Anda di halaman 1dari 4

CATATAN LINGUISTIK FORENSIK

1. Pengertian
- analisis linguistik forensik, yang merupakan salah satu turunan dari kajian pragmatik,
terutama yang berkaitan dengan konsep kesantunan berbahasa (politeness) dan
peristiwa tutur (speech events).
- kajian ini membahas penggunaan bahasa dalam bidang hukum, yang mencakup
identifikasi penutur atau penulis asli sebuah dokumen, interpretasi produk hukum,
kesaksian ahli bahasa, bagaimana bahasa dipergunakan dalam proses hukum
(peradilan) sejak polisi memeriksa terdakwa dan saksi sampai bahasa oleh hakim,
jaksa, dan penasehat hukum dalam ruang sidang pengadilan. Purnomo, Mulyadi Eko.
2011 “AWK untuk Menemukan Ideologi yang Tersembunyi”. Di unduh tanggal 10
Maret 2012 www.unsri.ac.id/?act=info_detil&id=263
- linguistik forensik adalah bidang linguistic terapan yang melibatkan hubngan antara
bahasa, hukum dan kejahatan sehingga kajian linguistik linguistik lazim disebut
dengan studi bahasa teks- teks hukum. Selain itu linguistik forensik juga untuk
mempelajari bahasa yang mana digunakan dalam pemerisaksaan silang, bukti
presentasi, arah hakim, menyimpulkan pada juri, peringatan pilisi, wawancara teknik,
dan introgasi pengadilan dan polisi. Saifullah, Aceng Ruhendi. 2009. “Analisis
Linguistik Forensik terhadap Tindak Tutur yang Berdampak Hukum.Universitas
Pendidikan Indonesia. di unduh tanggal 10 maret 2012.
file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS.../cover.pdf
- Pembukaan Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia, bahwasanya
linguistik forensik adalah bidang ilmu yang dapat mendeteksi kebohongan keterangan
yang dibuat seseorang dan ini berguna dalam mengungkapkan berbagai kasus tindak
pidana seperti korupsi hingga kasusu criminal lainnya. Azis, Aminudin. 2011.
“Linguistik Forensik Ungkap Deteksi Kebohongan Koruptor”. Di unduh tanggal 9
maret 2011 www.jurnas.com/halaman/9/2011-10-11/185134
2. Rumusan masalah
- Tindak tutur dan peristiwa tutur apa saja yang termasuk ke dalam delik hukum
penghinaan dan pencemaran nama baik?
- Sejauh mana konsep-konsep analisis forensik dapat mengidentifikasi tindak tutur dan
peristiwa tutur yang berindikasi delik hukum penghinaan dan pencemaran nama baik?
- Bagaimana seorang saksi ahli bahasa dapat tampil professional dalam melakukan
kesaksiannya, terutama dalam kasus delik hukum penghinaan dan pencemaran nama
baik?
3. Teori:
- speech act and events, politeness and interaction, dan conversation and preference
structure (Yule, 2006)
- Olsson (2008) mengatakan bahwa dalam linguistik forensik pengetahuan dan teknik-
teknik linguistik diterapkan untuk mengkaji fenomena kebahasaan yang terkait
dengan kasus hukum dan pemeriksaan perkara; atau sengketa pribadi antara beberapa
pihak yang pada tahap berikutnya berdampak pada pengambilan tindakan secara
hukum. Jika diperinci lebih jauh,perhatian utama dari linguistik forensik adalah: (1)
bahasa dari dokumen legal, (2) bahasa dari polisi dan penegak hukum, (3) interview
dengan anak-anak dan saksi-saksi yang rentan dalam sistem hukum, (4) interaksi
dalam ruang sidang, (5) bukti-bukti linguis dan kesasian ahli persidangan, (6)
kepengarangan dan plagiarisme, serta (7) Fonetik forensik dan identifikasi penutur
(Coulthard dan Johnson, 2007:5)
-
4. Tinjauan Pustaka (LF-AWK)
- Ramezani, Sani, & Moghadam (2016)
- Rembrandt Kloper (2009:268)
- Warami, Hugo. 2014. “Legitimasi Kekuasaan dalam UU Otsus Papua: Kajian
Wacana Kritis-Linguistik Forensik” (Disertasi Doktor). Denpasar: PPs Universitas
Udayana Bali.
-
5. Sejarah Perkembangan LF
- Bryant adalah Fungsi Kata dalam Bahasa Hukum (1930)
- Wetter tentang gaya bahasa pada keputusan banding (1960)
- Melinkoff mulai gaya bahasa yang berpengaruh kampanye, (1963)
- Ernesto Miranda di Amerika Serikat, dihukum karena perampokan bersenjata, dan
mengajukan banding dengan ahli linguistik forensik, akhirnya hukumanya dibatalkan
pada tahun 1966. (1963)
- profesor linguistik bernama Jan Svartvik mencatat pertama kali dalam analisis
laporan forensik Timothy John Evans. (1968)
- Laporan investigasi saksi mengenai sebuah percobaan pembunuhan di Old Bailey
(1969).
- Danet tentang pengukuran fakta yang berorientasi pada perselisihan (pragmatik).
(1980)
- Levi menyiapkan studi linguistik forensik tentang bibliografi komprehensif pertama
di lapangan. (1982)
- O'Barr studi sistematis dari gaya bahasa hukum pada ruang sidang (peradilan)
pertama dimulai oleh dan rekan-rekannya, dengan aplikasi linguistik, terutama di
bidang wacana dan pragmatik, (1982) yang dikembangkan oleh Shuy (1984, 1986).
- Robin Lakoff (1990) dan kuliah tentang bahasa dan hukum yang juga sangat
signifikan, terutama pengamatannya tentang bahasa ruang sidang, yaitu situasi formal
ruang sidang (lihat McMenamin, 2002:67).
- Penelitian terbaru (lihat McMenamin, 2002:68), baik yang mencakup ikhtisar bahasa,
bahasa hukum, dan proses hukum yang telah dilakukan oleh Gibbons (1990), Kniffka
(1990), Tiersma (1993), Mamudar (1994), Levi (1994b), Tvlurphy, (1998) dan
Butters (2001).
- O'Barr (1998) terus bekerja dan meneliti penggunaan bahasa pada ruang sidang dan
Shuy dengan pendekatan analisis wacana menganalisis pengaturan hukum dalam
persidangan (Shity, 1993, 1998)
- Studi dan koleksi khusus yang berkaitan dengan aplikasi linguistik pada ranah hukum
telah ditulis atau diedit oleh Levi dan Walker (1990), Richer dan Stewart (1990),
Gibbons (1994), Eades (1995), dan Kniffka, dkk.(1996)
- Selain itu, Levi (1994a) telah memperluas kerja bibliografinya dengan terus
mengidentifikasi dan mendokumentasikan kemajuan dalam linguistik forensik. Levi
dan Walker kemudian mengorganisir dan mengoordinasikan konferensi pertama
linguistik forensik pada 1985 di Georgetown University dengan tema “Language in
the Judicial Process” dan diterbitkan dalam jurnal (Lewi dan Walker, 1990)
- Dalam beberapa tahun terakhir, kegiatan linguistik forensik tersebut dikembangkan
dan disajikan di seluruh dunia. Sebagai contoh, Dumas’s course on language and law
di University of Tennessee yang difokuskan pada bahasa hukum, interpretasi, bahasa
ruang sidang, bahasa Inggris, pragmatik, instruksi hakim, bahasa dalam pengaturan
hukum dan proses hukum, dan bahasa peringatan produk konsumen. Program serupa
kemudian telah dikembangkan di berbagai universitas seperti University of Wales
(Bangor), Universitas Birmingham, Cambridge University, University of New South
Wales, Universitas Melbourne, Universitas Georgetown, Montclair State, University
of California (San Diego), San Diego State, California State University (Fresno), dan
banyak lainnya. Mungkin muka paling efektif dalam studi forensik linguistik selama
beberapa dekade terakhir adalah inisiasi dari University of Birmingham (1994)
tentang Linguistik Forensik: The International Journal of Speech, Language and the
Law, dan pendiri Internasional Asosiasi Linguistik Forensik menerbitkan sebuah
jurnal yang diedit oleh Malcolm Coulthard dan Peter Perancis, dan IAFL
(International Association of Forensic Linguistics) bersama websitenya (lihat
McMenamin, 2002:68).
- Sejalan dengan perkembangan-perkembangan di atas, linguistik forensik juga telah
merambat masuk ke Indonesia sejak tahun 1980--1990-an, tetapi belum mendapat
tempat di hati para linguis Indonesia. Beberapa linguis pada perguruan tinggi di
Indonesia juga telah memulai kajian-kajian linguistik forensik akhir-akhir ini.
Misalkan saja, Aceng R. Saifullah (2009) dan E. Aminudin Aziz (2011) dari
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, R.M. Parlindungan Silalahi (2011) dari
Universitas Bunda Mulia Jakarta, Univerisitas Indonesia, Universitas Udayana,
Sawirman (2014) dari Universitas Andalas Padang, dan Hugo Warami (2014) dari
Universitas Papua, Manokwari.
-
6. Sejarah
- Istilah linguistik forensik itu sendiri mencuat pertama sekali pada 1968, ketika
seorang profesor linguistik, Jan Svartvik, menggunakannya dalam rangka pengkajian
pernyataan-pernyataan Timothy John Evans, seorang pengemudi truk berkebangsaan
Wales yang divonis mati oleh pengadilan Inggris atas tuduhan pembunuhan Geraldine
Evans, seorang bayi perempuan berusia 13 bulan, yang tidak lain merupakan putrinya
sendiri (Correa, 2013).
- Istilah Linguistik Forensik sendiri baru muncul sejak tahun 1968. Seorang profesor
bahasa Jan Svartvik merekam istilah tersebut pada analisis pernyataan yang diberikan
pada polisi di Notting Hill Police Station tahun 1953. Jan Startvik melakukan analisis
pada pernyataan yang dilakukan Timothy John Evans yang diduga membunuh
istrinya dan bayinya. Dia dengan cepat menyadari bahwa pernyataan yang diberikan
mengandung dua gaya dan dia mengatur tentang jumlah perbedaannya. Ada gaya
menulis yang teredukasi dan ada gaya menulis berbicara.
-
7. Perkembangan
- Di tahun 1993 telah terbentuk sebuah asosiasi profesional bagi para linguis forensik:
The International Association of Forensic Linguists.
- 1994, dibentuk pula sebuah jurnal otoritatif bertajuk International Journal of Speech,
Language and the Law.
- setidaknya ada tiga universitas yang menawarkan program pendidikan jenjang master
dalam bidang ilmu linguistik forensik: dua di Inggris (universitas Aston dan Cardiff)
dan satu di Spanyol (universitas Pompeu Fabra).
- Di Aston sendiri, kini telah berdiri sebuah pusat linguistik forensik, yang
menyediakan berbagai pelatihan dan kuliah musim panas bagi para calon linguis
forensik profesional.
8.

Anda mungkin juga menyukai