(PDF) Keracunan Dan Overdosis
(PDF) Keracunan Dan Overdosis
PENDAHULUAN
1
sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak
berumur antara 15–24 tahun. Tampaknya generasi muda adalah sasaran strategis perdagangan
gelap NAPZA.
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah kami ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep keracunan secara umum
2. Untuk mengetahui definisi dari IFO, karbonmonoksida, dan NAPZA
3. Untuk mengetahui manifestasi dari keracunan dan overdosis IFO, karbonmonoksida dan
NAPZA
4. Untuk penatalaksanaan dari keracunan dan overdosis IFO, karbonmonoksida dan
NAPZA
BAB II
PEMBAHASAN
2. Karbonmonoksida
Karbon monoksida (gas buangan kendaraan, gas rumah tangga) tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa. Absorpsi melalui inhalasi dan kemudian tidak dimetabolisme;
distribusi dalam darah, eliminasi melalui paru dengan cara ekshalasi. Berikatan dengan
sistem sitokrom oksidase; berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan sitokrom
A3. Karbon monoksida adalah asfiksan respirasi yang berikatan dengan hemoglobin dan
myoglobin, yang akan mengurangi kemampuan darah mengangkut oksigen. Waktu paruh
dalam tubuh adalah 5-6 jam. Karbon monoksida memiliki afinitas dengan Hb 250kali
lebih kuat dibandingkan dengan oksigen; menyebabkan pergeseran kurva disosiasi kekiri,
menghambat pelepasan oksigen ke jaringan. Karbon monoksida berikatan dengan
myoglobin dan membuatnya menjadi tidak aktif
Sumber :
1) Endogen : CO adalah hasil degradasi dari hemoglobin dan komponen lain yang
mengandung hem :
a Kadar karboksihemoglobin (COHb) < 5% pada perokok dan < 10% pada
pasien bukan perokok
b. Pada wanita hamil kadar COHb bisa lebih dari 2-5%
c. Pada bayi normal kadar COHb dapat mencapai 4-5%
d. Pada anemia hemolitik kadarnya dapat mencapai 6%
2) Eksogen :
a Rokok : saat merokok, ujung batang rokok mengandung 2.5 kali lebih banyak
gas CO dari pada gas yang terhirup
b. Perokok seringkali memiliki kadar CO antara 4-10%
c. Kebakaran : menghirup udara dari kebakaran mengandung lebih dari 10% gas
CO (100 kali konsentrasi yang diperlukan untuk menyebabkan kadar letal
COHb)
d. Gas buangan kendaraan terdiri atas 8% CO, penumpang biasanya terpapar CO
karena tempat duduk yang terlalu dekat dengan sistem buangan kendaraan
e. Metilen chloride pada zat penghilang cat, aerosol dan fumigant sangat mudah
diserap melalui kulit dan secara perlahan dimetabolisme menjadi CO.
Perhatikan bahwa waktu paruh COHb karena paparan metilen chloride dua
kali lebih besar daripada inhalasi.
3. NAPZA
Napza merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat / bahan adiktif
lainnya adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan
mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan
gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan
(adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
Kegawatdaruratan NAPZA adalah suatu keadaan yang mengancam kehidupan
seseorang akibat penggunaan zat/obat yang berlebihan (intoksikasi/over dosis) sehingga
dapat mengancam kehidupan, apabila tidak dilakukan penanganan dengan segera
a. Jenis-jenis NAPZA
NAPZA dapat dibagi ke dalam beberapa golongan yaitu:
1. Narkotika
Narkotika adalah suatu obat atau zat alami, sintetis maupun sintetis yang
dapat menyebabkan turunnya kesadaran, menghilangkan atau mengurangi hilang
rasa atau nyeri dan perubahan kesadaran yang menimbulkan ketergantungna
akan zat tersebut secara terus menerus. Contoh narkotika yang terkenal adalah
seperti ganja, heroin, kokain, morfin, amfetamin, dan lain-lain. Narkotika menurut
UU No. 22 tahun 1997 adalah zat atau obat berbahaya yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan maupun perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan (Wresniwiro dkk. 1999).
Golongan narkotika berdasarkan bahan pembuatannya adalah:
a) Narkotika alami yaitu zat dan obat yang langsung dapat dipakai sebagai
narkotik tanpa perlu adanya proses fermentasi, isolasi dan proses lainnya terlebih
dahulu karena bisa langsung dipakai dengan sedikit proses sederhana. Bahan
alami tersebut umumnya tidak boleh digunakan untuk terapi pengobatan secara
langsung karena terlalu berisiko. Contoh narkotika alami yaitu seperti ganja dan
daun koka.
b) Narkotika sintetis adalah jenis narkotika yang memerlukan proses yang bersifat
sintesis untuk keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang rasa
sakit/analgesik. Contohnya yaitu seperti amfetamin, metadon,
dekstropropakasifen, deksamfetamin, dan sebagainya. Narkotika sintetis dapat
menimbulkan dampak sebagai berikut:
2. Depresan = membuat pemakai tertidur atau tidak sadarkan diri.
3. Stimulan = membuat pemakai bersemangat dalam beraktivitas kerja dan
merasa badan lebih segar.
4. Halusinogen = dapat membuat si pemakai jadi berhalusinasi yang mengubah
perasaan serta pikiran.
c) Narkotika semi sintetis yaitu zat/obat yang diproduksi dengan cara isolasi,
ekstraksi, dan lain sebagainya seperti heroin, morfin, kodein, dan lain-lain.
2. Psikotropika
Menurut Kepmenkes RI No. 996/MENKES/SK/VIII/2002, psikotropika adalah
zat atau obat, baik sintesis maupun semisintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku. Zat yang tergolong dalam psikotropika (Hawari,
2006) adalah: stimulansia yang membuat pusat syaraf menjadi sangat aktif
karena merangsang syaraf simpatis. Termasuk dalam golongan stimulan adalah
amphetamine, ektasy (metamfetamin), dan fenfluramin. Amphetamine sering disebut
dengan speed, shabu-shabu, whiz, dan sulph. Golongan stimulan lainnya adalah
halusinogen yang dapat mengubah perasaan dan pikiran sehingga perasaan dapat
terganggu. Sedative dan hipnotika seperti barbiturat dan benzodiazepine merupakan
golongan stimulan yang dapat mengakibatkan rusaknya daya ingat dan kesadaran,
ketergantungan secara fisik dan psikologis bila digunakan dalam waktu lama.
2. Karbonmonoksida
Karbon monoksida menyebabkan demyelisasi sel otak, dengan hasil otopsi ditemukan
adanya edema cerebral, nekrosis pada superfisial substansia putih, globus pallidus,
cerebrum dan hippokampus. Sekuele berupa keterlambatan neuropsikiatri terjadi pada
40% kasus.
Keracunan gas monoksida sulit untuk didiagnosis karena ada beberapa tanda dan gejala
patognomonis. Gejala ringan tidak spesifik, seperti sakit kepala, mual dan muntah,
pusing. Beberapa anggota keluarga dapat memberikan gejala yang sama pada saat yang
bersamaan seperti yang sering terjadi pada penyakit flu.
Gejala-gejala klinis dari saturasi darah oleh karbon monoksida dapat dilihat pada table :
3. NAPZA
Pengaruh NAPZA pada tubuh disebut intoksikasi. Selain intoksikasi, ada juga sindroma
putus zat yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat penggunaan zat yang
dikurangi atau dihentikan. Tanda dan gejala intoksikasi dan putus zat berbeda pada
jenis zat yang berbeda.
Namun secara umum, manifestasi klinis dari pemakaian NAPZA adalah :
1. Perubahan Fisik :
Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo ( cadel ), apatis
( acuh tak acuh ), mengantuk, agresif.
Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi
lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.
Saat sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair, menguap terus,
diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun.
Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap
kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada lengan.
2. Perubahan sikap dan perilaku :
Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos,
pemalas, kurang bertanggung jawab.
Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas
atau tempat kerja.
Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa ijin.
Sering mengurung diri, berlama – lama di kamar mandi, menghidar bertemu
dengan anggota keluarga yang lain.
Sering mendapat telepon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh anggota
keluarga yang lain.
Sering berbohong, meminta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak jelas
penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau
keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan sering berurusan dengan polisi.
Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar, bermusuhan
pencurigaan, tertutup dan penuh rahasia
2. Karbonmonoksida
Penatalaksanaan berupa tindakan suportif dan pemberian terapi oksigen
ABC
a. Lakukan evaluasi dan terapi suportif jalan nafas
b. Lakukan intubasi orotrakhea bila terjadi gangguan ventilasi dan oksigenasi
c. Berikan suplemen oksigen 100% melalui masker yang melekat erat ke wajah
Catatan : waktu paruh eliminasi COHb dalam serum bila bernafas dengan udara bebas
adalah 520 menit, berubah menjadi 80 menit bila bernafas dengan oksigen 100%.
Terapi oksigen sebaiknya tidak dihentikan sampai gejala hilang dan kadar COHb <
10%
Lakukan monitoring : EKG (menunjukkan gambaran sinus takikardi dan
perubahan segmen ST)
Pikirkan penggunaan natrium bikarbonat infus bila ada metabolik asidosis (pH
darah arteri < 7.1)
Pemeriksaan Laboratorium
Rutin : Darah lengkap, glukosa, ureum/creatinin/elektrolit, analisa gas darah
dengan kadar COHb, EKG 12 lead
Sesuai dengan kondisi pasien : foto rontgen thoraks (pada cedera inhalasi yang
berat, aspirasi paru, bronkopneumonia dan edema paru)
Terapi antidotum : Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Weaver, dkk (2002)
menunjukkan bahwa 3 buah terapi oksigen hiperbarik yang dilakukan dalam 24 jam
berhasil menurunkan resiko gejala sisa berupa kelainan kognitif dalam waktu 6
minggu dan 12 minggu setelah keracunan gas CO. Keuntungan dari terapi oksigen
hiperbarik adalah untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh gas CO bukan
menghilangkan gas tersebut.
Disposisi
Rujuk pasien untuk melakukan terapi oksigen hiperbarik dengan menghubungi
tempat-tempat lokal yang memiliki sarana terapi hiperbarik baik sipil maupun
militer, sesuai dengan protokol lokal :
a) Seluruh pasien yang pingsan, kelainan neurologis dan kelainan jantung
dengan peningkatan kadar COHb
b) Seluruh pasien dengan kadar COHb > 25%
c) Wanita hamil dengan kadar COHb > 10%
d) Iskemik myocardium
e) Gejala yang memburuk setelah pemberian terapi oksigen
f) Gejala yang menetap setelah terapi oksigen 100% selama 4 jam (termasuk
kelainan test psikometer dan takikardia)
g) Neonatus
Catatan : Dengan terapi oksigen hiperbarik, waktu paruh eliminasi CO berkurang
menjadi 23 menit, kecuali bila terapi dilakukan dalam seting militer, sulit sekali untuk
melakukan terapi yang adekuat untuk memperoleh pengurangan waktu paruh
Rawat pasien di ruangan penyakit dalam bila kadar COHb < 20%, berikan oksigen
aliran tinggi 15L/ menit melalui masker minimal 4 jam sampai kadar COHb
kembali ke normal
Pasien yang tanpa gejala dengan kadar COHb < 20% jarang sekali mengalami
komplikasi dan dapat dipulangkan dari emergency departemen dengan nasihat
untuk segera mencari pertolongan medis bila muncul gejala sebagai berikut :
1. Kesulitan untuk bernafas atau sesak
2. Nyeri dada atau rasa berat didada
3. Kesulitan untuk mengkoordinasikan tangan dan kaki
4. Gangguan daya ingat
5. Sakit kepala atau pusing yang berkepanjangan
Pasien yang dipulangkan harus dirujuk kebagian psikiatri untuk melakukan
screening neuropsikiatri karbon monoksida untuk mendeteksi deterioration
Pasien harus diberitahu untuk tidak merokok selama 72 jam
3. NAPZA
Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan mulai dari pencegahan, pengobatan
sampai pemulihan (rehabilitasi).
a) Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan:
a. Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang
NAPZA
b. Deteksi dini perubahan perilaku
c. Menolak tegas untuk mencoba (“Say no to drugs”) atau “Katakan tidak pada
narkoba”
b) Pengobatan
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi. Detoksifikasi
adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat, dengan dua cara
yaitu:
a. Detoksifikasi tanpa subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang
mengalami gajala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala
putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut
berhenti sendiri.
b. Detoksifikasi dengan substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat misalnya
kodein, bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik
dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian
substitusi adalah dengan cara penurunan dosis secara bertahap sampai
berhenti sama sekali. Selama pemberian substitusi dapat juga diberikan obat
yang menghilangkan gejala simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri,
rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat
putus zat tersebut.
c) Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu
melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA
yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan
fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan
pasien baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang
disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Depkes,
2001).
Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA menjalani program terapi
(detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 (satu) minggu dan dilanjutkan
dengan program pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka
yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu rehabilitasi
(Hawari, 2003).
Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama karena
tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasilitas, dan sarana
penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit. Menurut Hawari (2003), bahwa
setelah klien mengalami perawatan selama 1 minggu menjalani program terapi
dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi selama 2 minggu maka klien tersebut
akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan unit lainnya)
selama 3-6 bulan. Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter
sembuh menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja bisa sampai
2 tahun.
Berdasarkan pengertian dan lama rawat di atas, maka perawatan di ruang rehabilitasi
tidak terlepas dari perawatan sebelumnya yaitu di ruang detoksifikasi. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada bagan di bawah ini (bagan 1).
Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai menjalani
detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi kebiasaan menggunakan NAPZA,
oleh karena rasa rindu (craving) terhadap NAPZA yang selalu terjadi (DepKes,
2001). Dengan rehabilitasi diharapkan pengguna NAPZA dapat:
1. Mempunyai motivasi kuat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA lagi
2. Mampu menolak tawaran penyalahgunaan NAPZA
3. Pulih kepercayaan dirinya, hilang rasa rendah dirinya
4. Mampu mengelola waktu dan berubah perilaku sehari-hari dengan baik
5. Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja
6. Dapat diterima dan dapat membawa diri dengan baik dalam pergaulan dengan
lingkungannya.
C = Circulation Support
Circulation support adalah pemberian ventilasi buatan dan kompresi dada luar yang
diberikan pada klien yang mengalami henti jantung. Selain itu untuk
mempertahankan sirkulasi spontan dan mempertahankan sistem jantung paru agar
dapat berfungsi optimal dilakukan bantuan hidup lanjut (advance life support). Jika
tindakan ini dilakukan dengan cara yang salah maka akan menimbulkan penyulit-
penyulit seperti patah tulang iga, atau tulang dada, perdarahan rongga dada dan injuri
organ abdomen.
Sebelum melakukan RJP pada klien perawat harus memastikan bahwa klien dalam
keadaan tidak sadar, tidak bernapas dan arteri karotis tidak teraba. Cara melakukan
pemeriksaan arteri karotis adalah dengan cara meletakkan dua jari diatas laring
(jakun). Lalu geser jari penolong ke arah samping dan hentikan disela-sela antara
laring dan otot leher. Setelah itu barulah penolong merasakan denyut nadi. Perabaan
dilakukan tidak boleh lebih dari 10 detik.
Melakukan resusitasi yang benar adalah dengan cara meletakkan kedua tangan
ditulang dada bagian sepertiga bawah dengan jari mengarah ke kiri dengan posisi
lengan tegak lurus dengan sendi siku tetap dalam eksteni (kepala tengkorak). Untuk
memberikan kompresi dada yang efektif. Lakukan kompresi dengan kecepatan
100x/menit dengan kedalaman kompresi 4-5 cm. Kompresi dada harus dilakukan
selam nadi tidak teraba dan hindari penghentian kompresi yang terlalu sering. Rasio
kompresi ventilasi yang direkomendasian adalah 30:20. Rasio ini dibuat untuk
menigkatkan jumlah kompresi dada, mengurangi kejadian hiperventilasi, dan
mengurangi pemberhentian kompresi untuk melakukan ventilasi.
2. Penilaian Klinik
Penatalaksanaan intoksikasi harus segera dilakukan tanpa menunggu hasil
pemeriksaan toksikologi. Beberapa keadaan klinik perlu mendapat perhatian karena
dapat mengancam nyawa seperti koma, kejang, henti jantung, henti nafas, dan syok.
3. Anamnesis
Pada keadaan emergensi, maka anamnesis kasus intoksikasi ditujukan pada tingkat
kedaruratan klien. Yang paling penting dalam anamnesis adalah mendapatkan
informasi yang penting seperti :
a. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang obat yang digunakan, termasuk obat
yang ering dipakai, baik kepada klien (jika memungkinkan), anggota keluarga,
teman, atau petugas kesehatan yang biasa mendampingi (jika ada) tentang obat
yang biasa digunakan.
b. Tanyakan riwayat alergi atau riwayat syok anafilaktik.
c. Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda/kelainan akibat intosikasi, yaitu
pemeriksaan kesadaran, tekanan darah, nadi, denyut jatung, ukuran pupil, keringat,
dan lain-lain. Pemeriksaan penunjang diperlukan berdasarkan skala prioritas dan pada
keadaan yang memerlukan observasi maka pemeriksaan fisik harus dilakukan
berulang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keracunan atau intoksinasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat,
serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Beberapa jenis obat dan
zat yang dapat menyebabkan keracunan dan overdosis adalah IFO, karbonmonoksida dan
NAPZA. Keracunan atau intoksinasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh
obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Karbon monoksida
(gas buangan kendaraan, gas rumah tangga) tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa. Napza merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat / bahan adiktif
lainnya adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan
mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat. Penatalksanaan pada jenis
keracunan tersebut berbeda bergantung pada zat yang meracuninya. Namun tidak
terlepas dari prinsip ABC.
3.2 Saran
Kegawatan pada pasien dengan keracunan dan overdosis sangat penting untuk
segera ditangani. Bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien
bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita sebagai petugas kesehatan
hendaknya perlu memahami penanganan kegawatdaruratan pada pasien dengan
keracunan dan overdosis secara cepat, cermat dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat
kita hindari.
Daftar Pustaka