Anda di halaman 1dari 19

ASEPSIS

Di susun Oleh :

1. Rian puspitasari
2. Selvi wulan sari
3. Silvia fauzi T.C
4. Yusi kristanti

PROGRAM KHUSUS S1 KEPERAWATAN

STIKES DIAN HUSADA MOJOKERTO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas rahmat dan
karuniaNya kami telah dapat menyusun makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun
sistematika penulisannya, maka dari itu penyusun berterima kasih apabila ada kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat bagi rekan-rekan seperjuangan
khususnya Program Khusus S1 Keperawatan STIKES DIAN HUSADA MOJOKERTO.

Mojokerto, November 2019

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Pelayanan kesehatan diberikan di berbagai fasilitas kesehatan, mulai dari fasilitas yang
mempunyai peralatan yang sangat sederhana, sampai yang memiliki teknologi modern.
Meskipun telah ada perkembangan dalam pelayanan di rumah sakit, dan fasilitas kesehatan
lainya, infeksi terus pula berkembang terutama pada pasien yang dirawat di rumah sakit.
Infeksi yang terjadi di rumah sakit disebut juga “Infeksi Nosokomial”, yaitu infeksi yang
diperoleh ketika seseorang dirawat di rumah sakit, tanpa adanya tanda-tanda infeksi sebelumnya
dan minimal terjadi 3 x 24 jam sesudah masuk kuman.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai
suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut
dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau
setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit
dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi
penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan
gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial .
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh.
Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam
tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection,
sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari
rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya. Untuk mencegah terjadinya infeksi maka
akan di lakukan tindakan asepsis.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Konsep Asepsis adalah keadaan bebas dari mikro-organisme penyebab penyakit (seperti
bakteri patogen , virus , jamur patogen , dan parasit ). Istilah ini sering merujuk pada praktik-
praktik yang digunakan untuk mempromosikan atau menginduksi asepsis dalam bidang operasi
pembedahan atau pengobatan untuk mencegah infeksi .
Asepsis adalah usaha mempertahankan kondisi sedapat mungkin bebas dari mikro
organisme ( Crown dalam Potter & Perry, 2005). Terdapat dua jenis tekhnik asepsis menurut
Potter & Perry, (2005) yaitu:

a. Asepsis medis
Disebut juga teknik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah
penyebaran mikroorganisme. Mencuci tangan, mengganti linen, dan menggunakan cangkir
untuk obat merupakan contoh asepsis medis. Prinsip asepsis medis ini biasanya banyak
dilakukan dirumah (Potter& Perry, 2005).

b. Asepsis Bedah
Asepsis bedah adalah tindakan tekhnik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk
membunuh mikroorganisme dari suatu area. Sterilisasi membunuh semua mikroorganisme dan
spora (Rutala dalam Potter & Perry, 2005). Sepanjang fase pengalaman bedah, prioritas utama
bagi semua tenaga adalah pencegahan komplikasi pasien, yang termasuk melindungi pasien dari
infeksi. Kemungkinan infeksi menurun tajam dengan kepatuhan yang ketat terhadap prinsip
asepsis selama persiapan praopertif pasien, tentunya juga dalam prosedur bedah, dan
penyembuhan luka bedah.
Untuk memberikan kondisi pembedahan yang sebaik mungkin, ruang operasi terletak di
bagian rumah sakit yang bebas dari bahaya seperti partikel, debu, dan polutan lain yang
mengkontaminasi, radiasi dan kebisingan. Asepsis mencegah kontaminasi luka bedah, meskipun
luka paska operasi mungkin disebabkan flora normal kulit atau infeksi yang sudah ada
sebelumnya, tenaga ruang operasi memiliki tanggung jawab untuk meminimalkan risiko.

Menurut Potter & Perry (2005) prinsip - prinsip asepsis bedah adalah :
1. Objek yang steril tetap steril kecuali bila disentuh oleh benda yang tidak steril. Prinsip ini
memandu perawat dalam menempatkan objek steril dan bagaimana menggunakan objek
tersebut.

 Steril menyentuh steril adalah tetap steril; contoh sarung tangan steril memegang
objek diarea steril
 Steril menyentuh yang bersih menjadi terkontaminasi Contoh; jika ujung spuit atau
objek steril lainnya menyentuh permukaan sarung tangan yang bersih.
 Steril menyentuh yang terkontaminasi menjadi terkontaminasi, contoh; perawat
menyentuh objek steril tanpa menggunakan sarung tangan steril.
 Steril yang diragukan dianggap terkontaminasi.

2. Hanya objek steril yang dapat diletakkan diarea steril. Semua peralatan disterilkan
dengan benar sebelum digunakan. Objek steril dijaga supaya tetap berada dalam area
yang bersih dan kering. Bungkusan atau wadah tempat objek steril harus utuh dan kering.
Bungkus yang telah sobek, bocor, basah atau terbuka adalah tidak steril.

3. Objek atau area steril diluar lapang penglihatan atau objek dipegang dibawah pinggang
individu adalah terkontaminasi. Perawat jangan membelakangi nampan steril atau
membiarkannya tidak diawasi. Kontaminasi dapat terjadi secara tidak sengaja dengan
melalui penjuntaian bagian dari baju, rambut yang jatuh atau sentuhan klien yang tidak
diketahui terhadap objek steril. Setiap objek yang dipegang dibawah pinggang dinyatakan
terkontaminasi karena objek tersebut tidak dapat diawasi setiap waktu. Objek steril harus
dijaga tetap didepan dengan kedua tangan sedekat mungkin..

4. Objek atau area steril menjadi terkontaminasi karena paparan yang lama terhadap udara.
Perawat menghindari aktivitas yang dapat mengakibatkan arus udara, seperti gerakan
yang berlebihan atau mengatur kembali linen setelah objek atau area steril dibuka. Pada
saat kemasan steril telah dibuka, maka penting untuk meminimalkan orang yang lalu
lalang diarea tersebut. Mikro organisme juga dapat berpindah dengan droplet melalui
udara .

5. Pada saat permukaan steril bersentuhan dengan permukaan yang basah, terkontaminasi,
objek atau area steril menjadi terkontaminasi karena tindak kapilerisasi. Jika kelembaban
menjalar melalui pembungkus pelindung kemasan steril, mikro organisme berpindah ke
objek steril. Bila kemasan yang steril menjadi basah, perawat segera membuang objek
tersebut atau disteril ulang.

6. Cairan mengalir sesuai dengan arah gravitasi. Objek steril menjadi terkontaminasi jika
gravitasi menyebabkan cairan yang terkontaminasi mengalir diatas permukaan objek
steril.

7. Bagian tepi dari area atau wadah steril dinyatakan terkontaminasi.

Menurut Smeltzer & bare (2002) Peraturan-peraturan dasar pada asepsis bedah antara lain:

a. Umum
Permukaan atau benda steril dapat bersentuhan dengan permukaan atau benda lain yang
steril dan tetap steril; kontak dengan benda tidak steril pada beberapa titik membuat area steril
terkontaminasi. Jika terdapat keraguan tentang sterilitas pada perlengkapan atau area, maka
dianggap tidak steril atau terkontaminasi. Apapun yang steril untuk satu pasien dapat digunakan
hanya pada pasien tersebut. Perlengkapan steril yang tidak dipakai harus dibuang atau sterilkan
kembali jika akan digunakan kembali.
b. Personil
Personil yang scrub tetap dalam area prosedur bedah, jika personil scrub meninggalkan
ruang operasi, status sterilnya akan hilang. Hanya sebagian kecil dari tubuh individu scrub yang
dianggap steril, pada beberapa ruang operasi suatu pelindung khusus yang menutup gaun
dipakai, yang memperluas area steril. Perawat instrumentator dan sarana personil yang tidak
scrub tetap berada pada jarak aman untuk menghindari kontaminasi di area steril.

c. Penutup atau draping


Selama menutup meja atau pasien, penutup steril dipegang dengan baik di atas permukaan yang
akan ditutup dan diposisikan dari depan ke belakang. Hanya bagian atas dari pasien atau meja
yang dianggap steril. Penutup steril tetap dijaga dalam posisinya dengan menggunakan penjepit
atau perekat agar tidak berubah selama prosedur bedah. Robekan atau bolongan akan
memberikan akses ke permukaan yang tidak steril di bawahnya dan penutup tersebut harus
diganti.

d. Pelayanan peralatan steril


Perlengkapan dibungkus atau dikemas sedemikian rupa sehingga mudah untuk dibuka tanpa
mengkontaminasi isinya. Peralatan steril, termasuk larutan disorongkan ke bidang steril atau
diberikan ke orang yang bersrcub sedemikian rupa sehingga kesterilan benda atau cairan tetap
terjaga.

e. Larutan
Larutan steril dituangkan dari tempat yang tinggi untuk mencegah sentuhan tidak disengaja pada
basin atau mangkuk wadah steril, tetapi tidak terlalu tinggi sehingga menyebabkan cipratan (bila
permukaan steril menjadi basah, maka akan dianggap terkontaminasi).
BAB III
PROSEDUR PELAKSANAAN

A. PENCEGAHAN INFEKSI
Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai
untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi.
Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik
pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan
aman digunakan.

Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah :

1. Anti septik, yaitu suatu zat atau bahan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
secara selektif, untuk upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.

2. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas
kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis

3. Sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan, alat-alat kesehatan,


dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh di saat prosedur
bedah/tindakan dilakukan.

4. Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau setiap benda
asing seperti debu dan kotoran.
5. Desinfeksi, yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua). Mikroorganisme
penyebab penyakit dari benda mati. Desinfeksi tingkat tinggidilakukan dengan merebus
atau dengan menggunakan larutan kimia. Tindakan ini dapat menghilangkan semua
mikroorganisme, kecuali beberapa bakteri endospora.

6. Sterilisasi, yaitu tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur,


parasit, dan virus) termasuk bakteri endospora.

Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang lain atau dari
peralatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang di antara mikroorganisme
dan individu (pasien atau petugas kesehatan). Penghalang ini dapat berupa upaya fisik, mekanik
ataupun kimia yang meliputi:

a) Mencuci Tangan

Mencuci kedua tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan bidan atau petugas
kesehatan dalam memberikan tindakan. Tindakan ini yang bertujuan untuk membersihkan tangan
dari segala kotora, mencegah terjadi infeksi silang melalui tangan dan persiapan bedah atau
tindakan pembedahan.

 Teknik Mencuci Biasa

Alat dan Bahan :

1. Air bersih.
2. Handuk/ Tisue
3. Sabuncair

Prosedur kerja:

1. Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau jam tangan.
2. Basahi jari tangan, lengan hingga siku dengan air, kemudian sabuni dan sikat bila perlu.
3. Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk atau lap kering.
Teknik Mencuci Tangan Dengan Desinfeksi

Alat dan Bahan:

1. Air bersih.
2. Larutan desinfektan lisol/savlon.
3. Handuk/lap kering.

b) Menggunakan sarung tangan

Sarung tangan digunakan dalam melakukan prosedur tindakan, dengan tujuan mencegah
terjadinya penularan kuman dan mengurangi resiko tertularnya penyakit.

Alat dan Bahan:

1. Sarung tangan.
2. Bedak/talk
Prosedur kerja:

1. Cuci tangan secara menyeluruh.


2. Bila sarung tangan belum dibedaki, ambil sebungkus bedak dan tuangkat sedikit.
3. Pegang tepi sarung tangan dan masukkan jari-jari tangan, pastikan ibu jari dan jari-jari
yang lain tepat pada posisinya.
4. Ulangi pada tangan kiri.
5. Setelah terpasang kedua tangan cakupkan kedua tangan.
c) Menggunakan Masker

Tindakan pengamanan dengan menutup hidung dan mulut dengan menggunakan masker,
bertujuan untuk mencegah atau mengurangi transmisi droplet mikroorganisme saat merawat
pasien.

Alat dan Bahan:

1. Masker

Prosedur Kerja:

1. Tentukan tepi atas dan bawah bagian masker.


2. Pegang kedua tali masker.
3. Ikatan pertama, bagian atas pada kepala, sedangkan ikatan kedua berada pada bagian
belakang leher.
d) Menggunakan jas steril

Gowning adalah suatu tindakan pencegahan kontaminasi mikroorganisme dengan


menggunakan set baju kamar operasi. Gaun operasi dipakai ketika akan melakukan
operasi. Petugas yang memakai gaun operasi adalah operator, asisten operator dan scrub
nures atau instrumentator. Jas steril yang ditempatkan dimeja yang sudah tertutup dengan
kain alas steril.
Tujuan daripada gowning adalah :
1. Mencegah terjadinya kontaminasi dari petugas medis (perawat/dokter)
2. Mencegah pindahnya mikroorganisme dari petugas medis (teknik pertahanan)

Alat - alat :
1. Pengering tangan (handuk/wshlap steril)
2. Gaun operasi

Prosedur Kerja :
1. Menyiapkan alat : pengering tangan , gaun operasi
2. Cuci tangan steril
3. Mengeringkan tangan dengan handuk / washlap steril
4. Mengambil baju pada bagian leher dengan tangan kiri sedang tangan kanan di
angkat setinggi bahu
5. Masukkan tangan kanan dengan posisi membentang ke lubang lengan baju
6. Setelah itu menyusul masukkan tangan kiri ke lubang lengan baju berikutnya tanpa
menyentuh bagian luar baju
7. Perawat yang menggunakan gaun steril maju dan kemudian tali baju yang ada di
leher dan pinggang bagian belakang ditalikan oleh orang kedua (asisten) dengan
hati-hati, jangan sampai menyentuh baju bagian depan serta mengikat tali dengan
simpul sederhana agar mudah melepasnya
8. Menghindari menyentuh benda lain di sekitarnya
e) Sterilisasi

Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk


kehidupan mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi.
Beberapa alat yang perlu disterilisasi:

1. Peralatan logam (pinset, gunting, speculum, dan lain-lain)


2. Peralatan kaca (sempit, tabung kimia,dan lain-lain)
3. Peralatan karet (kateter, sarung tangan, pipa lambung, drain, dan lain-lain)
4. Peralatan ebonit (kanule rektum, kanule trakea, dan lain-lain)
5. Peralatan email (bengkok, baskom, dan lain-lain)
6. Peralatan porselin (mangkok, cangkir, piring, dan lain-lain)
7. peralatan plastic(selang infuse, dan lain-lain)
8. peralatan tenunan (kain kasa, tampon, doek baju, sprei, dan lain-lain)

prosedur kerja:

1. Bersihkan peralatan yang akan disterilisasi.


2. Peralatan yang dibungkus harus diberi label (nama, jenis obat, tanggal jam sterilisasi)
3. Masukkan ke dalam sterilisator dan hidupkan sterilisator sesuai dengan waktu yang di
tentukan.
4. Cara sterilisasi:
a. Sterilisasi dengan merebus dalam air mendidih sampai 100 derajat celcius (15-20 meit)
untuk logam, kaca dan karet.
b. Sterilisasi dengan stoom. Menggunakan uap panas di dalam autoclave dengan waktu,
suhu, tekanan tertentu untuk alat tenun.
c. Sterilisasi dengan panas kering menggunakan oven panas tinggi (logam yang tajam,
dan lain-lain)
d. Sterilisasi dengan bahan kimia menggunakan bahan kimia seperti alcohol, sublimat,
uap formalin, sarung tangan, dan kateter.
f) Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek yang
tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri.
 Cara Desinfeksi dengan Mencuci

Prosedur kerja:

a. Cucilah tangan dengan sabun lalu dibersihkan, kemudian siram atau membasahi dengan
alcohol 70%.
b. Cucilah luka dengan H2O2 ,betadine, atau larutan lainnya.
c. Cucilah kulit / jaringan tubuh yang akan dilakukan operasi dengan iodium tincture 3%,
kemudian dengan alcohol.
d. Cucilah vulva dengan larutan sublimat atau larutan sejenisnya.

 Cara Desinfeksi dengan Mengoleskan

Prosedur kerja:

a. Oleskan dengan menggunakan merkurokrom atau bekas luka jahitan menggunakan


alcohol atau betadine.

 Cara Desinfeksi dengan Merendam

Prosedur kerja:

a. Rendamlah tangan dengan larutan lisol 0,5 %.


b. Rendmlah peralatan dengan larutan lisol 3-5 % selama 2 jam.
c. Rendamlah alat tenun dengan lisol 3-5 % kurang lebih 24 jam.
 Cara Desinfeksi dengan Menjemur

Prosedur kerja:

a. Jemurlah kasur, tempat tidur, urineal, pispot, dan lain-lain; masing-masing permukaan
selama 2 jam.
 Cara Membuat Larutan Desinfeksi (sabun)

Alat / bahan:

a. Sabun padat /krim /cair.


b. Gelas ukuran.
c. Timbangan.
d. Sendok makan.
e. Alat pengocok.
f. Air panas / hangat dalam tempatnya.
g. Baskom.

Prosedur kerja:

a. Masukkan 4 gram sabun ke dalam 1 liter air panas / hangat


kemudian diaduk sampai larut.
b. Masukkan 3 cc sabun cair ke dalam 1 liter air panas / hangat, kemudian
diaduk sampai larut.

Larutan ini dapat digunakan untuk mencuci tangan atau peralatan medis.
BAB IV
PENUTUP

1. Kritik dan Saran

Bagi para pembaca dan rekan – rekan yang lainnya, jika ingin menambah wawasan dan

ingin menegetahui lebih jauh, maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar lebih

banyak membaca buku-buku ilmiah dan buku lainnya yang berkaitan dengan teknik

asepsis. Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan

dan kesempurnaan makalah kami. Jadikanlah makalah ini sebagai sarana yang dapat

mendorong mahasiswa berfikir dan kreatif.


DAFTAR PUSTAKA

http://dhiyahblogger.blogspot.co.id/2013/05/pencegahan-infeksi.html
http://www.lifebuoy.co.id/healthmap/health-news/upaya-pencegahan-infesi-agar-hidup-lebih-
sehat
http://www.kompasiana.com/djuhartono/antisepsis_550003208133119a17fa7050
http://asysyfa.blogspot.co.id/2011/05/asepsis-dan-antisepsis.html

Anda mungkin juga menyukai