Oleh :
I PENDAHULUAN
Rumah sakit hewan tidak hanya berfungsi sebagai tempat pelayanan medis,
namun juga sebagai tempat yang paling mungkin menularkan infeksi bagi petugas,
pasien, dan pengunjung. Sumber mikroorganisme di rumah sakit hewan dapat berasal
dari petugas rumah sakit, alat-alat yang terkontaminasi, dan lingkungan. Udara
mengandung banyak sekali partikel yang dapat berupa mikroorganisme.
Mikroorganisme dari udara 80-90% dapat menyebabkan kontaminasi mikroba pada
luka operasi. Risiko infeksi di rumah sakit merupakan masalah kesehatan global
(Budiana dan Nggarang 2019). Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang
sehat, sehingga teknik aseptis perlu selalu diterapkan.
Prinsip aseptis adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan infeksi. Tindakan aseptis ini bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan mikroorganisme yang terdapat pada permukaan benda hidup atau
benda mati. Tindakan ini meliputi aseptis, desinfektan dan sterilisasi. Prinsip aseptis
digunakan untuk seluruh rumah sakit sedangkan sterilisasi digunakan untuk ruang
bedah. Teknik sterilisasi merupakan cara untuk mewujudkan seluruh prosedur operasi
yang dilakukan selalu dalam kondisi steril. Sterilisasi dapat dilakukan secara kimia
atau fisik. Sterilitas dipengaruhi oleh aliran udara, suhu yang tidak melebihi 24 °C,
kelembaban tidak melebihi 70%, terhindar dari sinar matahari langsung, bebas debu,
dan alat bedah steril yang lebih baik disimpan di kabinet tertutup. Desinfeksi adalah
proses untuk menghancurkan mikroorganisme patogen menggunakan zat-zat
desinfektan yang dapat dikelompokkan menjadi desinfektan tingkat tinggi, sedang dan
rendah. Tingkatan sterilitas dan desinfeksi juga dapat dibagi menjadi tiga, yaitu kritis,
semi kritis, dan tidak kritis.
Dampak yang ditimbulkan dari tindakan aseptis yang tidak sesuai dengan
prosedur adalah akan terjadi infeksi pada area luka operasi dan penyembuhan luka
operasi yang lama. Tim bedah mampu menularkan patogen penyebab infeksi ke pasien
dan tim bedah mampu terinfeksi oleh pasien. Untuk mencegah terjadinya kasus
tersebut, maka diperlukannya kepatuhan dari setiap individu tim bedah dalam
melaksanakan prinsip aseptis sesuai dengan standar prosedur (Apriani 2019).
I.2 Tujuan
II ISI
II.1 Asepsis
Aturan Alasan
7. Apabila kesterilan suatu alat Alat yang tidak steril dapat menjadi
dipertanyakan, maka alat sumber kontaminasi silang.
tersebut tidak steril.
13. Tangan tidak boleh dilipat Bagian axillary baju operasi tidak
ke arah regio axillary, dianggap steril
melainkan di tekuk di atas
pinggang di depan tubuh.
II.2 Sterilisasi
Alat atau bahan yang tidak tahan panas dapat disterilisasi menggunakan
teknik sterilisasi plasma dengan suhu rendah. Teknik ini menggunakan hidrogen
peroxida dan radikal bebas (hidroksil dan hidroperoksil) untuk membunuh
mikroorganisme. Teknik sterilisasi plasma berbeda dengan teknik sterilisasi
konvensional, karena pada pelaksanaannya menggunakan sinar UV dan radikal
bebas. Keuunggulan teknik ini memungkinkan sterilisasi dengan suhu yang relatif
rendah yaitu 500 C. Selain itu teknik sterilisasi plasma ini aman untuk operator
maupun pasien (Fossum 2018).
II.3 Desinfeksi
Menurut Okta (2020), teknik yang dapat dilakukan untuk disinfeksi adalah
sebagai berikut :
1. Desinfeksi menggunakan klem disinfeksi untuk mengambil bola kasa steril dan
dibasahi dengan larutan disinfektan.
2. Bola kasa tersebut dioleskan pada kulit lapangan pembedahan dari tengah
berputar melebar ke arah luar (sentrifugal) dan berhenti sampai seluas yang
dibutuhkan.
3. Kemudian bola kasa diganti yang baru dan langkah berikutnya tersebut
diulangi lagi. Jadi minimal diperlukan dua kali pengolesan.
4. Lapangan operasi kemudian dipersempit dengan duk steril. Untuk bedah minor
dapat menggunakan duk lubang.
Menurut Okta (2020), bahan yang sering digunakan untuk desinfeksi atau
disebut juga disinfektan adalah sebagai berikut :
1. Alkohol, yaitu etil alkohol 70%. Efek bakterisida dalam 1-2 menit. Alkohol
hanya membunuh bentuk vegetatif dan tidak dalam bentuk spora. Kemampuan
bakterisidal alkohol akan menurun jika diencerkan sampai di bawah 50%.
2. Aldehid, yaitu formaldehid atau formalin. Desinfektan ini hanya digunakan
untuk alat-alat namun tidak boleh digunakan untuk tubuh karena toksik.
Larutan formalin dapat membunuh vegetatif dan spora dalam 1-6 jam. Tablet
paraformalin uapnya dapat membunuh bakteri dalam 24 jam.
3. Halogen
a. Tinctura iodii 3% (iodium dalam alcohol). Larutan ini dapat membunuh
vegetatif dan spora dalam 2 menit. Larutan ini bila disimpan terlalu lama
akan menguap sehingga larutan akan menjadi lebih pekat dan menimbulkan
iritasi pada kulit, oleh karena itu perlu dibilas dengan alcohol 70%.
b. Larutan Betadine (povidone-iodine 10%). Larutan ini dapat membunuh
bentuk vegetatif dan spora.
4. Oxydizing agent
a. Larutan hydrogen peroxide 3% (perhydrol) untuk mencuci luka karena
membunuh bakteri dan berbuih sehingga kotoran dapat keluar.
b. Larutan Kalium permanganat (1 : 10.000) dapat membunuh bakteri dalam 1
jam. Larutan ini digunakan untuk rendam duduk pasca operasi abses
perianal dan hemoroid serta mencuci luka bakar.
5. Sabun
a. Sabun anion, yang merupakan sabun sehari-hari untuk membersihkan
kotoran dan melarutkan lemak. Sabun anion bukan merupakan desinfektan.
b. Sabun kation, yang mempunyai efek bakterisida.
1) Cetrimiide 0,5% (Cetyl peridin chloride). Savlon merupakan
kombinasi Cetrimide dan Chlorhexidine (1:30).
2) Zephiran (Benzolkonium chloride)
6. Phenol
a. Larutan chlorhexidine 4 % (Hibisrub, Hibitan)
b. Larutan Hexachlorophene 3%
7
Zat ortho-phthalaldehyde (OPA) tidak terlalu iritan dan lebih efisien tanpa
harus menyesuaikan pH. Zat ini dapat mewarnai kulit dan jaringan. Zat
formaldehid (formalin) ini tersedia dalam larutan aqueous 37%. Formalin
memiliki efisiensi yang lebih rendah daripada glutaraldehid. Formalin juga berupa
zat karsinogenik, sehingga jarang digunakan untuk tujuan bedah. Hidrogen
peroksida merupakan desinfektan yang efektif terhadap sebagian besar
mikroorganisme. Mekanisme kerja zat ini adalah menghasilkan radikal bebas
hidroksil untuk mengganggu membran dan asam nukleat. Konsentrasi hidrogen
peroksida yang tersedia di dalam pasaran tidak cukup untuk menghasilkan
aktivitas antimikrobial. Konsentrasi yang cukup efisien sebagai desinfektan
adalah 7.5%. Zat ini merupakan zat yang toksik terhadap membran mukosa dan
dapat melunturkan warna beberapa metal (Fossum 2013).
II.4 Antisepsis
residual, tidak terserap, dan aman digunakan pada semua bagian tubuh dan di
dalam semua sistem tubuh. Antiseptik digunakan terutama pada kulit untuk
menghentikan pertumbuhan mikroba vegetatif. Aplikasi antiseptik pada bedah
medis meliputi preparasi kulit pasien pada saat pre operasi, surgical hand
antisepsis atau cuci tangan bedah, dan pencucian atau pembersihan luka (Fossum
2018).
Tabel 2 Sifat dan contoh antiseptik untuk preparasi kulit pre operasi (Fossum 2018)
II.5 Evaluasi Peran Perawat Hewan dan Dokter Hewan dalam Menjaga
Gambar 2 Dokter hewan dan tim bedah mencuci tangan sebelum dan sesudah operasi
bedah
Sumber : https://youtu.be/PB7bVqMje1M
Gambar 3 Dokter hewan dibantu oleh perawat hewan atau asisten bedah untuk
menggunakan pakaian bedah
Sumber : https://youtu.be/RcmHl_P0xc0
12
Gambar 4 Tim bedah dalam posisi berdiri, berhadapan selama operasi berjalan, alat bedah
tersusun rapi untuk mempermudah pengambilan alat
Sumber : https://youtu.be/PB7bVqMje1M
Gambar 5 Ruang operasi bedah veteriner Program Pendidikan Dokter Hewan (PPDH)
IPB University
Sumber : https://rshpfkh.ipb.ac.id/fasilitas-utama/ruang-bedah/
III SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Apriani DGY. 2019. Tingkat kepatuhan tim bedah terhadap prinsip aseptis di
ruang OK IGD RSUP Sanglah Denpasar. Jurnal Media Usada. 2 (1): 13-
17.
Fossum TW. 2013. Small Animal Surgery 4th Edition. Missouri (US): Elsevier.
Fossum TW. 2018. Small Animal Surgery 5th Edition. Missouri (US): Elsevier.
Hendarto RD, Lestari E, Sudarsih, Suharmadi. 2014. Sterilisasi udara dan clean
room menggunakan peralatan fooging aerosept 8000. Di dalam: Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IX; 2014 Juni 21; Salatiga.
Salatiga (ID): UKSW. hlm. K1-K5.
Okta AA. 2020. Kompetensi Bedah untuk Dokter Umum. Semarang (ID):
Gramedia.
14
Shen JN, Pan SC, Sheng WH, Tien K, Chen ML, Chang SC, Chen YC. 2015.
Comparative antimicrobial efficacy of alcohol-based hand rub and
conventional surgical scrub in a medical center. Journal of Microbiology,
Immunology, and Infection. 48 (3): 322- 328.