Anda di halaman 1dari 48

PENDAHULUAN

Kompetensi dalam kegiatan di industri farmasi sangatlah penting dalamupaya menjamin mutu obat yang
beredar dimasyarakat. Oleh karenanya, dalam modul farmasi industri ini akan dibahas tentang materi-
materi yang dapat menjadibdasar tenaga teknis kefarmasian dalam melaksanakan tugasnya di industri
farmasi.Materi berdasar pada ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) tahun2012 ditunjang
dengan Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik tahun 2013.

Materi yang akan dibahas dalam modul ini diantaranya memahami istilah-istilah dalam CPOB yang
menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan farmasiindustri, berbagai jenis penandaan yang perlu
diperhatikan terkait dengan kegiatan rutin operasional di industri farmasi, pelaksanaan verifikasi
timbangan yang memiliki kategori kritikal dalam pengolahan obat, sanitasi dan hygienitas baik dalam
ruang aseptis atau non aseptis di industri farmasi.
KEGIATAN BELAJAR 1 : GLOSARIUM CPOB 2012

Capaian Mata Kegiatan

1.Peserta mampu menjelaskan istilah CPOB 2012 terkait dengan kegiatan pembuatan obat di industri
farmasi

2.Peserta mampu menjelaskan istilah dalam tahapan proses produksi di industri farmasi

Uraian Materi

Materi ini membahas tentang beberapa istilah yang terdapat dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) tahun 2012. CPOB adalah cara pembuatan yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat
yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. Sedangkan Industri Farmasi adalah
badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau
bahan obat. Berikut istilah-istilah dalam CPOB 2012diantaranya :

1.Pembuatan Obat

Seluruh rangkaian kegiatan dari penerimaan bahan sampai pengemasan untuk menghasilkan suatu obat
jadi termasuk produksi dan pengawasan mutu.

2. Produksi (pengolahan dan pengemasan)

Seluruh rangkaian kegiatan dari penerimaan bahan, pengolahan, pengemasan dan pengemasan ulang,
pelabelan dan penandaan ulang, untuk menghasilkan produk jadi.

3.Airlock atau ruang penyangga

Merupakan ruang tertutup dengan dua atau lebih pintu, merupakan selaantara dua ruang atau lebih,
misalnya dari kelas yang berbeda. Ruangan tersebut bertujuan untuk mengendalikan aliran udara antar
ruang. Airlockdirancang untuk digunakan oleh orang atau barang dan/ atau peralatan.
Gambar 1 .Air Lock ( Anonim,2018 )

4. Bahan aktif obat (Active Pharmaceutical Ingredient / API)

Setiap zat atau campuran zat yang digunakan dalam pembuatan bentuk sediaan farmasi dan menjadi
bahan aktif sediaan farmasi. Zat tersebut dimaksudkan untuk memberikan aktivitas farmakologis atau
efek langsung lainnya dalam diagnosis, pengobatan, mitigasi (preventif), pengobatan, atau pencegahan
penyakit atau untuk mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh.Beberapa contoh bahan aktif obat
diantaranya acetaminophen, sodiumdikolfenak, amoxicillin, dsb.

5. Batch

Merupakan sejumlah produk yang mempunyai sifat dan mutu seragam dalam 1 siklus pembuatan.
Contoh : 1 batch = 200.000 tablet, artinya dalam 1kali siklus produksi menghasilkan 200.000 tablet.
Batch menjadi ukuran sekali produksi yang mempengaruhi peralatan produksi yang digunakan. Contoh :
pada mixer kapasitas 200 kg, untuk produksi tablet dengan berat 500 mg maka1 batch = 100.000-
240.000 tablet (kapasitas mixer agar mixing optimum 50%-60% -> 100-120 kg), sehingga mesin tidak
boleh over jadi 400.000-500.000
.

6.Batch Records

Merupakan dokumen yang berhubungan dengan pembuatan produk jadi/sejarah tiap bets produk dan
semua keadaan yang berkaitan dengankualitas produk akhir.

7. No batch

Penandaan huruf/ angka yang merupakan tanda pengenal suatu batch.

8.Lot

Merupakan bagian tertentu dari suatu batch dengan sifat dan mutu seragam. Ini berkaitan dengan
kapasitas peralatan, misalnya dryer yang dipunya kasapasitasnya 100 kg, padahal 1 batch 200 kg, maka 1
batch tadi dibagi menjadi 2 lot di drying 2 kali

9. Nomor lot

Penandaan huruf/ angka yang merupakan tanda pengenal suatu lot.

10.Ruang Bersih (Clean area)

Merupakan ruangan dengan jumlah partikel dan mikrobanya terkontrolsehingga terhindar dari
kontaminasi.
11.Kontaminasi silang (Cross-contamination)

Merupakan kontaminasi bahan awal, produk antara atau produk jadi dengan bahan lain selama
produksi.

12.Karantina

Status bahan awal atau kemasan, intermediet, atau bulk atau produk jadidipisahkan secara fisik atau
dengan cara lain yang efektif sementaramenunggu keputusan penolakan atau reproses. Jika label hijau :
produk rilis,dan jika label merah : produk di tolak

Bagan produksi obat :

Gambar 2. Produksi Tablet

Gambar 3. Produksi Tablet Salut


Keterangan gambar :

Tablet bisa dikatakan menjadi produk antara ataupun produk ruahan:

1.Pada gambar 2, tablet menjadi produk ruahan karena tinggal satu langkah lagi untuk menjadi produk
jadi yaitu proses pengemasan

2.Pada gambar 3, tablet menjadi produk antara karena perlu tahap pengolahan lagi (menjadi tablet
salut) dan tahap pengemasan untuk menghasilkan produk jadi. Tablet salut dapat menjadi produk
ruahan karena tinggal satu langkahlagi yaitu pengemasan pada produk jadi.

3.Pengolahan : terdiri dari proses penimbangan sampai produk ruahan.

4.Pengemasan : terdiri dari proses produk ruahan sampai produk jadi.

5.Produksi : terdiri dari proses pengolahan dan pengemasan.

6.Pembuatan : terdiri dari proses produksi dan quality control termasuk distribusinya.
KEGIATAN BELAJAR 2 :PENANDAAN

Sub Capaian Mata Kegiatan

1.Peserta mampu mengidentifikasi jenis penandaan di industri farmasi.

2.Peserta mampu menjelaskan penggunaan penandaan di industri farmasi.

Uraian Materi

Materi ini menjelaskan tentang berbagai jenis label yang dipakai beserta cara dan tujuan
penggunaannya masing-masing penggunaan label. Masing-masing karyawan pada tiap departemen
bertanggung jawab untuk memberikan label pada bahan, produk, mesin dan ruangan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh departemen Penjamin Mutu. Beberapa aturan tersebut
diantaranya:

1.Penulisan data pada tiap label harus jelas dan mudah dibaca.

2.Hanya boleh ada satu identitas untuk tiap wadah, apabila wadah yang telah digunakan untuk suatu
bahan / produk akan digunakan untuk bahan / produklain maka label identitas produk sebelumnya
(termasuk label status diluluskan) harus dihilangkan (misal: dilepaskan, ditutup, atau dicoret) dariwadah
tersebut.

3.Penempelan label hanya diperbolehkan pada badan wadah, bukan padatutupnya.

4.Wadah bekas bahan / produk yang tidak terpakai harus bebas dari label status.Adapun beberapa jenis-
jenis label yang biasa dipakai di industri farmasi diantaranya :

1.Label status, merupakan label yang menyatakan status mutu dari suatu bahan awal / pengemas,
produk antara, produk ruahan, dan produk jadi. Label status terdiri dari:

a.Label KARANTINA, menyatakan bahwa suatu bahan atau produk sedang dalam proses pemeriksaan
oleh Pengawasan Mutu dan belum boleh digunakan. Label berwarna kuning. Label ini digunakan pada
bahan awaldan bahan pengemas yang diterima dari pemasok, disiapkan dan ditempelkan oleh petugas
gudang. Khusus untuk bahan aktif obat label ditempelkan pada tiap wadah.Sedangkah pada produk
jadi,disiapkan dan ditempelkan oleh Petugas Produksi.
Gambar 4. Label Karantina Bahan Awal

Gambar 5.Label Karantina Produk Jadi

b.Label DILULUSKAN, menyatakan bahwa bahan dan produk dapat di proses lebih lanjut atau untuk
produk jadi sudah dapat dijual. Label berwarna hijau, disiapkan dan ditempelkan oleh Petugas
Pengawasan Mutu. Khusus untuk bahan aktif obat, label ditempelkan pada tiap wadah.Biasanya, label
DILULUSKAN ditempelkan di atasnya menutupi label KARANTINA.
Gambar 6. Label Diluluskan

c.Label DITOLAK, menyatakan bahwa suatu bahan dan produk tidak dapat digunakan untuk proses lanjut
atau untuk produk jadi tidak dapat dijual. Label berwarna merah, disiapkan dan ditempelkan oleh
Petugas Pengawasan Mutu. Khusus untuk bahan aktif obat label ditempelkan pada tiap wadah.

Gambar 7.Label Ditolak

2. Label sampel telah diambil


Merupakan label yang menyatakan sampel telah diambil dari wadah bahan awal / pengemas, produk
antara, produk ruahan, dan produk jadi. Label ditempelkan pada wadah bahan awal / pengemas, produk
ruahan yang diambil sampelnya oleh Petugas Pengawasan Mutu. Di samping itu, label disiapkan dan
ditempelkan oleh petugas Pengawasan Mutu, di samping label status bahan / produk.
Gambar 8.Label Sampel Telah Diambil

3. Label identitas bahan dan produk


Label identitas bahan dan produk menunjukkan nama bahan / produk yang terdapat dalam wadah, yang
terdiri dari :

a. Label PENIMBANGAN BAHAN AWAL. Label disiapkan oleh Personil Gudang atau Personil Produksi.
Label ditempelkan di wadah / plastik tempat bahan awal yang sudah ditimbang. Label ini menunjukkan
berat bahan awal yang ditimbang. Pada saat proses produksi, label bahan awal yang sudah
dicampurkan, dilepaskan dari wadah / plastiknya dan ditempelkan pada Catatan Pengolahan Bets.

Gambar 9. Label Penimbangan Bahan Awal


b. Label identitas produk antara dan ruahan, menyatakan bahwa produk belum diluluskan tetapi dapat
dilanjutkan ke proses produksi berikutnya. Label disiapkan oleh personil Produksi, ditempelkan saat
proses pembuatan produk antara atau ruahan tersebut akan dimulai pada tiap wadah penampung
produk antara atau ruahan disimpan.

Gambar 10.Label Produk Antara / Produk Rumahan

4. Label status kebersihan ruangan/ mesin/ alat


Label status kebersihan ruangan / mesin / alat menunjukkan status kebersihan ruangan dan mesin.
Label ini juga menjelaskan produk dan nomor bets sebelumnya yang diproses di ruangan / mesin / alat
bersangkutan. Label terdiri dari: a. Label bersih ruangan / mesin / alat, berwarna hijau, dipasang pada
pintu ruangan dan di tiap mesin / alat yang sudah dibersihkan. Setelah proses pembersihan ruangan /
mesin / alat selesai, Operator yang membersihkan mengisi Label BERSIH RUANGAN / MESIN / ALAT
(dengan “masa berlaku” satu bulan sejak tanggal pembersihan). Apabila ruangan / mesin / alat akan
dipakai untuk produksi, Supervisor atau Asisten Supervisor segera melepaskan dan menempelkan label
BERSIH RUANGAN / MESIN / ALAT pada Catatan Pengolahan Bets.
Gambar 11. Label Bersih Ruangan/Mesin/Alat

b. Label KOTOR RUANGAN / MESIN/ALAT, apabila ruangan / mesin / alat yang telah dipakai untuk
produksi tidak langsung dibersihkan. Supervisor atau Asisten Supervisor segera memasang label KOTOR
RUANGAN / MESIN / ALAT pada ruangan / mesin / alat dan melepaskan Label ini saat proses
pembersihan dimulai.

Gambar 12.Label Kotor Ruangan/Mesin/Alat


5. Label Kegiatan Ruangan/ Jalur Produksi, menunjukkan nama produk beserta nomor betsnya yang
sedang diproses di ruangan / jalur tersebut. Label disiapkan oleh personil Produksi dan diletakkan di
bagian yang mudah terlihat dari luar ruangan produksi atau di muka jalur (untuk jalur pengemasan)
pada saat awal proses produksi dimulai.

Gambar 13.Label Kegiatan Produksi

6. Label Perbaikan Mesin dan Alat, menunjukkan bahwa suatu alat atau mesin sedang dalam perbaikan
dan tidak boleh dipakai. Label disiapkan dan dipasang oleh personil Bagian Teknik pada alat / mesin yang
sedang diperbaiki.

Gambar 14. Label Perbaikan Mesin/Alat

7. Label limbah B3. Limbah B3 adalah limbah yang mengandung bahan aktif obat farmasi atau bahan
berbahaya dan beracun. Label ini ditempelkan oleh karyawan di masing-masing departemen tempat
terdapat sampah/ limbah.
8. Label B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya), label ini ditempelkan pada wadah bahan yang digolongkan
sebagai B3. Label ini ditempelkan oleh karyawan di masing-masing departemen yang menggunakan
bahan berbahaya tersebut. Label ini bisa digunakan sebagai label pereaksi di laboratorium. Label
ditempelkan pada wadah pereaksi yang dibuat internal dan pereaksi dalam wadah asal dari supplier.
Analis bertanggung jawab untuk menempelkan label tersebut pada wadah pereaksi.
9. Label Sampel Pembanding dan Sampel Pertinggal Bahan / Produk, merupakan label sebagai
identifikasi dari sampel pembanding dan sampel pertinggal bahan awal, bahan pengemas atau produk
jadi. Label berisi informasi nama bahan / produk, nomor bets, tanggal diluluskan serta tanggal
kadaluwarsa dari bahan/ produk. Analis bertanggung jawab terhadap sampel pembanding dan sampel
pertinggal bahan / produk, serta menyiapkan dan menempelkan label.
10. Label Kalibrasi / Kualifikasi Alat, ditempel pada setiap alat yang telahdikalibrasi atau dikualifikasi.
Label dilengkapi bulan dan tahun kalibrasi atau kualifikasi berikutnya serta paraf personil yang
melakukannya
KEGIATAN BELAJAR 3 :VERIFIKASI TIMBANGAN

Sub Capaian Mata Kegiatan


1. Peserta mampu menjelaskan tahapan verifikasi timbangan
2. Peserta mampu membuat prosedur verifikasi timbangan
Uraian Materi
Berdasar CPOB (2012), alat timbang hendaklah diverifikasi tiap hari sebelum dipakai. Tujuannya untuk
membuktikan bahwa kapasitas, ketelitian danketepatannya memenuhi persyaratan sesuai dengan
jumlah bahan yang akan ditimbang. Petugas Penimbangan, bertanggung jawab untuk memeriksa label
kalibrasi timbangan sebelum menggunakan timbangan; dan melaksanakan verifikasi harian timbangan
dengan benar. Di samping itu, untuk tiap penimbangan atau pengukuran perlu dilakukan pembuktian
kebenaran identitas dan jumlah bahan yang ditimbang atau diukur oleh dua orang personil yang
independen, dan pembuktian tersebut dicatat. Kegiatan verifikasi timbangan dilakukan setelah
timbangan terkalibrasi. Kalibrasi internal timbangan digital secara internal dilakukan setidaknya tiap 6
bulan sekali. Kegiatan kalibrasi yang dilakukan adalah untuk memeriksa keterulangan pembacaan dan
penyimpangan dari nilai nominal.

Gambar 15. Label Status Alat


Adapun tahapan dari verifikasi harian pada timbangan adalah sebagai berikut:

1. Pembacaan titik nol (zero point checking), dikaukan dengan cara :

a. Nyalakan / posisikan timbangan dalam keadaan siap menimbang


b. Periksa pembacaan titik nol tiap hari pada awal penimbangan. Jarum / angka petunjuk harus
menunjukkan angka nol. Apabila tidak menunjukkan titik nol, sesuaikan dengan titik nol.
c. Catat pembacaan di dalam catatan Pemeriksaan Fungsi Timbangan Harian dan beri paraf pada kolom
Pelaksana.
d. Supervisor / Ass. Supervisor atau personil lain yang kompeten memeriksa hasil pembacaan tersebut
dan memberikan paraf pada kolom pemeriksa di catatan.
2. Pemeriksaan dengan batu timbang standar

a. Lakukan pemeriksaan setelah pembacaan titik nol dilaksanakan.


b. Gunakan batu timbang yang telah ditentukan untuk tiap timbangan seperti yang tertera pada
lampiran 1 (data batu timbang standar dan kriteria penerimaan) dan letakkan batu timbang tersebut
tepat di tengah piring / alas timbangan.
c. Baca angka yang ditunjukkan oleh timbangan dan catat hasil pemeriksaan

di dalam Catatan Pemeriksaan Fungsi Timbangan Harian serta beri paraf pada kolom Pelaksana. d. Catat
atau tempelkan print-out timbangan hasil pemeriksaan “verifikasi harian” pada Catatan Pemeriksaan
Fungsi Timbangan Harian.

e. Bandingkan angka tersebut dengan kriteria penerimaan. Apabila angka yang terbaca berada di luar
kriteria penerimaan, buat laporan penyimpangan
f. Supervisor atau Personil lain yang kompeten memeriksa hasil pembacaan tersebut dan memberikan
paraf pada kolom pemeriksa di Catatan.
KEGIATAN BELAJAR 4 :SANITASI, HIGIENITAS

Sub Capaian Mata Kegiatan


1. Peserta dapat menjelaskan pengertian sanitasi dan hygiene.
2. Peserta mampu menjelaskan kegiatan sanitasi dan hygiene di industri farmasi.

Uraian Materi
Sanitasi dan higiene harus dilakukan dalam setiap aspek pembuatan produk obat-obatan. Ruang lingkup
sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan, peralatan, produksi bahan dan wadah, produk untuk
pembersihan dan disinfeksi, dan apa pun yang bisa menjadi sumber kontaminasi ke produk. Sumber
potensial kontaminasi harus dihilangkan secara komprehensif dan terintegrasi dalam program sanitasi
dan hygiene. Higiene Perorangan adalah wajib diterapkan pada tiap personil dengan melaksanankan
peraturan mengenai kesehatan kerja, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan personil, dan perlu
dilakukan pengawasan higiene terhadap masing-masing personel saat proses pembuatan obat. Sanitasi
merupakan Pengendalian higienis terhadap proses produksi, termasuk bangunan, peralatan dan
penanganan bahan. Sanitasi dan Higiene diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat, meliputi
personalia, bangunan, peralatan, dan perlengkapan, bahan produksi, .wadah dan semua yang dapat
mencemari produk.

PERSONAL HYGIENE

Tiap personil yang masuk area pembuatan (karyawan / non) wajib menggunakan pakaian pelindung dan
penutup rambut. Personel sakit/ menderita luka diwajibkan lapor atasan dan dilarang menangani bahan
awal - pengemas,bahan yang sedang diproses dan obat jadi sampai kondisi tidak lagi menimbulkan
risiko. Sebelum memasuki area produksi, personel diwajibkan untuk cuci tangansebelumnya. Personel
dilarang bersentuhan langsung (tangan operator) dengan bahan awal/antara/ ruahan,bahan pengemas,
peralatan yang bersentuhan dengan produk, sehingg perlu menggunakan sarung tangan karet/ plastik
(bukan kain) 10 cm dari pergelangan tangan. Pada beberapa area seperti area produksi, laboratorium,
area gudang dan area lain yang berdampak terhadap mutu,

DILARANG
a. Merokok, makan, minum, mengunyah
b. memelihara tanaman
c. menyimpan makanan, minuman, merokok atau obat pribadi
d. Menggunakan cincin, anting, perhiasan

e. Sisir disimpan diloker


f. Menggunakan bulu mata palsu, kuku palsu, dan aksesori kecantikan

Gambar 16.Sarana Penyimpanan Pakaian Rumah

Gambar 17.Sarana Penyimpanan Sepatu


Beberapa contoh praktek tidak higienis diantaranya :
1. Kesehatan personil, misalnya mengidap penyakit (ISPA, Alergi, luka terbuka, bercak-bercak, gatal,
bisul. Bila baru sembuh dari penyakit menular atau baru SURAT DOKTER dinyatakan layak)

2. CPOB, misalnya tidak mengenakan pakaian pelindung / pakaian kerja sesuai prosedur.
3. Higiene perorangan:
a. membersihkan hidung atau telinga dengan jari
b. menggaruk kepala
c. tidak mematuhi prosedur mencuci tangan sebelum memasuki area Pembuatan dan sesudah dari toilet
d. tidak memakai tutup kepala sebelum memasuki ruang produksi
e. bersin tanpa ditutup masker
f. mengunyah, makan, minum atau merokok.
Semua karyawan dilakukan pemeriksaan kesehatan. Adapun jadwal pemeriksaan kesehatan sebagai
berikut :

Tabel I. Jadwal Pemeriksaan Kesehatan Karyawan

Pemeriksaan I II III IV

Umum X X X X

Sinar X X X - -

Tinja,Urin,Darah X X - -

Saluran X X X -
Pernapasan

Mata X X - -

Keterangan : (I) Sebelum diterima, (II) Berkala tiap tahun, (III) Setelah sembuh dari sakit, (IV) Ulangan
dari lingkungan yang kena wabahPEMBERSIHAN DAN SANITASI PERALATAN
1. Metode pembersihan : vakum atau cara basah lebih dianjurkan Udara bertekanan dan sikat
dihindarkan (Resiko pencemaran tinggi)
2. Disinfektan dan deterjen : dipantau terhadap pencemaran
3. Enceran disinfektan dan detergen disimpan dalam wadah bersih, jangka waktu tertentu kecuali bila
disterilkan.
KEGIATAN BELAJAR 5 : PRINSIP STERILISASI

Sub Capaian Mata Kegiatan

1. Peserta mampu melakukan cara sterilisasi dengan baik dan benar


2. Peserta mampu menjelaksanakan prinsip dan cara sterilisasi.

Uraian Materi

Bedasarkan Farmakope Indonesia Edisi V (Depkes RI, 2014), suatu sediaan dinyatakan steril apabila
sediaan tersebut telah terbukti bebas dari mikroba viabel. Upaya pembuktian dilakukan melalui uji
sterilitas. Keadaan jaminan sterilitas tersebut hanya dapat dicapai dengan melakukan proses sterilisasi
yang memadai dan diikuti oleh proses aseptis (jika perlu), mengikuti persyaratan CPOB yang berlaku,
dan tidak hanya mengandalkan uji sterilitas. Hal ini dikarenakan tidak semua produk dalam 1 bets
dilakukan uji sterilisasi.

Cara sterilisasi terbagi menjadi sterilisasi akhir, termasuk cara pemisahan mikroba melalui penyaringan
dan pedoman untuk proses aseptis. Cara sterilisasi diantaranya (Depkes RI, 2014):

1. Sterilisasi uap
Merupakan proses sterilisasi panas dengan menggunakan uap jenuh dan tekanan yang berlangsung
disuatu bejana/ autoklaf. Cara sterilisasi ini paling banyak digunakan. Sterilisasi dilakukan selama 15
menit dengan suhu 1210C, kecuali dinyatakan lain. Prinsip kerja alat adalah udara didalam bejana
sterilisasi digantikan dengan uap jenuh dan hal tersebut dikontrol dengan alat pembuka atau penutup
khusus, sehingga siklus sterilisasi meliputi tahap perpindahan udara dan uap.
2. Sterilisasi panas kering

Merupakan proses sterilisasi dengan panas kering dalam suatu oven yang dirancang khusus. Oven
tersebut dilengkapi dengan udara yang dipanaskan dan disaring. Udara tersebut didistribusikan secara
merata pada seluruh ruangan oven dengan cara sirkulasi atau radiasi melalui system semprotan dengan
peralatan sensor, pemantau dan pengendali parameter kritis. Suhu yang dioperasikan lebih kurang 250
0C, dengan rentang suhu yang diterima oven dalam kosong lebih kurang 150C

3. Sterilisasi gas
Metode ini merupakan alternatif dari sterilisasi yang menggunakan panas karena bahan yang disterilkan
tidak tahan terhadap pemanasan. Gas yang digunakan umumnya adalah etilen oksida. Namun,
kelemahan dari gas etilen oksida adalah sifatnya mudah terbakar, mutagenik, dan kemungkinan adanya
residu toksik dalam bahan yang disterilkan terutama pada bahan yang mengadung ion klorida.

4. Sterilisasi dengan radiasi ion


Metode ini dilaksanakan karena beberapa alat kesehatan tidak tahan terhadap pemanasan dan
kekhawatiran terhadap keamanan etilen oksida. Namun cara ini hanya dapat dilakukan pada bahan obat
dan bentuk sediaan akhir.

Keunggulan sterilisasi radiasi ion diantaranya reaktivitas kimia rendah, residu rendah dan variable yang
dikendalikan lebih sedikit.

5. Sterilisasi dengan penyaringan

Sterilitas larutan yang labil terhadap panas sering dilakukan penyaringan


menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba yang dapat dipisahkan
secara fisika.
6. Proses Aseptik

Sterilisasi wadah akhir (berisi bentuk sediaan/ kemas akhir) adalah proses yang dipilih untuk menjamin
resiko terkecil kontaminasi mikroba dalam bets. Namun terdapat produk yang tidak disterilisasi akhir
sehingga pada tahap penyiapannya dilakukan secara aseptis. Proses ini dirancang untuk mencegah
masuknya mikroba hidup ke dalam komponen steril atau komponen yang melewati proses antara yang
mengakibatkan produk setengah jadi atau produk ruahan atau komponennya bebas dari mikroba
hidup.Dalam proses aseptis, suatu produk dapat saja terdiri dari komponen yang sebelumnya disterilkan
dengan salah satu komponen yang sebelumnya telah disterilkan dengan salah satu proses sterilisasi.
Misalnya, produk setengah jadi, jika berupa cairan, dapat disterilkan dengan cara disaring. Komponen
wadah akhir vial dan ampul kosong , sebelumnya telah disterilakan dengan panas kering dan karet
dengan autoclaf.Pada proses aseptis, fasilitas pengisian atau proses aseptis lain yang perlu diperhatikan,
diantaranya :
a. Lingkungan udara bebas mikroba viabel
b. Tenaga kerja telah terlatih yang dilengkapi dengan gowning yang memadai.
c. Fasilitas dan lingkugan proses aseptis dirancang dengan baik, seperti permukaan yang tidak berpori
dan licin termasuk dinding dan langit-langit sehingga dapat dilakukan sanitasi secara berkala, tempat
ganti pakaian memadai terutama untuk ganti pakaian dan menyimpan pakaian steril, tekanan ruangan
yang paling positif adalah di ruangan atau dilingkungan proses aseptis, dan sebagainya.
KEGIATAN BELAJAR 6 : GOWNING

Sub Capaian Mata Kegiatan

1. Peserta mampu menjelaskan Teknik Gowning di Industri Farmasi

2.Peserta dapat membedakan gowning sesuai kelasnya masing-masing

Uraian Materi
A.DEFENISI

Gowning adalah suatu tindakan pencegahan kontaminasi mikroorganisme denganmenggunakan set baju
kamar operasi. Sebelum membahas tentang teknik gowning maka perlukiranya kita membahas dulu
mengenai perlengkapan gowning itu sendiri. Gowning atau penggunaan baju operasi meliputi set
sebagai berikut.
1.Baju Operasi

Baju operasi terdiri atas pakaian dari katun yang tertutup rapi, celana panjang dan baju lenganpendek.
Saat dipakai celana operasi dipakai, bagian pergelangan kaki harus bermanset tertutup (tali atau rajutan)
untuk mencegah organisme yang terlepas dari perineum dan kaki terbebas kedalam lingkungan sekitar.
Pakaian dan tali pinggang dimasukkan ke dalam celana untukmencegah segala kontak tidak disengaja
dengan daerah steril dan karena mengandung serbukandari kulit. Pakain basah dan kotor harus diganti.
Set baju operasi dikenakan setiap kali individumemasuki kamar operasi.
2.Masker
Masker dipakai sepanjang waktu di ruang operasi untuk memnimalkan kontaminasi melaluiudara.
Droplet yang mengandung mikroorganisme dari orofaring dan nasofaring harusditampung dan disaring.
Oleh karena itu masker harus ketat-pas dan harus menutup seluruh hidung dan mulut. Bersamaan itu
pula, masker harus tidak mengganggu pernafasan, berbicaraatau penglihatan dan untuk itu harus
menyatu dan aman. Ekspirasi yang kuat seperti yangditimbukan saat tertawa, bersin, batuk dan
percakapan yang tidak perlu harus dihindarkansebab hal tersebut dapat menambah timbunan
mikroorganisme di dalam masker. Masker sekali pakai yang efektif memiliki kemampuan penyanringan
yang tinggi dengan efisiensi lebih besar dari 95 %. Karena masker kehilangan keefektifannya ketika
lembab, maka masker harus digantiantar prosedur bedah dan sesering mungkin jika perlu. Tali masker
harus terikat dengan rapi,tali atas diikatkan ke bagian belakang kepala dan tali yang bawah dikatkan di
belakang leher.Masker harus dipakai atau dilepas, tidak boleh menggantung di leher. Saat melepas
masker hanya tali saja yang dipegang untuk mencegah jontaminsai pada tangan.
3.Tutup Kepala

Tutup kepala harus secara menyeluruh menutup rambut (kepala dan garis leher, termasukcambang)
sehingga helai rambut, jepitan rambut, ketombe dan debu tidak jatuh ke daerahsteril. Jenis penutup
kepala yang tersedia semuanya adalah sekali pakai atau jika tidak sekali pakai maka harus disterilkan.
4.Sepatu/sandal Operasi
Sepatu atau sandal sebaiknya nyaman dan menyangga. Sepatu dan sandal yang dipakai adalahsepatu
dan sandal yang mudah dibersihakan dan disterilkan. Pengunaannya diperlukan untukmencegah
kontaminasi pada perawat akibat cairan tubuh dari klien ataupun untuk pencegahan terhadap aliran
listrik (sebagai ground listrik).

5.Gaun/apron Operasi

Gaun operasi dipakai ketika akan melakukan operasi. Petugas yang memakai gaun operasiadalah
operator, asisten operator dan scrub nures atau instrumentator.

B. TUJUAN
Tujuan dari gowning adalah:
1. Mencegah terjadinya kontaminasi dari perawat kepada klien
2. Mencegah pindahnya mikroorganisme dari perawat (teknik pertahanan)
3. Mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme/kuman dari klien ke perawat. (ex:mencegah
penularan AIDS, Hepatitis)
C. INDIKASI
Gaun operasi dipakai ketika akan dilakukan prosedur pembedahan. Untuk operasi bedah minorbiasanya
tidak memakai gaun operasi, namun cukup memakai baju operasi dan sarung tangan.

D. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


a. Ketika akan mengambil gaun operasi dari tempat steril maka harus cuci tangan steril terlebih dahulu.
b. Gaun diambil dengan memegang pada ban leher.

c. Ketika memakai gaun, pertahankan posisi gaun agar bagian bawah gaun tidak menyentuh lantai
operasi.
d. Bagian depan dari gaun operasi adalah area steril, jangan memegang bagian depan tanpa
perlindungan sarung tangan steril.

. Ketika akan melepas gaun, sarung tangan tidak boleh dilepas lebih dulu.

E. PROSEDUR KERJA
TAHAP PERSIAPAN
Persiapan Perawat:
a. Lakukan pengkajian: baca catatan keperawatan dan medis
b. Rumuskan diagnosa terkait, Buat perencanaan tindakan (intervensi)
c. Kaji kebutuhan tenaga perawat, minta perawat lain membantu jika perlu
d. Cuci tangan steril dan siapkan alat
e. Perawat telah memakai baju operasi.
Persiapan Alat:
1. Cap nursing/tutup kepala/topi operasi (bahan lentur, tali pengikat elastis)
2. Sepatu/sandal , Baju operasi steril, Gaun operasi steril, Masker dan Handuk steril
3. Tempat sampah
NB: jika tidak ada handuk atau waslap steril maka tangan tidak perlu dikeringkan.

TAHAP KERJA (PELAKSANAAN)


1. Jelaskan prosedur, tujuan, dan lamanya tindakan

2. Siapkan alat-alat gowning di meja peralatan steril

3. Lakukuan cuci tangan steril sebelumnya (prememori)

4. Keringkan tangan dengan haduk atau waslap steril


5. Buang handuk dan waslap tersebut ke tempat sampah
6. Ambil gaun dengan cara memegang gaun pada ban leher dengan tangan kiri sedang tangan kanan
diangkat setinggi bahu

7. Masukkan tangan kanan dengan posisi membentang ke lubang lengan gaun operasi
8. Setelah itu menyusul tangan kiri dimasukkan lubang lengan gaun berikutnya tanpa menyentuh
bagian luar gaun.

9. Perawat yang menggunakan gaun steril melangkah maju kemudian bagian tali gaun yang ada di leher
bagian belakang dan pinggang ditalikan oleh orang kedua (perawat sirkuler) dengan hati-hati.
10. Pertahankan agar gaun tidak menyentuh lantai
11. Jangan sampai menyentuh bagian depan dari gaun operasi.
12. Talikan tali dengan cara yang sederhana namun kuat sehingga tidak mudah lepas dan ketika
prosedur
operasi telah selesai mudah untuk dilepas.
13. Siap untuk mengikuti jalannya operasi

Personil di dalam industri farmasi mengenakan Alat Perlindungan Diri (APD)/Gowning berbeda-beda
tergantung dengan kelasnya. Ada baiknya warna baju APD dibedakan juga berdasarkan warna, agar
memudahkan membedakan dan mengawasi.

a.Gowning Kelas D dan E:

- Rambut dan jenggot hendaklah ditutup.


rambut dapat ditutup dengan nurse cap atau kain penutup kepala atau yang menyatu dengan pakaian
(seperti jumper). Untuk jenggot/kumis lebih baik meminta operator untuk mencukur daripada repor-
repot menutupnya.

- Pakaian pelindung reguler.

Pakaian harus dapat menutup badan, lengan sampai pergelangan tangan, kaki sampai pergelangan kaki.
Sebaiknya tidak menggunakan kancing tapi zipper.

- Sepatu yang sesuai atau penutup sepatu

Dapat menggunakan shoe cover untuk menutupi kaki atau menggunakan sepatu, sebaiknya dipilih
sepatu yang tidak menyerap air, terbuat dari bahan karet. Sebaiknya jangan menggunakan sepatu yang
terbuat dari kain karena dapat menyerap air/cairan dan menyebabkan bau.

b.Gowning Kelas C:

- Rambut dan jenggot/kumis hendaklah ditutup.

- Pakaian model terusan atau model celana-baju, bagian pergelangan tangan dapat diikat, memiliki leher
tinggi.

- Sepatu yang sesuai atau penutup sepatu.

- Pakaian bebas serat/partikulat.

c.Gowning Kelas A dan B:

- Penutup kepala hendaklah menutup seluruh rambut dan janggot/kumis; pentutup kepala hendaklah
diselipkan ke dalam leher baju.

- Penutup muka hendaklah dipakai.

- Model terusan atau model celana-baju yang bagian pergelangan tangan dapat diikat, memiliki leher
tinggi.

- Hendaklah dipakai sarung tangan steril bebas serbuk dan penutup kaki steril atau didesinfeksi.

- Ujung celana hendaklah diselipkan ke dalam penutup kaki dan ujung lengan baju diselipkan ke dalam
sarung tangan.

- Pakaian bebas serat/partikulat dan mampu menahan partikel yang dilepaskan dari tubuh.

- (Hendaklah menggunakan pelindung mata).


Pakaian kelas A/B ada yang sekali pakai ada yang dapat dicuci ulang (laundryable), sebaiknya dipilih yang
dapat dicuci kembali sehingga hemat. Pencucian baju steril juga harus terpisah dengan baju lainnya,
walaupun sebelum dipakai di autoclave/disterilisasi,akan lebih baik pencucian juga harus hati-hati untuk

meminimalisir resiko bakteri dan kerusakan.

KEGIATAN BELAJAR 6 : MANAJEMEN MUTU

Sub Capaian Mata Kegiatan

1.Peserta mampu mengedepankan kualitas suatu obat

2.Peserta mampu menciptakan dan menerapkan perencanaan mutu dan jaminan suatu obat

Uraian Materi

Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya,
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan
risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif.
Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang
memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam
perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan
dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan
secara benar.
Unsur dasar manajemen mutu adalah :
* Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses
dan sumber daya; dan
* Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang
tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut Pemastian Mutu.

Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan tersedianya personil yang
kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai. Tambahan tanggung
jawab hukum hendaklah diberikan kepada kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

1. 1 Konsep dasar Pemastian Mutu, CPOB dan Pengawasan Mutu adalah aspek manajemen mutu yang
saling terkait. Konsep tersebut diuraikan di sini untuk menekankan hubungan dan betapa pentingnya
unsur-unsur tersebut dalam produksi dan pengendalian obat.

1.2 Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara tersendiri
maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian Mutu
adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat
dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu
mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain di luar Pedoman ini, seperti desain dan pengembangan
produk.

Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi industri farmasi hendaklah memastikan bahwa :

a) desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memerhatikan persyaratan CPOB dan
Cara Berlaboratorium yang Baik;

b) semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan CPOB diterapkan;

c) tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan;

d) pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pasokan dan penggunaan bahan awal dan pengemas yang
benar;
e) semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan-selama-proses (in-process controls) lain
serta validasi yang diperlukan dilakukan;
f) pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses, pengemasan dan pengujian bets,
dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk distribusi. Penilaian hendaklah meliputi
semua faktor yang relevan termasuk kondisi pembuatan, hasil pengujian dan/atau pengawasan-selama-
proses, pengkajian dokumen produksi termasuk pengemasan, pengkajian penyimpangan dari prosedur
yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari Spesifikasi Produk Jadi dan pemeriksaan produk
dalam kemasan akhir;
g) obat tidak dijual atau dipasok sebelum kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang
tercantum dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan mutu
dan pelulusan produk tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat mungkin,
produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga
selama masa edar/simpan obat;
i) tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala mengevaluasi efektivitas dan
penerapan sistem Pemastian Mutu;

j) pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk memenuhi spesifikasi mutu yang
telah ditentukan oleh perusahaan;
k) penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat;

l) tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu produk

m) prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetujui; dan


n) evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses dan memastikan
perbaikan proses yang berkesinambungan.

KEGIATAN BELAJAR 7: CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB)


Sub Capaian Mata Kegiatan

1.Peserta mampu menjelaskan CPOB dengan benar di Industri Farmasi

2.Peserta mampu melaksanakan CPOB sesuai prosedur di Industri Farmasi

Uraian Materi

CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan
secara konsisten untukmencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan
dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk. CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan
Mutu. Persyaratan dasar dari CPOB adalah:
a) semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara sistematis berdasarkan
pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan
mutu dan spesifikasi yang telah ditetapkan;

b) tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana penunjang serta
perubahannya yang signifikan divalidasi;
c) tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk:
- personil yang terkualifikasi dan terlatih;
- bangunan dan sarana dengan luas yang memadai;
- peralatan dan sarana penunjang yang sesuai;
- bahan, wadah dan label yang benar;

- prosedur dan instruksi yang disetujui;dan


- tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai.
d) prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang jelas, tidak bermakna
ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang tersedia;

e) operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar;

f) pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama pembuatan yang
menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi yang
ditetapkan benar-benar dilaksanakan dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan
yang diharapkan. Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi;

g) catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran riwayat bets secara
lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam bentuk yang mudah diakses;

h) penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap mutu obat;

i) tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran;

j) keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu diinvestigasi serta dilakukan
tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan pengulangan kembali keluhan.
KEGIATAN BELAJAR 8 : PENGAWASAN MUTU

Sub Capaian Mata Kegiatan

1.Agar produk akhir mempunyai spesifikasi dengan standar mutu yang telah ditetapkan

2.Agar biaya desain produk, biaya inspeksi, dan biaya produksi dapat berjalan secara efisien.

Uraian Materi

Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi
dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa
pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak
digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan
dinyatakan memenuhi syarat. Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi Pengawasan Mutu.
Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk
memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat
diandalkan.

Persyaratan dasar dari Pengawasan Mutu adalah bahwa:

a) sarana dan prasarana yang memadai, personil yang terlatih dan prosedur yang disetujui tersedia
untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan
CPOB

b) pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi
dilakukan oleh personil dengan metode yang disetujui oleh Pengawasan Mutu;
c) metode pengujian disiapkan dan divalidasi (bila perlu);

d) produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan yang
disetujui pada saat pendaftaran, dengan derajatkemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas dalam
wadah yang sesuai dan diberi label yang benar;

e) dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan, dan produk jadi secara formal dinilai dan dibandingkan terhadap spesifikasi; dan
f) sampel pertinggal dari bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah yang cukup untuk
dilakukan pengujian ulang bila perlu. Sampel produk jadi disimpan dalam kemasan akhir kecuali untuk
kemasan yang besar.

Pengawasan Mutu secara menyeluruh juga mempunyai tugas lain, antara lain menetapkan,
memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu, mengevaluasi, mengawasi, dan
menyimpan baku pembanding, memastikan kebenaran label wadah bahan dan produk, memastikan
bahwa stabilitas dari zat aktif dan obat jadi dipantau, mengambil bagian dalam investigasi keluhan yang
terkait dengan mutu produk, dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan lingkungan. Semua
kegiatan tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis dan jika perlu dicatat.

KEGIATAN BELAJAR 9 : PERSONALIA

Sub Capaian Mata Kegiatan

1.Peserta mampu menjadi personil yg sehat dan terkualifikasi agar proses produksi dapat berjalan
dengan baik.

2.Semua peserta (personil) harus memahami prinsip CPOB agar produk yang dihasilkan bermutu.

Uraian Materi

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang
memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung-jawab untuk
menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua
tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil
hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk
instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan.

Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis dalam
jumlah yang memadai. Tiap personil tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari
risiko terhadap mutu obat.
Industri farmasi harus memiliki struktur rganisasi. Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada
posisi penanggungjawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh
didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai. Hendaklah
aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang
tercantum pada uraian tugas.

Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu.Kepala
bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan
Mutu harus independen satu terhadap yang lain.

KEGIATAN BELAJAR 10 : ORGANISASI, KUALIFIKASI DAN TANGGUNG JAWAB


Sub Capaian Mata Kegiatan

1.Masing-masing peserta (personil) hendaklah menjalankan wewenang penuh dan dapat melaksanakan
tugasnya secara efektif.

2.Peserta (personil) tidak mempunyai kepentingan lain di luar organisasi yang dapat menghambat atau
membatasi kewajibannya dalam melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan konflik
kepentingan pribadi atau finansial.
Uraian Materi

Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian produksi, manajemen
mutu (pemastian mutu)/pengawasan mutu dipimpin oleh orang berbeda serta tidak saling bertanggung
jawab satu terhadap yang lain.

Kepala bagian Produksi hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh
pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan
keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala
bagian Produksi hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat,
termasuk:

a) memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar memenuhi persyaratan mutu
yang ditetapkan;
b) memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan memastikan bahwa
petunjuk kerja diterapkan secara tepat;

c) memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh Kepala Bagian Produksi
sebelum diserahkan kepada kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu);
d) memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian produksi;

e) memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan


f) memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya
dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.

Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang terkualifikasi dan lebih diutamakan seorang
Apoteker, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan
keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala
bagian Pengawasan Mutu hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam pengawasan
mutu, termasuk:

a) menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk
jadi;
b) memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan;
c) memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan contoh, metode pengujian
dan prosedur pengawasan mutu lain;

d) memberi persetujuan dan memantau semua kontrak analisis;

e) memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian pengawasan mutu;
f) memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan

g) memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya


dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.

Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar dan
terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan
keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh
untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan sistem mutu/pemastian mutu, termasuk:
a) memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu;
b) ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan acuan mutu perusahaan;
c) memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala;
d) melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu;
e) memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit terhadap pemasok);
f) memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi;

g) memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Otoritas Pengawasan Obat (OPO) yang
berkaitan dengan mutu produk jadi;

h) mengevaluasi/mengkaji catatan bets; dan


i) meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan semua faktor
terkait.

Masing-masing kepala bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkansemua aspek yang berkaitan dengan mutu, yang
berdasarkan peraturan OPO mencakup:

a) otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen;


b) pemantauan dan pengendalian lingkungan pembuatan obat;
c) higiene pabrik;
d) validasi proses;
e) pelatihan;
f) persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan;
g) persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat atas dasar kontrak;
h) penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk;
i) penyimpanan catatan;

j) pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB;

k) inspeksi, penyelidikan dan pengambilan sampel, untuk


l) pemantauan faktor yang mungkin berdampak terhadap mutu produk.

KEGIATAN BELAJAR 11 : BANGUNAN DAN FASILITAS

Sub Capaian Mata Kegiatan

1.Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang
memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan
operasi yang benar.

2.Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya
kekeliruan, pencemaran-silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan
perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran-silang, penumpukan debu atau kotoran, dan
dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.

Uraian Materi

Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari


lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri lain
yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang
efektif terhadap pencemaran tersebut.
Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat dengan tepat agar memperoleh
perlindungan maksimal dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarangnya
serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk
pengendalian binatang pengerat dan hama.
Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat. Bangunan serta fasilitas hendaklah
dibersihkan dan, dimana perlu,didisinfeksi sesuai prosedur tertulis yang rinci. Catatan pembersihan dan
disinfeksi hendaklah disimpan.

Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, areapenyimpanan, koridor dan
lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan
hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki di mana perlu.Perbaikan dan perawatan bangunan dan
fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu obat pasokan.
Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat agar tidak
mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap produk
selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau terhadap ketepatan / ketelitian fungsi dari peralatan.

Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan :

a) kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di dalam sarana yang sama atau
sarana yang berdampingan; dan

b) pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi personil dan bahan atau
produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang sedang diproses.
Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah masuknya personil yang tidak
berkepentingan. Area produksi, area penyimpanan dan area pengawasan mutu tidak boleh digunakan
sebagai jalur lalu lintas bagi personil yang tidak bekerja di area tersebut.

Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang ditentukan:


- penerimaan bahan
- karantina barang masuk
- penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas
- penimbangan dan penyerahan bahan atau produk

- pengolahan

- pencucian peralatan

- penyimpanan peralata
- penyimpanan produk ruahan
- pengemasan
- karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir;
-pengiriman produk dan
- laboratorium pengawasan mutu.
KEGIATAN BELAJAR 12 : PERALATAN

Sub Capaian Mata Kegiatan

1.Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang
memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta
seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan.

Uraian Materi
A.Desain dan Konstruksi

Desain dan konstruksi peralatan hendaklah memenuhi persyaratan sebagai berikut:


- peralatan hendaklah didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya;
- permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak
boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian
di luar batas yang ditentukan;

- bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas atau pendingin tidak boleh
bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak memengaruhi identitas, mutu atau
kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi;
- peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas dan hal sejenis atau karena
perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat;
- peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan tersebut hendaklah
dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan.

B.Pemasangan dan Penempatan

- Peralatan hendaklah ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil kemungkinan terjadinya


pencemaran silang antar bahan di area yang sama. Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa
untuk menghindari risiko kekeliruan atau pencemaran.
- Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan
serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan campur-baur produk.

- Semua sabuk (belt) dan pulley mekanis terbuka hendaklah dilengkapi dengan pengaman.
- Air, uap dan udara bertekanan atau vakum serta saluran lain hendaklah dipasang sedemikian rupa agar
mudah diakses pada tiap tahap proses. Pipa hendaklah diberi penandaan yang jelas untuk menunjukkan
isi dan arah aliran.
- Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda dengan nomor identitas yang jelas. Nomor ini
dicantumkan di dalam semua perintah dan catatan bets untuk menunjukkan unit atau peralatan yang
digunakan pada pembuatan bets tersebut kecuali bila peralatan tersebut hanya digunakan untuk satu
jenis produk saja.
- Peralatan yang rusak, jika memungkinkan, hendaklah dikeluarkan dari area produksi dan pengawasan
mutu, atau setidaknya, diberi penandaan yang jelas.

C. Perawatan

- Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat
memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.

- Kegiatan perbaikan dan perawatan hendaklah tidak menimbulkan risiko terhadap mutu produk.
- Bahan pendingin, pelumas dan bahan kimia lain seperti cairan alat penguji suhu hendaklah dievaluasi
dan disetujui dengan proses formal.

- Prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaklah dibuat dan dipatuhi.


- Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicatat dalam buku log alat
yang menunjukkan tanggal, waktu, produk,kekuatan dan nomor setiap bets atau lot yang diolah dengan
alat tersebut. Catatan untuk peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat ditulis
dalam catatan bets.
KEGIATAN BELAJAR 13 : PRODUKSI

Sub Capaian Mata Kegiatan :

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan; dan memenuhi
ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu
serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).

Uraian Materi

Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.


Penanganan bahan dan produk jadi,seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel,
penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan
sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.
Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan kesesuaian-nya dengan
pemesanan. Wadah hendak-lah dibersihkan dan bilamana perlu diberi penandaan dengan data yang
sesuai.
Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu bahan hendaklah
diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada Bagian Pengawasan Mutu.
Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera setelah
diterima atau diolah, sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau distribusi.

Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani seperti penerimaan bahan awal.
Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur pada kondisi yang disarankan oleh
pabrik pembuatnya dan diatur sedemikian agar ada pemisahan antar bets dan memudahkan rotasi stok.
Pemeriksaan jumlah hasil nyata dan rekonsiliasinya hendaklah dilakukan sedemikian untuk memastikan
tidak ada penyimpangan dari batas yang telah ditetapkan.

Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam
ruang kerja yang sama kecuali tidak ada risiko terjadinya campur baur ataupun kontaminasi silang.
Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba atau
pencemaran lain.
Bila bekerja dengan bahan atau produkbkering, hendaklah dilakukan tindakan khusus untuk mencegah
debu timbul serta penyebarannya. Hal ini terutama dilakukan pada penanganan bahan yang sangat aktif
atau menyebabkan sensitisasi.
Selama pengolahan, semua bahan,wadah produk ruahan, peralatan atau mesin produksi dan bila perlu
ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang
diolah, kekuatan (bila ada) dan nomor bets. Bila perlu, penandaan ini hendaklah juga menyebutkan
tahapan proses produksi.
Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan dengan format yang telah
ditetapkan.Label yang berwarna seringkali sangat membantu untuk menunjukkan status (misalnya:
karantina, diluluskan, ditolak, bersih dan lain-lain).
Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan pipa penyalur dan alat lain untuk transfer produk dari
satu ke tempat lain yang telah terhubung dengan benar.
Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur sedapat mungkin dihindarkan. Bila terjadi
penyimpangan maka hendaklah ada persetujuan tertulis dari kepala bagian Pemastian Mutu dan bila
perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu.
Akses ke bangunan dan fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk personil yang berwenang.
Pada umumnya pembuatan produk nonobat hendaklah dihindarkan dibuat di area dan dengan
peralatan yang khusus untuk produk obat.
KEGIATAN BELAJAR 14 : INSPEKSI DIRI DAN AUDIT MUTU

Sub Capaian Mata Kegiatan

1.Untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi
ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

Uraian Materi

Inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk
menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen
dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Ada manfaatnya bila juga menggunakan auditor
luar yang independen. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu,pada situasi
khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang.
Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan.Prosedur dan catatan inspeksi diri
hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yg efektif.

A.Aspek Untuk Inspeksi Diri

Hendaklah dibuat daftar periksa inspeksi diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan
seragam. Daftar ini hendaklah berisi pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang mencakup antara lain:

- Personalia

- Bangunan termasuk fasilitas untuk personil


- Bangunan dan peralatan
- Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi
- Peralatan

- Pengolahan dan pengawasan selama proses


- Pengawasan Mutu
- Dokumentasi
-Sanitasi dan higiene
- Program validasi dan re-validasi

- Kalibrasi alat atau sistem pengukuran

- Prosedur penarikan kembali obat jadi


- Penanganan keluhan
- Pengawasan label dan
- Hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan.

B.Tim Inspeksi Diri


Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri yang paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) anggota yang
berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Anggota tim dapat dibentuk
dari dalam atau dari luar perusahaan. Tiap anggota hendaklah independen dalam melakukan inspeksi
dan evaluasi.

C.Audit Mutu

Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan
dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk
meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau
tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas
terhadap pemasok dan penerima kontrak.
D.Audit dan Persetujuan Pemasok

Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah bertanggung jawab bersama bagian lain
yang terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan
bahan pengemas dan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
Hendaklah dibuat daftar pemasok yang disetujui untuk bahan awal dan bahan pengemas. Daftar
pemasok hendaklah ditinjau ulang secara berkala.
Hendaklah dilakukan evaluasi sebelum pemasok disetujui dan dimasukkan ke dalam daftar pemasok
atau spesifikasi. Evaluasi hendaklah mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang
dipasok.Jika audit diperlukan, audit tersebut hendaklah menetapkan kemampuan pemasok dalam
pemenuhan standar CPOB.
Semua pemasok hendaklah dievaluasi secara teratur.

KEGIATAN BELAJAR 15 : PENANGANAN KELUHAN TERHADAP PRODUK, PENARIKAN KEMBALI PRODUK


DAN PRODUK KEMBALIAN

Sub Capaian Mata Kegiatan

1.Peserta mampu mengkaji semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan sesuai dengan prosedur tertulis.

Uraian Materi

Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup
penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau
seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan kembali produk dilakukan apabila ditemukan
produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta
berisiko terhadap kesehatan. Penarikan kembali produk dari peredaran dapat mengakibatkan
penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah
beredar, yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan,
kadaluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan
akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.

A.Keluhan

Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani keluhan dan memutuskan
tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang memadai untuk membantunya. Apabila personil
tersebut bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami cara
penanganan seluruh keluhan,penyelidikan atau penarikan kembali produk.
Laporan dan keluhan mengenai produk dapat disebabkan oleh:
a) keluhan mengenai mutu yang berupa kerusakan fisik, kimiawi atau biologis dari produk atau
kemasannya;
b) keluhan atau laporan karena reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi fatal atau reaksi
hampir fatal dan reaksi medis lain; dan

c) keluhan atau laporan mengenai efek terapetik produk seperti produk tidak berkhasiat atau respon
klinis yang rendah.
Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi, tindak lanjut yang sesuai,
termasuk pertimbangan untuk penarikan kembali produk, dalam menanggapi keluhan terhadap obat
yang diduga cacat. Tiap laporan dan keluhan hendaklah diselidiki dan dievaluasi secara menyeluruh dan
mendalam mencakup:
a) pengkajian seluruh informasi mengenai laporan atau keluhan;

b) inspeksi atau pengujian sampel obat yang dikeluhkan dan diterima serta, bila perlu, pengujian sampel
pertinggal dari bets yang sama; dan

c) pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan bets, catatan distribusi dan laporan
pengujian dari produk yang dikeluhkan atau dilaporkan.
Penanganan keluhan dan laporan suatu produk termasuk hasil evaluasi dari penyelidikan serta tindak
lanjut yang dilakukan hendaklah dicatat dan dilaporkan kepada manajemen atau bagian yang terkait.
Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk menetapkan apakah keluhan disebabkan oleh pemalsuan.

Tiap keluhan yang menyangkut kerusakan produk hendaklah dicatat yang mencakup rincian mengenai
asal-usul keluhan dan diselidiki secara menyeluruh dan mendalam. Kepala bagian Pengawasan Mutu
hendaklah dilibatkan dalam pengkajian masalah tersebut.

B.Penarikan Kembali Produk

Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk melaksana-kan dan mengoordinasikan
penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang oleh staf yang memadai untuk menangani semua
aspek penarikan kembali sesuai dengan tingkat urgensinya. Personil tersebut hendaklah independen
terhadap bagian penjualan dan pemasaran. Jika personil ini bukan kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami segala operasi penarikan kembali.
Hendaklah tersedia prosedur tertulis, yang diperiksa secara berkala dan dimutakhirkan jika perlu, untuk
meng-atur segala tindakan penarikan kembali.
Operasi penarikan kembali hendaklah mampu untuk dilakukan segera dan tiap saat.

Keputusan penarikan kembali produk:

a) dapat diprakarsai oleh industri farmasi atau atas perintah Otoritas Pengawasan Obat;
b) secara intern hendaklah datang dari kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan
manajemen perusahaan;

c) dapat melibatkan satu bets atau lebih atau seluruh bets produk akhir; dan
d) dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan produk.
Pelaksanaan Penarikan Kembali

a) Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah diketahui ada produk yang
cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan ;
b) Pemakaian produk yang berisiko tinggi terhadap kesehatan, hendaklah dihentikan dengan cara
embargo yang dilanjutkan dengan penarikan kembali dengan segera.Penarikan kembali hendaklah
menjangkau sampai tingkat konsumen;

c) Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi, hendaklah menjamin bahwa
embargo dan penarikan kembali dilaksanakan secara cepat, efektif dan tuntas.

C.Produk Kembalian

Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan, penyelidikan dan pengujian produk
kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus
dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi secara kritis. Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian
dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat dikembalikan ke dalam
persediaan;
b) produk kembalian yang dapat diproses ulang; dan
c) produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses ulang.
Prosedur hendaklah mencakup:
a) identifikasi dan catatan mutu produk kembalian;
b) penyimpanan produk kembalian dalam karantina;
c) penyelidikan, pengujian dan analisis produk kembalian oleh bagian Peng-awasan Mutu;
d) evaluasi yang kritis sebelum manajemen mengambil keputusan apakah produk dapat diproses ulang
atau tidak; dan

e) pengujian tambahan terhadap persyaratan dari produk hasil pengolahan ulang.


Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan.Prosedur pemusnahan bahan
atau pemusnahan produk yang ditolak hendaklah disiapkan. Prosedur ini hendaklah mencakup tindakan
pencegahan terhadap pencemaran lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang
tidak mempunyai wewenang.
KEGIATAN BELAJAR 16 : PEMBUATAN DAN ANALISIS BERDASARKAN KONTRAK

Sub Capaian Mata Kegiatan

1.Peserta dapat memahami tentang Analisis Kontrak

2.Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan
untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu
yang tidak memuaskan.

Uraian Materi

Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas menentukan
tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur
pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Catatan: Bab ini meliputi tanggung jawab industri farmasi terhadap Otoritas Pengawasan Obat (OPO)
dalam hal pemberian izin edar dan pembuatan obat. Hal ini tidak dimaksudkan untuk memengaruhi
tanggung jawab legal dari Penerima Kontrak dan Pemberi Kontrak terhadap konsumen.

Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi pembuatan dan/atau analisis obat yang dikontrakkan
dan semua pengaturan teknis terkait.
Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk usul perubahan dalam
pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan izin edar untuk produk bersangkutan.
Kontrak hendaklah mengizinkan Pemberi Kontrak untuk mengaudit sarana dari Penerima Kontrak

KONTRAK
Kontrak hendaklah dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak dengan menetapkan tanggung
jawab masing-masing pihak yang berhubungan dengan produksi dan pengendalian mutu produk. Aspek
teknis dari kontrak hendaklah dibuat oleh personil yang kompeten yang mempunyai pengetahuan yang
sesuai di bidang teknologi farmasi, analisis dan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Semua pengaturan
pembuatan dan analisis harus sesuai dengan izin edar dan disetujui oleh kedua belah pihak.

Kontrak hendaklah menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan dan
memastikan bahwa tiap bets telah dibuat dan diperiksa pemenuhannya terhadap persyaratan izin edar
yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Kontrak hendaklah menguraikan secara jelas penanggung jawab pengadaan, pengujian dan pelulusan
bahan, produksi dan pengendalian mutu, termasuk pengawasanbselama proses, dan penanggung jawab
pengambilan sampel dan fungsi analisis. Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, kontrak hendaklah
menyatakan apakah Penerima Kontrak mengambil atau tidak mengambil sampel di sarana pembuat
obat.

Catatan pembuatan, analisis dan distribusi, dan sampel pertinggal hendaklah disimpan oleh, atau
disediakan untuk, Pemberi Kontrak.Semua catatan yang relevan untuk penilaian mutu produk, bila
terjadi keluhan atau cacat produk, harus dapat diakses dan ditetapkan dalam prosedur penanganan
produk cacat dan penarikan kembali obat yang dibuat oleh Pemberi Kontrak.

Kontrak hendaklah memuat izin Pemberi Kontrak untuk menginspeksi sarana Penerima Kontrak. Dalam
hal analisis berdasarkan kontrak,Penerima Kontrak hendaklah memahami bahwa dia merupakan subjek
untuk diinspeksi oleh Otoritas Pengawasan Obat (OPO)
Kontrak hendaklah menguraikan penanganan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan ruahan,
dan produk jadi bila bahan atau produk tersebut ditolak. Kontrak hendaklah juga menguraikan prosedur
yang harus diikuti bila analisis berdasarkan kontrak menunjukkan bahwa produk yang diuji harus ditolak.

Anda mungkin juga menyukai