Dosen Pengampu:
Dr. Wisman Hadi, M.Hum.
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penyusun ucapkan terhadap kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih
lagi Maha Baik yang telah memberikan nikmat, karunia, dan kemudahan kepada penyusun dalam
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu dan tanpa kendala sedikit pun.
Makalah ini membahas tentang ruang lingkup kajian lingusitik forensic yang akan dibahas
melalui lingusitik forensik.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
namun penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semua kritik dan saran
yang bersifat membangun bagi penulis sangat penulis terima dengan senang hati sebagai tolok
ukur untuk penyusunan karya tulis berikutnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
D. Manfaat 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Lingustik Forensik 6
B. Pengertian Lingustik Forensik 7
C. Linguistik Forensik Membuka Makna Tersembunyi
3
BAB I PENDAHULUAN
4
fonetik forensik dan identifikasi penutur (hlm. 5). Jadi, hal yang menjadi perhatian utama dalam
linguistik forensik ada tujuh hal. Ketujuh hal tersebut saling berhubungan satu sama lain dan
tidak bisa terpisahkan.
5
BAB II PEMBAHASAN
B. Linguistik Forensik
McMenamin mendefinisikan linguistik forensik sebagai studi ilmiah mengenai
bahasa yang diterapkan untuk keperluan forensik dan pernyataan hukum. Adapun
menurut Olsson linguistik forensik adalah hubungan Antara bahasa, tindak kriminal, dan
hukum yang di dalamnya termasuk penegak hukum, masalah hukum, perundang-
undangan, perselisihan atau proses hukum, bahkan perselisihan yang berpotensi
melibatkan beberapa pelanggaran hukum yang ditujukan untuk mendapatkan penyelesain
hukum.
6
Linguistik forensik mengaplikasikan teori-teori linguistik dalam suatu peristiwa
kebahasaan yang terlibat dalam proses hukum, baik dalam bentuk produk hukum,
interaksi dalam proses peradilan, dan dalam interaksi antarperorangan yang
mengakibatkan timbulnya dampak hukum tertentu. Dalam hal ini, menurut Coulthard dan
Johnson bahwa teori-teori linguistik yang diaplikasikan meliputi teori tata bahasa,
percakapan, analisis wacana, linguistic kognitif, tindak tutur, teori dan teknik linguistik
deskriptif, seperti fonetik dan fonologi, leksis, sintaksis, semantik, pragmatik, wacana,
dan analisis teks
Hal-hal yang dikaji dalam linguistik forensik meliputi: 1) analisis penggunaan
bahasa dalam ranah hokum, 2) penyelidikan unsur terdalam dalam penggunaan bahasa,
yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bukti dalam proses hukum dan 3) menelaah
penggunaan bahasa para aparat penegak hukum dalam proses peradilan, baik penyidikan
maupun persidangan.
7
tanggung jawab ahli bahasa hanya memberikan pendapat tentang hal-hal penting yang
berkaitan dengan analisis bahasa.
8
kriteria
yang harus dimiliki oleh seorang saksi ahli:
1) gelar pendidikan tinggi atau pelatihan lanjutan di bidang tertentu;
2) mempunyai spesialisasi tertentu;
3) pengakuan sebagai guru, dosen, atau pelatihan di bidang tertentu;
4) literasi professional jika masih berlaku
5) ikut sebagai keanggotaan dalam suatu organisasi profesi: posisi
kepemimpinan dalam organisasi tersebut lebih bagus
6) publikasi artikel, buku, atau publikasi lainnya dan bisa juga sebagai
reviewer.
Ini akan menjadi salah satu pendukung bahwa saksi ahli mempunyai pengalaman yang
panjang
7) spesifikasi teknis
8) penghargaan atau pengakuan dari industri.
Berdasarkan pendapat tersebut, seseorang dapat dikatan sebagai saksi ahli jika ia
mempunyai pendidikan yang tinggi atau pelatihan tertentu yang relevan di bidangnya,
mempunyai spesialisasi, mengikuti organisasi profesi yang relevan, mempublikasikan
tulisannya baik berupa artikel, buku, atau publikasi lainnya, memiliki spesifikasi teknis
dan pernah mendapatkan penghargaan atau pengakuan dari suatu industri atau lembaga.
Seorang saksi ahli jika kehadirannya dalam persidangan kapabilitasnya diragukan oleh
salah satu pihak, maka pihak tersebut bisa mengajukan keberatan dan hakim akan
memberikan penilaian selanjutnya untuk menerima atau menolak keberatan tersebut. Jika
keberatan diterima, saksi ahli tersebut akan digantikan oleh saksi ahli yang lain. Oleh
karena itu, seorang saksi ahli haruslah selektif agar kesaksiannya akuntabel dan kredibel.
9
valid. Bukti-bukti linguistik meliputi transkripsi, leksikal, morfologi, sintaksis, semantik,
wacana, dan sosiolinguistik. Gibbons (2007) memaparkan kriteria keilmiahan bukti
linguistik dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang berisi tentang bukti-
bukti
yang berkaitan dengan peristiwa komunikasi dan kelompok yang berisi tentang bukti
yang
berkaitan dengan kepengarangan.
10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
McMenamin mendefinisikan linguistik forensik sebagai studi ilmiah mengenai
bahasa yang diterapkan untuk keperluan forensik dan pernyataan hukum. Adapun
menurut Olsson linguistik forensik adalah hubungan Antara bahasa, tindak kriminal, dan
hukum yang di dalamnya termasuk penegak hukum, masalah hukum, perundang-
undangan, perselisihan atau proses hukum, bahkan perselisihan yang berpotensi
melibatkan beberapa pelanggaran hukum yang ditujukan untuk mendapatkan penyelesain
hukum.
Linguistik forensik melibatkan topik-topik atau isu bahasa hukum, saksi, terduga
pelaku tindak kejahatan, dan kasus perdata. Dengan bahasa sederhana, linguistik forensik
mencakup analisis bahasa tertulis dan lisan untuk tujuan hukum.
Adapun ruang lingkup kajian linguistik forensik antara lain 1) bahasa dari
dokumen legal; 2) bahasa dari polisi dan penegak hukum; 3) interview dengan saksi
yang rentan dalam sistem hukum; 4) interaksi dalam ruang siding; 5) bukti-bukti
linguistic dan kesaksian ahli dalam persidangan; 11) kepengarangan dan plagiarism; 7)
fonetik forensik dan identifikasi penutur. Adapun masalah-masalah dalam ruang lingkup
kajian linguistik forensik adalah: 1) Identifikasi penutur berdasarkan dialek, gaya bicara,
aksen, hingga kadangkala menganalisis tulisan tangan tersangka untuk mendapatkan
profilnya; dan 2) melakukan analisis isi dan makna dalam tuturan yang berkaitan dengan
konteks kebahasaan yang dapat digunakan sebagai bukti peradilan.
11