH
(AKKC 273)

“WADUK”

Dosen Pembimbing :
Drs. Dharmono, M. Si
Drs. H. Hardiansyah, M.Si
Mahruddin, S. Pd, M. Pd

Disusun Oleh :
Ayu Maulyda
A1C211056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
JUNI
2014
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
EKOLOGI LAHAN BASAH

Topik : Ekologi Lahan Basah Buatan di Waduk (Bendungan)


Tujuan : Untuk mengetahui vegetasi, hewan dan kondisi fisik lahan basah
yang ada di Kab. Banjar, serta pemanfaatan dan ancaman terhadap
lahan basah tersebut.
Hari/ Tanggal : Sabtu / 3 Mei 2014
Tempat : Kawasan Sekitar Desa Aranio Kabupaten Banjar di Waduk Riam
Kanan.

I. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Kamera digital
2. Alat tulis (kertas double folio, penggaris, pulpen, pensil)
3. Termometer
4. Soil tester
5. Anemometer
Bahan :
1. Semua jenis hewan dan tumbuhan yang ditemukan di Desa Aranio Kabupaten
Banjar di Waduk Riam Kanan.
2. Kantong Plastik
3. Kertas Label

II. CARA KERJA


Cara kerja yang digunakan dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
a. Melakukan observasi pendahuluan
b. Menyiapkan alat dan bahan penelitian
2. Pelaksanaan
a. Memilih lokasi di Waduk
b. Membuat kuadran imaginer dengan ukuran 10 m x 10 m untuk pengamatan
pohon, 5m x 5m untuk pengamatan semak dan 1m x 1m untuk pengamatan
herba.
c. Menentukan hewan dan tumbuhan yang ditemukan di waduk
d. Membuat dokumentasi dari berbagai hewan dan tumbuhan yang ditemukan
e. Mengukur parameter lingkungan di lokasi pengambilan sampel
f. Mewawancarai masyarakat lokal yang ada di sekitar waduk
g. Menganalisis keanekaragaman hewan dan tumbuhan di waduk

III. TEORI DASAR


Salah satu ilmu yang mana didalamnya terdapat ilmu ekologi adalah
ekologi lahan basah. Daerah yang mencakup lahan basah umumnya mempunyai
komunitas dan ekosistem yang dipengaruhi oleh keberadaan perairan di daerah
tersebut.
Lahan basah merupakan satu daerah yang tergenang air baik secara tetap
atau sementara, alami atau buatan, mengali ratau diam, tawar, payau atau asin,
termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter
pada waktu air surut paling rendah.
Wetland (Lahan Basah) didefinisikan sebagai suatu lahan basah yang
dicirikan oleh adanya air (permukaan atau zona perakaran), memiliki tanah yang
unik (hydric soil), dan terdapatnya tau mampu mendukung vegetasi yang mampu
beradaptasi dengan wetland (tergenang atau anaerobik).
Beberapa ciri Wetland (lahan basah) yang tampak, dan yang paling jelas
adalah adanya air yang tetap, tanah wetland (lahan basah) yang unik dan ditumbuhi
oleh vegetasi yang mampu beradaptasi atau toleran terhadap tanah yang jenuh air.
Wetland (lahan basah) tidak mudah untuk didefinisikan, namun secara khusus
untuk tujuan yang formal karena memiliki selang kondisi hidrologi yang dapat
dipertimbangkan, karena wetland (lahan basah) berada pada antara lahan kering dan
sistem air dalam, dan karena memiliki variasi yang besar dalam ukuran, luasan, dan
pengaruh manusia.
Adapun ciri-ciri dari lahan basah :
1. Di tumbuhi tumbuhan air
2. Merupakan tanah tergenang
3. Substratnya mungkin bukan berupa tanah yang berkembang dengan baik,
kondisinya jenuh air atau tertutup oleh air dangkal, paling tidak secara periodik
yaitu pada musim tumbuh.
Berdasarkan batasan tersebut, lahan basah mencakup berbagai tipe
ekosistem termasuk sungai dan lingkungan air mengalir, lingkungan air tergenang,
perairan pantai yang dangkal, dan terumbu karang.
Lahan basah buatan yaitu bendungan (dam), sawah, tambak, kolam, dan
kolam garam dikelompokkan tersendiri untuk memberi penekanan terhadap tujuan
dan manfaat dari pembuatan lahan basah tersebut.
IV. HASIL PENGAMATAN
Tabel Hasil Pengamatan
1. Pengamatan Flora (Tumbuhan)
No. Nama Jenis yang ditemukan pada kelompok
Pohon Semak Herba Liana
1. Pinus (Pinus merkusii) Kerinyu Rumput Brotowali
(Eupatorium (Tinospora
odaratum) crispa (L.)
Miers.)
2. Kelapa (Cocos nucifera Keji Beling - -
L.) (Strobilanthes
crispus Bl)
3. Sungkai (Peronema - - -
canescens)
4. Akasia (Acacia - - -
auriculiformis)
5. Anak Sungkai - - -
(Peronema canescens)
6. Halaban (Vitex - - -
pubescens Vahl)

2. Pengamatan Fauna
No. Nama Jenis
1. Semut Rang-rang
2. Semut Hitam
3. Nyamuk
No Jenis Organisme yang ada di Air Waduk
1. Plankton: terdiri atas fitoplankton (plankton tumbahan) dan zooplankton
(plankton hewan), merupakan organisme yang gerakannya pasif selalu
dipengaruhi oleh arus air.
2. Nekton: organisme yang bergerak aktif berenang. Contoh: ikan, serangga
air.
3.  Neston: organisme yang beristirahat dan mengapung di permukaan air.
4.  Bentos: organisme yang hidup di dasar perairan.
5.  Perifiton: organisme yang melekat pada suatu substrat (batang, akar, batu-
batuan) di perairan
Sumber: (http://viogeo.blogspot.com/2012/05/bab-ii-pembahasan-2.html)

3. Tabel Parameter Lingkungan

Parameter
No Nama Alat Satuan Kisaran
Lingkungan

1. Kecepatan angin Anemometer m/s 0.5

2. Suhu udara Termometer ˚C 29-30

3. Kelembaban tanah Soil tester % 70

4. pH tanah Soil tester - 6.3

Gambar jenis tumbuhan dan hewan yang ditemukan :


1. Kerinyu (Eupatorium odaratum)
Anonim a. 2014

2. Keji Beling (Strobilanthes crispus Bl)

Anonim b. 2014

3. Pinus (Pinus merkusii)


Anonim c. 2014

4. Kelapa (Cocos nucifera L.)

Anonim d. 2014

5. Sungkai (Peronema canescens)


Anonim e. 2014

6. Akasia (Acacia auriculiformis)

Anonim f. 2014

7. Halaban (Vitex pubescens Vahl)


Anonim g. 2014

8. Rumput

Anonim h. 2014

9. Brotowali (Tinospora crispa (L.) Miers.)


Anonim i. 2014

Fauna yang ditemukan saat pengamatan


1. Semut rangrang (Oecophylla)

Anonim j. 2014

2. Nyamuk
Anonim k. 2014

3. Semut Hitam

Anonim l. 2014

V. ANALISIS DATA
Lahan basah didefinisikan sebagai daerah payau, gambut dan perairan alami
maupun buatan, tetap maupun sementara dengan perairannya yang mengalir atau
tergenang, tawar, agak asin maupun asin dan termasuk di dalamnya wilayah laut
yang kedalamannya kurang dari 6 meter pada waktu air surut paling rendah.
Berbagai fungsi dan manfaat penting lainnya dari ekosistem lahan basah antara
lain sebagai penyedia air bersih (daerah tangkapan air), pelindung banjir dan badai,
penyeimbang daerah pantai dan pelindung erosi, penyaring dan penjernih air dari
sedimentasi, nutrien dan pencemar, penyeimbang kondisi iklim lokal antara lain
curah hujan dan suhu udara, sumber makan dan pendapatan (perikanan, produksi
kayu dan hasil hutan non kayu, dan pertanian), lokasi pendidikan dan penelitian,
sumber energi serta penunjang transportasi dan pariwisata.
Lahan basah dapat dibedakan berdasarkan tipenya yaitu lahan basah laut dan
pesisir, lahan basah daratan dan lahan basah buatan manusia. Secara umum lahan
basah dapat diklasifikasikan sebagai rawa hutan mangrove, estuaria, padang lamun,
rumput laut, terumbu karang, danau, sungai, sawah dan tambak (ikan dn garam).
Ekosistem lahan basah perlu dilestarikan karena merupakan lingkungan /
ekosistem paling produktif di dunia serta merupakan habitat bagi kehidupan
berbagai keanekaragaman hayati (flora dan fauna) termasuk sebagai penyedia air
bersih dan gudang plasma nutfah.
Salah satu ekosistem lahan basah yang terdapat di Kalimantan Selatan adalah
ekosistem waduk. Waduk adalah lahan basah buatan, biasanya dibuat dengan cara
membendung sungai dan tentunya memiliki tata perairan tertentu. Waduk memiliki
peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, seperti untuk tenaga
pembangkit listrik, mengairi sawah atau areal pertanian. Di samping itu juga,
waduk oleh warga sekitar juga digunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan seperti
ikan nila, patin, dll. Selain untuk memenuhi kebutuhan protein hewani warga
sekitar, juga dapat membuka peluang usaha sampingan bagi warga sekitar. Waduk
itu sendiri adalah danau yang dibangun oleh manusia secara sengaja dengan
memotong atau membendung aliran sungai. Tujuan pembuatan waduk adalah untuk
irigasi serta untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Waduk pada umumnya dibangun untuk kepentingan tertentu yang bersifat
tunggal atau multiguna, misalnya untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),
irigasi, perikanan,dan pariwisata. Waduk mempunyai badan air yang tergenang
sehingga memiliki ciri-ciri ekologis yang sangat mirip dengan danau. Pada saat
waduk akan dibendung air akan menggenangi daerah daratan sekitarnya yang
bervegetasi, sehingga tumbuhan mati dan membusuk. Proses pembusukan tersebut
melepaskan unsur hara sehingga menyuburkan pertumbuhan plankton. Sebagai
akibatnya, jenis-jenis ikan pemakan plankton akan meningkat populasinya secara
drastis. Setelah proses pembusukan awal ini selesai, populasi plankton akan
menurun, diikuti populasi ikan pemakan plankton, sehingga akan tercapai
kesetimbangan ekologi yang baru.
Waduk buatan di Kalimantan Selatan yang dalam pembangunannya
memakan waktu selama 10 tahun tersebut dibangun dengan membendung 8 sungai
yang bersumber dari Pegunungan Meratus, serta ada 9 desa yang kemudian
ditenggelamkan di area seluas 9.730 hektar tersebut.
Tujuan utama dibangunnya Bendungan Riam Kanan di Kalimantan Selatan
yang diresmikan oleh Presiden Suharto pada tahun 1973 ini adalah untuk
membangun Pembangkit listrik Tenaga Air yang akan digunakan untuk menerangi
wilayah Banjarmasin dan sekitarnya.
Waduk memiliki beberapa komponen yaitu :
1. Waduk/ Bendungan (DAM)
Bendungan (DAM) adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
menjadi waduk. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke
sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan Dam juga memiliki bagian yang
disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diperlukan secara bertahap atau
berkelanjutan. DAM berfungsi untuk menahan atau membelokkan arah aliran air.
2. Pelimpah (Spillway)
Bangunan air yang bernama spillway ini mempunyai kegunaan untuk
mengendalikan tinggi air pada waktu saat terjadinya banjir, dimana pengendalian
spillway ini yakni dengan mengatur kedudukan pintunya. Pada saat terjadi hujan
dengan curah yang tinggi, maka kemungkinan permukaan air untuk itu guna
menghindari meluapnya air yang tinggi tersebut maka dapat diatasi dengan membuka
pintu spillway agar kedudukan air pada waduk dalam keadaan stabil. Selain itu
spillway juga berfungsi mengurangi banyak sedimen yang masuk ke dalam waduk
dengan cara yang sama yakni mengatur buka dan tutupnya pintu air spillway.
Konstruksi bangunan pelimpah terbuat dari beton, urugan batu, urugan tanah atau
gabungan dari ketiganya.
3. Tailrace Outlate (Pintu Keluar Saluran Akhir)
Suatu konstruksi khusus tempat keluarnya air dari spillway atau air buangan
rumah pembangkit. Konstruksinya dari beton.
4. Pembangkit listrik (Power House)
Power house hanya terdapat pada bendungan pembangkit listrik, atau dapat
disebut sebagai rumah pembangkit merupakan konstruksi tehnik khusus yang
berfungsi sebagai tempat merubah energi air menjadi energi listrik yang melalui
turbin. Konstruksi umumnya dari beton.
Flora dan Fauna yang terdapat di Waduk, berdasarkan pengamatan waduk di Riam
Kanan di Kalimantan Selatan, flora yang terdapat disana adalah pada jenis pohon
terdapat Pinus, Kelapa, Halaban, Sungkai, Anak Sungkai, Akasia pada semak
terdapat kerinyue, keji beling, dan pada liana terdapat Brotowoli.
Alelopati adalah hubungan atau interaksi antarorganisme, yang mana
keberadaan satu organisme dapat menghambat pertumbuhan atau perkembangan
organisme lainya melalui pelepasan toksin atau racun. Pinus (Pinus merkusii)
memiliki saluran resin yang dapat menghasilkan suatu metabolit sekunder bersifat
alelopati (Taiz & Zeiger,1991). Alelokimia pada resin tersebut termasuk pada
kelompok senyawa terpenoid, yaitu monoterpen α-pinene dan β-pinene (Harborne,
1987; Taiz & Zeiger, 1991). Senyawa ini diketahui bersifat toksik baik terhadap
serangga maupun tumbuhan. Selain itu, senyawa tersebut merupakan bahan utama
pada pembuatan terpentin. Monoterpen (C–10) merupakan minyak tumbuh-
tumbuhan yang terpenting yang juga bersifat racun (Sastroutomo, 1990). Dari
beberapa kajian ekologis pada daerah pertumbuhan pohon pinus menunjukkan tidak
ada pertumbuhan tanaman herba, hal tersebut diduga karena serasah daun pinus yang
terdapat pada tanah mengeluarkan zat alelopati yang menghambat pertumbuhan
herba.
Fauna yang ada pada saat pengamatan adalah semut rang-rang, semut hitam, dan
nyamuk.
Berdasarkan kebiasaan kehidupan dalam air, organisme air yang ada di
waduk dibedakan atas 5 macam:
a. Plankton: terdiri atas fitoplankton (plankton tumbahan) dan zooplankton (plankton
hewan), merupakan organisme yang gerakannya pasif selalu dipengaruhi oleh arus
air.
b.  Nekton: organisme yang bergerak aktif berenang. Contoh: ikan, serangga air.
c. Neston: organisme yang beristirahat dan mengapung di permukaan air.
d. Bentos: organisme yang hidup di dasar perairan.
e. Perifiton: organisme yang melekat pada suatu substrat (batang, akar, batu-batuan)
di perairan
Dilihat dari parameter lingkungan yaitu dengan pH tanah yang berkisar antara
6.3 ini menandakan kondisi tanah tempat tumbuhan ini tumbuh tergolong asam.
Kecepatan angin yang berhembus di kawasan tempat penelitian berkisar
antara 0.5 m/s, ini berarti angin yang berhembus di daerah tersebut sedang tidak
berangin/ rendah. Kelembapan tanah 70% dan suhu udara berkisar 29-300C
Pemanfaatan bendungan yang terdapat di Indonesia, sebagian besar waduk
utama (sekitar 59 buah) di bangun dipulau Jawa. Pembangunan waduk ini
diperuntukan bagi berbagai keperluan seperti irigasi lahan pertanian, pengendali
banjir, perikanan, keperluan air, dan pembangkit tenaga listrik. Beberapa waduk yang
besar di Indonesia antara lain waduk Saguling, Cirata, Jatiluhur di Jawa barat;
Waduk sempor, Rawa pening, Kedung Ombo, dll.
Berdasarkan pengamatan wawancara dengan Bapak Rusdi pemanfaatan
waduk di Riam Kanan di Kalimantan Selatan adalah digunakan masyarakat untuk
mencari ikan (Rengge), sebagai air minum tapi tidak digunakan untuk air minum
kemasan, memancing (mencari ikan dilarang memakai penyetruman), dan terdapat
objek wisatanya yaitu hutan pinus 1 dan hutan pinus 2, dengan menggunakan alat
transportasi yang berupa klotok (kapal kecil) pengunjung akan pergi ke hutan pinus
tersebut.
Perbedaan antara hutan pinus 1 ini tidak dikelola sedangkan hutan pinus 2 ini
dikelola oleh masyarakat. Pada hutan pinus 1 areanya besar tetapi tidak bersih karena
tidak dikelola tetapi padi hutan pinus 2 areanya kecil tetapi bersih dan ramai karena
dikelola oleh masyarakat desa yang tinggal disana. Fasilitas yang ada di hutan pinus
2, terdapatnya tempat duduk, Kamar mandi (WC).

Dampak ekologis pembangunan waduk


Pembangunan waduk diperlukan untuk meningkatkan produksi pertanian dan
meningkatkan energi. Namun rencana tersebut harus benar-benar dipertimbangan
karena menyangkut intervensi manusia yang mengubah ekosistem. Untuk itu
sebelum sebuah waduk dibangun, diperlukan penelitian terlebih dahulu melalui
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Pengaruh berantai yang mungkin terjadi dalam pembangunan waduk, oleh
Marchand dan Toornstra (1986) dibagi menjadi:
1. Pengaruh terhadap lokasi. Hal ini meliputi perubahan bentuk fisik akibat kebutuhn
lahan untuk pembangunan waduk yang dapat mengakibatkan hilangnya habitat
dan ekosistem yang bernilai, serta perubahan peruntukan lahan. Besarnya
pengaruh ini tergantung pada ukuran, tata letak dan jalur dam, serta saluran
airnya.
2. Perubahan kuantitas air. Pembangunan yang bertujuan untuk memanfaatkan air
secara intensif dilakukan dengan merubah atau memodifikasi tata air, yang dapat
menimbulkan dampak yang tidak diharapkan. Hal yang perlu dipertimbangkan
dalam hal ini adalah, bahwa berbagai pemanfaatan lahan tradisional dan ekosistem
di daerah hulu, mungkin ini tidak sesuai dengan tata air yang baru.
3. Perubahan kualitas air. Pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan suatu
hasil secara intensif (misalnya perikanan atau pertanian) pada umumnya
menghasilkan produk buangan, misalnya limbah pestisida dan pupuk yang dapat
menurunkan kualitas air.
4. Perubahan dalam ketersediaan sumber-sumber alam. Masyarakat sekitar lahan
basah pada umumnya mendapat berbagai sumber daya alam untuk makanan dan
kebutuhan lain dari alam. Pembangunan waduk dapat mengubah berbagai tipe
ekosistem yang digenangi, sehingga sumber daya alam tersebut menjadi hilang
dan masyarakat lokal kehilangan mata pencarian.
5. Pengaruh sekunder. Campur tangan manusia selalu diikuti pembangunan
prasarana atau cara hidup yang baru yang dapat menimbulkan dampak
pulakepada masyarakat dan lingkungan. Perubahan pola hidup dari petani menjadi
nelayan kadang kala menimbulkankesulitam bagi penduduk sekitar waduk.

Permasalahan yang dihadapi waduk


1. Meningkatnya sedimentasi akibat erosi yang terjadi di daerah sungai, sedimentasi
ini mengurangi kapasitas air yang dapat ditampung oleh waduk.
2. Terjadinya eutrofikasi akibat masuknya limbah rumah tangga dan limbah
pertanian seperti pestisida dan pupuk.
3. Melimpahnya gulma air seperti enceng gondok. Karena mampu tumbuh cepat,
enceng gondok cenderung menutupi permukaan air, sehingga mempercepat
sedimentasi dan laju evapotranspirasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rusdi pada saat ini menurut saya
tidak terjadi gangguan terhadap waduk disini pada saat ini, kalau ada gangguan
nantinya pada waduk ini mata pencaharian saya akan berkurang penghasilannya,
transpotasi klotok (kapal kecil) tidak dibutuhkan lagi nantinya. Himbauan saya agar
tetap terjaga waduk ini, pengelolaan bendungan perlu dilakukansecara terpadu
daerah sekitarnya dan dari hulu sungai. Dengan cara misalnya mengontrol atau
mengawasi penebangan pohon dan pengelolaan di daerah aliran sungai, dan
masyarakat disekitar sini mengurangi pencemaran yang bersal dari pemukiman.

VI. KESIMPULAN
1. Lahan basah didefinisikan sebagai daerah payau, gambut dan perairan alami
maupun buatan, tetap maupun sementara dengan perairannya yang mengalir atau
tergenang, tawar, agak asin maupun asin dan termasuk di dalamnya wilayah laut
yang kedalamannya kurang dari 6 meter pada waktu air surut paling rendah.
2. Lahan basah dapat dibedakan berdasarkan tipenya yaitu lahan basah laut dan
pesisir, lahan basah daratan dan lahan basah buatan manusia.
3. Salah satu ekosistem lahan basah yang terdapat di Kalimantan Selatan adalah
ekosistem waduk. Waduk adalah lahan basah buatan, biasanya dibuat dengan
cara membendung sungai dan tentunya memiliki tata perairan tertentu.
4. Waduk memiliki beberapa komponen yaitu :
1. Waduk/ Bendungan (DAM)
2. Pelimpah (Spillway)
3. Tailrace Outlate (Pintu Keluar Saluran Akhir)
4. Pembangkit listrik (Power House)
5. Flora dan Fauna yang terdapat di Waduk, berdasarkan pengamatan waduk di Riam
Kanan di Kalimantan Selatan, flora yang terdapat disana adalah pada jenis pohon
terdapat Pinus, Kelapa, Halaban, Sungkai, Anak Sungkai, Akasia pada semak
terdapat kerinyue, keji beling, dan pada liana terdapat Brotowoli.
Fauna yang ada pada saat pengamatan adalah semut rang-rang, semut hitam, dan
nyamuk
5.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, a-c. 2014. https://www.google.co.id/search?q=eupatorium+odaratum
%29&client=firefox-
a&hs=Hfq&rls=org.mozilla:id:official&source=lnms&tbm=isch&sa=X&e
i=boKXU47wCoTp8AW7_YCwCw&ved=0CAgQ_AUoAQ. (Diakses
pada tanggal 9 Juni 2014)

Anonim, b. 2014. http://banuahujungtanah.wordpress.com/2011/01/31/kumpai-


lalangsatan-si-kumpai-maling/ (Diakses pada tanggal 9 Juni 2014)

Anonim, d. 2014. http://tnrawku.wordpress.com/2012/03/10/memahami-proses-


proses-kehidupan-dalam-sebuah-ekosistem-hutan/ (Diakses pada tanggal 9
Juni 2014)

Anonim e. 2014. https://www.google.co.id/search?q=Sungkai+


%28Peronema+canescens%29&client=firefox-
a&hs=Uw3&rls=org.mozilla:id:official&tbm=isch&imgil=VD1OlFZPTiE
DxM%253A%253Bhttps%253A%252F%252Fencrypted-tbn2.gstatic.com
%252Fimages%253Fq%253Dtbn
%253AANd9GcQ4RSzckztc5KjRQzGvdxgeSN8VE2M99ydGOBKvSbNI
k6HsbJnalw%253B320%253B240%253BO-TMWHxFiysB0M%253Bhttp
%25253A%25252F%25252Fbaktiawan.blogspot.com
%25252F2007%25252F06%25252Fbudidaya-sungkai-peronema-
canescens.html&source=iu&usg=__4jr9bj1o2glE3t4oV5Fv7JfRBvQ
%3D&sa=X&ei=_cWgU_fkMZOwuATntoC4Dw&ved=0CCoQ9QEwAw
&biw=1366&bih=647#facrc=_&imgdii=_&imgrc=VD1OlFZPTiEDxM
%253A%3BO-TMWHxFiysB0M%3Bhttp%253A%252F
%252F4.bp.blogspot.com%252F_uggmQ1Pq1VA%252FRm4rCuyRUmI
%252FAAAAAAAAAAs%252FKRKPp1UL3HQ
%252Fs320%252FDSCN3517.JPG%3Bhttp%253A%252F
%252Fbaktiawan.blogspot.com%252F2007%252F06%252Fbudidaya-
sungkai-peronema-canescens.html%3B320%3B240. (Diakses pada tanggal
9 Juni 2014)

Anonim f. 2014. https://www.google.co.id/search?q=Akasia+


%28Acacia+auriculiformis%29&client=firefox-
a&hs=HcO&rls=org.mozilla:id:official&tbm=isch&imgil=ab9KhgTHRG
VimM%253A%253Bhttps%253A%252F%252Fencrypted-
tbn2.gstatic.com%252Fimages%253Fq%253Dtbn
%253AANd9GcTMhO57BJ6aWmKwNpl64IERHx1OumtvPcw15Ehhpe
Oby4eG1j8N%253B800%253B602%253Bu7qZLT7O2J_FxM%253Bhttp
%25253A%25252F%25252F08hachi.blogspot.com
%25252F2011%25252F08%25252Facacia-auriculiformis-acunn-ex-
benth.html&source=iu&usg=__P4eRNGn9HLVAfVPvUJlaD-zXKNY
%3D&sa=X&ei=FsagU4PCEpDHuATn6IDYDQ&ved=0CCYQ9QEwAw
&biw=1366&bih=647#facrc=_&imgdii=_&imgrc=ab9KhgTHRGVimM
%253A%3Bu7qZLT7O2J_FxM%3Bhttp%253A%252F
%252F2.bp.blogspot.com%252F-c0iviwtoyP4%252FTkQE6XKUSPI
%252FAAAAAAAAAAY
%252F72grUwU9JC4%252Fs1600%252Facacia_auriculaeformis_wilmaw
ildijck_0807_2605_02b503.jpg%3Bhttp%253A%252F
%252F08hachi.blogspot.com%252F2011%252F08%252Facacia-
auriculiformis-acunn-ex-benth.html%3B800%3B602. (Diakses pada
tanggal 9 Juni 2014)

Anonim, g. 2014. https://www.google.co.id/search?q=Halaban+


%28Vitex+pubescens+Vahl%29&client=firefox-
a&hs=9aO&rls=org.mozilla:id:official&source=lnms&tbm=isch&sa=X&e
i=0MWgU_X0C4e3uATHx4HIDQ&ved=0CAgQ_AUoAQ&biw=1366&
bih=647#q=pohon+vitex+pubescens+Vahl&rls=org.mozilla:id:official&tb
m=isch&facrc=_&imgdii=_&imgrc=HY7rLHtHfUHxpM%253A
%3B6cZnmMFaoxbtEM%3Bhttp%253A%252F%252F1.bp.blogspot.com
%252F-8FBSEpuS_Xs%252FTf9qOMaw4YI%252FAAAAAAAAAYA
%252FhbWBc7LF6b4%252Fs400%252Fvitex%252Bpinnata
%252Bdaun.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Fmuherda.blogspot.com
%252F2013%252F11%252Flaban-vitex-pinnata.html%3B220%3B165.
(Diakses pada tanggal 9 Juni 2014)

Anonim h. 2014. http://saungpanyileukanklinci.blogspot.com/2011/07/kelinci-


sebaiknya-makan-apa.html. (Diakses pada tanggal 9 Juni 2014).

Anonim i. 2014. https://www.google.co.id/search?q=Brotowali+


%28Tinospora+crispa+%28L.%29+Miers.%29&client=firefox-
a&hs=LrO&rls=org.mozilla:id:official&tbm=isch&imgil=peoJvu5emZLa
mM%253A%253Bhttps%253A%252F%252Fencrypted-tbn1.gstatic.com
%252Fimages%253Fq%253Dtbn
%253AANd9GcQKMIUmI8LQWbSdSOgtTxo_x7Z4_a6WxLRkK87YV9
sw8IBfrI_Gaw%253B848%253B952%253BD1ipknjNM2DsZM
%253Bhttp%25253A%25252F%25252Fkhayasar.wordpress.com
%25252F2013%25252F12%25252F20%25252Fbrotowali-tinospora-
crispa-l-miers-sebagai-tanaman-obat
%25252F&source=iu&usg=__O9dOYszWoSUUYvGNY6kSDyDYS_s
%3D&sa=X&ei=vMmgU9nVIM2IuAT35YC4Ag&ved=0CDYQ9QEwB
A&biw=1366&bih=647. (Diakses pada tanggal 9 Juni 2014).

Anonim j. 2014. https://www.google.co.id/search?q=pinus&client=firefox-


a&hs=wmV&rls=org.mozilla:id:official&source=lnms&tbm=isch&sa=X&
ei=Rn-XU9XKL9LGuAT-
2oLoCQ&ved=0CAgQ_AUoAQ&biw=1366&bih=647. (Diakses pada
tanggal 9 Juni 2014).
Anonim k. 2014. https://www.google.co.id/search?q=semut+hitam&client=firefox-
a&hs=Z1O&rls=org.mozilla:id:official&tbm=isch&imgil=YCL-
XQcz6qRy6M%253A%253Bhttps%253A%252F%252Fencrypted-
tbn2.gstatic.com%252Fimages%253Fq%253Dtbn
%253AANd9GcT7drfEepU7FiSzlf599omCj-IRogTL8qWS2xiKxR-
MJMrEsVWY4A%253B576%253B384%253BArrlSCaKgrFCyM
%253Bhttp%25253A%25252F%25252Fbillyardana009.blogspot.com
%25252F2012%25252F07%25252Ffilosofi-
semut.html&source=iu&usg=__Ey1SU6CESfxknPQolzExJ9CJixo
%3D&sa=X&ei=NsygU8W9AcqyuAShkYEg&ved=0CB0Q9QEwAA&bi
w=1366&bih=647#facrc=_&imgrc=YCL-XQcz6qRy6M%253A
%3BArrlSCaKgrFCyM%3Bhttp%253A%252F%252F4.bp.blogspot.com
%252F-51VehT4DGZY%252FT_-ivSjeldI
%252FAAAAAAAAAB8%252FeCdNm5EDgzY
%252Fs1600%252Fsemut-hitam.jpg%3Bhttp%253A%252F
%252Fbillyardana009.blogspot.com%252F2012%252F07%252Ffilosofi-
semut.html%3B576%3B384. (Diakses pada tanggal 9 Juni 2014).

Anoni l. 2014. https://www.google.co.id/search?q=nyamuk&client=firefox-


a&hs=S1O&rls=org.mozilla:id:official&tbm=isch&imgil=DboFU5JsuIMj
BM%253A%253Bhttps%253A%252F%252Fencrypted-tbn1.gstatic.com
%252Fimages%253Fq%253Dtbn
%253AANd9GcS3aFYU2Tl2Kj3mEzykDh-
3AZ6nCXTYy0MQ1vvxMVWBc25W6SMxcg
%253B700%253B544%253BG9brBale522_4M%253Bhttp%25253A
%25252F%25252Fblog-unikdanmenarik.blogspot.com
%25252F2013%25252F02%25252Ffakta-unik-dan-menarik-tentang-
nyamuk.html&source=iu&usg=__ldMTkbUjTaIZbhMmdUpYe965I1k
%3D&sa=X&ei=L8ygU42PPM2PuAToz4GwBQ&ved=0CKQBEP4dMA
4&biw=1366&bih=647#facrc=_&imgdii=_&imgrc=DboFU5JsuIMjBM
%253A%3BG9brBale522_4M%3Bhttp%253A%252F
%252F1.bp.blogspot.com%252F-QSvDsarzpu4%252FUQ7c0TEG9pI
%252FAAAAAAAAAMQ
%252F95zX9pRcOb8%252Fs1600%252Fnyamuk3.jpg%3Bhttp%253A
%252F%252Fblog-unikdanmenarik.blogspot.com
%252F2013%252F02%252Ffakta-unik-dan-menarik-tentang-nyamuk.html
%3B700%3B544. (Diakses pada tanggal 9 Juni 2014).

Dharmono, 2010. Modul Ekologi Lahan Basah. Universitas lambung Mangkurat


Press. Banjarmasin.

http://aditkus.wordpress.com/2012/02/24/riam-kanan/. (Diakses pada tanggal 9 Juni


2014).
http://tugastugaskampusku.blogspot.com/2012_01_01_archive.html. (Diakses pada
tanggal 9 Juni 2014).

http://viogeo.blogspot.com/2012/05/bab-ii-pembahasan-2.html). (Diakses pada


tanggal 9 Juni 2014).

Anda mungkin juga menyukai