Anda di halaman 1dari 3

KROMOMIKOSIS

1. DEFINISI
Kromomikosis adalah infeksi jamur kronis pada kulit dan subkutan,
yang berbentuk noduli verukosa. Penyakit ini disebabkan oleh jamur
golongan dermatiaceae, yaitu jamur yang berwarna gelap.

2. DISTRIBUSI
Penyakit ini banyak ditemukan di benua Asia dan Eropa. Sejak beberapa
tahun lalau, dilaporkan kasus-kasus dari Indonesia (walaupun sangat jarang)

3. MORFOLOGI

A
B

Gambar A. Slide kultur dari jamur


Fonsecaea pedrosoi, mengunkapkan
krperadaan phialide dengan phialospora penyertanya. Fonsecaea pedrosoi adalah
satu dari patogen penyebab yang bertangging jawab terhadap infeksi yang dikenal
sebagai choromoblastomycosisi, terutama pada bagian duania yang lebih hangat.
Secara normal jamur ini ditemukan diantara kayu yang membusuk dan tanah.

Gambar B.

Jamur C. Carrionii adalah penyebab yang biasa dari infeksi


chromoblastomycosis, dan prevalen didaerah curah hujan yang sedikit dan
semi arid, seringkali daidaerah tropis dan subtropis.

4. PATOLOGI
Penyebab penyakit ini ialah beberapa spesies dari golongan Derma
tiaceae, pada umumnya dianggap sebagai sapropit, bahkan kadang-kadang
dapat berperan sebagai kontaminan. Yang sring kali menyebabakan penyakit
ini adalah :
- Hormodendrum dermatittidis
- Hormodendrum compactum
- Hormodendrum pedrosoi
- Phialaphora verrucosa

Jamur ini terdapat dimana-mana, terbanayak didalam anah, sehingga


penularannya terjadi karena kontak langsung dengan melalui trauma
mengenai kutan dan subkutan. Walaupun jamurnya ada dalam tanah,
namaun laporan infeksi spontan secara alami pada hewn belum pernah
ditemukan. Ternyata penyakit ini mempunyai faktor predisposisis rasial, yaitu
pada umumnya mengenai bangsa kulit putih.

5. GEJALA KLINIK
Kromomikosis pada umumnya terdapat di daerah tropis dan
subtropis,terutama mengenai orang dewasa antara 30-50 tahun, pria lebih
sering dari pada wanita. Sebagian besar kasus umumnya berhubungan
dengan pekerjaan,terutama di daerah pedesaan seperti petani dan pencari
kayu di hutan.Jamur hidup sebagai saprofit di tanah dan pada tumbuh-
tumbuhan yang merupakan habitat alaminya. Spora masuk ke kulit melalui
trauma, seperti tertusuk duri atau tergores.
Tidak pernah dilaporkan penularan dari manusia kemanusia atau dari
hewan ke manusia.Lesi dimulai sebagai papula kecil yang gatal, lalu
berkembang lambat membentuk plakat dengan tepi yang meninggi, batas
tidak beraturan atau sebagai noduli dengan permukaan kasar dan verukosa.
Perabaan keras, kering,kasar, dan tidak sakit. Warnanya coklat, merah, ungu.
Setelah beberapa bulandan tahun, akan timbul lesi baru. Beberapa lesi
mengalami fusi membentuk noduli kasar, verukosa seperti kembang kol.Ada
dua bentuk, yaitu kromomikosis kutan dan sistemik, meskipun manifestasi
pada organ visera jarang. Perjalanan penyakit sangat lambat, yakniantara 4
sampai 15 tahun. Keadaan umum penderita tetap baik. Lokalisasiinfeksi
terutama pada bagian tubuh yang terbuka, yaitu tungkai dan kaki.

6. DIAGNOSIS
a. Pemeriksaan mikroskopis
Dibuat sediaan dari bahan krusta/keropong, kerokan kulit yang berbenjol-
benjol, eksudat dari lesi basah ditambahkan KOH 10%, kemudian ditututpi
dengan kaca gelas dan dilihat dibawah mikroskop. Tanapa mengindahkan
jamur penyebab, mikroskopis saam, yairu terdiri dari bneda bundar
berdidinding tebal, selalu berwarna coklat dan tidak bertunas, tetapi dalm
keadaan membelah. Jadi secara mikroskopis tiddak dapat ditentukan
spesies jamurnya.

b. Isolasi
Dibiakan di SGA ditambahkan antibiotik dan dieramkan pada suhu kamar,
maka akan tampak koloni berfilamen yang warnannya bervariasu, dapt
coklat, hiaju, kehitam-hitaman sampai hitam, tergantung spesiesnya
dengan berbagi betuk sporulasi (pembentukan sposra).

c. Biopsi
Dari kelainan kulit diwarnai dengan HE atau giemsa. Mikroskopik epidemik
tampak menebal, tidak teratur dibawahnya terdapt abses-abses kecil,
sering kalii denagn sel deltia yang besar. Baik dalam abse atau sel deltia,
jamurnya berbentuk bundar, berdinding tebal, sedang mebelah dan
berwarna coklat.

7. PENGOBATAN
Dalam stadium dini, dilakukan eksisi kelaina tadi atau dengan
elektrokogulase, disussul dengn pengobatan medikamentosa, yaitu : iodium
preparat baik per oral atau intravena. Bila ada sekunder infeksi dengan
bakteri, dapat didberikan antibiotika. Bila menahun, seluruh tungkai
membengkak, dianjurkan iontofooresis dalam larutan cupri sulfat 1-2%.

DAFTAR PUSTAKA

Wolf K, Goldsmith L.A, Katz S.I, Gilchrest B.A, Paller A.S, Leffell D.J,
Fitzpatrick’s, 2008. Dermatology In General Medicine, Sevent Edition,
New york. Page 1783 – 1786.
Bolognia, Jean L,dkk. 2008. Subcutaneous mycosis dalam Dermatology.
Volume I. Edisi II(Editor: Callen, Jeffrey, dkk). Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai