Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIK KEPERAWATAN PASIEN STROKE DAN

PENDEKATAN MULTIDISIPLIN

“INSTRUMEN SATUAN ACARA PENYULUHAN


REHABILITASI PADA PASIEN PASCASTROKE DENGAN
TERAPI CERMIN PADA PASIEN INFARK CEREBRI”

Oleh :
NYOTO
NPM 1110019003

PROGRAM STUDI MAGISTER TERAPAN KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020

NYOTO1110019003 SAP PKMRS Pasien PascaStroke Page 1


SATUAN ACARA PENYULUHAN
REHABILITASI PADA PASIEN PASCASTROKE

1. Topik Penyuluhan : Gangguan Sistem Neurologis


2. Pokok Bahasan : Rehabilitasi PascaCVA (Stroke)
3. Sub Pokok Bahasan : Pemahaman tentang penyakit
4. Sasaran : Keluarga penderita dan semua keluarga pasien
5. Waktu Pertemuan :
a. Hari : Jumat
b. Tanggal : 24 APRIL 2020
c. Pukul : 09.30 – 10.00 WIB
6. Tujuan
 Tujuan umum :
Setelah dilakukan penyuluhan tentang stroke diharapkan pasien dan
keluarga mampu mengerti, memahami tanda dan gejala stroke
 Tujuan khusus :
a. Klien dan keluarga mengetahui tentang pengertian dari penyakit stroke.
b. Klien dan keluarga mengetahui penyebab dari penyakit stroke.
c. Klien dan keluarga mengetahui tanda dan gejala dari stroke.
d. Klien dan keluarga mampu menyebutkan pencegahan dari Stroke.

Tahap
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Klien Media
Kegiatan
Salam pembuka
Memperkenalkan diri Mendengarkan
Pembukaan AudioVisual /
Menjelaskan maksud dan keterangan
(5 menit) leaflet
tujuan penyaji
Membagikan leaflet
Menyampaikan materi :
1. Menjelaskan pengertian
Stroke Memperhatikan
2. Menjelaskan penyebab dan
Audiovisual/
Penyajian Stroke mendengarkan
Lefleat
( 15 menit ) 3. Menjelaskan tanda dan keterangan
gejala stroke penyaji melalui
4. Menjelaskan audiovisual
pencegahan
5. Rehabilitasi PaskaStroke

NYOTO1110019003 SAP PKMRS Pasien PascaStroke Page 2


Tahap
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Klien Media
Kegiatan
Praktik Terapi Terapi Cermin PaskaStroke
Cermin Vedio
(30 Menit)
Melakukan tanya jawab Hotline/WA
Penutup Mendengarkan
Menutup pertemuan +628123131006
( 10 menit ) dan bertanya
4

NYOTO1110019003 SAP PKMRS Pasien PascaStroke Page 3


NYOTO1110019003 SAP PKMRS Pasien PascaStroke Page 4
MATERI
PENYULUHAN PASIEN STROKE DAN REHABILITASI PASKA STROKE

1. Pengertian Stroke
Adalah kematian jaringan otak akibat kekurangan aliran darah dan oksigen
pada jaringan otak. Stroke merupakan salah satu komplikasi dari hipertensi yang
menahun.
2. Penyebab Stroke
Adanya sumbatan pada pembuluh darah di otak, penurunan darah ke otak,
perdarahan di otak
3. Tanda Dan Gejala Stroke
a. Derajat ringan
 Kesemutan pada separoh badan sementara
 Kepala terasa berputar-putar saat bengun tidur
 Salah satu sandal terlepas tanpa terasa
Semua gejala diatas disebabkan karena gangguan saraf yang ada di otak
akibat gangguan sirkulasi darah di otak sehingga mengganggu fungsi kerja
organ lain
b. Derajat sedang
 Kelumpuhan pada tangan/kaki atau salah satu sisi tubuh dalam waktu
yang lama.
 Sulit bicara, pelo, bicara tidak jelas.
 Kehilangan daya ingat / konsentrasi
 Perubahn perilaku : bicara tidak menentu, mudah marah, perilaku seperti
anak kecil.
c. Derajat berat.
 Gejala stroke bertambah parah
 Sering terjadi penurunan tingakt kesadaran sampai dengan koma
 Ketidakmampuan aktivitas
 Gangguan menelan
4. Pencegahan Stroke
 Hentikan konsumsi alkohol
 Diit rendah kolesterol dan garam
NYOTO1110019003 SAP PKMRS Pasien PascaStroke Page 5
 Hindari merokok
 Hentikan penyalagunaan obat (kokain)
 Hindari peningkatan BB drastis.
 Hindari stress
 Olahraga teratur sesuaikan kemampuan
5. Terapi Rehabilitasi Medik Untuk Pasien Pasca Stroke
a. Pengertian Stroke & Pasca Stroke
Pasca stroke merupakan suatu tahap yang akan dijalani apabila pasien telah
mengalami stroke sebelumnya. Stroke merupakan masalah yang besar dan
serius. Sebagai penyebab kecacatan terbanyak kedua pada individu usia di
atas 60 tahun, stroke menimbulkan beban psikososial serta biaya yang sangat
besar.
b. Solusi Bagi Pasien Pasca Stroke
Bagi pasien pasca stroke diperlukan intervensi rehabilitasi medik agar mereka
mampu mandiri untuk mengurus dirinya sendiri dan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari tanpa harus terus menjadi beban bagi keluarganya.
Namun tidak semua pasien mendapat kesempatan melanjutkan program
rehabilitasi stroke setelah pulang dari perawatan. Sebagian besar disebabkan
karena tidak tersedianya fasilitas rehabilitasi medik di sekitar tempat tinggal
pasien. Secara umum rehabilitasi stroke fase subakut dan kronis dapat
ditangani melalui tatalaksana rehabilitasi medis sederhana yang tidak
memerlukan peralatan canggih. Berfokus pada upaya untuk mencegah
komplikasi immobilisasi yang dapat membawa dampak kepada perburukan
kondisi dan mengembalikan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.
Diharapkan pasien dapat mencapai hidup yang lebih berkualitas. Pelayanan
Kesehatan Primer sangat penting perannya.
c. Sindrome stroke
Patologi stroke dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu hemoragik dan iskemia.
Gejala klinis stroke bervariasi tergantung pada bagian otak yang sirkulasinya
terganggu. Secara umum stroke memberikan gambaran klinis dengan pola
yang khas, dengan variasi secara individual tergantung pada ukuran
pembuluh darah, pola aliran atau luasnya disrupsi aliran darah ke otak.

NYOTO1110019003 SAP PKMRS Pasien PascaStroke Page 6


d. Gangguan fungsi akibat stroke
Dalam rehaebilitasi medis, istilah fungsi merujuk pada
kemampuan/ketrampilan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
aktivitas hiburan atau hobi, pekerjaan, interaksi sosial dan perilaku lain yang
dibutuhkan. Aktivitas sehari-hari seseorang tentu sangat luas, individu yang
satu berbeda dengan individu lain. Aktivitas sehari-hari yang perlu dinilai
adalah kemampuan dasar dalam melakukan aktivitas perawatan diri sendiri
yaitu makan-minum, mandi, berpakaian, berhias, menggunakan toilet, kontrol
buang air kecil dan besar, berpindah tempat (transfer), mobilitas-jalan dan
menggunakan tangga.
e. Proses Pemulihan setelah Stroke
Proses pemulihan setelah stroke dibedakan atas pemulihan neurologis (fungsi
saraf otak) dan pemulihan fungsional (kemampuan melakukan aktivitas
fungsional).
Pemulihan neurologis terjadi awal setelah stroke. Mekanisme yang mendasari
adalah pulihnya fungsi sel otak pada area penumbra yang berada di sekitar
area infark yang se- sungguhnya, pulihnya diaschisis dan atau terbukanya
kembali sirkuit saraf yang sebelumnya tertutup atau tidak digunakan lagi.
Kemampuan fungsional pulih sejalan dengan pemulihan neurologis yang
terjadi.
Setelah lesi otak menetap, pemulihan fungsional masih dapat terus terjadi
sampai batas-batas tertentu terutama dalam 3-6 bulan pertama setelah stroke.
Hal itulah yang menjadi fokus utama rehabilitasi medis, yaitu untuk
mengembalikan kemandirian pasien mencapai kemampuan fungsional yang
optimal. Proses pemulihan fungsional terjadi berdasarkan pada proses
reorganisasi atau plastisitas otak melalui:
f. Proses Substitusi
Proses ini sangat tergantung pada stimuli eksternal yang diberikan melalui
terapi latihan menggunakan berbagai metode terapi. Pencapaian hasilnya
sangat tergantung pada intaknya jaringan kognitif, visual dan proprioseptif,
yang membantu terbentuknya proses belajar dan plastisitas otak.

NYOTO1110019003 SAP PKMRS Pasien PascaStroke Page 7


g. Proses Kompensasi
Proses ini membantu menyeimbangkan keinginan aktivitas fungsional pasien
dan kemampuan fungsi pasien yang masih ada. Hasil dicapai melalui latihan
berulang-ulang untuk suatu fungsi tertentu, pemberian alat bantu dan atau
ortosis, perubahan perilaku, atau perubahan lingkungan.

6. Intervensi Rehabilitasi Medis pada Stroke


Secara umum rehabilitasi pada stroke dibedakan dalam beberapa fase.
Pembagian ini dalam rehabilitasi medis dipakai sebagai acuan untuk menentukan
tujuan (goal) dan jenis intervensi rehabilitasi yang akan diberikan, yaitu:
1. Stroke fase akut: 2 minggu pertama pasca serangan stroke
Pada fase ini kondisi hemodinamik pasien belum stabil, umumnya dalam
perawatan di rumah sakit, bisa di ruang rawat biasa ataupun di unit stroke.
2. Stroke fase subakut: antara 2 minggu-6 bulan pasca stroke
Pada fase ini kondisi hemodinamik pasien umumnya sudah stabil dan
diperbolehkan kembali ke rumah, kecuali bagi pasien yang memerlukan
penanganan rehabilitasi yang intensif. Sebagian kecil (sekitar 10%) pasien
pulang dengan gejala sisa yang sangat ringan, dan sebagian kecil lainnya
(sekitar 10%) pasien pulang dengan gejala sisa yang sangat berat dan
memerlukan perawatan orang lain sepenuhnya. Namun sekitar 80% pasien
pulang dengan gejala sisa yang bervariasi beratnya dan sangat memerlukan
intervensi rehabilitasi agar dapat kembali mencapai kemandirian yang optimal.
3. Pada fase subakut pasien diharapkan mulai kembali untuk belajar melakukan
aktivitas dasar merawat diri dan berjalan. Dengan atau tanpa rehabilitasi,
sistim saraf otak akan melakukan reorganisasi setelah stroke. Reorganisasi
otak yang terbentuk tergantung sirkuit jaras otak yang pal- ing sering
digunakan atau tidak digunakan. Melalui rehabilitasi, reorganisasi otak yang
terbentuk diarahkan agar mencapai kemampuan fungsional optimal yang
dapat dicapai oleh pasien, melalui sirkuit yang memungkinkan gerak yang
lebih terarah dengan menggunakan energi/tenaga se-efisien mungkin. Hal
tersebut dapat tercapai melalui terapi latihan yang terstruktur, dengan
pengulangan secara kontinyu serta mempertimbangkan kinesiologi dan
biomekanik gerak.

NYOTO1110019003 SAP PKMRS Pasien PascaStroke Page 8


7. Prinsip-prinsip rehabilitasi stroke:
1. Bergerak
2. Terapi latihan gerak, sebaiknya latihan gerak fungsional.
3. Jangan biarkan pasien melakukan kegiatan gerak yang abnormal
4. Gerak fungsional dapat dilatih apabila stabilitas batang tubuh sudah tercapai
5. Persiapkan pasien dalam kondisi prima
6. Hasil terapi latihan yang diharapkan akan optimal bila ditunjang oleh
kemampuan fungsi kognitif, persepsi dan semua modalitas sensoris yang
utuh.
Intervensi rehabilitasi pada stroke fase subakut ditujukan untuk:
1. Mencegah timbulnya komplikasi akibat tirah baring
2. Menyiapkan/mempertahankan kondisi yang memung- kinkan pemulihan
fungsional yang paling optimal
3. Mengembalikan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari
4. Mengembalikan kebugaran fisik dan mental
5. Stroke fase kronis: diatas 6 bulan pasca stroke

8. Rehabilitasi Stroke Fase Kronis


Program latihan untuk stroke fase kronis tidak banyak berbeda dengan fase
sebelumnya. Hanya dalam fase ini sirkuit-sirkuit gerak/aktivitas sudah terbentuk,
membuat pembentukan sirkuit baru menjadi lebih sulit dan lambat. Hasil latihan
masih tetap dapat berkembang bila ditujukan untuk memperlancar sirkuit yang
telah terbentuk sebelumnya, membuat gerakan semakin baik dan penggunaan
tenaga semakin efisien. Latihan endurans dan penguatan otot secara bertahap
terus ditingkatkan, sampai pasien dapat mencapai aktivitas aktif yang optimal.

9. TERAPI CERMIN
A. PROSEDUR MNS:

(1) Posisi fisioterapis berada didepan berhadapan langsung dengan pasien,


(2) Pasien diminta untuk mengobservasi gerakan (proses imitasi) dan
memperhatikan aktifitas fungsional AGA (alat gerak atas) yang dilakukan oleh
fisioterapi yang berada persis di depan pasien,

NYOTO1110019003 SAP PKMRS Pasien PascaStroke Page 9


(3) Pasien diminta untuk melakukan imaginasi visual dan menjelaskan apa dan
bagaimana gerakan dan aktifitas fungsional yang dilihat atau yang
diobservasi,
(4) pasien diminta untuk meniru (imitasi) dan melakukan pengulangan gerakan
dan aktifitas fungsional tersebut secara seksama dan perlahan,
(5) Pasien dikoreksi dan diedukasi oleh fisioterapis jika ada gerakan yang salah
dan tidak sesuai dengan apa yang diobservasi dan dijelaskan sebelumnya,
(6) Dosis pelatihan diberikan dengan frekuensi latihan 1-5 kali kunjungan dalam
seminggu, intensitas latihan 5-10 kali pengulangan gerakan, selama durasi
latihan 30-60 menit, dilakukan rutin selama 6 minggu
(7) pasien diminta untuk datang kembali untuk latihan dengan fisioterapis pada
jadwal yangtelah ditentukan berikutnya

B. PROSEDUR PENGUKURAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL ANGGOTA GERAK


ATAS
Bahan dan instrumen yang digunakan pada saat pengukuran pertama atau tes
awal (pre test) dan pengukuran kedua atau tes akhir (posttest) adalah
1) Form assesment data diri dan riwayat sakit pasien beserta alat tulisnya
2) Form tes fungsi kognisi MMSE dan alat tulisnya
3) Form tes WMFT dan perangkatnya yang terdiri dari : Form tes dan alat tulis,
stopwatch, meja, kotak box, kantong pasir, beban satu kilogram, kaleng,
pensil, klip kertas, papan main dam atau halma, kartu, kunci, handuk, dan bola
basket (Amster, 2007).

C. INSTRUKSI TUGAS DALAM SOP TES WMFT ( WOLF MOTOR FUCNTION TEST )
TERDIRI DARI 15 ITEM TUGAS YAITU

1. lengan ke meja (samping),


2. lengan ke kotak (samping),
3. memperpanjang siku (samping),
4. memperpanjang siku dengan beban (ke samping),
5. tangan ke meja (depan),
6. tangan ke box (depan),
7. meraih dan mengambil (depan),
8. mengangkat kaleng (depan),
NYOTO1110019003 SAP PKMRS Pasien PascaStroke Page 10
9. mengangkat pensil (depan),
10. mengambil klip kertas (depan),
11. menumpuk papan main dam (depan),
12. membalik kartu (depan),
13. memutar kunci dalam gembok (depan),
14. melipat handuk (depan),
15. mengangkat basket (berdiri).
Kemudian dinilai dengan skala pengukuran berikut
- Nilai 0, jika tidak ada upaya sama sekali dari AGA yang di tes.
- Nilai 1, jika AGA yang di tes tidak bisa berpartisipasi secara fungsional,
namun, ia mencoba untuk menggunakan AGA, pada sisi AGA unilateral yang
tidak di tes boleh digunakan untuk membantu gerakan AGA yang sedang
dites.
- Nilai 2, jika bisa melakukan, tapi membutuhkan bantuan dari AGA yang tidak
di tes untuk sedikit menyesuaikan diri atau merubah posisi, atau
membutuhkan lebih dari dua kali percobaan untuk menyelesaikan tugas, atau
diselesaikan dengan sangat lambat. Pada tugas bilateral AGA yang di tes
akan dipakai hanya sebagai penolong.
- Nilai 3, jika bisa melakukan, tapi gerakan dipengaruhi beberapa derajat oleh
sinergi atau dilakukan secara perlahan atau adanya usaha dorongan.
- Nilai 4, jika bisa melakukan, gerakan dilakukan secara normal, tapi masih
sedikit lambat; kurang teliti, koordinasi halus atau kurang stabil.
Nilai 5, bisa melakukan, gerakan dilakukan atau diselesaikan secara normal

NYOTO1110019003 SAP PKMRS Pasien PascaStroke Page 11


LATIHAN MIRROR NEURON TERAPY (MNS)

No No. Revisi Halaman


Dokumen 0 1/2
04/5.1/043A

Univesitas Nahdatul Ulama


Surabaya
Tgl Ditetapkan Oleh
Terbit: Ka Prodi S2 Keperawatan Terapan
06 April
STANDAR PROSEDUR
2020
OPERASIONAL
Puji Astuti, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB.
NPP: 9907642
Latihan mirror neuron therapy adalah bentuk
rehabilitasi / latihan yang mengandalkan dan
melatih pembayangan / imajinasi motorik pasien,
dimana cermin akan memberikan stimulasi visual
kepada otak ( saraf motorik serebral yaitu
Pengertian
ipsilateral atau kontralateral untuk pergerakan
anggota tubuh yang hemiparesis) melalui
observasi dari pergerakan tubuh yang akan
cenderung ditiru seperti cermin oleh bagian tubuh
yang mengalami gangguan (Wang, et al .2013 ).

Tujuan Untuk mengetahui kekuatan otot anggota bagian


tubuh yang mengalami hemiparesis pada pasien
stroke iskemik

frekuensi latihan 1-5 kali kunjungan dalam


seminggu, intensitas latihan 5-10 kali pengulangan
Waktu
gerakan, selama durasi latihan 30-60 menit,
dilakukan rutin selama 6 minggu

a. Pemilihan tempat yang tepat, karena MNS


Syarat memerlukan konsentrasi yang baik
b. Dilakukan secara rutin dan teratur
c. Menentukantujuan yang ingindicapai.
a. 1 Orang Perawat
Pelaksana b. 1 Orang Fasilitator
c. Penderita Stroke
d. Keluarga yang mendampingi
a. Ruangan yang nyaman dan bersih dan memiliki
Peralatan ventilasi untuk tempat keluar masuknya
udara/sirkulasi

NYOTO1110019003 SAP PKMRS Pasien PascaStroke Page 12


LATIHAN MIRROR NEURON TERAPY (MNS)

No No. Revisi Halaman


Dokumen 0 1/2
04/5.1/043A

Univesitas Nahdatul Ulama


Surabaya
b. Tempat duduk
c. Stopwatch/arloji
d. Buku catatan
e. Bolpoin / alat tulis
Prosedur pelaksanaan a. Sebelum melakukan latihan MNS, terlebih
dahulu di ukur kekuatan otot ekstremitas pasien
baik atas maupun bawah
b. Postur (SikapTubuh).
c. Duduk di kursi yang memiliki sandaran yang
lurus, dengan posisi kepala, bahu, dan pinggul
harus tegak lurus dan kaki dilantai. Karena sikap
atau postur tubuh yang baik sangat berperan
penting dalam keberhasilan latihan untuk
mengurangi hiperventilasi.
d. Posisi fisioterapis berada didepan berhadapan
langsung dengan pasien
e. Pasien diminta untuk mengobservasi gerakan
(proses imitasi) dan memperhatikan aktifitas
fungsional AGA (alat gerak atas) yang dilakukan
oleh fisioterapi yang berada persis di depan
pasien,
f. Konsentrasi
Konsentrasi pada pernapasan dengan menutup
mata dan focus pada
pernapasan. Kemudian rasakan udara yang
masuk dan keluar dari lubang hidung, waktu
menarik napas dan menghembuskan napas.
g. Pasien diminta untuk melakukan imaginasi
visual dan menjelaskan apa dan bagaimana
gerakan dan aktifitas fungsional yang dilihat atau
yang diobservasi,
h. Pasien diminta untuk meniru (imitasi) dan
melakukan pengulangan gerakan dan aktifitas
fungsional tersebut secara seksama dan
perlahan
i. Pasien dikoreksi dan diedukasi oleh fisioterapis
jika ada gerakan yang salah dan tidak sesuai
dengan apa yang diobservasi dan dijelaskan
sebelumnya,
j. Dosis pelatihan diberikan dengan frekuensi
NYOTO1110019003 SAP PKMRS Pasien PascaStroke Page 13
LATIHAN MIRROR NEURON TERAPY (MNS)

No No. Revisi Halaman


Dokumen 0 1/2
04/5.1/043A

Univesitas Nahdatul Ulama


Surabaya
latihan 1-5 kali kunjungan dalam seminggu,
intensitas latihan 5-10 kali pengulangan
gerakan, selama durasi latihan 30-60 menit,
dilakukan rutin selama 6 minggu
k. pasien diminta untuk datang kembali untuk
latihan dengan fisioterapis pada jadwal yang
telah ditentukan berikutnya
Dokumen 1. Pendokumentasian
2. Rekam Medik
Unit Terkait Rehabilitasi Medik

IRNA

10. Kesimpulan
Dampak gejala sisa akibat stroke sangat bervariasi dan kompleks. Rehabilitasi
stroke memerlukan keterlibatan tenaga profesional dalam bentuk tim yang
membahas secara berkesinambungan perkembangan hasil dan secara dinamis
menetapkan intervensi yang tepat dan sesuai. Namun tidak semua pasien mudah
mendapatkan pelayanan rehabilitasi spesialistik. Walaupun demikian banyak hal
yang masih dapat dilakukan untuk membantu pasien dan keluarganya. Mencegah
komplikasi sekunder dan mengembalikan kemandirian pasien dapat sekaligus
meringankan beban psikososial dan ekonomi keluarga. Profesi dokter di
pelayanan kesehatan primer yang menjadi ujung tombak di masyarakat memiliki
peran yang sangat penting.

Buku Sumber
1. Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai penerbit FKUI
2. S. Heru Adi. 1995. Kesehatan Masyarakat. Jakarta. : EGC
3. Mansjoer, Arief. Et all. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapiu

NYOTO1110019003 SAP PKMRS Pasien PascaStroke Page 14


Apa stroke itu ? Prinsip-prinsip rehabilitasi
Adalah kematian jaringan otak akibat
kekurangan aliran darah dan oksigen pada stroke?
jaringan otak. 1. Bergerak
Penyebab stroke: 2. Terapi latihan gerak, sebaiknya latihan
Adanya sumbatan pada pembuluh darah di otak, gerak fungsional.
penurunan darah ke otak, perdarahan di otak. 3. Jangan biarkan pasien melakukan
Tanda dan gejala : kegiatan gerak yang abnormal
a. Derajat ringan 4. Gerak fungsional dapat dilatih apabila
stabilitas batang tubuh sudah tercapai
 Kesemutan pada separoh badan sementara
5. Persiapkan pasien dalam kondisi prima
 Kepala terasa berputar-putar saat bengun
tidur
 Salah satu sandal terlepas tanpa terasa

b Derajat sedang
 Kelumpuhan pada tangan/kaki atau salah
satu sisi tubuh dalam waktu yang lama.
 Sulit bicara, pelo, bicara tidak jelas.
 Kehilangan daya ingat / konsentrasi
 Perubahan perilaku : bicara tidak menentu,
mudah marah, perilaku seperti anak kecil
c Derajat berat.
Oleh :  Gejala stroke bertambah parah
 Sering terjadi penurunan tingkat kesadaran
NYOTO sampai dengan koma
 Ketidakmampuan aktivitas
 Gangguan menelan

Pencegahan ?
 Hentikan konsumsi alkohol
 Diit rendah kolesterol dan garam
 Hentikan penyalahgunaan obat (kokain)
 Hindari peningkatan BB drastis.
S2 TERAPAN KEPERAWATAN
 Hindari stress TERIMA KASIH
UNUSA  Hindari merokok SEMOGA BERMANFAAT
 Olah raga yang teratur

Anda mungkin juga menyukai