Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Marawis Indonesia

Pengertian Marawis
Marawis adalah salah satu jenis "band tepuk" dengan perkusi sebagai alat musik
utamanya. Musik ini merupakan kolaborasi antara kesenian Timur Tengah dan Betawi, dan
memiliki unsur keagamaan yang kental. Itu tercermin dari berbagai lirik lagu yang
dibawakan yang merupakan pujian dan kecintaan kepada Sang Pencipta.
Kesenian marawis ini hampir identik dengan dengan kesenian Sufi karena setiap
Syair yang dibawakan mengandung puji2an kepada Rasulullah beserta keluarga, para Wali
dan Permohonan doa kepada Allah SWT.
Secara Umum, Alat musik ini terdiri dari:
Marawis
Merupakan gendang kecil berdiameter 20 Cm dengan tinggi 19 Cm. Alat ini terbuat dari
kayu yang bagian tengahnya dilubangi dalat inilah yang menjadi ciri khas dari musik jenis
ini, sehingga musik jenis ini pun disebut dengan Marawis.
Hajir disebut juga hajir marawis
Merupakan sebuah Gendang yang berukuran diameter 45 Cm dengan tinggi 60-70 cm,
Alat ini terbuat dari kayu yang bagian tengahnya dilubangi sehingga berbentuk mirip
sebuah tabung. Kedua bagian ujungnya ditutup dengan kulit binatang yang berfungsi
sebagai selaput /memberan. Adapun kulit binatang yang biasa digunakan adalah kulit
kambing atau domba.

Dumbuk Pinggang
Dumbuk merupakan alat musik sejenis gendang yang berbentuk mirip dandang, Bagian
tengah dan kedua ujungnya memliki diameter yang berbeda - beda, diameter terbesar pada
ujung yang ditutup dengan selaput/membrean dari mika, kemudian disusul bagian ujung
yang terbuka, sedangkan pada bagian tengah memiliki diameter terkecil. adapun disebut
dumbuk pinggang karena dalam penggunaannya alat ini diletakkan di pinggang.
Dumbuk Batu
Bentuk alat ini mirip dengan dumbuk pinggang, hanya saja mempunyai ukuran yang
sedikit lebih besar. adapun disebut dumbuk batu karena konon pada awalnya terbuat dari
batu.
Simbal dan Tamborin
kadang kala musik marawis dilengkapi dengan tamborin atau krecek dan Symbal yang
berdiameter kecil dimana kedua alat ini digabungkan menjadi satu kesatuan.
Darbuka (Caltiq)
Bentuknya mirip dengan dumbuk pinggang maupun dumbuk batu, terbuat dari bahan
aluminium.
Tim-tim marawis era saat ini lebih banyak menggunakan Darbuka (Caltiq)
ketimbang dumbuk pinggang maupun dumbuk batu, khusunya pada acara-acara
festival/lomba marawis karena suaranya lebih nyaring dan enak didengar.

Sejarah Marawis di Indonesia


Kesenian marawis ini telah berusia kurang lebih 400 tahun yang semula berasal
dari kawasan Kuwait, mula2 alat ini hanya terdiri dari 2 jenis alat permainan saja yaitu
hajir dan marawis dengan ukuran yang tidak seperti saat ini kita lihat, melainkan semacam
sebuah rebana dengan berukuran cukup besar yang kedua sisinya dilapisi oleh kulit
binatang.
Namun kesenian ini tidak populer di negara kuwait sehingga sedikit sekali orang
yang memahami bahwa kesenian ini bermula/berasal dari negara kuwait. Ketika kesenian
ini mulai dikenal di negara yaman maka kesenian ini pun diadopsi oleh negara Yaman,
sehingga kesenian ini menjadi populer, hal ini disebabkan alat musik yang ada di
modifikasi sedemikian rupa agar menjadi lebih menarik. maka diubahlah sedikit demi
sedikit alat musik yang bermula berukuran besar menjadi ukuran yang sedang yang seperti
saai ini kita lihat yaitu ukuran yang cukup besar (seperti gendang) dan marawis yang
ukurannya lebih kecil dari hajir.
Di daerah Yaman kesenian ini sering kali dimainkan pada saat perayaan tertentu,
yaitu Perayaan perkawinan, Maulid nabi saw, Khitanan, dsb.... dan lebih kesenian ini
menjadi lebih sangat populer karena pernah dimainkan untuk menyambut tamu yang
berasal dari luar Yaman sebagai kesenian penghormatan.
Seni Islami ini dibawa ke Indonesia oleh para pedagang dan ulama yang berasal dari
Yaman beberapa abad yang lalu. Mengapa dinamakan marawis? Menurut Hasan Shahab,
pegiat seni marawis Betawi, musik dan tarian ini disebut marawis karena menggunakan
alat musik khas yang disebut marawis. ''Karena kesenian ini memakai alat musik yang
namanya marawis, dari dulu orang menyebutnya sebagai marawis,'' ujar pemilik kelompok
musik gambus Arrominia ini menjelaskan.
Menurut Hasan, hampir di setiap daerah yang terletak di Semenanjung Melayu,
memiliki kesenian marawis. ''Malah, ada yang menyebut seni ini marwas. Kesenian ini telah
ada sejak lama di Indonesia,'' paparnya.Dulu, saat Wali Songo menyebarkan agama Islam di
Pulau Jawa, alat musik marawis digunakan sebagai alat bantu syiar agama. ''Marawis tak
bisa lepas dari nilai-nilai religius. Awalnya musik ini dimainkan saat merayakan hari-hari
besar keislaman, terutama Maulid Nabi,'' katanya.
Namun, kata Hasan, kini marawis tidak hanya dimainkan saat Maulid Nabi saja.
Kini, acara hajatan pernikahan, peresmian gedung, hingga di pusat perbelanjaan, marawis
sering dimainkan. Marawis yang ada di setiap daerah memiliki kekhasan tersendiri.
Perbedaan marawis itu terletak pada cara memukul dan tari-tarian. Hasan mencontohkan,
seni marawis di Aceh, tari-tariannya melibatkan laki-laki dan wanita. ''Kalau marawis khas
Betawi yang menari dan memainkan marawis hanya pria. Tariannya pun khas memakai
gerakan-gerakan silat,'' katanya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, seni marawis juga ditemukan di
Palembang, Banten, Jawa Timur, Kalimantan, bahkan hingga Gorontalo. ''Semuanya berbeda
dan memiliki kekhasan tersendiri sesuai adat dan budaya daerah setempat,'' paparnya.
Diakuinya, kelompok marawis yang paling terkenal berasal dari Bondowoso, Jawa Timur.
Seni marawis di Jawa Timur lebih dulu berkembang dibanding di Betawi. Biasanya, setahun
sekali grup marawis dari Bondowoso main di Kwitang, Jakarta Pusat, untuk memeriahkan
Maulid Nabi SAW. ''Semua orang berbondong-bondong melihat mereka tampil,'' katanya.
Beberapa tahun silam, seni marawis belum populer seperti saat ini. Di tanah Betawi,
seni marawis awalnya hanya dimainkan oleh orang-orang keturunan Arab. Bahkan, ada
semacam anggapan bahwa marawis hanya dimainkan mereka yang masih keturunan Nabi
SAW. Marawis dimainkan orang-orang keturunan Arab untuk memeriahkan acara Maulid
Nabi SAW. Selain itu, juga berkembang untuk meramaikan arak-arakan pengantin.
Pusat kesenian marawis itu berada di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Di kecamatan
ini, terdapat sebuah daerah bernama Kampung Arab. Dari sinilah awal mula marawis
berkembang pesat di wilayah DKI Jakarta. ''Di Kampung Arab itu, dari mulai kakek, cucu,
anak semua main marawis,'' katanya. Diakui Hasan, sejak stasiun RCTI dan TVRI gencar
menayangkan acara gambus beberapa tahun lalu, telah mendorong kesenian marawis ini
berkembang lebih pesat.
Mengapa hampir semua pemain marawis Betawi berasal dari kaum Adam?
Menurut Hasan, sangat kasihan kalau wanita harus main marawis. ''Risikonya tangan akan
kapalan, kulit ari tangan bakal mengeras,'' katanya. Diakuinya, sangat tidak umum kaum
hawa bermain marawis di Betawi. Bulan Radhan menjadi saat panen bagi kelompok
marawis. Hampir setiap mal saat ini menampilkan grup marawis untuk menyemarakkan
bulan suci Ramadhan.
Sebuah grup marawis bisa dikatakan bermain cukup bagus apabila memenuhi
beberapa indikator. Dalam sebuah festival atau perlombaan marawis, yang harus dilakukan
sebuah grup marawis adalah menghindari sekecil mungkin kesalahan. Kesalahan itu terjadi
apabila ada pukulan marawis yang terlambat atau tidak harmonis. Pada festival yang
dihitung adalah jumlah kesalahan yang dilakukan. Penilaian terdiri dari 3 unsur, di
antaranya adalah Vocal, Perkusi, Penampilan (Adab). Dari segi vocal harus ada sikronisasi
antara mawal atau syair pengantar lagu dengan lagunya serta harus ada dinamisasi lagu.
Dari segi perkusi dan aransement tidak boleh dilakukan secara monoton, pukulan harus
dilakukan sekreatif mungkin dan dinamis. Dari segi penampilan (adab) biasanya dilihat
dari penguasaan panggung dan bloking gerakan. Kelompok marawis bisa menggunakan
baju koko, gamis ataupun baju daerah.
Jumlah Pemain dan Pukulan
Saat ini, hampir semua majelis taklim di Jakarta memiliki kesenian marawis. Mereka
belajar seni marawis di Kampung Arab di Pasar Minggu. Satu grup marawis sedikitnya
terdiri dari 10 orang. Setiap orang menabuh alat musik sambil bernyanyi atau bersholawat.
Ada yang menabuh marawis, menabuh hajir, tamborin dan dumbuk. Seni marawis juga
bisa diisi dengan tarian (samar), tari-tarian dilakukan jika ada acara-acara khusus.
Dalam Katalog Pekan Musik Daerah, Dinas Kebudayaan DKI, 1997, terdapat tiga
jenis pukulan atau nada, yaitu zapin, sarah, dan zahefah. Pukulan zapin mengiringi lagu-
lagu gembira pada saat pentas di panggung, seperti lagu berbalas pantun. Nada zapin
adalah nada yang sering digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pujian kepada Nabi
Muhammad SAW (shalawat). Tempo nada zafin lebih lambat dan tidak terlalu menghentak,
sehingga banyak juga digunakan dalam mengiringi lagu-lagu Melayu.
Pukulan sarah dipakai untuk mengarak pengantin. Sedangkan zahefah mengiringi
lagu di majlis. Kedua nada itu lebih banyak digunakan untuk irama yang menghentak dan
membangkitkan semangat. Dalam marawis juga dikenal istilah ngepang yang artinya
berbalasan memukul dan ngangkat. Selain mengiringi acara hajatan seperti sunatan dan
pesta perkawinan, marawis juga kerap dipentaskan dalam acara-acara seni-budaya Islam.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Marawis
http://softoh-jamaah.blogspot.com/2004/11/marawis-betawi-kian-bersinar.html
http://forum.viva.co.id/musik/332286-sejarah-musik-marawis.html

Rumus Dasar Hadroh

Anda ingin bisa memainkan alat music Hadroh ? Inilah Rumus Dasar Hadroh untuk mengiringi anda
melantunkan Syair-syair Sholawat.

RUMUS DASAR HADROH

Rumus A
1. DT DDD / {TDT DDD / ( diketuk ber xx mengikuti lagu )}
2. TD TTTT TTTD DDDD DDDD TTT. D. TTTT TTT. D. TTTD
3. T.T.T. TTTT TTT. D. TTTD TTT. D. TTTD TTT. D. TTTD (be xx mengikuti lagu)
4. ~D. TTT. DD TTT. D (Penutup)

Rumus B
1. D.T DDDT / {TDTT DDDT / ( diketuk ber xx mengikuti lagu )}
2. TDTT TTTT TDDD DDDD DDTT TTDT TTTT TTDT TD
3. T. TTTT TTTT TTDT TDTT TTDT TDTT TTDT TD (ber xx mengikuti lagu)
4. ~DT TDDT TD (Penutup)

Ket : Rumus di atas adalah rumus dasar (belum diterapkan pada lagu), apabila akan diterapkan pada
lagu maka rumus tersebut diketuk dengan mengikuti panjang pendeknya lagu, dengan cara dikurangi
atau ditambah. Ketentuannya, untuk rumus A (yang ditambah atau dikurangi) adalah pada ketukan
TTT. D. TTT D dan untuk rumus B pada ketukan TTDT TDTT.

CONTOH PENERAPAN PADA LAGU

Lagu Assalamu’alaik : Baris nomor 3 diketuk 2x, baris nomor 4 dikurangi 1


Lagu Yaa Nabi Salam ’Alaik : Baris nomor 4 ditambah 1.
Lagu Yaa Imamarrusli : Baris nomor 3 diketuk 2x, baris nomor 4 dikurangi 1.
Lagu Thola’al Badru : Baris nomor 3 dikurangi 1.

CONTOH VARIASI KETUKAN AWALAN LAGU

D / D DDD / T DDD...
D / TD TDD / T DDD...
D / D. D. D TT D / T DDD...
D / DD D / T DDD...
D / D D DD / T DDDT...
D / TD T. DD / T DDDT...
D / D. D. D TT TD / T DDDT...
D / DD D / T DDDT...

CONTOH KETUKAN BASS

D / D DD D
D / DD DD D
D / D DD D
D / D DD DD D D
D/DDD

Ket : Untuk ketukan awalan Bas, mengikuti ketukan awalan pada rumus A.

RUMUS DASAR HADLROH ( pelan )

ASSALAMU’ALAIK

A. 1. T. D. TT TD ( diketuk ber xx mengikuti lagu )


2. T. D. TT TDD TT TT T TT TD D DD DD D DD DD
T. TT D TT TT T TT TT D TT TD
B. 1. T. DT. TD ( diketuk ber xx mengikuti lagu )
2. T. DT. T. DDT T. TT T T. DD D D DD D DDT
TT D TT T TT TT TT D TT TD

MAULAYA

A. 1. D/ DD. T. TT. TD / ( diketuk ber xx mengikuti lagu )


2. DD. T. TT. TDD TT TT T TT TD D DD DD D DD DD
T. TT D TT TT T TT TT D TT TD
3. T. TT D TT TT T TT TT D TT TD T TT TT D TT TD
T TT TT D TT TDD TT TT D TT TD
B. 1. D/ DD. T. TD / ( diketuk ber xx mengikuti lagu )
2. DD. T. T. DD T T. TT T T. DD D D DD D DDT
TT D TT T TT TT TT D TT TD
3. T.T.T. DT T TT TT TT D TT TD TT TT D TT TD
TT TT D TT T DD TT TT D TT TD

EKSTRA BONUS VARIASI

1. A. D/ TD TDD / ( Huwannur, Ala Ya Rosulalloh )


B. D/ TD T. DD /
2. A. DD/ TT TT T. DD / ( Ya Madihan )
B. DD/ TT T TT TDD /
3. A. D/ TD T DDD / TT TT TD ( Ya Robbana’tarofna )
B. D/ TD T. DD DD / TT T TT TD
4. A. D/ T DT DT DD / ( Saaltulloh Barina )
B. D/ TD TD T. D DD /
5. A. DT / T DDX ( Ya Badrotim )
B. DT / T. DD DX
6. A. DTT. DTTD TT XX ( Lagu bebas )
B. D. TT. D. TT. TD. TT. XX.

Anda mungkin juga menyukai