Anda di halaman 1dari 6

LINGUISTIK FORENSIK

PENGERTIAN

linguistik forensik adalah kajian linguistik yang berkaitan dengan


ranah hukum. Para ahli linguistik forensik bertugas untuk
menyediakan dan menganalisis komponen bahasa sebagai bukti
investigasi.
Namun, sebetulnya apa saja cakupan tugas seorang linguis forensik?
Lalu, bagaimana contoh penerapan linguistik forensik di Indonesia?
Kali ini, kita akan mendalami linguistik forensik lebih jauh.
PENGERTIAN LINGUISTIK FORENSIK

• McMenamin (1993) dalam Rusdiansyah (2020) menuliskan bahwa linguistik forensik adalah
studi ilmiah mengenai bahasa yang diterapkan untuk keperluan forensik dan pernyataan
hukum.
• Lebih lanjut, Olson (2008) juga mengatakan bahwa linguistik forensik adalah hubungan
antara bahasa dan tindak kriminal serta hukum yang di dalamnya melibatkan penegak
hukum, masalah hukum, perundang-undangan, perselisihan atau proses hukum, serta
perselisihan lain yang bersangkutan dengan pelanggaran hukum.
• Linguistik forensik melakukan analisis komponen bahasa, mulai dari tata bahasa,
percakapan, wacana, linguistik kognitif, tindak tutur, sintaksis, semantik, dan pragmatik.
• Lebih dari itu, bidang ini juga berurusan dengan identifikasi penutur berdasarkan dialek,
gaya bicara, atau aksen. Bahkan, pengkajian tulisan tangan dan rekaman suara juga
dilakukan untuk mendapatkan bukti. Perlu diketahui pula, linguistik forensik dapat
digunakan untuk mengusut perkara plagiarisme dalam kepenulisan. 
PENGERTIAN LINGUISTIK FORENSIK

• Sementara itu, menurut Coulthard dan Johnson (2010) dalam


Mintowati (2016), pakar linguistik forensik bertugas untuk
mengungkap makna morfologis dan similaritas fonetik,
kompleksitas sintaktis dalam surat resmi, ambiguitas leksiko-
gramatikal, serta leksikal dan pragmatik. Berarti, dapat dikatakan
bahwa seorang ahli linguistik forensik wajib menguasai ilmu
linguistik secara komprehensif.
KAJIAN LINGUISTIK FORENSIK DI INDONESIA

• Di Indonesia, penerapan linguistik forensik sudah banyak dilakukan.


Waljinah, misalnya, melakukan kajian implikatur percakapan dari perspektif
makna simbolik bahasa hukum pada 2016. Tiga contoh implikatur yang dia
temukan pada aktivitas interogasi di kepolisian adalah “Kapan terakhir Anda
mengemudi tanpa SIM?”, “Apakah Anda Setuju?”, dan “Apa yang telah
terjadi?”. Waljinah menyimpulkan tiga hal: (a) implikatur dalam percakapan
interogasi merupakan strategi untuk mengungkap pengakuan sebenarnya dari
terinterogasi tanpa melakukan tindakan kekerasan; (b) implikatur
percakapan dapat membantu proses interogasi yang berkarakter humanis;
serta (c) implikatur percakapan dalam teori pragmatik menghasilkan model
bahasa interogasi yang dapat dipakai oleh interogator untuk memperoleh
informasi dari terinterogasi tanpa tekanan dan paksaan.
KAJIAN LINGUISTIK FORENSIK DI INDONESIA

• Kasus lain yang memanfaatkan tenaga ahli linguistik forensik adalah


kasus Ahok pada September 2016. Perbedaan tafsiran terhadap kasus
itu pun sempat bermunculan. Terlepas dari itu, kita bisa melihat
bahwa kajian linguistik forensik sangat penting untuk dipelajari.
Kajian ini dapat pula digunakan untuk membongkar pasal-pasal karet
yang sering diperbincangkan netizen di media sosial. Terlebih,
Hamidi dalam “Linguistik Forensik” menyiratkan bahwa kejahatan
bisa muncul sejak dari penggunaan bahasa. Seiring dengan majunya
teknologi dan informasi, kejahatan ini dapat pula meningkat. Di
sinilah, peran ahli linguistik forensik sangat dibutuhkan demi
terciptanya ketegakan hukum dan keadilan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai