Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN TUTOR

BLOK KEPERAWATAN JIWA I


KASUS II

Dosen Pengampu :
Ns. Kamariyah, S.Kep., M.Kep
Disusun Oleh : Kelompok 2
1. Etia Zaria Amna G1B118007
2. Rachel Arga Mutiara G1B118008
3. Rani Alfiyyah Az-Zahra G1B118012
4. Nur Ayu Hijratun Nikmah G1B118011
5. Intan Syafika G1B118013
6. Rivi Maldanurman Putri G1B118014
7. Mori Fajar Jauhary G1B118058
8. Nurul Mellinia Ramadana G1B118059
9. Alda Afrila Gani G1B118060
10. Angel Devania Diwarman G1B118062
11. Fajar G1B118061

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjat kan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpah kan rahmat dan hidayah –Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan tutor kasus 2 yang membahas mengenai ketidak efektifan
koping pada Blok Keperawatan Jiwa I

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa nya.Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan  kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki Laporan  ini.

Jambi, 22 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................i

Daftar Isi..........................................................................................................ii

BAB 1 Pendahuluan………………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................2
1.4 Manfaat.................................................................................................2

BAB 2 Tinjauan Pustaka…………………………………………………….3

2.1 Konsep dasar asuhan keperawatan.......................................................3

2.1. 1Definisi koping....................................................................................3

2.1.2 Sumber sumber koping........................................................................3

2.1.3 Sistem dukungan sosial........................................................................6

2.1.4 Jenis jenis mekanisme koping.............................................................7

2.1.5 Asuhan keperawatan Teoritis..............................................................7

BAB 3 Penutupan…………………………………………………………….9

3.1 Kesimpulan...........................................................................................9
3.2 Saran ....................................................................................................10

BAB 4 Asuhan Keperawatan.........................................................................10

Daftar Pustaka................................................................................................17

Lampiran.........................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam
menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang
mengancam baik secara kognitif maupun perilaku (Lazarus, 1985; Keliat,
2007). Menurut Rasmus (2004), mekanisme koping yang digunakan oleh
seorang individu mengesampingkan pikiran dan ingatan yang menjadi
masalah agar dapat fokus pada apa yang ingin dicapai.

Mekanisme koping merupakan proses yang dinamis dalam memecahkan


masalah, dimana perilaku koping sebagai respon yang dimunculkan akan
berbeda antara individu satu dengan individu lain. Koping akan dimunculkan
tergantung bagaimana individu tersebut dalam menghadapi masalah, koping
yang efektif akan menyebabkan seseorang mampu beradaptasi terhadap
perubahan atau beban yang dihadapi dan koping yang tidak efektif akan
menyebabkan seseorang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut
(Stuart & Sundeen, 1995; Keliat, 2007). Mekanisme koping akan muncul
baik secara sadar maupun tidak sadar ketika seseorang menghadapi stressor,
yang salah satunya adalah kecemasan (Potter & Perry, 2005; Keliat, 2007).

Maka disini kami akan memaparkan tentang mekanisme koping dalam


keperawatan yang nantinya akan dibutuhkan oleh kita untuk proses
pembuatan asuhan keperawatan serta pada pelaksanaannya. Didalamnya
terkandung komponen-komponen koping terdiri dari definisi koping, sumber-
sumber koping, sistem dukungan sosial, dan jenis-jenis mekanisme koping.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka perumusan masalah pada
makalah ini adalah “bagaimana konsep mekanisme koping”
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep mekanisme koping.
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu memahami apa pengertian dari koping
2) Mahasiswa mampu memahami apa saja sumber-sumber koping
3) Mahasiswa mampu memahami apa saja sistem dukungan sosial
4) Mahasiswa mampu memahami apa saja jenis-jenis mekanisme
koping
1.4 Manfaat
a. Bagi Penulis
Mampu meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang konsep dan
asuhan keperawatan mekanisme koping
b. Bagi Pembaca
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan tentang konsep dan asuhan
keperawatan mekanisme koping
c. Bagi Institusi
Sebagai informasi dalam pembuatan makalah selanjutnya dengan judul
konsep mekanisme koping

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.1.1 Defenisi Koping
Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi
yang mengancam (Keliat, 1999). Koping adalah suatu usaha individu untuk
mengatasi stres psikologis (Potter & Perry, 2010).
Menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku
secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau
eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.
Mekanisme koping cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan
masalah, mengatasi perubahan yang terjadi, dan situasi yang mengancam, baik
secara kognitif maupun perilaku (Nazir dan Muhit, 2011).

2.1.2 Sumber-Sumber Koping


a. Sumber Koping Primer
Sumber koping primer merupakan suatu kemampuan individu dalam
menghadapi situasi yang penuh stres dengan melibatkan kemampuan
kognisi afeksi, fisiologi perilaku dan respon sosial. Sumber koping primer
ini merupakan evaluasi terhadap kesejahteraan individu. Disini individu
memaknai stresor dalam hal pengertian stresor bagi inidividu sediri,
intensitasnya, dan keunikan individu dalam menginterpretasi stresor.
b. Sumber Koping Skunder
Penilaian sekunder individu adalah evaluasi terhadap sumber koping,
pilihan atau strategi yang dilakukan seseorang (Stuart dan Sundeen, 1987).
Penilaian terhadap koping sumber sekunder merupakan hal penting dalam
menghadapi suasana kehidupan yang penuh stres. Jadi bisa dikatakaan
bahwa sumber koping primer dan skunder merupakan dua hal yang tidak

3
bisa dipisahkan dalam evaluasi individu. Terdapat lima sumber utama
koping dimana hal tersebut membantu individu untuk beradaptasi terhadap
stres dan penyakit. Hal tersebut diantaranya finansial, kemampuan dan
keterampilan individu, teknik bertahan, dukungan sosial, dan dorongan
motivasi. Lazarus dan Folkman (1985) menambahkan juga beberapa
sumber daya diantaranya kesehatan dan energi, keyakinan positif,
pemecahan masalah dan keterampilan sosial, serta sosial dan sumber daya
yang ada.
Penelitian emiris mengarahkan dukungan untuk hubungan timbal balik
antara faktor predisposisi dan sumber koping ke dalam kekuatan
komunitas sosial. Seperti penilaian primer, penilaian sekunder dari sumber
koping melibatkan kognitif, afektif, fisik, perilaku, dan respon sosial
1. Penilaian Primer
Seseorang saat berkonsentrasi pada ketersediaan dan efektivitas dari
strategi coping yang mungkin dilakukan. Tetapi penilaian sekunder lebih
dari latihan intelektual belaka untuk menganalisis semua hal yang dapat
dilakukan. Agaknya, proses evaluasi kompleks yang memperhitungkan
pilihan koping yang tersedia, kemungkinan bahwa memberikan pilihan
mengatasi, akan mencapai apa yang seharusnya dan kemungkinan bahwa
seseorang dapat menerapkan strategi tertentu secara efektif.
2. Afektif
Sebelumnya menimbulkan respon cemas yang umum terjadi
disempurnakan menjadi emosi spesifik yang dominan. Termasuk senang,
sedih, takut, marah, penerimaan, ketidakpercayaan, antisipasi, dan kaget
atau terkejut. Emosi dapat diklasifikasikan lebih lanjut sesuai dengan jenis,
durasi, dan intensitas-karakteristik yang berubah dari waktu ke waktu dan
peristiwa. Contohnya ketika emosi berkepanjangan dari waktu ke waktu
dapat diklasifikasikan sebagai suasana hati; ketika berkepanjangan selama
jangka waktu yang lama, dapat dianggap sebagai sikap.
3. Respon Fisik

4
Akan mereflesikan interaksi neuroendokrin dengan melibatkan beberapa
hormon pertumbuhan, prolaktin, hormon adrenokortikotropik (ACTH),
luteinizing dan hormon follicle-stimulating, hormon tyroid-merangsang,
vasopressin, oksitosin, epinefrin, norepinefrin, dan insulin.
4. Respon Perilaku
Akan mencerminkan baik emosi dan perubahan fisiologis yang dialami
oleh individu, serta analisis kognitif tentang situasi stres. Caplan
menggambarkan empat fase interdigitating atau aspek dari respon individu
untuk peristiwa stres.
 Fase 1 adalah perilaku yang mengubah lingkungan stres atau
memungkinkan individu untuk melarikan diri dari itu
 Fase 2 adalah perilaku untuk memperoleh kemampuan baru untuk
bertindak mengubah keadaan eksternal setelahnya
 Fase 3 adalah perilaku intrapsikis bergantung terhadap rangsangan
emosional yang tidak menyenangkan
 Fase 4 perilaku intrapsikis untuk berdamai dengan situasi dan sisa
gejaladengan penyesuaian internal

Konseptualisasi respon perilaku individu dalam fase ini mungkin akan


membantu untuk perawat.
5. Respon Sosial
Mengevaluasi dukungan sosial yang sebenarnya tersedia untuk individu.
Sejumlah penelitian telah mendokumentasikan peningkatan tingkat
gangguan kejiwaan dan morbiditas medis umum dan kematian di antara
orang-orang yang terisolasi secara sosial.Jadi, juga, penelitian di bidang
sosiologi medis, epidemologis, psikologi organisasi dan sosial, dan stres
eksperimental mengungkapkan bahwa para anggota lingkungan sosial
yang dirasakan oleh individu ditekankan sebagai "significant others" yang
melayani fungsi pelindung dan restoratif kesehatan.

5
2.1.3 Sistem Dukungan Sosial
Dukungan sosial untuk individu dimulai dalam rahim dan dikomunikasikan
dalam berbagai cara untuk bayi yang baru lahir, termasuk cara dia diadakan,
makan, dan menghibur. Saat kehidupan berlangsung, dukungan semakin berasal
dari anggota keluarga lainnya, dari rekan-rekan di sekolah, tempat kerja, dan di
masyarakat. Pada saat kebutuhan besar, dukungan dapat diberikan oleh perawat
atau profesional kesehatan lainnya. Meskipundemikian, sistem pendukung sosial
atau jaringan sosial yang umum dipahami, mencerminkan kompleksitas dimensi.
Mengingat kompleksitas konsep, itu tidak mengejutkan bahwa definisinya
berbeda oleh berbagai peneliti dan praktisi. Definisi ini menunjukkan bahwa
berbagai jenis dukungan dapat diberikan oleh sistem dukungan sosial.Meskipun
diutarakan secara berbeda oleh masing-masing teori, lima fungsi umum dari
jaringan sosial dapat digambarkan sebagai:
1. Dukungan emosional
2. Tugas-berorientasi pada bantuan
3. Umpan balik dan evaluasi
4. Keterkaitan sosial dan integrasi
5. Akses untuk informasi baru
Nilai jaringan sosial dalam memberikan dukungan emosional telah lama
dikenal. Beberapa percaya itu adalah fungsi utama dan menyamakan dukungan
dengan cinta, kasih sayang, dan pengasuhan.
Meskipun fungsi relatif dari dukungan sosial dapat dikenakan beberapa
variasi, ada kesepakatan yang kuat dengan Caplan pada efeknya. Dua bidang
efeknya sangat relevan, hubungan dukungan sosial untuk membantu mencari dan
adaptasi psikologis. Dalam sebuah artikel, Gourash menguraikan empat cara
umum bahwa jaringan sosial bepengaruh pada pencarian bantuan:
1. Penyangga pengalaman stres yang menyingkirkan kebutuhan untuk
bantuan
2. Menghalangi kebutuhan untuk bantuan profesional melalui penyediaan
dukungan insrtumental dan afektif
3. Bertindak sebagai skrining dan rujukan agen untuk layanan profesional

6
4. Mengirimkan sikap, nilai, dan norma-norma tentang pencarian bantuan
Temuan ini memiliki implikasi untuk pencegahan primer, sekunder, dan
tersier.

2.1.4 Jenis - Jenis Mekanisme Koping


Mekanisme koping dapat didefinisikan sebagai upaya diarahkan pada
manajemen stres. Ia bisa menjadi tugas yang berorientasi dan melibatkan upaya
pemecahan masalah langsung untuk mengatasi ancaman itu sendiri atau
intrapsikis atau ego pertahanan yang berorientasi dengan tujuan mengatur
tekanan emosional seseorang (Stuart dan Sundeen, 1987).
Mekanisme koping dapat berupa konstruktif atau destruktif. Dapat dianggap
konstruktif ketika kecemasan seseorang diperlakukan sebagai sinyal peringatan
bahwa ada sesuatu yang salah dan individu menerimanya sebagai tantangan
untuk memperjelas dan menyelesaikan masalah mendasar.
Dalam hal ini, kecemasan dapat dibandingkan dengan demam-baik berfungsi
sebagai peringatan bahwa sistem sedang diserang. Setelah kerja berhasil,
mekanisme koping yang konstruktif akan mengubah jalan masa lalu yang
menjadi pengalaman dimanfaatkan untuk memenuhi ancaman di masa depan.
Mekanisme koping destruktif, sebaliknya, digunakan untuk melindungi diri dari
kecemasan tanpa menyelesaikan konflik yang menyebabkan itu. Mekanisme ini
merupakan salah satu penggelapan bukannya resolusi (Stuartdan Sundeen, 1987).

2.1.5 Asuhan keperawatan teoritis


1. Pengkajian
Pengkajian adalah data data yang diperlukan untuk mendukung perawat dalam
mengkaji dan menentukan masalah keperawatan. Pengkajian yang diperlukan
meliputi:
a) Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, pendidkan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis.
b) Keluhan utama yang dirasakan klien.
c) Riwayat kesehatan sekarang.

7
d) Riwayat kesehatan masa lalu.
e) Riwayat kesehatan keluarga.
f) Riwayat keadaan psikososial.
g) Status mental.
h) Pemeriksaan
2. Analisa Data
Analisa data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan
secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan
keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan data merupakan tahap awal
dalam proses keperawatan. Terdapat dua tipe data yaitu data subjektif dan data
objektif.
a) Data Subjektif
 Klien mengatakan tidak ada pilihan pakaian.
 Klien mengatakan keluarga klien tidak membawaklien untuk kontrol
ulang.
 Klien mengatakan tentang biaya yang akan dikeluarkan untuk kontrol jika
klien memiliki asuransi kesehatan.
 Klien mengatakan jika biaya asuransi kesehatan yang dimilikinya tidak
dikenakan biaya yang mahal klien akan rajin kontrol.
b) Data Objektif
 Pakaian yang dipakai klien kusam dan tidak rapi.
 Klien terlihat tidak mengerti mengenai asuransi kesehatan yang
dimilikinya.
 Klien terlihat bertanya biaya dari asuransi kesehatan yang dimilikinya.
 Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini bertujuan untuk mendiskripsikan masalah apa yang
akan dicapai. Masalah keperawatan yang akan dicapai dilihat
berdasarkan teori kebutuhan dasar dan hasil pengkajian kasus klien.
5. Perencanaan
Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan mengawali
langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah

8
kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien
dan hasil diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk
mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain
berkolaborasi dengan klien dan keluarganya, perawat konsultasi dengan
anggota tim perawat kesehatan lainnya, menelaah literature yang berkaitan
memodifikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan tentang
kebutuhan perawatan kesehatan klien dan penatalaksaan klinik (Potter &
Perry, 2005).Berdasarkan kriteria hasil Nursing Outcomes Classification
dan Nursing Intervensi Classificationketidakmampuan koping keluarga
menurut Potter & Perry (2010) adalah Hasil dari NOC:
1. Koping keluarga: Tindakan keluarga untuk menangani stresor
yang mengganggu sumber keluarga.
2. Normalisasi Keluarga: Kapasitas sistem keluarga untuk
mengembangkan strategi guna mencapai fungsi optimal ketika
anggota keluarga mengalami penyakit kronis ataupun disabilitas.
Intervensi NIC:
1. Terapi keluarga: membantu anggota keluarga untuk menggerakkan
keluarga mereka ke arah cara hidup yang lebih produktif.
2. Dukungan keuarga: Meningkatkan nilai, minat, dan tujuan
keluarga.
3. Promosi keterlibatan keluarga: memfasilitasi partisipasi keluarga

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mekanisme Koping adalah cara yang dilakukan individu untuk


menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, dan respon
terhadap situai yang mengancam. Koping yang efektif akan menghasilkan
adaptasi, koping diidentifikasi oleh respon, manifestasi dan pertanyaan
klien dalam wawancara ( Keliat, B. A, 1998). Jadi mekanisme koping
adalah cara seseorang untuk memecahkan masalah yang ada dihidupnya
dengan cara yang berbeda dari setiap individunya dan akan diterapkan
dalam kehidupannya secara bertahap di dalam mekanisme koping terbagi
dua golongan yaitu adaptif dan maladaptif dalam mekanisme koping
memiliki sifat konstruktif dan desktruktif. Mekanisme konstruktif terjadi
ketika kecemasan diperlakukan sebagai sinyal peringatan dan individu
menerima sebagai tantangan untuk menyelesaikan masalah. Mekanisme
koping destruktif menghindari kecemasan tanpa menyelasaikan konflik.
Jadi di dalam mekanisme koping memiliki berbagai macam cara untuk
bisa menghadapi suatu masalah dengan solusi yang tepat agar kesehatan
jiwa dapat baik untuk kehidupan

3.2 Saran

Lebih baik dalam menghadapi masalah terlebih dahulu kita bisa


menyelesaikan dengan baik agar kesehatan jiwa tidak terganggu. Lebih
memperbanyak tindakan positif agar keseharian dalam kehidupan kita
dapat berjalan dengan baik. Bercerita lah jika memiliki masalah agar
pikiran kita tidak terlalu pusing dengan masalah. Mencari jalan keluar
memang bukan hal yang mudah tetapi juga harus difikirkan secara benar
agar tidak keulang lagi apa yang sudah terjadi.

10
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal Pengkajian : 20 Maret 2020


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata
Klien
Nama : Tn.A
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pengusaha tekstil ( bangkrut 2019)
Alamat : Perumahan Lazio Blok C
Status : Menikah
Diagnosa Medis :
Penanggung Jawab
Nama : Ny. ( istrinya )
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pegawai bank swasta
Alamat : Perumahan Lazio Blok C
Hubungan dengan klien : Istri klien

2. Keluhan Utama
sering sakit,perubahan pola tidur,sering merasa keletihan dan sering
mengeluh, klien tidak bisa bercerita dengan orang lain, Klien sering
marah tiba-tiba tanpa alasan yang jelas.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu
mengalami kebangkrutan dalam usaha tekstilnya. 2 bulan semenjak
kejadian itu Tn.A suka melamun, menyendiri di kamar, suka marah-
marah, tidak mau bergaul dengan masyarakat, jarang berkomunikasi
dengan orang lain sampai hubungan dengan tetangga menjadi renggang.

11
4. Riwayat penyakit sekarang
Klien merasa sering sakit,perubahan pola tidur,sering merasa keletihan
dan sering mengeluh tidak mampu mengatasi masalah yg dihadapi.klien
tidak bisa bercerita dengan orang lain.
5. Faktor Predisposisi
Pasien pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu
Bangkrut dalam usaha tekstil pada tahun 2019. semenjak itu pasien suka
melamun, menyendiri di kamar,suka marah-marah, sering
menunduk,tidak mau bergaul dengan masyarakat dan jarang
berkomunikasi dengan orang lain, sampai hubungan dengan tetangga
renggang.
6. Faktor presipitasi
Klien bangkrut dalam usaha tekstilnya pada tahun 2019.
7. Pemeriksaan Fisik
Tanda – tanda vital : Pemeriksaan pada Tn.A, diperoleh dengan
Keadaam Umum : Pasien dalam keadaan sadar
Tensi Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80x/mnt,
Respiratori : 20x/mnt,
Suhu : 36,8 C
Keadaan Fisik : Klien tampak rapi, tidak ada kelainan fisik yang
tampak.
Kulit : terawat dan bersih, tidak ada bekas luka
Mata : kontak mata tidak terlalu fokus saat berbicara

Diagnosa keperawatan
1. Coping Tidak Efektif
2. Harga Diri Rendah Situasional

12
ANALISA DATA
DATA SUBJEKTIV DATA OBJEKTIV DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Ds : Do : Coping Tidak Efektif
- Pasien mengatakan - klien tampak b.d tingkat persepsi
apabila pasien menyendiri,menunduk kontrol yang tidak
mempunyai ke bawah, serta kontak adekuat
masalah, pasien sering mata tidak terlalu fokus
memendamnya (tidak saat berbicara
mau menceritakan pada
orang lain)
-Istri Tn.A mengatkan
setelah usaha tekstilnya
bangkrut, Tn.A menjadi
berubah seperti suka
melamun, menyendiri di
kamar,suka marah-marah,
tidak mau bergaul dengan
masyarakat,jarang
berkomunikasi dengan
orang lain sampai
hubungan dengan
tetangga renggang.

  Daftar Masalah Keperawatan


A. Coping Tidak Efektif b.d tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat
B. Harga Diri Rendah Situasional

13
II . Perencanaan Keperawatan
Tgl No Dx.Keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi
20 1. 1. Coping Tidak 1. Klien dapat setelah 1x interaksi di harapkan :- Bina hubungan saling
maret Efektif b.d membina Mengungkapkan kemampuan untuk percaya dengan
2019 tingkat persepsi hubungan menanggulangi dan meminta bantuan menggunakan
kontrol yang tidak saling percaya jika perlu komunikasi yang
adekuat -Menunjukkan kemampuan untuk terapeutik:

memecahkan masalah dan ikut serta a. Sapa pasien dengan

bermasyarakat ramah tamah baik verbal


maupun nonverbal
-Mempertahankan bebas dari prilaku
b. Perkenalkan diri
yang destruktif pada diri sendiri
dengan sopan
maupun orang lain
c.Bantupasien
- Mengkomunikasikan kebutuhan dan menentukan tujuan yang
berunding dengan realistis dan mengenali
ketrampilan dan
pengetahuan pribadi

d. Gunakan komunikasi
empatik, dan dorong
pasien/keluarga untuk
mengungkapkan
ketakutan,
mengekspresikan emosi,
dan menetapkan tujuan

e. Jelaskan
tujuan pertemuan
f. Beriperhatian
dan perhatikan
kebutuhan dasar
klien,serta melakukan hal

14
yang di sukainya seperti
olahraga.
g.Memberikan pujian
yang wajar dalam
keberhasilan klien.

-Bina hubungan saling


20 2. 2. Harga Diri 1. Klien dapat percaya dengan prinsip
maret Rendah Situasinal meningkatkan komunikasi teraupatik
2019 kedaran
tentang -Bantu klien identifikasi
hubungan situasi penyebab
positive hargadiri rendah

15
terhadap harga Setelah 1x interaksi di harapkan :-
diri dan Mengungkapkan kemampuan untuk
pemecahan menanggulangi dan meminta bantuan
masalah yang jika perlu
efektif. -Menunjukkan kemampuan untuk
memecahkan masalah dan ikut serta
bermasyarakat
2.Klien
-Mempertahankan bebas dari prilaku
mampu
yang destruktif pada diri sendiri
melakukan hal
maupun orang lain
positive untuk
meningkatkan -klien mampu duduk berdampingan

harga diri. dengan perawat dan berbincang

DAFTAR PUSTAKA
Bulechek (2016). Nursing Interventions Clasification. Edisi 6. Indonesia.
Editor bahasa Indonesia Nurjannah, Tumanggor (2016).

16
Herdman, T. H (2012). NANDA Internasional Nursing Diagnoses :
Defenitions and Classifications, 2012-2014. Oxford : Wilay-Blackwell.
Keliat, B.A (1999). Penatalaksanaan Stres. Jakarta: EGC.
Lazarus, S.R. dan Folkman, S. (1985). Stress Appraisal and Coping. New
York: Publishing Company.
Moorhead (2016). Nursing Outcomes Classification. Edisi 6. Indonesia.
Editor bahasa Indonesia Nurjannah, Tumanggor (2016).
Natsir, Muhit. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa : Pengantar dan
Teori. Jakarta : Salemba Medika.
Potter & Perry (2010). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Indonesia.
Stuart, Sundeen. (1987). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 3
ed.St. Louis: Mosby Company.

Lampiran

17
STEP 1

Identifikasi Istilah

1. __

STEP 2

Identifikasi Masalah

1. Apa penyebab perilaku yang dialami Tn.A & bagaimana cara perawat
membantunya?
2. Mengapa saat stres imunitas menurun sehingga menjadi gampang sakit-
sakitan?
3. Dukungan keluarga seperti apa yang dibutuhkan tn. A seperti pada kasus?
4. intervensi apa yg perlu perawat berikan kepada pasien yg suka marah
marah tidak jelas ?
5. Tindakan apa yang dapat perawat lakukan agar Tn.A mau menceritakan
masalahnya kepada orang lain?
6. Didalam kasus dikatakan klien sering mengeluh tidak mampu mengatasi
masalah yg dihadapi dan klien tidak bisa bercerita dengan orang lain.
Nahhh bagaimana cara kita sebagai perawat menghadapi masalah tersebut
supaya klien mampu bercerita dg orang lain.
7. Apa saja Dampak negatif yang terjadi pada Tn. A yang sering
mengkomsumsi obat dan memendam masalahnya sendiri dan bagaimana
cara mengatasinya?
8. Bagaimana cara mengatasi pola fikir seseorang yang negatif terhadap
dirinya?
9. Bagaimana cara perawat merubah koping pasien maladaptif menjadi
adaptif

18
STEP 3

Analisa Masalah

1. Yang menyebabkan Tn. A marah marah tiba tiba tanpa alasan yang jelas
Karna respon koping Tn. A yang kurang efektif, masalah yang di alami
klien di simpan dan di pendam dan klien memikirkan jalan keluar dari
masalah yg di hadapi klien dengan respon koping marah marah tanpa
alasan. Jika kita gambarkan
Resiko perilaku kekerasan ( akibat yang di timbulkan bisa berupa marah
marah, memberotak, merusak barang yang ada di sekitarnya, bahkan jika
tidak teratasi bisa melukai diri sediri atau pun orang lain)

2. Kajian Saul A McLeo, 2010, menyatakan, saat stres, kemampuan sistem


kekebalan tubuh untuk melawan antigen berkurang.Akibatnya, kita lebih
rentan terhadap infeksi. Penyebabnya, hormon yang diproduksi tubuh saat
stres, yakni kortikosteroid, menekan efektivitas sistem kekebalan tubuh,
antara lain dengan menurunkan jumlah limfosit.
Ketika dalam fase stress maka tubuh akan memasuki fase yang berbeda.
Fase ini mengikis kemampuan imun untuk menjaga tubuh dari berbagai
virus dan bakteri yang masuk

3. Untuk kasus seperti Tn A, Harus keluarga duluan yang bisa menerima.


Jadi yang berdamai duluan adalah pihak keluarganya untuk bisa menerima
kondisi Tn. A dan mendukung kesembuhan Tn. A. Dukungan yang bias
diberikan keluarga :
a. Keluarga menerima kondisi Tn. A dan berusaha untuk melakukan
segala sesuatu untuk kesembuhan Tn. A
b. Keluarga merasa sedih dengan kondisi yang ada sehingga rasa
empati yang cukup tinggi.

19
c. Keluarga selalu melakukan komunikasi untuk menghibur Tn. A
dan selalu mensupport dengan mengatakan hal yang terjadi kepada
Tn. A itu adalah kehendak Tuhan.
d. Keluarga melakukan tindakan yang baik dengan membawa
kepelayanan kesehatan yaitu ke rumah sakit.

Tindakan yang dilakukan keluarga yaitu

a. Beri dukungan kepada tn.a agar dia mau melakukan aktivitas


dengan aktif
b. Bantu tn.a dalam mengisi waktu luangnya dengan baik
c. Jangan biarkan tn.a sendirian
d. Motivasi tn.a agar mau merealisasikan lamunan nya
e. Beri dukungan agar tn.a mau berpikir hal positif
f. Ajak tn.a untuk berbicara agar mau berkomunikasi
g. Dengarkan dengan baik apa yang tn.a bicarakan
4. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
therapeutic
a. Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
e. Buat kontrak interaksi yang jelas
f. Jujur dan menepati janji.
g. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
h. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
i. Anjurkan pasien mengungkapkan yang dialami saat marah.
j. Diskusikan dengan Pasien penyebab marah marah tsb
k. simpulkan bersama pasien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami
pasien
l. Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan pasien

20
m. Bersama pasien menyimpulkan akibat cara yang digunakan
n. Bersama pasien menyimpulkan akibat cara yang digunakan

Caranya ialah :

a. Perawat harus menunjukkan sikap Empati merupakan sikap yang


paling utama dalam menunjukkan caring. Empati berarti memahami
pikiran dan perasaan klien dan ikut merasakan perasaannya tapi ikut
terlarut didalamnya.

b. Perawat harus Sabar karena untuk membina hubungan terapeutik, hal


penting yang dilakukan adalah sabar dengan klien. Karakter ini dapat
meningkatkan kemandirian klien

c. Perawat harus Terbuka agar terbina nya Hubungan saling percaya

d. Minta bantuan Support system. dari orang lain atau keluar

5. Tindakan yang dapat perawat lakukan agar Tn. A mau menceritakan


masalahnya yaitu:Perawat bisa tindakan komunikasi terapautik dan
interpersonal, beri penjelasan manfaat berhubunhan dengan orang lain dan
akibatnya jika tidak mau berhubungan dengan orang lain, membangun
kepercayaan, memahami kondisi pasien, gunakan komunikasi verbal dan
non berb, memberikan apresiasi kepada pasien

a. Perawat harus menunjukkan sikap Empati merupakan sikap yang


paling utama dalam menunjukkan caring. Empati berarti memahami
pikiran dan perasaan klien dan ikut merasakan perasaannya tapi ikut
terlarut didalamnya.
b. Perawat harus Sabar karena
c. Untuk membina hubungan terapeutik, hal penting yang dilakukan
adalah sabar dengan klien. Karakter ini dapat meningkatkan
kemandirian klien

21
d. Perawat harus Terbuka agar terbina nya Hubungan saling percaya
e. Minta bantuan Support system. dari orang lain atau keluarga

6. a. Mendekatkan diri dengan pasien


Dengan mendekatkan diri kepada pasien, maka perawat telah
menunjukkan sebuah penghormatan terhadap pasien. Ketika itu
dilakukan, pasien juga akan merasa bahwa perawat ingin terlibat dan
masuk kedalam diri pasien. Cara utama dari teknik yang satu ini
adalah dengan sesering mungkin mengajak pasien untuk
berkomunikasi dan sering menanyakan kabar pasien
b. Memberikan humor
Memberikan humor atau bahan bercandaan adalah salah satu hal
terpenting yang harus bisa dipelajari dan diaplikasikan oleh seorang
perawat. Sebuah bahan bercandaan yang berhasil membuat pasien
tertawa akan menunjukkan sebuah keberhasilan perawat dalam
memberikan ketenangan dan kebahagiaan bagi pasien
7. Memendam masalah sendiri sama seperti memendam emosi, dampak
negatif yg akan muncul jika berterusan adalah :
a. Meningkatkan risiko penyakit dan kematian, Energi akibat dari emosi
merupakan energi yang tidak sehat bagi tubuh. Energi dari emosi yang
ditekan bisa menjadi penyebab dari tumor, pengerasan arteri, kaku
sendi, serta melemahkan tulang, sehingga hal ini dapat berkembang
menjadi kanker, melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan membuat
tubuh rentan terhadap penyakit. Memendam emosi juga membawa
pengaruh buruk bagi kesehatan fisik dan mental.
b. Rentan terhadap inflamasi (peradangan), Zat penanda inflamasi
ditemukan lebih tinggi pada orang-orang yang tidak bisa
mengekspresikan emosi mereka. Inflamasi sendiri dapat terjadi di
beragam penyakit, seperti penyakit jantung, artritis, asma, dementia,
osteoporosis, irritable bowel syndrome (IBS), dan beberapa jenis

22
kanker. Oleh karena itu, orang yang tidak bisa menyalurkan pikiran
dan perasaannya dapat terserang berbagai macam penyakit.
Cara mengatasi agar tidak memendam masalahnya sendiri :

a. Bisa dengan mendekati diri kita Kepada Allah SWT

b. Cobalah untuk mengenali masalah yang terjadi.

c. Mulai mempercayai seseorang untuk menceritakan sebuah masalah


yang terjadi.

d. Pikirkan solusi secara efektif dan efisien dengan orang yang kita
percayai.

e. Pikirkan hal positif dan terbuka di setiap masalah, dan berikan edukasi
pada diri sendiri bahwa kita mampu melewati dan mengambil hikmah
dari setiap masalah yang terjadi.

f. Jangan ragu untuk bercerita kepada psikolog profesional.

8. a. Mengenali pikiran negatif yang muncul


Mengenali dan mengidentifikasi pikiran negatif memang sulit
dilakukan. Kadang, apa yang muncul di benak Anda terjadi secara
spontan. Observasi dan identifikasi tersebut membantu Anda untuk
mengenali bagaimana pikiran negatif itu muncul. Saat Anda mulai
mengenal polanya, Anda akan lebih mudah untuk menyingkirkannya.
Mengenali pikiran negatif yang muncul tersebut menjadi cara awal
untuk menghilangkannya.
b. Mencatat pola dan area pikiran negative
Setelah mampu mengidentifikasi pikiran negatif, Anda bisa membuat
jurnal untuk mengetahui pola dan area yang paling sering memancing
pikiran negatif.
c.Menyediakan alternatif untuk pikiran negatif tersebut
Anda dapat memulai menghilangkan pikiran negatif yang muncul
dengan memberikan ide alternatif. Misalnya, pikiran bahwa Anda tak

23
memiliki kompetensi dalam pekerjaan dapat dilawan dengan
memunculkan “kekuatan” yang Anda miliki.
d. Memberikan afirmasi terhadap diri
Ciptakan pernyataan-pernyataan positif atau afirmasi yang dapat
melawan pikiran negatif dan menghilangkannya. Afirmasi tersebut
diucapkan berulang-ulang setiap harinya.

e.Berteman dengan orang-orang yang memberikan suasana positif


Pikiran negatif kadang dapat berasal dari orang-orang sekitar. Pastikan
Anda berteman dengan orang-orang yang dapat memberikan
perspektif positif terhadap diri serta mendukung dengan hal-hal baik
yang Anda tekuni. Orang-orang ini dapat memberikan nasihat dan
feedback, yang membantu Anda untuk berkembang lebih baik.
Dan :
a. Buang pikiran negatif
b. Cerita dengan orang terdekat
c. Coba pikir tentang semua kemungkinan yang bisa terjadi
d. Terima ketidaksempurnaan diri sendiri

9. Cara mengobati seseorang yang mengalami ganguan jiwa dapat dilakukan


dengan beberapa terapi, yaitu ; Terapi Modalitas, Dalam upaya mengubah
perilaku pasien dan perilaku yang mal adaptif, menjadi perilaku yang
adaptif maka terapi yang utama dalam keperawatan jiwa adalah terapi
modalitas. Terapi modalitas bertujuan agar pola perilaku atau kepribadian
seperti keterampilan koping, gaya komunikasi dan tingkat hargadiri
bertahap dapat berkembang, mengingat bahwa klien/pasien dengan
gangguan jiwa membutuhkan pengawasan yang ketat dan lingkungan
suffortif yang aman. Terapi modalitas keperawatan jiwa dilakukan untuk
memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan dan
bersosialisasi dengan lingkukan masyarakat sekitar dengan harapan klien
dapat terus bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga, teman dan

24
sistem pendukung yang ada ketika menjalani terapi (Nasir dan Muhits,
2011). Jenis-Jenis terapi Modalitas:
a. Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah
emosional seseorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang
terlatih dalam hubungan professional secara sukarela.
b. Psikoanalisis Psikoterapi, Terapi ini dikembangkan oleh Sigmund
Freud, seorang dokter yang mengembangkan “talking care”.Terapi
ini didasarkan pada keyakinan bahwa seseorang terapis dapat
menciptakan kondisi yang memungkinkan klie menceritakan
tentang masalah pribadinya.
c. Psiko terapi Individu, merupakan bentuk terapi yang menekankan
pada perubahan individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap,
cara berfikir, dan perilakunya.
d. Terapi Modifikasi perilaku, Terapi perilaku didasarkan pada
keyakinan bahwa perilaku dipelajari, dengan demikian perilaku
yang tidak diinginkan atau maladaptif dapat diubah menjadi
perilaku yang diinginkan atau adaptif.
e. Terapi Okupasi, ialah suatu ilmu dan seni pengarahan pertisipasi
seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah
ditetapkan.
f. Terapi lingkungan,“Milliew terapi” adalah suatu manipulasi ilmiah
yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada perilaku
pasien dan untuk mengembangkan keterampilan emosional dan
sosial (Stuart & Sundeen: 1991)
g. Terapi somatic, adalah terapi yang diberikan pada pasien dengan
tujuan merubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang
adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik.

Step 4

Hipotesa masalah

25
Tn. A (45 tahun)

Poli klinik RSJ provinsi


Jambi

Klien mengalami kebangkrutan dalam usaha


tekstilnya 2019

2 bulan semenjak kejadian

- Suka melamun
- Menyendiri
- Marah-marah
- Tidak mau bergaul
- Jarang berinteraksi dengan tetangga

Pada saat pengkajian

Hasil TTV: - Klien tampak rapi bersih tidak ada


kelainan fisik
- TD:130/90 - Klien lebih sering menunduk,
- HR:80 x/i kontak mata tidak focus
- RR :20x/i - Klien sering merasa sakit, pola tidur
- T: 36,8 C terganggu, sering merasa letih

Mekanisme koping mal


adaktif

Gangguan mekanisme koping

26

Anda mungkin juga menyukai