Anda di halaman 1dari 7

Objective Structured Clinical Examination (OSCE)

A. Definisi
OSCE adalah alat untuk menilai komponen kompetensi klinik seperti history taking,
pemeriksaan fisik, procedural skill, keterampilan komunikasi, interpretasi hasil lab,
manajemen dan lain-lain yang diuji menggunakan checklist yang telah diketahui. OSCE
merupakan bagian dari sistem asessment. Pelaksaan OSCE pada tahap akademik dan
UKMPPD berbeda. Pada OSCE tahap akademik kemampuan komunikasi hanya terdapat
dalam beberapa stasion saja berdasarkan kemampuan mahasiswa melakukan tugas pada
stasion history taking dan komunikasi dengan menggunakan penilaian checklist score
sedangkan pada OSCE UKMPPD kemampuan komunikasi dinilai pada semua stasion uji
dengan menggunakan penilaian global rating scale (GRS). OSCE merupakan tipe
assesmen yang paling menimbulkan stres atau cemas. Teori yang dikemukakan oleh
Vogel dan Collins menjelaskan bahwa secara umum manusia selalu butuh untuk merasa
nyaman di dalam lingkungan mereka, oleh karena itu manusia akan berusaha untuk
melakukan adaptasi dengan melakukan kontrol dan manipulasi dengan lingkungannya.
Pada situasi OSCE mahasiswa tidak memiliki kesempatan untuk beradaptasi, sehingga
menimbulkan kecemasan. Tingkat kecemasan yang timbul tergantung dari seberapa jauh
mahasiswa bisa beradaptasi dengan lingkungannya.

B. Tujuan OSCE
yaitu menilai kompetensi dan ketrampilan klinis mahasiswa secara objektif dan
terstruktur. OSCE dapat menilai keahlian klinis, prosedur praktik, investigasi pasien,
manajemen pasien, promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, komunikasi,
manajemen informasi, prinsip sosial, keahlian dasar dan klinis; sikap, tanggungjawab
etik dan legal; pengambilan keputusan, alasan dan keputusan klinis; prilaku professional
dan pengembangan pribadi.

C. Perancangan OSCE
Langkah-langkah untuk merancang OSCE :
1. Penentuan komponen kompetensi klinik yang akan diujikan.
n diujikan tergantung dari learning outcome. Komponen kompetensi klinik yang
sering diujikan secara garis besar meliputi pengkajian data subjektif, pengkajian data
objektif dan pengambilan keputusan klinik, keterampilan prosedural, interpretasi
data, pendidikan kesehatan, perilaku professional, dan pengetahuan.
2. Penentuan waktu station
Penentuan waktu tiap station dipengaruhi oleh kompleksitas keterampilan yang akan
diujikan. Penentuan waktu ini juga berguna agar operator OSCE dapat membuat
simulasi waktu sebelum hari pelaksanaan OSCE.
3. Penentuan jumlah station yang terlibat Jumlah station ditentukan berdasarkan jumlah
mahasiswa yang mengikuti ujian OSCE, biasanya terdiri dari 12 station.
4. Pembuatan template
Template ini terdiri dari nomor station, judul station, waktu yang dibutuhkan,
tujuan station, kompetensi, kategori, instruksi peserta ujian, instruksi penguji,
tata letak station, instruksi pasien standar, kebutuhan laboran, kebutuhan manikin,
kebutuhan set alat, penulis dan referen.
a. Nomor station berisikan urutan station
b. Judul station adalah judul kompetensi yang diujikan pada station tersebut
c. Tujuan station merupakan tingkatan ranah psikomotor 4 (P4) yaitu
mahasiswa mampu mendemonstrasikan langkah pekerjaan dengan tepat.
d. Kompetensi terdiri dari Pengkajian data subjektif, pengkajian data objektif,
interpretasi data dan pengambilan keputusan klinik, keterampilan prosedur
klinik, pendidikan kesehatan, pendokumentasian, dan perilaku professional.
Kemudian komponen kompetensi yang diujikan dalam station tersebut
dihitamkan.
e. Kategori mengacu pada jenis kompetensi yang diujikan
f. Instruksi peserta ujian berisikan scenario klinik dan tugas mahasiswa.
g. Instruksi penguji terdiri dari instruksi umum dan instruksi khusus.
h. Instruksi pasien jika menggunakan pasien pada station tersebut.
i. Kebutuhan laboran, manikin, dan alat, disesuaikan dengan kompetensi yang
diujikan.
5. Penentuan tim penguji Tim penguji dipilih berdasarkan keahliannya untuk
masing-masing station.
6. Persamaan persepsi penguji Persamaan persepsi ini bertujuan agar dalam
pelaksanaan OSCE masing-masing penguji sudah memiliki pemikiran yang sama
tentang bagaimana pelaksanaan OSCE nantinya.
7. Penentuan standar pasien (Resource Requirements) Penggunaan standar pasien
dalam OSCE dapat meningkatkan reliabilitas. Standar pasien ini merupakan
orang sehat yang dibriefing untuk memerankan keadaan pasien sesuai dengan
skenario yang akan diujikan.
8. Logistic Logistik yang dimaksud terdiri dari identifikasi alat dan bahan skills lab
yang akan dipergunakan, peminjaman dari laboratorium, dan penempatan alat
dan bahan di masingmasing ruangan station.
9. Biaya
OSCE memerlukan biaya yang diperlukan untuk honor standar pasien, penguji
dan staf pendukung.
Problem Based Learning(PBL)

A. Deifinisi
Problem-basedLearning(PBL) merupakansuatustrategibaru dalam sistem pendidikan.
Problem Based Learning saat ini sudah sangat luas digunakan didunia, khususnya di
Fakultas Kedokteran. Problem Based Learning adalah seperangkat model mengajar
yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah, materi, dan pengaturan-diri. Dalam pembelajaran PBL
mahasiswa belajar dalam kelompok sehingga dinamika dalam suatu kelompok sangan
diperlukan. Suatu kelompok yang efektif akan memberi suatu lingkungan yang aman
dan mendukung untuk diskusi dan membagi pengetahuan sambil mengemukaan ide
baru dan kemungkinannya.

B. langkahlangkah dalam melaksanakan PBL


ada 5 fase yaitu:
1. Mengorientasi siswa pada masalah;
2. Mengorganisasi siswa untuk meneliti;
3. Membantu investigasi mandiri dan berkelompok;
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya;
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah., permasalahan yang
digunakan dalam PBL adalah permasalahan yang dihadapi di dunia nyata.

C. Empat teori dasar


PBL didasarkan oleh empat teori dasar yaitu:
1. Pembelajaran konstruktif merupakan suatu teori belajar yang menjelaskan bahwa
mahasiswa harus membangun pengetahuannya sendiri.
2. Pembelajaran mandiri menjelaskan bahwa proses belajar terjadi atas keinginan
mahasiswa itu sendiri.
3. Pembelajaran kolaboratif menjelaskan bahwa suatu proses pembelajaran harus
mampu memfasilitasi terjadinya interaksi antar mahasiswa agar terjadi proses
pertukaran informasi.
4. Pembelajaran kontekstual menjelaskan bahwa suatu proses pembelajaran harus
mampu menggambarkan situasi dan kondisi lingkungan, tempat pengetahuan
tersebut digunakan.
Student Oral Case Analysis (SOCA)

A. Deifinisi
Student Oral Case Analysis (SOCA) merupakan kesempatan mahasiswa untuk dapat
mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan komunikasi dan interaksi ilmiah secara
professional. Kesempatan tersebut dapat dimanfaatkan mahasiwa untuk meningkatkan
kemampuan presentasi ilmiah. Hal yang juga penting dalam ujian lisan adalah
kemampuan untuk mengukur kedalaman pengetahuan mahasiswa dan dapat
mengendalikan plagiarism yang kemungkan terjadi pada ujian tulis. Penggunaan ujian
lisan semacam SOCA dalam pendidikan kedokteran diseluruh dunia sebenarnya telah
mulai ditinggalkan. Ujian lisan mulai banyak ditinggalkan sejak 30 tahun yang lalu di
Amerika Serikat karena sifat penilan lisan yang dianggap intutif dan tidak memberikan
banyak kontribusi sebagai sebuah proses evaluasi. Meskipn begitu, masih banyak
institusi pendidikan kedokteran terutama di negara-negara bekas jajahan Inggris, yang
tetap mempertahankan ujian lisan. Sedangkan di Indonesia, ujian lisan masih banyak
digunakan terutama dalam tahap pendidikan profesi.

B. Tujuan
SOCA diharapkan dapat menilai kemampuan penalaran klinis mahasiswa, serta menguji
kemampuan kognitif dan afektif, yang meliputi ilmu kedokteran dasar dan kasus klinis.
Bentuk ujian lisan ini diharapkan dapat melatih kemampuan penalaran klinis, kognitif
serta afektif secara terintegrasi. Selain itu juga melatih mental mahasiswa untuk dapat
berpikir cepat dan sistematis, serta mampu berargumentasi secara lisan.

C. Kelebihan dan kekurangan


Ujian lisan juga terbukti mampu meningkatkan motivasi mahasiswa untuk belajar dan
menganalisis suatu kasus. Di lain pihak, ujian lisan juga memiliki beberapa kekurangan
diantaranya membutuhkan waktu yang cukup lama, dan memiliki kecenderungan bias
oleh karena aspek subjektifitas dari penguji. Selain itu, ujian dengan metode tatap muka
langsung antara mehasiswa dengan penguji berdampak pada efektivitas waktu dan tenaga
yang harus disediakan oleh penguji serta dan biaya yang harus dikeluarkan oleh fakultas
juga tidak sedikit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Praptiningsih S.R., 2016, ‘Kecemasan Mahasiswa Menghadapi Objektives Struktural


Clinical Examination (OSCE)’, Odonto Dental Journal , vol. 3, no. 2.
2. Lestari, Q., 2016, ‘Korelasi Nilai Komunikasi Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran pada OSCE Tahap Akademik dengan OSCE UKMPPD’,
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, JSK, vol. 1 no. 3..
3. Nurdiyan, A., dkk, 2016, ‘Analisa Pengguna OSCE Sevagai Metode Penilaian
Kompotensi Klinis Mahasiswa Bidan’.
4. Nafiah, Y.N. Suryanto, W. 2014, ‘Penerapan Model Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa’, Jurnal
Pendidikan Vokasi, vol .4, no .1.
5. Dibyasakti, B.A., 2013, ‘Tingkat Pelaksanaan Problem-Based Learning di Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada Berdasarkan Pembelajaran Konstruktif,
Mandiri, Kolaboratif, dan Kontekstual’, Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia,
vol. 2, no .1.
6. Sari, M.I. dkk, 2016, ‘Pembelajaran di Fakultas Kedokteran : Pengenalan bagi
Mahasiswa Baru’, JK Unila, vol .1, no .2.
7. Putranti, R.A. dkk, 2016, ‘Validitas dan Reliabilitas Ujian Soca (Sutendt Oral Case
Analysis): Studi di Salah Satu Fakultas Kedokteran di Indonesia’, Jurnal Pendidikan
Kedokteran Indonesia, vol .5, no .3.
8. Sari, S.M., 2013, ‘Validitas dan Reliabilitas Metode Penilaian Student’s Oral Case
Analysis (SOCA) pada Mahasiswa Tahap Sarjana Kedokteran’, Jurnal Pendidikan
Kedokteran Indonesia, vol .2, no .2.
9. Putranti, A.R., 2016 ‘Validitas dan Reliabilitas Ujian Soca (Sutendt Oral Case
Analysis): Studi di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung’.

Anda mungkin juga menyukai