Anda di halaman 1dari 4

TUGAS CPOB

DIVISI PRODUKSI KEMAS

Disusun Oleh :

Ima Nur Yanti 17010112

Lutfiansyah 17010122

Muhammad Farhan F 17010129

Nadia Ramadanti W 17010137

Dosen Pengampu : Sofyan Ramany,M.Farm,Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR

2020
Berbicara mengenai pembuatan obat dalam industri, kita wajib mengenal
apa itu CPOB. Apa yang dimaksud dengan CPOB? CPOB atau Cara
Pembuatan Obat yang Baik merupakan bagian dari sistem pemastian mutu
(Quality Asurance/ QA) yang mengatur dan memastikan obat diproduksi dan
mutunya dikendalikan secara konsisten sehingga produk yang dihasilkan
memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan
penggunaan produk disamping persyaratan lainnya (misalnya persyaratan izin
edar), sehingga produk tersebut aman dikonsumsi dan diterima oleh masyarakat.
Penerapan CPOB di industri farmasi dimaksudkan untuk menghindari terjadinya
kesalahan dalam proses produksi obat sehingga tidak membahayakan jiwa
manusia (Bambang Priyambodo, 2007).

Ruang lingkup CPOB meliputi manajemen mutu, personalia, bangunan


dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higienis, produksi, pengawasan mutu, inspeksi
diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali
produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan
kontrak, serta kualifikasi dan validasi.

Kali ini kita akan membahas bagian atau departement produksi, khususnya
produksi kemas. Produksi kemas sendiri merupakan serangkaian alur dari cara
pembuatan obat. Produksi kemas ini biasanya di lakukan setelah obat telah jadi.
Namun tidak seperti yang umum di bayangkan bahwa produksi kemas hanya
mengemas obat saja, tetapi banyak serangkaian alur yang harus di lewati saat
produksi kemas di jalankan, antara lain permintaan bahan kemas dari gudang
bahan kemas, pengecekan kesesuaian bahan kemas hingga palletizing produk jadi.
Selanjutnya kita akan membahas satu persatu tugas atau jobdesk dari produksi
kemas.

1. Line clearance
Line clearance adalah pembersihan alat atau bahan obat yan sebelumnya
berjalan pada packaging line tersebut. Hal ini bertujuan agar tidak
terjadinya kontaminasi baik obat maupun alat.
2. Penerimaan obat/tablet dari divisi tableting
Pada proses ini tidak semata-mata hanya menerima tablet yang sudah di
cetak oleh divisi tableting, namun ada beberapa form yang di isi maupun
di terima oleh divisi produksi kemas. Form tersebut di terima oleh divisi
produksi kemas bagian stipsealing untuk obat yang akan di buat strip dan
bagian filling botol atau tube untuk obat yang akan di kemas dengan
kemasan botol atau tube

3. Permintaan bahan kemas ke gudang bahan kemas


Setelah obat di terima oleh divisi produksi kemas, divisi produksi kemas
akan meminta bahan kemas kepada gudang bahan kemas melalui form
permintaan bahan kemas. Permintaan bahan kemas ini meliputi bahan
kemas primer, bahan kemas sekunder dan bahan kemas tersier.

4. Pengecekan kesesuaian permintaan barang


Pada proses ini perhatikan lebih detail barang yang di minta dan barang
yang akan di kirim oleh gudang bahan kemas. Sebagai divisi produksi
bahan kemas pastikan bahwa barang yang akan di kirim oleh gudang
bahan kemas sudah melewati proses QC starting material bahan kemas dan
sudah mendapatkan disposisi approved, dikarenakan apabila barang yang
akan di kirim ke divisi produksi kemas masih berstatus quarantine, maka
bahan kemas tersebut belum jelas apakah dapat di pakai atau tidak dapat di
pakai oleh divisi produksi kemas.

5. Proses stripsealing dan filling botol atau tube


Setelah proses penerimaan obat dan permintaan bahan kemas kepada
gudang bahan kemas maka proses stripsealing atau filling dapat berjalan.
Proses ini adalah proses di mana bahan obat bertemu dengan bahan kemas
primer. Ada beberapa proses yang di lakukan pada saat proses ini, antara
lain pengambilan file pada bahan kemas serta label approved pada bahan
kemas yang di berikan oleh QC starting material bahan kemas untuk di
lampirkan pada CPP ( Catatan Pengemasan Produk ) yang akan masuk
dalam BPR ( Batch Product Record ). Setelah proses stripsealing dan
filling botol atau tube akan melewati proses IPC ( In Process Control )
yang di lakukan oleh divisi Quality Control

6. Proses pengemasan sekunder


Pengemasan sekunder obat yang hendak dipasarkan dilaksanakan pada
bagian pengemasan sekunder. dimana obat yang telah selesai diproduksi
dan dilakukan pengemasan primer dari bagian produksi dikirimkan
melalui kotak hantar ( passing box ) ke bagian pengemasan sekunder,
untuk dikemas. Pada bagian pengemasan sekunder ini, kemasan karton ada
yang masih dilakukan pelabelan ( labelling ) secara manual, dan ada yang
telah diproses secara komputerisasi. Demikian pula untuk proses
pencetakan ( printing ) terhadap nomor bets (Batch), kode produksi dan
tanggal kadaluarsa ada yang masih dilakukan pencetakan ( printing )
secara manual, dan ada yang telah dicetak secara komputerisasi. Setelah
melewati serangkaia proses pengemasan sekunder akan melewati proses
IPC ( In Process Control ) yang dilakukan oleh divisi Quality Control.

7. Proses pengemasan tersier


Setelah pengemasan sekuder selesai maka obat siap di pasarkan. Namun
sebelum di pasarkan, akan melewati proses pengemasan tersier yang
meliputi pengemasan dalam corr box dan palletzing. Pengemasan dalam
corr box juga di lakukan proses percetakan ( printing ) nomor bets
( batch ), kode produksi dan tanggal kadaluarsa secara komputerisasi.
Setelah di kemas di dalam corr box, maka di lakukan palletizing.
Palletizing ini dilakukan untuk mempermudah penyusunan dan
pengiriman produk jadi yang di susun berdasarkan nomor batch.

Anda mungkin juga menyukai