Anda di halaman 1dari 20

MAKALAHASUHAN KEPERAWATAN

“CHEST PAIN”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Gawat Darurat

Dosen pembimbing :
Winanda Rizky, S.Kep., Ns. M.Kep

OLEH :

1. Andryan Heldy (10217004)


2. Dian Wulandari (10217016)
3. Hanan Agustin (10217033)
4. Reda Ayu Saraswati (10217051)
5. Sukma Putri Sholikah (10217059)
6. Yudhanto Nugroho (10217066)
7. Yuni Sulityorini (10217067)

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
KEDIRI
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah asuhan
keperawatan yang berjudul “Chest Pain” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah asuhan keperawatan ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan gawat darurat. Selain itu,makalah asuhan keperawatan ini
disusun untuk memperluas ilmu tentang “Chest Pain”.
Kami mengakui masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah asuhan keperawatan ini karena pengalaman dan pengetahuan
yang kami miliki masih kurang. Oleh karena itu, kami berharap kepada
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah asuhan keperawatan ini.
Kami berharap makalah asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dalam rangka menambah pengetahuan juga wawasan
tentang chest pain.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang..........................................................................................................1
1.2 RumusanMasalah.....................................................................................................1
1.3 TujuanPenulisan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Chest Pain...................................................................................................3
2.2 Etiologi Chest Pain...................................................................................................3
2.3 Manifestasi Klinis Chest Pain..................................................................................7
2.4 WOC Chest Pain......................................................................................................8
2.5 Patofisiologi Chest Pain...........................................................................................9
2.6 Pemeriksaan penunjang Chest Pain........................................................................10
2.7 Penatalaksanaan Chest Pain...................................................................................10
2.8 Asuhan Keperawatan Chest Pain............................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................1

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak
ditemukan di klinik. Sebagian besar penderita merasa ketakutan bila
nyeri dada tersebut disebabkan oleh penyakit jantung ataupun penyakit
paru yang serius. Diagnose yang tepat sangat tergantung dari
pemeriksaan fisik yang cermat, pemeriksaan khusus lainnya serta
anamnesa dari sifat nyeri dada mengenai lokasi, penyebaran, lama nyeri
serta faktor pencetus yang dapat menimbulkan nyeri dada (Herdman,
2011)
Salah satu bentuk nyeri dada yang paling sering ditemukan adalah
angina pectoris yang merupakan gejala penyakit jantung kororner dan
dapat bersifat progresif serta menyebabkan kematian, sehingga jenis
nyeri dada ini memerlukan pemeriksaan yang lebih lanjut dan
penanganan yang serius. Agar diagnose lebih cepat diarahkan, maka
perlu juga lebih dulu mengenal macam-macam nyeri dada yang
disebabkan oleh berbagai penyakit lain.
Chest Pain inilah yang sering dipanggil dengan istilah Angina
Pectoris baik itu yang stabil maupun yang tidak stabil (unstable). Pada
kondisi seperti ini peranan perawat sangat penting sekali dalam
melakukan upaya-upaya pencegahan komplikasi maupun penanganan
yang cepat untuk melakukan penyelamatan jiwa melalui upaya promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitative.

1.2 RumusanMasalah
1.2.1 Apa definisi dari chest pain?
1.2.2 Apa etiologi dari chest pain?
1.2.3 Apa manifestasi klinik dari chest pain?
1.2.4 Bagaimana woc dari chest pain?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari chest pain?

1
1.2.6 Apa saja pemeriksaan penunjang dari chest pain?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan dari chest pain?
1.2.8 Bagaimana asuhan keperawatan dari chest pain?

1.3 TujuanPenulisan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari chest pain
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari chest pain
1.3.3 Untuk mengetahui manisfestasi klinik chest pain
1.3.4 Untuk mengetahui woc dari chest pain
1.3.5 Untuk mengetahui patofisologi dari chest pain
1.3.6 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari chest pain
1.3.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari chest pain
1.3.8 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien chest pain

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Chest Pain


Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu
daerah dada dan seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan
pada dinding dada (referred pain).
Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard
karena suplai aliran darah koroner yang pada suatu saat tidak mencukupi
untuk kebutuhan metabolisme miokard.
Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis)
karena lapisan paru saja yang bisa merupakan sumber rasa sakit, sedang
pleura viseralis dan parenkim paru tidak menimbulkan rasa sakit.

2.2 Etiologi Chest Pain


Nyeri dada dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Nyeri dada pleuritik
Nyeri dada pleuritik biasa lokasinya posterior atau lateral.Sifatnya
tajam dan seperti ditusuk.Bertambah nyeri bila batuk atau bernafas
dalam dan berkurang bila menahan nafas atau sisi dada yang sakit
digerakan.Nyeri berasal dari dinding dada, otot, iga, pleura perietalis,
saluran nafas besar, diafragma, mediastinum dan saraf interkostalis.
Nyeri dada pleuritik dapat disebakan oleh Difusi pelura akibat infeksi
paru, emboli paru, keganasan atau radang subdiafragmatik
pneumotoraks dan penumomediastinum
2. Nyeri dada non pleuretik
Nyeri dada non-pleuritik biasanya lokasinya sentral, menetap atau
dapat menyebar ke tempat lain. Plaing sering disebabkan oleh
kelainan di luar paru :
a. Kardial
1. Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau nyeri
substernal yang menjalar ke aksila dan turun ke bawah ke

3
bagian dalam lengan terutama lebih sering ke lengan kiri.
Rasa nyeri juga dapat menjalar ke epigasterium, leher, rahang,
lidah, gigi, mastoid dengan atau tanpa nyeri dada substernal.
Nyeri disebabkan karena saraf eferan viseral akan terangsang
selama iskemik miokard, akan tetapi korteks serebral tidak
dapat menentukan apakah nyeri berasal sari miokard. Karena
rangsangan saraf melalui medula spinalis T1-T4 yang juga
merupakan jalannya rangsangan saraf sensoris dari sistem
somatis yang lain. Iskemik miokard terjadi bila kebutuhan 02
miokard tidak dapat dipenuhi oleh aliran darah koroner. Pada
penyakit jantung koroner aliran darah ke jantung akan
berkurang karena adanya penyempitan pembuluh darah
koroner. Ada 3 sindrom iskemik yaitu :
a. Angina stabil (Angina klasik, Angina of Effort) :
Serangan nyeri dada khas yang timbul waktu bekerja.
Berlangsung hanya beberapa menit dan menghilang
dengan nitrogliserin atau istirahat. Nyeri dada dapat
timbul setelah makan, pada udara yang dingin, reaksi
simfatis yang berlebihan atau gangguan emosi.
b. Angina tak stabil (Angina preinfark, Insufisiensi koroner
akut) : Jenis Angina ini dicurigai bila penderita telah
sering berulang kali mengeluh rasa nyeri di dada yang
timbul waktu istirahat atau saat kerja ringan dan
berlangsung lebih lama.
c. Infark miokard : Iskemik miokard yang berlangsung lebih
dari 20-30 menit dapat menyebabkan infark miokard.
Nyeri dada berlangsung lebih lama, menjalar ke bahu kiri,
lengan dan rahang. Berbeda dengan angina pektoris,
timbulnya nyeri dada tidak ada hubungannya dengan
aktivitas fisik dan bila tidak diobati berlangsung dalam
beberapa jam. Disamping itu juga penderita mengeluh

4
dispea, palpitasi dan berkeringat. Diagnosa ditegakan
berdasarkan serioal EKG dan pemeriksa enzym jantung.
2. Prolaps katup mitral dapat menyebabkan nyeri dada
prekordinal atau substernal yang dapat berlangsung sebentar
maupun lama. Adanya murmur akhir sisttolik dan mid
sistolik-click dengan gambaran echokardiogram dapat
membantu menegakan diagnose
3. Stenosis aorta berat atau substenosis aorta hipertrofi yang
idiopatik juga dapat menimbulkan nyeri dada iskemik
b. Perikardial
Saraf sensoris untuk nyeri terdapat pada perikardium parietalis
diatas diafragma.Nyeri perikardila lokasinya di daerah sternal dan
area preokordinal, tetapi dapat menyebar ke epigastrium, leher,
bahu dan punggung.Nyeri bisanya seperti ditusuk dan timbul pada
aktu menarik nafas dalam, menelan, miring atau bergerak.
Nyeri hilang bila penderita duduk dan berdandar ke depan.
Gerakan tertentu dapat menambah rasa nyeri yang
membedakannya dengan rasa nyeri angina. Radang perikardial
diafragma lateral dapat menyebabkan nyeri epigastrum dan
punggung seperti pada pankreatitis atau kolesistesis
c. Aortal
Penderita hipertensi, koartasio aorta, trauma dinding dada
merupakan resiko tinggi untuk pendesakan aorta. Diagnosa
dicurigai bila rasa nyeri dada depan yang hebat timbul tiba- tiba
atau nyeri interskapuler. Nyeri dada dapat menyerupai infark
miokard akan tetapi lebih tajam dan lebih sering menjalar ke
daerah interskapuler serta turun ke bawah tergantung lokasi dan
luasnya pendesakan.
d. Gastrointestinal
Refluks geofagitis, keganasan atau infeksi esofagus dapat
menyebabkan nyeri esofageal.Nyeri esofageal lokasinya di
tengah, dapat menjalar ke punggung, bahu dan kadang – kadang

5
ke bawah ke bagian dalam lengan sehingga seangat menyerupai
nyeri angina.Perforasi ulkus peptikum, pankreatitis akut distensi
gaster kadang – kadang dapat menyebabkan nyeri substernal
sehingga mengacaukan nyeri iskemik kardinal. Nyeri seperti
terbakar yang sering bersama – sama dengan disfagia dan
regurgitasi bila bertambah pada posisi berbaring dan berurang
dengan antasid adalah khas untuk kelainan esofagus, foto
gastrointestinal secara serial, esofagogram, test perfusi asam,
esofagoskapi dan pemeriksaan gerakan esofageal dapat
membantu menegakan diagnosa.
e. Muskuloskletal
Trauma lokal atau radang dari rongga dada otot, tulang kartilago
sering menyebabkan nyeri dada setempat.Nyeri biasanya timbul
setelah aktivitas fisik, berbeda halnya nyeri angina yang terjadi
waktu exercis.Seperti halnya nyeri pleuritik.Neri dada dapat
bertambah waktu bernafas dalam.Nyeri otot juga timbul pada
gerakan yang berpuitar sedangkan nyeri pleuritik biasanya tidak
demikian.
f. Fungsional
Kecemasan dapat menyebabkan nyeri substernal atau prekordinal,
rasa tidak enak di dada, palpilasi, dispnea, using dan rasa takut
mati.Gangguan emosi tanpa adanya klealinan objektif dari organ
jantung dapat membedakan nyeri fungsional dengan nyeri
iskemik miokard.
g. Pulmonal
Obstruksi saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi laring
kronis dapat menyebakan nyeri dada, terutama terjadi pada waktu
menelan.Pada emboli paru akut nyeri dada menyerupai infark
miokard akut dan substernal.Bila disertai dengan infark paru
sering timbul nyeri pleuritik.Pada hipertensi pulmoral primer
lebih dari 50% penderita mengeluh nyeri prekordial yang terjadi
pada waktu exercise.Nyeri dada merupakan keluhan utama pada

6
kanker paru yang menyebar ke pleura, organ medianal atau
dinding dada.

2.3 Manifestasi Klinis Chest Pain


Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah :
1. Nyeri ulu hati
2. Sakit kepala
3. Nyeri yang diproyeksikan ke lengan, leher, punggung
4. Diaforesis / keringat dingin
5. Sesak nafas
6. Takikardi
7. Sesak nafas
8. Kulit pucat
9. Sulit tidur (insomnia)
10. Mual, Muntah, Anoreksia
11. Cemas, gelisah, fokus pada diri sendiri
12. Kelemahan
13. Wajah tegang, merintih, menangis
14. Perubahan kesadaran

7
2.4 WOC Chest Pain

Terjadi penonjolan Sistolik atau Diskinesia

Stroke volume akhir distolik ventrikel kiri

Transfudasi cairan ke jaringan intersitium paru (gagal jantung )

Peningkatan kebutuhan O2 miokard iskemia

Metabolisme anaerob Kompensasi miokard buruk Penurunan


aliran darah

Timbunan asam laktat meningkat Iskemia berkepanjangan Perfusi perifer tidak


efektif

Kerusakan pertukaran gas Infark miokard meluas

Pola nafas tidak Nyeri akut


efektif

Intoleransi aktifitas

8
2.5 Patofisiologi Chest Pain
Terjadi penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan
ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume
akhir distolik ventrikel kiri.Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik
dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium
kiri di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke
jaringan interstisium paru (gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini
bukan saja disebakan karena daerah infark, tetapi juga daerah iskemik di
sekitarnya. Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan
kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergeik, untuk
mempertahankan curah jantung, tetapi dengan akibat peningkatan
kebutuhan oksigen miokard Kompensasi ini jelas tidak akan memadai
bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan
sudah fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi
masih normal, pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila
infark luas dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat
iskemia atau infark lama, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik
dan gagal jantung terjadi. Sebagai akibat sering terjadi perubahan bentuk
serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena
infark maupun yang non infark. Perubahan tersebut menyebabkan
remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel
dan timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik ini tidak statis. Bila makin
tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini
disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami
perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akan menjadi akinetik, karena
terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami
hipertropi. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia
berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti
ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel
akan memperburuk faal hemodinamik jantung. Aritmia merupakan
penyulit tersering dan terjadi terutama pada menit-menit atau jam-jam

9
pertama setelah serangan.Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan
masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan terhadap
rangsangan.

2.6 Pemeriksaan penunjang Chest Pain


1. EKG 12 lead selama episode nyeri
a. Takhikardi / disritmia
b. Rekam EKG lengkap : T inverted, ST elevasi / depresi, Q
Patologisc. Pemeriksaan darah rutin,kadar glukosa, lipid dan
EKG waktu istirahat perludilakukan. Hasilnya mungkin saja
normal walaupun ada penyakit jantung koroner yang berat. EKG
bisa didapatkan gambaran iskemik dengan infarkmiokard lama
atau depresi ST dan T yang terbalik pada penyakit yang lanjut.
2. Laboratorium
a. Kadar enzim jantung : CK, CKMB, LDH
b. Fungsi hati : SGOT, SGPT
c. Fungsi Ginjal : Ureum, Creatinin
d. Profil Lipid : LDL, HDL
3. Foto Thorax
4. Echocardiografi
5. Kateterisasi jantung

2.7 Penatalaksanaan Chest Pain


1. Pengobatan
a. Nitrat
Nitrat meningkatkan pemberian D2 miokard dengan dialatasi
arteriepikardial tanpa mempengaruhi, resistensi arteriol arteri
intramiokard.Dilatasiterjadi pada arteri yang normal maupun yang
abnormal juga pada pembuluhdarah kolateral sehingga
memperbaiki aliran darah pada daerah isomik.Toleransi sering
timbul pada pemberian oral atau bentuk lain dari nitrat longacting
termasuk pemberian topikal atau transdermal.

10
b. Beta bloker
Beta –Bloker tetap merupakan pengobatan utama karena pada
sebagianbesar penderita akan mengurangi keluhan angina.
Kerjanya mengurangidenyut jantung, kontasi miokard, tekanan
arterial dan pemakaian O2. BetaBloker lebih jarang dipilih
diantara jenis obat lain walaupun dosis pemberianhanya sekali
sehari. Efek samping jarang ditemukan akan tetapi tidak
bolehdiberikan pada penderita dengan riwayat bronkospasme,
bradikardi dan gagaljantung
c. Ca-antagonis
Kerjanya mengurangi beban jantung dan menghilangkan spasma
koroner,Nifedipin dapat mengurangi frekuensi serangan anti-
angina, memperkuat efeknitrat oral dan memperbaiki toleransi
exercise.Merupakan pilihan obattambahan yang bermanfaat
terutama bila dikombinasi dengan beta-blokersangat efektif
karena dapat mengurangi efek samping beta bloker.
d. Antipletelet dan antikoagulan
Segi lain dari pengobatan angina adalah pemberian antipletelet
danantikoagulan. Cairns dkk 1985 melakukan penelitian terhadap
penderitaangina tak stabil selama lebih dari 2 tahun, ternyata
aspirin dapat menurunkanmortalitas dan insidens infark miokard
yang tidak fatal pada penderita anginatidak stabil. Pemberian
heparin i.v juga efeknya sama dan sering diberikandaripada aspirin
untuk jangka pendek dengan tujuan menstabilkan
keadaanpenderita sebelum arteriografi.
2. Pembedahan
Bedah pintas koroner (Coronary Artery Bypass Graft Surgery)
Walupunpengobatan dengan obat-obatan terbaru untuk pengobatan
angina dapatmemeperpanjang masa hidup penderita, keadaan tersebut
belum dapat dibuktikanpada kelompok penderita tertentu terutama
dengan penyakit koroner proksimalyang berat dan gangguan fungsi

11
ventrikel kiri dengan risiko kerusakan mikardiumyang luas
(Rahimtoola 1985).

2.8 Asuhan Keperawatan Chest Pain


2.8.1 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Terjadi penonjolan Nyeri Akut
- Pasien mengeluh nyeri sistolik
P = nyeri bila dibuat ↓
Iskemia
bergerak

Q = Seperti ditusuk-tusuk Kompensasi
R = dada sebelah kiri miokard buruk
S=8 ↓
T = hilang timbul Iskemia
berkepanjangan
DO : ↓
Infark miokard
- Pasien tampak
meluas
meringis ↓
- Nadi : 100x/mnt Nyeri akut

2. DS: Terjadi penonjolan Pola nafas tidak


- Pasien mengeluh sesak sistolik efektif
apabila merasakan ↓
nyeri Iskemia
DO: ↓
- RR : 30x/menit Peningkatan
kebutuhan O2
- Penggunaan otot bantu
miokard
pernafasan

Kerusakan
pertukaran gas

Pola nafas tidak
efektif

12
2.8.2 Intervensi
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Asuhan Observasi :
perfusi Keperawaan selama 1x24 jam 1. Identifikasi lokasi,durasi,karakteristik, kualitas , intensitas nyeri
diharapkan masalah teratasi 2. Identifikasi skala nyeri
miokard
Kriteria hasi : 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
1. keluhan nyeri menurun 5 Edukasi :
2. meringis menurun 5 4 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
3. frekuensi nadi membaik 5 (teknik relaksasi)
Kolaborasi :
5 Kolaborasi pemberian analgetik/terapi medis lainnya

2 Pola nafas Setelah dilakukan Asuhan Observasi :


tidak efektif Keperawaan selama 1x24 jam 1. Monitor TTV
b.d tingkat diharapkan masalah teratasi 2. Monitor pola nafas
nyeri Kriteria hasi : Terapeutik :
1. Dispnea menurun 5 3. Atur posisi klien senyaman mungkin
2. frekuensi nafas membaik 5 4. Ciptakan lingkungan yang tenang bagi klien
3. kedalaman nafas membaik 5 Kolaborasi :
5. Kolaborasi pemberian terapi medis

1
2.8.3 Implementasi
NO DX KEP Implementasi Evaluasi
1 Nyeri akut b.d perfusi miokard 1. mengkaji keluhan pasien dengan S : Klien mengatakan nyerinya
menggunakan PQRST sudah berkurang , skala nyeri
- P : klien mengatakan nyeri bila yang dirasakan pada skala 5
dibuat bergerak O : klien dapat melakukan
- Q : klien mengatakan nyerinya tehnik relaksasi secara
seperti di tusuk-tususk dan mandiri, pasien tampak lebih
memberat jika digunakan untuk tenang
berbaring
A : tujuan tercapai pasien
- R : klien mengatakan nyeri yang
dapat dipindahkan ke ruang
dirasakan di dada sebelah kiri
perawatan.
- S : klien mengatakan skala nyeri
pada skala 8 (rentang 1-10) P : lanjutkan implementasi
- T : klien mengatakan nyerinya 1,2,3
hilang timbul
2. mengajarkan klien tehnik relaksasi
nafas dalam untuk mengatasi nyeri :
klien sduah dapat melakukan secara
mandiri
3. menganjurkan klien untuk tidak
melakukan aktivitas yang dapat

2
memperberat keluhannya:
menganjurkan klien untuk bedrest
total
4. melakukan kolaborasi dengan
memberikan terapi medis :
- memberikan Injeksi Ranitidine 1
amp/IV
- memberikan tab Captopril
25mg/oral
- memberikan tab amlodipine 10
mg/oral

2 Pola nafas tidak efektif b.d tingkat nyeri 1. Mengobservasi TTV: S : klien mengatakan sudah
TD: 180/130mmHg tidak sesak lagi
N: 95x/mnt
O : TD: 150/120mmHg
S: 36,0oc
N: 90x/mnt
RR: 30x/mnt
S: 36,0oc
2. mengobservsi pola nafas (pola nafas
RR: 23x/mnt
tidak teratur)
Irama nafas teratur, pasien
3. Membantu posisi klien senyaman tampak tenang
mungkin (posisi semi fowler)
4. Menciptakan lingkungan yang A : Tujuan tercapai klien siap
tenang bagi klien dengan dipindahkan ke ruang

3
mengurangi penjaga yang perawatan
mendampingi klien
P : lanjutkan implementasi
5. Melakukan kolaborasi dengan
1,2,3
pemberian terapi medis, diantranya :
- Memasang O2 nasal kanul 5lpm
- memasang infus dengan cairan RL
12tts/mnt

4
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta :


EGC

Hudak&Gallo. 1995. Keperawatan Kritis cetakan I. Jakarta : EGC

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6,


EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,


Ed.4.Jakarta: EGC.

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.

Musliha.2010.Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep dengan


pendekatan Nanda, NIC, NOC.Yogyakarta: Nuha Medika.

Herdman T.H, dkk,. Nanda Internasional Edisi Bahasa Indonesia, Diagnosis


Keperawatan Definisi dan Klasifikasi, 2009-2011, EGC, Jakarta

Wilkinson J M,. Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria


Hasil NOC Edisi Bahasa Indonesia, 2006, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai