Anda di halaman 1dari 20

MEDIA SOSIAL SEBAGAI PENDUKUNG JARINGAN

KOMUNIKASI POLITIK

Eko Harry Susanto


Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara Jakarta, Jl. S.Parman No.1 Jakarta 11440
No. Telp. (021) 56960586
Email : ekos@fikom.untar.ac.id

Abstract
Communication and information technology development makes it easier for interaction between individuals
and groups. Message and news traffic are not fully controlled by the state, but are free to flow to public. Therefore,
social media that have power to disseminate information, be an option to influence, motivate, and perform
actions desired by message spreaders. At the same time, dominance of mainstream mass media is fading away.
This study aims to: (1) describe social media users without socioeconomic and political differences, (2) analyze
social media and mass media efforts to reach audiences, (3) observe social media as a supporter of political
communication networks in democratic state. This study, using qualitative methods, aims to provide a holistic
picture of social media in relation to the political communication network utilized by individuals, groups and
various political entities. The results of this study are, users of social media are not bound by social, economic
and political status; Social media and mainstream mass media have different characters in spreading messages
to audiences; And social media is a supporting of political communication network in democracy of the state.

Keywords: social media, mainstream mass media, political communication network, state democracy.

Abstrak
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi semakin memudahkan interaksi antar individu
maupun kelompok. Lalu lintas pesan dan pemberitaan tidak sepenuhnya dikuasai negara tetapi
bebas mengalir pada khalayak. Media sosial yang memiliki kekuatan dalam penyebaran informasi
menjadi pilihan untuk mempengaruhi, memotivasi, dan melakukan tindakan yang dikehendaki oleh
penyebar pesan. Pada saat yang bersamaan, dominasi media massa arus utama semakin memudar.
Penelitian ini bertujuan : (1) menggambarkan pengguna media sosial tanpa perbedaan sosial ekonomi
dan politik, (2) menganalisis upaya media sosial dan media massa menjangkau khalayak, (3) menelaah
media sosial sebagai pendukung jaringan komunikasi politik dalam demokrasi bernegara. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif untuk memberikan gambaran holistik tentang media sosial dalam
kaitannya dengan jaringan komunikasi politik yang dimanfaatkan oleh individu, kelompok maupun
berbagai entitas politik. Hasil penelitian ini adalah pengguna media sosial tidak terikat oleh status
sosial, ekonomi dan politik; media sosial dan media massa arus utama memiliki karakter berbeda
dalam menyebarkan pesan kepada khalayak; dan media sosial merupakan pendukung jaringan
komunikasi politik dalam demokrasi bernegara.

Kata kunci: media sosial, media massa arus utama, jaringan komunikasi politik, demokrasi bernegara

Pendahuluan Statistics, 2016). Pola penyebaran pesan


Media sosial berkembang pesat sejalan yang cenderung bebas memiliki maksud
dengan pertumbuhan dan kemudahan akses agar segera diketahui publik menjadi tujuan
informasi yang didukung oleh kekuatan dari para pengguna media sosial, maka
teknologi komunikasi. Media sosial tidak menjadi persoalan apakah informasi
memiliki pengguna aktif sebesar 79 juta. yang disebarkan itu akurat sesuai prinsip
Indonesia merupakan salah satu negara pemberitaan yang baik dan benar. Kecepatan
teraktif di media sosial (Global Media pesan tanpa sumber yang dapat dipercaya

379
380 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 3, Juli 2017, hlm 379-398

dan sesuai fakta cenderung berdampak dikarenakan berlimpahnya pesan, pemberitaan


buruk terhadap dinamika kehidupan politik dan informasi yang bermuatan saling mengritik,
bernegara. prasangka berlebihan, subyektivisme, sikap
Pew Research Center memaparkan sektarianisme, komunalisme dan semangat
dalam penelitiannya tentang Media Baru sub nasional. Memang tidak semua orang
di Amerika Serikat bahwasanya konsumsi menilai positif tentang media sosial sebagai
berita online meningkat tajam. Responden sumber informasi, karena itu penting untuk
pada tahun 2011-2012 memperoleh berita mempertimbangkan kritik dan kelemahannya
secara online mencapai 50%, sedikit lebih (Cann, Dimitriou and Hooley, 2012 : 11).
kecil dari televisi, tapi jauh melebihi Isi pesan media sosial yang tersebar bebas
surat kabar yang hanya mencapai 29 dan mudah diakses, seolah-olah menafikan
% dan radio sekitar 33%. (Macnamara, keberadaan media massa utama sebagai
2014:6). Responden mendapatkan berita sumber berita faktual yang berlandaskan
dan informasi dari media dan jejaring pada etika pemberitaan. Media sosial dalam
sosial seperti blog, mikroblog (twitter) lingkup media baru memiliki sifat yang
dan Facebook sejumlah 19%, sedangkan fleksibel. Media baru merupakan media
8% lainnya mendengarkan podcast untuk yang menawarkan digitilisasi, konvergensi,
mengakses berita dan informasi. interaktif, dan pengembangan jaringan dalam
Media sosial di Indonesia memiliki pembuatan pesan dan penyampaian pesan
kecenderungan pemberitaan politik melalui (Flew, 2002: 11-22). Pengguna media baru
akun individu, kelompok, maupun pihak-pihak memiliki kemampuan untuk menawarkan
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan interaktifitas, memiliki pilihan informasi yang
sebagai sumber informasi yang layak. dibutuhkan, sekaligus mampu mengendalikan
Masyarakat penerima pesan juga tidak informasi yang dihasilkan sesuai yang
menghiraukan tentang keakuratan maupun diinginkannya. Media baru yang berkembang
keabsahan informasi, yang terpenting adalah pesat memiliki salah satu kekuatan yaitu
memenuhi kebutuhan informasi sepihak kemampuan menawarkan relasi interaktif.
sesuai dengan kepentingan. Direktorat Penggunaan media sosial yang semakin
Reskrimsus Polda Metro Jaya mendeteksi kuat ini meminggirkan media massa
ada ribuan akun media sosial dan media mainstream dalam persaingan penyebaran
online yang menyebarkan informasi hoax, informasi yang berhubungan dengan
provokasi, hingga menyangkut Suku Agama politik dan kekuasaan negara. Data Serikat
Ras dan Antar Golongan (SARA). Sekitar Perusahaan Pers (SPS) menyebutkan,
300 akun telah diblokir dengan motif politik dalam 6 tahun terakhir terjadi penurunan
yang bertujuan agar banyak dikunjungi oleh oplah surat kabar nasional secara signifikan.
pengguna media sosial. (Kominfo, 2017) Jumlah oplah pada 2011 masih berkisar
Kehidupan politik di Indonesia rentan 9 juta lebih, namun pada 2016 menyusut
terhadap konflik antar kelompok politik yang 11% menjadi sekitar 8 juta (Industri
Eko Harry Susanto. Media Sosial Sebagai Pendukung... 381

Bisnis, 2017). Media massa mainstream memanas, masyarakat lebih menyukai


ataupun media massa konvensional pesan media sosial yang bermuatan kritik
menjadi kehilangan sejumlah khalayak dan tuduhan negatif terhadap kelompok
(Merdeka, 2107). Perjalanan media massa politik yang tidak sejalan, maka wajar jika
dianggap berliku pasca reformasi politik semakin keras kritik yang meskipun tidak
yang mengusung transparansi komunikasi berdasarkan pada aspek faktual justru
menjadi sirna tergerus oleh eksistensi media menjadi semakin disukai dan berkembang
sosial yang bebas tetapi mengabaikan aspek pesat tanpa batasan stratifikasi sosial,
kebenaran. Litbang Kompas menunjukkan ekonomi dan politik.
data selama bulan November 2014 sampai Kekuatan dan popularitas media sosial,
dengan Oktober 2015, percakapan negatif di partai politik, institusi politik, kelompok-
media sosial dalam kisaran 61 % sedangkan kelompok politik, dan berbagai entitas
percakapan positif hanya 39 % (Litbang di masyarakat yang bersentuhan dengan
Kompas, 2015). pemerintah dan kekuasaan negara, berupaya
Reformasi tahun 1998 sebagaimana memanfaatkan media sosial sebagai
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun pendukung kekuatan untuk mempengaruhi
1999 tentang Pers merupakan tonggak khalayak. Kelompok-kelompok politik
demokrasi politik, memiliki kepedulian ini menggalang opini untuk menyalahkan
tinggi terhadap peran media massa pihak yang tidak disukai dan secara
untuk menjaga keberadaban kehidupan berkesinambungan mengeksplorasi pesan
berbangsa dan bernegara. Media massa dalam aroma persaingan. Media sosial
pasca reformasi politik melepaskan diri dalam jaringan resmi kelompok politik
dari belenggu ketertutupan dan sensor tidak berdiri sendiri dalam mengeksplorasi
sehingga membatasi hak untuk memperoleh informasi untuk kepentingan kelompok,
dan menggunakan informasi. Pola sebab muncul sedemikian banyak media
penyebaran pesan tidak lagi sepenuhnya sosial dari pendukung dan simpatisan yang
diwarnai oleh ketertundukan dalam menyebarkan berita-berita bohong yang
jerat regulasi kerahasiaan dan hegemoni tidak sejalan dengan sikap resmi lembaga
politik pemerintah yang berkuasa. Semua ataupun kelompok politik.
keunggulan sebagai pendukung demokrasi Bingkai kontestasi politik yang me­
politik tersebut seolah kurang bermakna nyebarkan berita bohong menyebabkan
ketika masyarakat lebih mengandalkan ketidakpastian di masyarakat. Informasi yang
media sosial untuk memenuhi kebutuhan sifatnya menghasut, menyebarkan kebencian,
informasi. dan pesan negatif lain untuk kelompok lawan
Masyarakat lebih percaya terhadap politiknya berpotensi menimbulkan konflik
media sosial meskipun menyadari bahwa antar kelompok. Media sosial sebagai media
akurasinya tidak terjamin. Dalam situasi alternatif yang didukung oleh kekuatan
persaingan politik antar kelompok yang teknologi komunikasi, sesungguhnya me­
382 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 3, Juli 2017, hlm 379-398

miliki banyak manfaat dalam rangka pengaruh politik ataupun pemilik modal
me­ningkatkan pemahaman terhadap yang berkepentingan mencari keuntungan.
demokratisasi komunikasi menuju masyarakat Permasalahan pada penelitian ini adalah
informasi yang adil sejahtera. Media sosial bagaimana media sosial dengan pengguna
yang dimanfaatkan untuk hal positif tentu saja yang beragam menjangkau khalayak yang
mampu membangun jaringan komunikasi terhubung dalam jaringan komunikasi
politik yang interaktif diantara kelompok politik. Konteks penelitian ini berfokus
politik dengan pasa simpatisan atau massa. pada media sosial yang dimanfaatkan oleh
Indonesia yang memiliki perkembangan pengguna untuk mendukung komunikasi
demokrasi secara pesat pasca reformasi politik, dalam meraih, mendukung serta
politik, membuktikan bahwa media sosial mengkritisi figur, kelompok maupun institusi
memberikan kontribusi maksimal dalam politik. Tujuan penelitian antara lain; (1)
menciptakan kebebasan berkomunikasi. menggambarkan pengguna media sosial
Media sosial mudah dimanfaatkan oleh setiap tanpa perbedaan sosial ekonomi dan politik,
individu karena karakternya yang fleksibel (2) menganalisis upaya media sosial dan
pada institusi maupun kelompok, untuk media massa arus utama dalam menjangkau
melakukan penyebaran pesan yang tidak khalayak, (3) menelaah media sosial sebagai
sejalan dengan keberadaban dalam berbangsa pendukung jaringan komunikasi politik
dan bernegara. dalam demokrasi bernegara.
Media massa utama yang diharapkan Hasil penelitian terdahulu tentang
dapat menyebarkan informasi dengan media sosial dan komunikasi politik yang
transparan, masuk dalam perangkap sebagai dilakukan oleh Afdal Makkuraga Putra
media partisan yang terselubung maupun menjelaskan bahwa dalam pemilihan kepala
terang-terangan mendukung kekuatan daerah di Banten tahun 2011, media baru
politik tertentu. Hal tersebut mengakibatkan atau situs jejeraing sosial seperti facebook
masyarakat tidak percaya sepenuhnya ter­ dan twitter dimanfaatkan untuk kepentingan
hadap media mainstream atau media arus komunikasi politik, tetapi hanya bersifat
utama yang memiliki ikatan dengan kelompok informasi yang kurang interaktif (Putra,
ataupun organisasi politik di Indonesia. 2011).
Kondisi ini tidak terlepas dari Penelitian lain dari dari Julia Caplan,
pengalaman masa lalu. Penyebaran informasi dalam pemilihan anggota Konggres di
diawasai dengan ketat oleh pemerintah Amerika Serikat tahun 2012 menunjukkan
yang berkuasa sebagai pihak yang memiliki bahwa para kandidat yang bersaing
kekuatan besar dalam mengendalikan menggunakan media sosial, terutama twitter
media massa untuk kepentingan politik untuk menyebarkan informasi. Jejaring
pemerintah. Lembaga ataupun institusi sosial sebagai alat untuk menarik pemilih
pengelola media massa konvensional dalam struktur sosial demi memperoleh
dinilai sebagai media yang tidak bebas dari kemenangan dalam persaingan. Twitter
Eko Harry Susanto. Media Sosial Sebagai Pendukung... 383

yang sangat popular menciptakan peluang sosial yang semakin menguat di masyarakat
bagi para politisi di ranah politik, memiliki menjadikan media massa arus utama harus
guna untuk memotivasi dan mengaktifkan berupaya mengimbangi dengan informasi
pengikut mereka dan membedakan diri dari yang bermutu. Media massa merupakan
pesaingnya (Caplan, 2013) lembaga sosialisasi pesan formal maupun
Teori yang digunakan adalah teori informal yang penting dalam bermasyarakat
komunikasi politik dan jaringan komunikasi (Blake dan Haroldsen, 2009:79). Media
politik dalam perspektif makna yang massa dalam sistem makro merupakan
muncul pada interaksi antar manusia. subsistem di masyarakat yang dapat
Teori pendukung penelitian ini mencakup mengontrol dan membagikan pengetahuan”
eksistensi media sosial, media massa arus (Donohue, Tichenor & Olien, 1973: 652) .
utama atau media tradisional, dan teori Sistem pers adalah sub-sistem dari sistem
demokrasi bernegara. politik, dan media massa memegang
Media Sosial merupakan jaringan peranan penting di dalam kehidupan politik
untuk berkomunikasi melalui teks, video, (McQuail, 2010). Politik disosialisasikan
blog, foto, update status di situs Facebook, melalui media massa untuk mempengaruhi
MySpace, LinkedIn dan lain-lain dalam khalayak, memperoleh dukungan, maupun
bentuk percakapan online yang mudah memperkecil permusuhan dalam suatu
diakses (Alejandro, 2010:1). Sedangkan sistem politik masyarakat (Castells, 2007:
Schottmuller menyatakan bahwa media 240). Negara demokratis perlu memiliki
sosial esensinya sebagai saluran komunikasi, media yang bebas dan independen
atau alat yang digunakan untuk menyimpan, untuk pengembangan demokrasi yang
mengakumulasikan, berbagi, berdiskusi atau mendorong semua kelompok yang ada
menyampaikan informasi dalam komunitas di masyarakat dapat berpartisipasi dalam
online (https://www.marketingprofsu. com/ mencapai kesejahteraan dan pembangunan
Angie Schottmuller, akses 22 Januari 2017). berkelanjutan (Dietz dan Osang, 2010: 8).
Media sosial didukung oleh teknologi Pencapaian tujuan dalam perpektif
komunikasi, antara lain dalam bentuk forum komunikasi politik yang integratif memer­
internet, weblog, blog sosial, microblogging, lukan jaringan komunikasi politik yang
wiki, podcast, foto atau gambar, video, dan terpola. Jaringan komunikasi berkembang
perangkat lain dalam penggunaan informasi. pesat dan mengalami perubahan karena
(Kaplan & Haenlein, 2010: 62). Media sosial didukung oleh pengintegrasian komputer
juga memberikan layanan dalam interaksi dan teknologi komunikasi untuk mendukung
melalui teknologi dengan media internet proses sosial, budaya dan ekonomi dalam
disebut interactive media (Burke, 2000: 380). suatu sistem kolektif (Fulk & DeSanctis,
Media sosial merupakan cara baru 1999). Jaringan komunikasi menawarkan
dalam berkomunikasi yang lebih interaktif satu jalan untuk saling bergantung, men­
(Karjaluoto, 2008: 2). Eksistensi media ciptakan ikatan diantara orang-orang yang
384 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 3, Juli 2017, hlm 379-398

ada di dalamnya melalui teknologi digital, sistem politik kepada sistem politik yang
kecepatan komunikasi dalam membangun lain, dan antara sistem sosial dan sistem
pemahaman bersama untuk melakukan politik merupakan unsur dinamis dari
tindakan kolektif (Gonzalez dan Wang, suatu sistem politik (Susanto, 2017:313).
2016:96). Esensial jaringan komunikasi politik me­
Hernando Gonzales berpendapat bahwa rupa­kan keterkaitan dan hubungan dalam
jaringan komunikasi merupakan komu­ komunikasi yang berisi pesan politik
nikasi yang melibatkan pemuka-pemuka diantara anggotanya yang memiliki tujuan
opini dan pengikut yang saling memiliki politik.
hubungan komunikasi pada suatu topik Prinsip demokrasi dalam penerapan
tertentu, terjadi dalam suatu sistem sosial kehidupan bernegara menurut Abraham
tertentu (Bakti dkk, 2015). Etintas politik Lincoln (1809-1865) adalah pemerintah
memanfaatkan jaringan komunikasi untuk dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.
kepentingan komunikasi politik, yang Demokrasi adalah sistem pemerintahan
secara sederhana diartikan proses produksi, dimana kedaulatan politik dipertahankan
diseminasi dan persepsi informasi politik oleh rakyat, dan dilaksanakan langsung oleh
untuk mencapai tujuan dan tindakan politik warga yang memiliki hak menentukan siapa
tertentu (Gyori, 2016: 14). Komunikasi yang layak memerintah, ada hukum otoritas
politik menjadi alat untuk memastikan pemerintah, dan menjamin kebebasan
bahwa proses persiapan dan pelaksanaan tertentu bagi setiap warga negara (Campbell,
keputusan politik merupakan hasil kerjasama 2008:4). Ddemokrasi merupakan tiga prinsip
antara komunikator dan komunikan se­ fundamental, sedangkan penentu dasar
lama berlangsungnya komunikasi politik demokrasi adalah, persamaan, kebebasan,
(Chekunova1, Barabash, Trofimova and dan kontrol”. (Buhlmann, et.al, 2008:
Lenko, 2016:4). Komunikasi politik ada­ 13). Indeks Persepsi Demokrasi menurut
lah sebuah proses interaktif mengenai Transparency International Indo­ nesia,
transmisi informasi kalangan politisi, media mencakup kebebasan sipil yang meliputi
pemberitaan dan publik (Norris, 2000: kebebasan berpendapat, kebebasan ber­
163). Komunikasi dalam konteks kekinian serikat, kebebasan menjalankan keyakinan,
mengharuskan untuk memperhatikan ke­ kebebasan diskriminasi. Hak politik terdiri
beraga­man dan mendengarkan apa yang dari hak memilih dan keterlibatan dalam
disuarakan masyarakat dalam pemerintahan pembuatan kebijakan publik sedangkan
yang demokratis, sehingga masyarakat kelembagaan demokrasi terdiri dari pe­
dapat menghindari suara ketidakpastian nyerapan aspirasi masyarakat, efektivitas
(Crozier, 2006). pengawasan pemerintah, transparansi
Rush dan Althoff berpendapat komu­ layanan publik, praktik keadilan hukum,
nikasi politik merupakan transmisi infor­ penciptaan pemimpin atau kader (Kompas,
masi yang secara politis dari satu bagian 2 Januari 2014: 4).
Eko Harry Susanto. Media Sosial Sebagai Pendukung... 385

Metode Penelitian dokumen cetak maupun online yang


Metode yang digunakan dalam penelitian jumlah­nya sangat banyak dan dipilih secara
ini adalah kualitatif, berkaitan dengan upaya sengaja yang memiliki kaitan dengan topik
mengembangkan fenomena sosial yang penelitian.
bertujuan untuk memahami perilaku dan Teknik analisis data yang dipakai
situasi sosial sekelilingnya, fokus pertanyaan meng­
gunakan tiga alur kegiatan yaitu
pada mengapa orang berperilaku dan reduksi data, penyajian data, dan penarikan
berbudaya seperti yang mereka lakukan, kesimpulan (Miles & Huberman, 2009:19).
bagaimana pendapat dan sikap terbentuk, Inti dari analisis data kualitatif terletak
bagaimana orang memahami peristiwa yang pada proses mengkaitkan pernyataan
ada disekitarnya, (Hancock.,et.al, 2009:7). yang menggambarkan fenomena, meng­
Penelitian kualitatif menggunakan tiga sumber klasifikasi­kannya, dan melihat konsep-
utama: analisis dokumen, wawancara, dan konsep terkoneksi secara komprehensif
berbagai publikasi dalam bentuk teks maupun sebagai hasil penelitian ilmiah (Dey, 1993:
online. Sejalan dengan pendapat Potter 31). Pendapat lain menyatakan analisis
bahwa dokumen penelitian kualitatif meliputi data penelitian kualitatif berdasarkan pada
bahan-bahan seperti surat, memo, catatan, dokumen, transkrip wawancara, keterkaitan
buku harian, artikel, buku, naskah, e-mail, antar teks ataupun catatan, kutipan menarik
diskusi online, dan sebagainya (Kim, 2016: tertentu, dan catataan lapangan dipakai
45). Penelitian kualitatif bersifat subyektif untuk menyajikan data secara menyeluruh.
tergantung dari pengalaman peneliti dan yang
Hal yang tidak berhubungan dengan topik
diteliti, dalam mengeksplorasi peristiwa-
penelitian harus dihilangkan untuk menjaga
pe­ris­
tiwa selama berlangsung penelitian,
keutuhan hasil penelitian. (Greenhalgh &
atau memotongnya jika tidak sesuai dengan
Taylor. 1997: 4)
masalah yang diteliti (Greenhalgh and Taylor.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1997: 2)
Penelitian ini menitikberatkan pada Hasil penelitian ini diulas dalam tiga sub-
penelusuran dokumen maupun data online pembahasan temuan yang diperoleh dalam
yang terkait dengan eksistensi media sosial penelusuran, penelaahan serta pengkajian
dan jaringan komunikasi politik. Media informasi yang berhubungan dengan topik
sosial dalam konteks ini menyangkut penelitian. Temuan pertama menyangkut
semua jaringan untuk berkomunikasi fleksibilitas pemanfaatan media sosial.
yang memanfaatkan internet, dipilih Temuan kedua tentag teknologi komunikasi
secara purposif dan tidak terbatas pada merupakan kekuatan dari media sosial untuk
lokasi penggunaannya, sebab diutamakan berkembang pesat. Temuan ketiga tentang
memiliki keterkaitan dengan pemakaian adanya perbedaan perilaku pengguna media
media sosial untuk kepentingan politik. sosial dalam stratifikasi politik yang terdapat
Esensinya mencermati berbagai pustaka, di masyarakat.
386 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 3, Juli 2017, hlm 379-398

Fleksibilitas Pemanfaatan Media Sosial dalam penghambat. Pesan dapat mengalir dengan
Interaksi dan Komunikasi
cepat kepada pihak yang berkepentingan
Keluwesan media sosial berhubungan ataupun entitas yang memiliki perhatian
dengan pemanfaatan penggunaan yang terhadap berbagai pemberitaan. Sosial media
semakin mudah. Setiap orang tanpa kesulitan memang mempermudah para penggunanya
dapat menggunakan media sosial untuk untuk berbagi dan menciptakan pesan
mencari, memperoleh dan memanfaatan melalui jejaring sosial, media online, forum
informasi yang beragam dalam koridor dunia maya dan dunia virtual (Mayfield,
kebebasan berkomunikasi. Media sosial 2008: 6).
sebagai entitas pengolah dan penyebar Media sosial yang termasuk media baru
informasi yang fleksibel dimanfaatkan memiliki kesamaan saluran tertentu yang
oleh pengguna yang tidak tersegmentasi dibedakan berdasarkan jenis, kegunaan,
dalam kelompok sosial, ekonomi dan konten dan konteks (Rice, dalam Mc.Quail,
politik. Fleksibilitas media sosial mampu 2010: 143). Lima macam media baru
membangun dan meningkatkan hubungan tersebut adalah (1) Media komunikasi
antar individu maupun kelompok di dunia interpersonal, mencakup telepon dan email,
maya, yang tidak dibatasi oleh perbedaan yang secara umum kontennya bersifat
status di masyarakat. pribadi, mudah hilang dan hubungan
Bentuk popular media sosial berbasis yang tercipta lebih penting dibandingkan
internet antara lain, adalah Blog, Twitter, informasi yang disampaikan, (2) Media
Facebook, Wikipedia, dan MySpace. Media interaktif, yang didasarkan pada komputer
sosial berkembang seiring meningkatnya dan video game memiliki kekuatan pada
aplikasi berbasis internet yang bersifat dua interaktivitas dan dominasi proses (3) Media
arah (Web 2.0) sehingga pengguna mudah pencari informasi, misalnya internet, yang
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi dipandang sbg perpustakaan dan sumber
untuk membangun kesamaan makna. data, yang aktual dan mudah diakses, (4)
Asosiasi Penyelenggara Jaringan Collective participatory media, meliputi
Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2016 penggunaan internet untuk tujuan berbagai
memiliki data survey bahwa terdapat 132,7 dan menukar informasi, ide, pengalaman
juta orang Indonesia telah terhubung ke dan pembangunan hubungan personal, (5)
internet, naik 51,8 persen dibandingkan Substitution of Broadcast media, merupakan
jumlah pengguna internet pada 2014 yang referensi utama dalam menggunakan media
hanya 88 juta pengguna internet. (Kompas, untuk menerima atau mengunduh konten
2016) yang telah disiarkan atau didistribusikan
Media sosial memiliki hakikat untuk oleh media lain sebagaimana program
memberikan keleluasaan bagi pengguna televisi yang telah disiarkan.
untuk berinteraksi lebih intensif tanpa Berdasarkan Pew Research tahun
jarak dan waktu yang seringkali menjadi 2015, pengguna media sosial memiliki
Eko Harry Susanto. Media Sosial Sebagai Pendukung... 387

keberagaman dari aspek umur, jenis kelamin, banyak audience (one to many) menjadi praktik
stutus sosial ekonomi, tingkat pendidikan, komunikasi dialogis antar banyak audience
ras, etnisitas, penduduk desa dan perkotaan (many to many). Media sosial mendukung
(Perrin, 2015 : 3). Keberagaman pengguna demokratisasi pengetahuan dan informasi yang
media sosial yang memiliki kesamaan dalam dibutuhkan masyarakat. Perkembangan dalam
mencari informasi merupakan sasaran diseminasi informasi yang sangat progresif
penyebaran informasi para integrator dalam lingkup kebebasan komunikasi antara
sosial yang berupaya membangun konten lain mentransformasi seseorang sebagai
homogen sesuai dengan kepentingannya. pengguna isi pesan, menjadi pembuat pesan
Pada konteks ini, meskipun mempunyai itu sendiri. Media sosial sebagai media
kesempatan untuk mengemukakan pen­ penyebaran pesan sebagai jurnalisme warga,
dapat, tetapi para pengguna dalam posisi membutuhkan penyesuaian standar jurnalistik
pasif sebagai penerima informasi, sehingga agar produk yang dihasilkan sesuai dengan
pembuat pesan leluasa untuk terus menerus kaidah dasar jurnalisme. “Jurnalisme warga
memproduksi pesan untuk mendapatkan perlu perlindungan, karena menjangkau hal-
keuntungan. hal yang bersifat sangat lokal yang jarang bisa
Keleluasaan para pembuat pesan yang disentuh oleh jurnalisme arus utama,” kata
positif maupun negatif semakin kuat karena Eni Mulia, Direktur Eksekutif Perhimpunan
perangkat untuk mengakses atau meng­ Pengembangan Media Nusantara (Kompas,
gunakan media sosial semakin murah dan 30 Maret 2017, halaman 12).
terjangkau oleh masyarakat meskipun dalam Pengguna media sosial yang beragam
kualitas yang terbatas. Data dari APJII tahun dan berasal dari tingkat sosial, ekonomi
2016 menerangkan bahwa rata-rata pengakses dan politik yang berbeda, diikat oleh satu
internet di Indonesia menggunakan perangkat kebiasaan dan perilaku yang berhubungan
genggam. Rinciannya adalah 67,2 juta dengan kultur literasi malas membaca dan
orang atau 50,7 persen mengakses melalui mencari kebenaran. Situs Berita Satu meng­
perangkat genggam dan computer, 63,1 ungkapkan, kondisi masyarakat Indonesia
juta orang atau 47,6 persen mengakses dari pada umumnya tidak lekat dengan budaya
smartphone, sedangkan 2,2 juta orang atau membaca dan menulis, ingin yang serba-
1,7 persen mengakses hanya dari komputer. instan, serta daya kritis masih rendah.
Melihat pengakses internet menggunakan Gejala ini tidak hanya dimiliki oleh
perangkat genggam, sudah barang tentu mereka yang berpendidikan rendah, kelas
terkait pula dengan pengguanaan media menengah dengan pendidikan tinggi pun
sosial. Media sosial memiliki fungsi antara banyak yang seolah kehilangan akal sehat
lain untuk memperluas interaksi sosial manakala menerima materi informasi yang
manusia menggunakan internet dan teknologi tidak akurat. Informasi itu diamini hanya
web, mentransformasikan praktik komunikasi karena sesuai dengan sentimen pribadi atau
searah media siaran dari satu institusi media ke kelompoknya tanpa pikir panjang tentang
388 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 3, Juli 2017, hlm 379-398

apakah benar, apakah membahayakan, apa­ menyesatkan. Majalah Tempo mengemu­


kah memecah belah atau tidak, informasi kakan kecenderungan hoax adalah berita
kemudian dibagikan kepada yang lain buruk, orang ramai diharapkan tidak se­
(Berita Satu, 2017) suka hati menyebarkan berita tidak sahih.
Keberagaman pengguna ini diikat oleh Kenyataannya, tanpa pemeriksaan yang
suatu kepentingan yang merujuk kepada cermat, sebagian orang turut menikmati
ketidaksukaan atau kecintaan terhadap berita bohong karena isi kabar tersebut me­
suatu entitas yang mereka percaya dapat menuhi harapannya tentang keadaan orang
memberikan hal yang lebih baik. Gerakan atau lembaga yang menjadi korban hoax
sosial politik dunia maya kemungkinan (Sahidah, Tempo 2017:62)
ada yang diikat oleh kepentingan politik Penggunaan media sosial dalam
dalam memburu kekuasaan dan tujuan struk­
tur politik yang melekat pada elite
bisnis di level elite atau masyarakat tingkat cenderung untuk memenuhi kesenangan
atas. Di sisi lain dalam posisi sebagai semata terhadap informasi tentang lawan
massa pada umumnya, bukan mustahil politiknya, melampiaskan dendam politik,
mereka diikat oleh nilai-nilai sektarian, membangun konflik, meminimalisir konflik,
semangat sub-nasional, komunalisme dan mencari dukungan massa untuk meraih atau
semangat permurnian kepercayaan yang mempertahankan jabatan publik, pencitraan,
menguat, tentu ada juga ikatan lain yang dan perilaku lain yang bermuara kepada
muncul dalam penggunaan media sosial kepentingan politik. Informasi dan pesan
adalah kepentingan-kepentingan lain yang yang disebarkan tersebut sebagai respon
merujuk kepada perasaan senasib sebagai terhadap pemberitaan positif maupun
warga yang kurang beruntung, mereka yang negatif, bisa tidak sesuai kenyataan,
terpinggirkan oleh sistem sosial ekonomi penuh rekayasa ataupun tidak dapat diper­
dan politik yang dibangun oleh kekuasaan. tanggungjawabkan kebenarannya.
Kelompok pengguna bahkan ada yang sama Media sosial pada level massa sebagai
sekali tidak menghiraukan etika kehidupan basis suara kelompok politik, dipakai
bernegara karena perilaku hedonisme yang sebagai alat untuk mencari informasi yang
menggejala. dapat memenuhi kebutuhan yang bersifat
Pengguna media sosial yang heterogin positif, seperti memberikan pembelajaran,
dari aspek sosial budaya, ekonomi dan pemahaman luas terhadap kehidupan ber­
politik itu, tidak dapat disangkal bahwa negara dan menyuarakan harapan untuk
mereka dapat bertindak sebagai pribadi kehidupan yang lebih baik. Media sosial
ataupun kelompok yang memanfaatkan memiliki sisi lain yang dipakai untuk
media sosial untuk kepentingannya yang mencari informasi yang bersifat negatif
beragam dan berhubungan dengan opini terhadap individu maupun kelompok
publik demi memenuhi kebutuhan infor­ yang tidak disukai, misalnya pesan yang
masi menyenangkan meski tidak benar dan memanaskan pertikaian antar kelompok,
Eko Harry Susanto. Media Sosial Sebagai Pendukung... 389

kebencian terhadap mereka yang tidak adalah media sosial yang semakin
disukai, mengunggulkan kelompoknya mudah digunakan untuk berinteraksi dan
dan bersifat etnosentrisme, sektarianisme, menyebarkan informasi. Media sosial yang
komunalisme, semangat sub- nasional berkaitan dengan digitalisasi informasi
dan pesan atau berita negatif lainnya yang menjadi kekuatan untuk menjangkau
memberikan kepuasan dalam jerat konflik khalayak maupun pengguna. Pasar
yang laten maupun manifes. digital Indonesia pada 2014 mencapai
Dalam pemberitaan di Surat Kabar US$ 12 miliar, meningkat US$ 8 miliar
Pikiran Rakyat, tampak perbedaan dibandingkan 2013. Diprediksi pada tahun
penggunaan media sosial oleh elite, pada 2020, Indonesia bakal menjadi pasar digital
konteks ini Bupati Kabupaten Karawang terbesar di Asia Tenggara (http://www.
dan masyarakat pada umumnya. Dalam indotelko.com/?c=in&it, akses 27 Oktober
pemberitaan itu, pada intinya, banyaknya 2015).
keluhan tentang jalan rusak disampaikan Media sosial sering dihubungan dengan
masyarakat melalui media sosial, dan kebebasan demokrasi informasi karena
Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana, mengubah seseorang dari pembaca konten,
juga menanggapinya melalui media sosial. menjadi penerbit konten. Ini merupakan
Namun, alih-alih mendapat simpati, pergeseran dari mekanisme siaran, berakar
jawaban bupati itu malah mengundang pada percakapan antara penulis, orang,
kritikan beragam dari masyarakat karena dan teman sebaya. Unsur fundamental
mengemukakan berbagai dalih pembelaan media sosial adalah pertama, media sosial
melalui akun facebooknya (Pikiran Rakyat, melibatkan saluran sosial yang berbeda
2017) dan online menjadi saluran utama. Kedua,
Secara esensial, media sosial yang flek­ media sosial berubah dari waktu ke waktu,
sibel untuk berkomunikasi dan ber­ interaksi artinya media sosial terus berkembang.
di dunia maya, dimanfaatkan oleh pengguna Ketiga, media sosial bersifat partisipatif.
yang tidak terikat oleh status sosial ekonomi “penonton/ khalayak” mempunyai hak
dan politik. Pengguna media sosial pada bicara dianggap kreatif, sehingga dapat
umumnya memiliki perilaku yang sama dalam memberikan komentar (Evans, 2008: 34)
kultur malas mencari kebenaran. Keterlibatan pengguna yang merangkap
Perbedaan Stratifikasi Politik dalam Peng- sebagai sebagai khalayak, merupakan
gunaan Media Sosial flek­
sibilitas dalam dalam penyebaran
Perkembangan teknologi komunikasi pesan. Secara umum media sosial dapat
memiliki implikasi mencerdaskan, mem­ menghilangkan batas privasi, karena budaya
per­
luas wawasan, tetapi sekaligus ber­ pengungkapan pribadi yang aktif tanpa
potensi merusak nilai sosial ekonomi dan seleksi kebenaran, etika dan nilai-nilai sosial
politik yang sudah melembaga. Salah satu yang ada di masyarakat. Seringkali terjadi
perwujudan dari teknologi komunikasi penyalahgunaan data yang diungkapkan
390 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 3, Juli 2017, hlm 379-398

melalui ruang publik membawa implikasi Media sosial disebut pula sebagai media
buruk terhadap hubungan antar manusia baru karena memiliki karakter interaktif, dan
dan lingkungannya. Kecenderungan meng­ berbeda dari media utama, sedangkan media
ungkapkan informasi yang sepele dalam utama dikategorikan sebagai media lama.
pesan singkat sebagaimana melakukan Media utama juga didukung pula oleh kekuatan
update status, merupakan kedangkalan teknologi komunikasi. Media lama tetap
yang menjadikan, ”media sosial hanya memiliki khalayak dan sebagai rujukan yang
cocok untuk hiburan daripada pekerjaan dapat dipertanggungjawabkan. Kategorisasi
yang profesional” (Andrew, 2007). media lama dan media baru bukan karena
Media sosial dalam perspektif etika media lama yang konvensional penuh dengan
pengelolaan pesan, seperti kehilangan ke­ etika dan peraturan itu menghilang, tetapi ada
wibawaan karena pengguna yang sesuka­ media baru, yaitu media sosial yang membawa
nya dalam memanfaatkan sebagai perubahan dalam penyebaran pesan kepada
media penyebaran pesan. Setiap orang khalayak.
dapat mempublikasikan apapun yang Media baru menawarkan digitilasasi,
mereka inginkan sehingga sulit untuk kon­vergensi, interaksi dan pembuatan jari­
mengidentifikasi sejauh mana kontribusi ngan kerja dalam pembuatan pesan. Ke­
berharga atau memiliki otoritas sebagai mampuannya menawarkan hubungan inter­
sumber informasi yang layak. Media aktif, memungkinkan pengguna media baru
tradisional atau media massa yang memiliki memiliki pilihan informasi apa yang di­
filter ketat untuk menjaga kualitas pesan, konsumsi, sekaligus mengendalikan keluaran
memiliki etika dan norma yang sangat informasi yang dihasilkan serta melakukan
ketat dalam urusan penyebaran informasi. pilihan-pilihan yang diinginkannya. “Ke­mam­
Kecermatan dan ketelitian serta sederet puan menawarkan suatu hubungan interaktif
aturan tersebut yang memposisikan media inilah yang merupakan konsep sentral dari
massa sebagai media tradisional. Ke­ pemahaman tentang new media (Flew, 2002:
unggulan yang dmiliki bersifat elitis, 11-22).
namun media massa dinilai oleh kelompok Media sosial mempunyai kekuatan dalam
progresif dalam pemberitaan sudah mempengaruhi pendapat masyarakat. Upaya
ketinggalan, dan masuk dalam perangkap pengagalangan untuk memperoleh dukungan
birokrasi institusi media yang terikat oleh yang cepat menjadi kekuatan media sosial
jam kerja, batas penayangan pemberitaan dalam kecepatan penyampaian pesan. Media
dan sederet aturan lain yang menghambat utama berusah untuk membangun ruang
kecepatan diseminasi pesan kepada pemberitaan (news room) yang adaptif terhadap
khalayak. Berlainan dengan, ”media sosial perkembangan teknologi komunikasi. News
yang menghilangkan keseimbangan kerja, dan room merupakan ruang berita, semua jurnalis
memiliki potensi untuk memperpanjang hari dan pekerja media bekerja mengumpulan
kerja dan dan aspek-aspek lain kehidupan” berita yang akan dipublikasikan melalui di
(Carr, 2010 :11). media cetak, atau audio visual.
Eko Harry Susanto. Media Sosial Sebagai Pendukung... 391

Surat Kabar Kompas menuliskan empati dan keseimbangan, sumber yang


Newsroom Baru Hadapi Media Sosial. tidak jelas, dan berbagai nilai pemberitaan
Untuk mengimbangi kekuatan media sosial, lain yang tidak layak dikonsumsi publik.
digunakan Model Data-Driven Journalism Khalayak pada media utama semakin
menyajikan paket berita multi media secara berkurang jumlahnya. Media massa
cepat, efisien, dan murah. Newsroom mainstream, memiliki posisi kuat dalam
konvergen untuk mendukung industri menumbuhkan wawasan khalayak.
pemberitaan. Perpaduan media dengan Surat kabar, majalah, radio, dan televisi
teknologi multi media. Berbagai informasi memberikan informasi bermutu kepada
dalam bentuk teks, audio, dan visual dapat masyarakat. “Media yang dipakai penguasa
dipertukarkan untuk penyiaran media cetak, sebagai instrumen politik pemerintah
elektronik (audio dan video), serta online. untuk menyebarkan dan mempromosikan
Seorang jurnalis dapat menggunakan program sosial ekonomi pemerintah
sumber dari situs web yang gratis di internet sebagai tujuan nasional” (Biagi, 2005: 350).
misalnya google, dan memanfaatkan media Keterlibatan pemerintah seringkali lebih
sosial seperti facebook, twitter dan youtube banyak memposisikan pers sebagai media
(Lau Joon Nie, Asisten Direktur Newsplex yang harus dikontrol.
Asia). Kontrol terang-terangan maupun
Dic Costolo, CEO twitter menyatakan terselubung terhadap media massa
Indonesia sangat vital bagi twitter. Akhir bertujuan menjaga keamanan dan stabilitas
tahun 2013 meraih keuntungan sebesar 20,5 politik. Media wajib melaksanakan tugas
triliun rupiah, kuartal kedua tahun 2014 pembangunan dan pemerintah campur
pendapatan total twitter sebesar US$ 312 tangan dalam membatasi pengoperasian
juta dolar Amerika Serikat. Dari jumlah media melalui aneka macam regulasi.
tersebut, sebagian besar dari pemasukan Kecenderungan negara menguasai rakyat
iklan. Situs microblogging itu diakses melalui penyebaran informasi, diulas oleh
sekitar 270 juta pengguna aktif, dengan 500 Durkheim, yang menyebutkan, “negara
juta cuitan tiap hari (Majalah Tempo, 26 sering mempunyai gagasan baru untuk
Oktober 2014). mengarahkan masyarakat sejauh mungkin”
Secara umum media sosial memiliki (dalam Giddens, 1986 :126). Dalam bingkai
pemasukan dari iklan sangat memadai kebebasan komunikasi, media arus utama
karena para pemilik usaha mengetahui terperangkap dalam kontrol pemilik media
bahwa pengguna ataupun khalayak media demi kepentingan politik. Penyebaran
sosial sangat banyak, sehingga produk informasi merupakan langkah politis untuk
yang diiklankan juga dengan cepat mengendalaikan hak masyarakat untuk
dikenal masyarakat luas. Dalam perspektif memperoleh informasi realistis dan akurat
pemberitaan yang ideal, media sosial dari sumber yang kredibilitasnya diakui
seringkali mengabaikan kebenaran faktual, (McQuail, 1991:109). Media massa memiliki
392 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 3, Juli 2017, hlm 379-398

fungsi sebagai arus utama, mestinya transmisi informasi kalangan politisi, media
independen dan mampu menggambarkan berita dan publik (Norris, 1999:163). Pesan
rea­litas sosial yang terjadi di masyarakat. dalam komunikasi politik menyangkut;
“Pers harus menghormati hak asasi setiap cara kandidat, pemerintah, pelobi, maupun
orang, karena itu, pers dituntut profesional kelompok kepentingan dalam mencapai
dan terbuka” (Sukardi, 2008: 109). tujuan strategis, dan mengendalikan opini
Permasalahan mengenai pers yaitu publik untuk mempengaruhi pengambilan
pers bebas yang memicu konflik antara keputusan.
media massa dengan masyarakat yang Melalui media sosial, komunikasi
disebabkan oleh pemberitaan yang politik tidak lagi dominasi linier berjalan
memihak. Posisi media seharusnya satu arah, tetapi bersifat interaktif terbuka
bersikap “konsisten dalam peliputannya, di alam maya. Komunikasi virtual ini
yaitu impartial, fair, balance dan tetap muncul sebagai gambaran kekuatan media
menjadi pelindung masyarakat yang sosial sebagai media baru. Pemanfaatan
terpingirkan oleh sistem yang menekan media baru memungkinkan pengguna dapat
dunia saat ini” (Eisy, 2007: 46). membentuk jaringan integratif seluas-
Perkembangan teknologi komunikasi luasnya, dan dapat menunjukkan identitas
dan demokratisasi informasi, memberikan berbeda dari pengguna di dunia nyata (Flew,
hak masyarakat untuk memilih sumber 2002: 25).
informasi yang dapat memenuhi kebutuhan Pilihan menggunakan media sosial
secara cepat. Pilihan menggunakan media untuk membangun jaringan komunikasi
social dan meninggalkan media arus utama politik yang kuat merupakan hal yang
merupakan hak masyarakat. Media sosial wajar dalam upaya meraih dukungan.
mewartakan gambaran faktual dengan Jaringan komunikasi politik merupakan
prinsip keseimbangan dan kejujuran, pola sistematis yang mengatur hubungan
bukan sebatas mengejar kecepatan dalam antar individu, maupun kelompok dalam
pemberitaan dan menyebarkan berita pertukaran informasi politik. Terbentuknya
bohong demi mempengaruhi kelompok- jaringan komunikasi politik dengan
kelompok di masyarakat. menggunakan media social merupakan
Perbedaan Stratifikasi Politik dalam Peng- alasan praktis untuk menumbuhkan
gunaan Media Sosial partisipasi yang mendorong kontribusi dan
Media sosial yang memiliki kekuatan umpan balik, keterbukaan tanpa jarak antar
dalam penyebaran informasi politik men­ sumber berita dan khalayak yang dapat
jadi pertimbangan bagi elite dalam menguatkan diskusi (Burke, 2000: 380).
kekuasaan negara dan partai politik untuk Pemanfaatan media sosial untuk
membangun komunikasi politik dengan kepentingan politik memiliki tujuan untuk
pendukungnya. ”Komunikasi politik me­ mempertahankan kekuasaan atau se­ balik­
rupa­
kan proses interaktif mengenai nya memperoleh kekuasaan. Pengguna
Eko Harry Susanto. Media Sosial Sebagai Pendukung... 393

media sosial memiliki perbedaan dalam banker, pemimpin kelompok kepentingan


proses penyebaran informasi politik. yang memiliki kekuatan mengontrol politik,
Kaum elite bisa saja bertindak sebagai dan mereka yang dapat membentuk opini
sumber informasi yang faktual, tetapi publik.
bisa juga melakukan rekayasa pesan demi Lapisan ketiga adalah aktivis, biasanya
memperoleh dukungan. Pada level massa, memiliki pengalaman panjang menghadapi
menggunakan informasi dari media sosial hambatan dan tantangan menjalankan roda
untuk menguatkan identitas kelompok organisasi. Mereka yang paling berhak
dalam jikatan komunalisme, sektarianisme mengisi jabatan-jabatan di partai politik dan
maupun semangat sub nasional. Transaksi memiliki kesempatan pertama menduduki
informasi politik ada yang terus berlangsung posisi dalam pencalonan anggota legislatif
secara vertikal antara elite dan massa, maupun pejabat politik. Kelompok ini adalah
atau secara horisontal diantara massa warga negara yang aktif dalam kehidupan
maupun antar elite dalam stratifikasi politik politik dan pemerintahan. Mereka terdiri dari
masyarakat. partai politik, birokrat tinggi menengah, editor
Stratifikasi politik dalam kehidupan surat kabar lokal, dan para penulis.
ber­negara dan masyarakat masing-masing Kelompok pengamat (attentive public)
lapisan memiliki perbedaan peran. Enam sebagai kumpulan orang kritis, memiliki
lapisan stratifikasi politik, yaitu (1) proximate banyak informasi, wawasan luas, tapi
decession maker, (2) influential, (3) aktivis, tidak mau terjun langsung dalam politik.
(4) Attentive Public, (5) Voters, (6) kelompok Voters dalam lapisan ini adalah pemberi
Nonpartisipan. Setiap lapisan memiliki relasi suara dalam pemilihan umum, memiliki
dan komunikasi politik yang terbuka, sehingga sumber politik kolektif yang penting karena
bisa saja tidak ada jarak yang tegas, khususnya jumlahnya besar, tetapi sebagai individu
yang menyangkut satu lapisan ke atas dan satu tidak memiliki pengaruh penting. Kelompok
lapisan ke bawah (Putnam, 2013:10-14). terakhir adalah Nonpartisipan, yang sama
Berdasarkan pemaparan Susanto (2013), sekali tidak berpartisipasi dalam politik
lapisan pertama, proximate decession maker karena kemauan sendiri, atau diasingkan
terdiri dari pejabat partai politik tingkat oleh penguasa. Mereka memiliki jarak
tinggi dan para anggota legislatif, yang kekuasaan dengan elite politik.
terlibat langsung dalam dan memiliki Berdasarkan stratifikasi politik tersebut,
otoritas membuat kebijakan pemerintahan penggunaan media sosial di setiap lapisan
dan negara. Lapisan kedua, influential, memiliki perbedaan walaupun secara umum
merupakan individu ataupun kelompok mempunyai kesamaan untuk mendukung
yang mempunyai pengaruh kuat dalam tujuan dalam persaingan politik yang laten
politik, dan pendapatnya diperhitungkan maupun manifest. Secara rinci stratifikasi
oleh pembuat keputusan yerdiri dari para politik dan penggunaan media sosial dapat
pemilik modal dan birokrat papan atas, dilihat pada tabel 1.
394 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 3, Juli 2017, hlm 379-398

Tabel 1: Stratifikasi Politik dan Penggunaan Media Sosial

No Stratifikasi Politik Kecenderungan Posisi di Media Sosial Kepentingan Politik


1 Proximate decession maker Sumber Informasi dan pemasok pesan Mempertahankan atau
politik memburu jabatan publik
2 Influential Sumber Informasi dan memasok Memburu jabatan politik,
pesan politik Memposisikan sebagai elite
pengganti
3 Activist Sumber Informasi, pengorganisasi Memburu jabatan politik,
pesan politik mengkritisi pesaing politik
4 Attentive Public, Penerima Informasi, Sumber Mengkritisi perilaku politik,
informasi, pengelola informasi, memberikan wawasan politik
pengorganisasi pesan ideal
5 Voters Penerima Informasi, Meneruskan Menguatkan dukungan dalam
informasi persaingan politik
6 Non-participant Penerima informasi, Pengabaian Skeptis, apatis, tidak peduli
Informasi terhadap informasi politik
Sumber : Hasil Analisis Data dan Pengamatan

Pada tabel 1 dapat disimpulkan bahwa secara horisontal diantara aktor-aktor politik
lapisan pertama sampai ketiga memiliki dan juga vertikal ke atas sebagai respon opini
kecenderungan sebagai pengorganisasi pe­ publik terhadap mereka yang berwenang
san dan membangun opini publik di media (Chekuvanol, et.al., 2013:4). Pemahaman
sosial. Ketiga kelompok ini juga mempunyai makna terhadap pesan politik dari pengguna
kepentingan untuk memburu jabatan publik media sosial sangat dinamis, sehingga posisi
maupun jabatan politik. Kelompok ke-empat dan tujuan ketika memanfaatkan media sosial
sampai ke-enam memiliki posisi sebagai bisa dengan cepat berubah.
penerima informasi dan memberikan umpan Dalam upaya membangun kesamaan
balik sebagai bentuk dukungan dan penguatan makna, kelompok pertama sampai ketiga
opini negatif terhadap entitas politik di luar memposisikan penyebaran informasi sebagai
kelompoknya. Kelompok ke-lima dan ke- alat untuk memperoleh dukungan melalui
enam juga memiliki kesempatan sebagai ko­munikasi yang integratif. Sejalan dengan
pemberi informasi tetapi frekuensinya jauh Komunikasi dalam perspektif politik, sebagai
lebih kecil disbanding sebagai penerima alat menafsirkan peristiwa, dan membentuk
informasi maupun meneruskan informasi tang­gapan masyarakat terhadap kebijakan
Posisi di media sosial dan tujuan politik pemerintah. Keberhasilannya ditentukan
dalam paradigma komunikasi transaksional oleh cara membingkai pesan yang diterima
maupun interaktif bisa berubah-ubah masya­rakat (Győri, 2016 : 14). Berpijak pada
mengingat pengirim pesan dapat berganti pendapat tersebut, jaringan komunikasi politik
sebagai penerima pesan dalam interaksi yang membuka jalan untuk saling bergantung,
di media sosial. Pesan pada media baru dan menciptakan ikatan diantara individu dan
dibangun dengan kerjasama khusus antar kelompok dalam satu entitas politik diperlukan
pihak-pihak yang berkomunikasi. Proses membangun pemahaman bersama demi
beroperasi pembentukan pesan dilakukan mencapai tujuan politik dalam demokrasi
Eko Harry Susanto. Media Sosial Sebagai Pendukung... 395

bernegara. Prinsip utama demokrasi adalah sebagai pengguna media sosial. Dalam hal
persamaan, kebebasan, dan kontrol dalam keluasan jangkauan, media sosial seharusnya
pemerintahan yang berpihak kepada rakyat. dimanfaatkan untuk membangun jaringan
Penggunaan media sosial sebagai pendukung komunikasi politik yang memberikan wa­
komunikasi politik merupakan perwujudan wasan politik dalam kehidupan bernegara
dari kehendak rakyat dalam menggunakan hak yang berkeadilan. Ikatan stratifikasi politik
politik. yang melekat diantara pengguna media sosial,
selayaknya digunakan untuk membangun
Simpulan prin­s ip keterbukaan komunikasi demi
Pengguna media sosial secara indi­ untuk mencapai masyarakat informasi yang
vidual, kelompok maupun institusional, demokratis.
dapat bertindak sebagai pengirim maupun Implikasi penelitian media sosial ini
penerima pesan dalam komunikasi di dunia adalah, penggunaan media sosial harus
maya. Fleksibilitas pemanfaatan media me­ matuhi regulasi pemerintah. Pada
sosial tidak dibatasi oleh status status sosial, konteks ini, dapat dilakukan penelitian
ekonomi dan politik yang ada di masyarakat. lanjutan dengan pendekatan posivistik
Media sosial memiliki kemampuan untuk menge­ tahui perilaku pengguna
dalam kecepatan menyampaikan pesan media sosial secara obyektif. Dalam
kepada khalayak atau pengguna media aspek hubungan antar manusia dalam
sosial lainnya karena dukungan teknologi penyampaian dan penafsiran pesan, dapat
komunikasi yang mampu menjangkau dilakukan penelitian dengan pendekatan
kritis, untuk mengeksplorasi konteks
khalayak lebih luas dan lebih cepat.
dan suasana sosial-budaya, ekonomi dan
Keunggulan ini meminggirkan pemberitaan
politik di lingkungan pengguna media
media massa arus utama, yang memerlukan
sosial.
proses panjang dan verifikasi keseimbangan
Implikasi lain adalah upaya meng­
informasi dari sumber pesan yang dipercaya.
gunakan media sosial untuk membangun
Stratifikasi politik yang melekat pa­
jaringan komunikasi politik dengan me­
da pengguna media sosial berkaitan pula
nyebar­kan pesan penguatan kelompok, per­
dengan perbedaan dalam menyikapi infor­ lu penelitian lanjutan yang menggunakan
masi yang diterima namun memiliki pendekatan konstruktivisme untuk mengkaji
kesamaan dalam mendukung jaringan ko­ realitas yang sengaja dibentuk oleh para
munikasi politik untuk mencapai tujuan pengguna media sosial dalam mencari
yang telah ditetapkan. dukungan politik.
Saran dalam penelitian ini adalah ke­
Daftar Pustaka
mudahan penggunaan media sosial se­
harusnya sejalan dengan upaya memberikan Alejandro,Jennifer.(2010). Journalism In
The Age Of Social Media, University of
informasi yang benar, tidak mengabaikan
Oxford, Reuters Institute for the study of
etika dan kebenaran informasi sebelum dipu­ Journalism : Hilary and Trinity Terms &
blikasikan atau diteruskan kepada khalayak Thomson Reuters Foundation
396 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 3, Juli 2017, hlm 379-398

Bakti, Iriana, C.C.Priyatna, Evie Novianti dan Chekuvanol, Marina A, Victor V. Barabash,
H.R.Budiana.(2015). “Peran Jejaring Galina N. Trofimova1 and Galina N.
Komunikasi Dalam Membangun Lenko. (2014). New Media In Political
Kohesivitas Kelompok Tani Tanaman Communication: General Approaches,
Obat Di Jawa Barat, dalam Edutech, SHS Web of Conferences. Diperoleh
Tahun 14, Vol.1, No.3, Oktober 2015 dari https://www.shs-conferences.org /
Berita Satu (2017). Ancaman Disintegrasi, articles/shsconf/abs/ 2016/07/contents/
dari http://www.beritasatu.com/blog/ contents.html
tajuk/5110-ancaman-disintegrasi.html, Crozier, Michael. (2006). Rethinking
akses 17 Maret 2017). Political Communication as Recursive
Blake, Reed H dan Edwind O. Haroldson. Governance, Fukuoka Japan : 20th
(2009). Taksonomi Konsep Komunikasi, International Political Science
Surabaya : Penerbit Papyrus Association World Congress

Buhlmann, Marc, Wolfgang Merkel, Dietz, Christoph and Helmut Osang


Bernhard Wessels .(2008). The Quality .(2010). “German Media Development
of Democracy. Democracy Barometer Cooperation Survey Strong in Training-
for Established Democracies, National Weak in sustainability”, dalam Christoph
Center of Competence in Research: Dietz, Julia Steffenfauseweh, Angelika
Challenges to Democracy in the 21st Mendes (eds.) The „Fourth Estate“ in
Century: Working Paper No. 10a Democracy Assistance Practices and
Challenges of German and International
Burke, Peter .(2000). Sejarah Sosial Media, Media Development Cooperation
Jakarta : Penerbit Yayasan Obor Indonesia 6th Symposium Forum Media and
Campbell, David F. J. (2008). The Basic Development (FoME) 2-3 November,
Concept for the Democracy Ranking 2010, Wesseling St. Augustin/Berlin:
of the Quality of Democracy. Vienna: Konrad-Adenauer-Stiftung
Democracy Ranking. Dey, Ian. (1993). Qualitative Data Analysis
Cann, Alan, Konstantia Dimitriou, and Tristram A User-Friendly Guide For Social
Hooley. (2012). Social Media: A Guide Scientists, London and New York :
for Researchers, University of Leicester : Routledge-Taylor and Francis Group
International Centre for Guidance Studies Donohue, G A, P. J. Tichenor, and C. N.
Caplan, Julia. (2013). Social Media and Olien. (1973). “ Mass Media Functions,
Politics: Twitter use in Virginia. The Knowledge and Social Control” dalam
Elon Journal of Undergraduate Research Journalism & Mass Communication
in Communications Vol. 4 (1), 5-14 Quarterly 50(4):652-659 · December
1973
Carr, Nicholas. (2010) The Shallows: What
the Internet Is Doing to Our Brains. New Evans, Dave, (2008). Social Media Marketing
York City : W.W. Norton An Hour A Day, Canada : Wiley
Publishing, Inc
Castells, Manuel. (2007). Communication,
Power and Counter-power in the Eisy, M. Ridlo. (2007). Peranan Media
Network Society, dalam International dalam Masyarakat : Kemerdekaan Pers
Journal of Communication 2007 (1), Fondasi Penegakan hak Azasi Manusia,
238-266 Jakarta : Dewan Pers.
Eko Harry Susanto. Media Sosial Sebagai Pendukung... 397

Flew, Terry. 2002. New Media: An Kim, Hyein Amber. (2016). “Biracial Identity
Introduction. New York: Oxford Development: A Case of Black-Korean
University Press Biracial Individuals in Korea”, dalam
Fulk, Janet and Gerardine DeSanctis. International Journal of Multicultural
(1999). “ Shaping Organization Education. Vol. 18, (3) , 40-56
Form Communication, Connection, Kominfo.(2017). Selama 2016,300 Akun Medsos
and Community, LA, USA : Sage Penyebar Hoax Diblokir Polisi, dari http://
Publications, Inc kominfo.go.id/content/detail/8640/selama-
Global Media Statistics.2016. Pengguna 2016-300-akun-medsos-penyebar -hoax-
Internet di Indonesia, dari https:// diblokir-polisi/0/sorotan_media, diakses 3
id.techinasia.com/talk/statistik- April 2017
pengguna-internet-dan-media-sosial- Kompas. (2013, Desember, 12). Pemanfaatan
terbaru-di-indonesia, diakses 6 Maret Jejaring Sosial, Surat Kabar
2017 Harian”Kompas”, halaman 12
González-Bailón, S., and Nina Wang .(2016). Kompas. (2014, Januari 4). Indeks Persepsi
“The Anatomy Of Protest Campaigns In Demokrasi Indonesia, Surat Kabar
Social Media”, dalam Social Networks Harian”Kompas”, halaman 15
(2016), 44: 95-104.
Kompas. (2017, Maret 30). Standar Kaidah
Gyori, Gabor.(2016). The Political Jurnalistik Tetap Perlu, Surat Kabar
Communication Of The Refugee Harian “Kompas” halaman 12
Crisis In Central And Eastern Europe,
Belgium : Policy Solutions and Budapest Kompas. (2016, Oktober 24). Pengguna
Responsible Publisher. Internet di Indonesia Capai 132
Juta, dari http://tekno.kompas.com/
Hancock, Beverley, Elizabeth Ockleford and read/2016/10/24/15064727/2016, akses 14
Kate Windridge.(2009). An Introduction Januari 2017)
to Qualitative Research, Yorkshire, UK
: The National Institute Health Research Litbang Kompas (2015, Oktober 10). Media
for Yorkshire and the Humber Sosial Penggerak Aktif Isu Publik,
dari http://nasional.kompas.com/read/
Industri Bisnis. (2017, Juli 13). Industri 2015/10/26/ 15010071/ Media. Sosial.
Media Tetap Optimis, dari http://industri.
Penggerak.Aktif.Isu.Publik?page=2,
bisnis.com/ read/ 20170713/ 12/671171/
diakses 2 Februari 2017.
industri-media-bisnis-indonesia-tetap-
optimistis, diakses 15 Juli 2017. Mayfield, Antony Mayfield. (2008). What
is Social Media?, an e-book by Antony
Kaplan, Andreas M and Michael Haenlein.
Mayfield from iCrossing, V 1.4 updated
(2010). “Users of the world, unite! The
01.08.08
challenges and opportunities of Social
Media”. Business Horizons 53 (1): Macnamara, Jim. (2014). Media mana yang
59–68. menentukan pemberitaan? Media massa
atau/dan media sosial? Sebuah Laporan
Keen, Andrew. (2007) The Cult of the
Penelitian, iSentia.
Amateur: How the Democratization
of the Digital World is Assaulting Our Mc.Quail, Denis.(2010).Mass Communication
Economy, Our Culture, and Our Values. Theory, 6th Edition, London : Sage
NYC : Doubleday Currency. Publication Ltd
398 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 3, Juli 2017, hlm 379-398

Merdeka (2017). Mengandalkan Langganan Putra, Afdal M. (2011).Media Baru dan


dan Pembaca Tua, dari http://www. Fenomena Komunikasi Politik pada
merdeka.com/khas/mengandalkan- Pemilukada di Provinsi Banten 2011.
langganana-dan-pembaca-tua.Htm. Jurnal UMN Ultima Comm, Volume III
diakses 3 Maret 2017 (2), 23-34
Miles, Matthew B and A. Michael Huberman Sahidah, Ahmad. (2017, April 2). Sekali Lagi
.(2009). Qualitative Data Analysis, atau Tentang Hoax. Majalah Tempo, halaman
Analisis Data Kualitatif, terjemahan 62
Tjetjep Rohendi, Jakarta : Univ. Schottmuller,Angie. (2012). Conversion
Indonesia Press. Optimization, SEO, Mobile. Diperoleh
Norris, Pippa. (2000). Political dari (https://www.marketingprofsu.com/
Communications and Democratic instructors/ 17311/angie-schottmuller).
Politics, dalam John Bartle and Dylan Standar Kaidah Jurnalistik Tetap Perlu (2017,
Griffiths (eds), Political Communication Maret 30). Surat Kabar Harian Kompas,
Transformed: From Morrison to hal 3
Mandelson. Basingstoke: Macmillan
Susanto, Eko Harry. (2017).Jokowi’s Political
Perrin, Andrew.(2016). Social Media Usage: Communication in Jakarta Governor
2005-2015 65% of Adults Now Use Electionto Win Age Based Voters, dalam
Social Networking Sites-A Nearly Mediterranean Journal of Social Sciences
Tenfold Jump In The Past Decade, US : Vol 8 (7), Rome Italy : MCSER Publishing,
Pew Reseach Center. pages 312-321
Pikiran Rakyat. (2017, April 3). Tanggapan Susanto, Eko Harry.(2013, September 5). Caleg
Bupati Karawang di Medsos Soal Pemilik Modal dan Otoritas Parpol, Harian
Jalan Rusak Tuai Kritik, dari http:// Media Indonesia, hal.5
w w w. p i k i r a n - r a k y a t . c o m / j a w a -
barat/2017/04/03/tanggapan-bupati- Trisha Greenhalgh and Rod Taylor. 1997. How
karawang-di-medsos-soal-jalan-rusak- To Read A Paper: Papers That Go Beyond
tuai-kritik-397923. Diakses 11 April Numbers (Qualitative Research), London,
2017 UK : BMJ Publishing Group Ltd

Putnam, Robert D. (2013). The Comparative Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40


Study of Polítical Elites, Canada : Pearson Tahun 1999 tentang Pers, dalam “ Hukum
Education (Electronic Resource) Jurnalistik”, Jakarta : Seri Pustaka Yustisia

Anda mungkin juga menyukai